Anda di halaman 1dari 115

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY.

A DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN PADA
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOARTHRITIS DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI MULIA 2 CENGKARENG
PADA TANGGAL 2-4 APRIL 2018

DISUSUN OLEH :

HEPY MIA KARINA

2015750022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2018
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan limpahan nikmat kepada
hamba-hamba nya, Shalawat serta salam tidak lupa pula saya ucapkan kepada
Suri Tauladan Nabi Muhammad Sallahualaihiwasalam, keluarga, sahabat dan
seluruh pengikut sunnah nya sampai akhir zaman. Atas segala Rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpah kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Ny. A Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman
Pada Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 2 pada tanggal 2 sampai 4 April 2018.

Laporan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Dengan selesainya Karya Tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, terutama kepada :

1. Ibu Ns. Titin Sutini, Sp.Kep.An selaku Ka.prodi D III Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep,Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing dan
penguji dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis.
ii

3. Ibu Ns.Nuraenah, M.Kep selaku Wali Akademik angkatan 33 yang selalu


memberikan motivasi kepada penulis.
4. Seluruh dosen institusi beserta Staff Program studi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ yang telah memberikan bekal ilmunya
selama penulis mengikuti proses perkuliahan.
5. Orang Tua Tercinta (Supardi dan Tri Komariah) yang telah membesarkan
saya sampai saat ini dan telah memberikan dukungan moral maupun
material kepada saya.
6. Kakek dan Kakak (Kasma Soediharmadja dan Rizky Amelia Pratiwi) yang
selalu memberikan support kepada saya dan saya sangat berterima kasih
atas doa yang telah diberikan selama ini kepada saya.
7. Tim Gerontik (Amalia Mapilina, Della Vira, Dinda Angraeni, Eva Afifah,
Ratih Paras) yang selalu kompak dan saling membantu satu sama lain.
8. Team seperjuangan Angkatan 33 Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang
telah banyak memberikan kesan dan pesan selama 3 tahun ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, tenaga
keperawatan, khususnya penulis, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
daalam menambah ilmupengetahuaan dibidang keperawatan.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 21 Mei 2018

Penulis
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
1. Tujuan Umum ................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 4
C. Lingkup Masalah .................................................................................. 5
D. Metode Penulisan ................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Lanjut Usia ................................................................... 7
1. Definisi Lanjut Usia ....................................................................... 7
2. Batasan Lanjut Usia ....................................................................... 8
3. Teori Menua ................................................................................... 9
4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia .................................... 12
B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan................................................... 25
1. Pengertian Osteoarthritis ................................................................ 25
2. Klasifikasi Osteoarthritis ................................................................ 26
3. Etiologi Dan Faktor Resiko Osteoarthritis ..................................... 26
4. Patofisiologi Osteoarthritis ............................................................ 29
5. Manifestasi Klinis Osteoarthritis ................................................... 30
6. Komplikasi Osteoarthritis .............................................................. 31
7. Penatalaksanaan Osteoarthritis ...................................................... 31
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Teori Maslow................ 36
D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteoarthritis ..................... 37
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 37
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 44
3. Perencanaan Keperawatan ............................................................. 46
4. Pelaksanaan Keperawatan .............................................................. 55
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 55

BAB III : TINJAUAN KHUSUS


A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 58
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 79
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................... 83
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................... 88
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 97
iv

BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 99
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 101
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................... 104
D. Pelaksaanan Keperawatan .................................................................... 104
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 105

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 106
B. Saran .................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak
terkecuali dalam bidang kesehatan membuat kualitas kesehatan penduduk
di dunia menjadi meningkat sehingga harapan hidup (UHH) manusia pun
menjadi meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari pusat data dan
informasi Kementrian Kesehatan RI bahwa angka umur harapan hidup
pada tahun 2010-2015 di indonesia adalah 70,7 tahun dan diperkirakan
pada tahun 2015-2020 angka umur harapan hidup akan meningkat
mencapai 71,7 tahun. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998
pada Bab 1 Pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. (Lilik, 2011)

Berdasarkan data dari World Population Prospects The Revision (2015),


ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun lebih atau 12% dari jumlah
populasi global. Asia menempati urutan pertama dengan jumlah populasi
lanjut usia terbesar dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta. Menurut
World Health Organization (WHO) jumlah warga negara indonesia pada
tahun 2013 adalah sebanyak 249.866.000 dimana 8% dari jumlah
populasinya adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2014 jumlah
lanjut usia di indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan 8,03%
dari seluruh penduduk di indonesia.

Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal yang alamiah.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa lanjut usia rentan
terkena berbagai penyakit antara lain pada sistem muskuloskeletal. Salah
satu penyakit yang menyerang sistem muskuloskeletal pada lanjut usia
2

yaitu osteoartritis. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif


yang berkaitan dengan kerusakan kertilago sendi vertebra, panggul, lutut
dan pergerakan kaki paling sering terkena osteoartritis (Aru, dkk 2009).

Tipe primer(idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang


berhubungan dengan osteoartritis. Dan tipe sekunder seperti akibat trauma,
infeksi dan pernah fraktur. (Yuliana Elin, 2009).

Penyebab dari osteoartritis untuk sekarang masih belum jelas tetapi faktor
resiko osteoartritis dapat diketahui dari beberapa hal diantaranya adalah
umur. Perubahan fisik dan biokimia yang terjadinya sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan
endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning, proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses kondrosit yang merupakan unsur penting rawan
sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahkannya polisakarida
protein yang membentuk matriks disekeliling kondrosit yang
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sehingga osteoarthritis banyak
terjadi pada lanjut usia.

Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami
osteoarthritis adalah nyeri sendi, nyeri bertambah dengan aktifitas dan
membaik dengan istirahat, kekakuan paling ringan pada pagi hari namun
terjadi berulang-ulang sepanjang hari, krepitasi, deformitas, dan adanya
tanda-tanda peradangan. Hal ini akan berdampak kepada kebutuhan dasar
manusia pada lanjut usia yang akan terganggu seperti, mengganggu
kebutuhan aktivitas yang disebabkan oleh adanya hambatan gerak sendi,
deformitas dan perubahan gaya berjalan. Selain itu mengganggu
kebutuhan rasa aman dan nyaman yang disebabkan oleh adanya nyeri di
daerah tulang dan persendian yang terkena osteoarthritis.
3

Berdasarkan data yang diperoleh dari National Centers for Health


Statistics, sekitar 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun
mempunyai keluhan osteoartritis (Anonim, 2011). Prevalensi osteoartritis
total di Indonesia adalah sekitar 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Berdasarkan data yang
diperoleh, jumlah lanjut usia di panti sosial tresna werdha budi mulia 2
yang mengalami osteoartritis berjumlah 18 orang .

Mengingat banyaknya kasus dan dampak yang ditimbulkan akibat dari


osteoartritis peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap lanjut
usia yang mengalami osteoartritis diantaranya aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Aspek promotif pada keperawatan adalah
dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang osteoartritis. Aspek
preventif, yaitu cara mencegah dengan cara menganjurkan untuk
mengatur pola makan sesuai diit dan menghindari makanan yang
memungkinkan menyebabkan osteoartritis bertambah parah seperti
kacang-kacangan, menganjurkan olahraga ringan secara teratur seperti
berjalan kaki minimal 30 menit perhari serta mengurangi berat badan.
Aspek kuratif yaitu dengan memberikan kompres pada daerah yang nyeri
serta melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
serta anti-inflamasi. Aspek yang terakhir adalah aspek rehabilitatif, yaitu
dengan melakukan latihan gerak sendi atau range of motion (rom) secara
bertahap dan membatasi gerak.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih


dalam mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan masalah
sistem muskuloskeletal : osteoarthritis. Maka penulis mengambil judul
karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny.A Dengan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Gangguan
Sistem Muskuloskeletal : Osteoarthritis Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 2-4 April 2018”
4

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan/mendeskripsikan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman klien : nyeri klien
dengan masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal :
osteoarthritis.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil pengkajian kebutuhan
dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoarthritis.
b. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah keperawatan
kebutuhan daar klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoarthritis.
c. Mampu menguraikan/mendeskripsikan rencana tindakan
keperawatan.
d. Mampu menguraikan/mendeskripsikan tindakan keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoarthritis.
e. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan
dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoarthritis.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori
dan kasus dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoarthritis.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi.
5

C. Lingkup Masalah
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan tentang pemberian
asuhan keperawatan pada Lansia Ny.A Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
Osteoarthritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng
Pada Tanggal 2-4 April 2018.

D. Metode Penelitian
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi
kepustakaan dan deskriptif. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus
menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan di
deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah. Dalam
metode ini disebutkan juga bagaimana penulis memperoleh data atau
informasi (wawancara secara langsung dari klien Ny.A dan tidak langsung
dari petugas kesehatan observasi dan pemeriksaan fisik).

E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang
terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan meliputi, latar belakang masalah, tujuan penulisan


Ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Membahas tentang konsep dasar lanjut usia (definisi lanjut


usia,
Batasan lanjut usia, teori menua, perubahan yang terjadi pada
lansia), konsep dasar masalah keperawatan (Pengertian
osteoarthritis, klasifikasi osteoarthritis, etiologi dan faktor resiko
osteoarthritis, patofisiologi osteoarthritis, manifestasi klinis
osteoarthritis, komplikasi osteoarthritis, penatalaksanaan
osteoarthritis), konsep kebutuhan dasar manusia menurut teori
6

maslow dan proses keperawatan lanjut usia dengan osteoarthritis


(Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan).

BAB III : Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil lapangan
tentang asuhan keperawatan usia lanjut meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

BAB IV : Pembahasan yang membahas kesenjangan teori dengan kasus,


analisa dari faktor-faktor pendukung serta penghambat serta
alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan ditiap tahapan yaitu : pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran


Daftar Pustaka
Lampiran
7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia


1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
anak, dewasa dan hingga akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lanjut usia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap.(Azizah, 2012)

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan


lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan


proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal
yang alamiah. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa lanjut
usia rentan terkena berbagai penyakit antara lain pada sistem
muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang menyerang sistem
muskuloskeletal pada lanjut usia yaitu osteoartritis. Osteoartritis
merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kertilago sendi vertebra, panggul, lutut dan pergerakan kaki
paling sering terkena osteoartritis (Aru, dkk 2009).
8

2. Batasan Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1999


menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis
menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia
tua (old) antara usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas
90 tahun.

Klasifikasi lanjut usia (Wahjudi Nugroho, 2012) :

Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organzation) yang


dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam 3 kategori yaitu:
 Usia petengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
 Usia lanjut (elderly) : 60 – 74 tahun
 Lanjut usia tua (old) : 75 – 89 tahun
 Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun

Menurut Dep. Kes.RI


Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia
menjadi sebagai berikut:
 Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini
dikatakan sebagai masa virilitas.
 Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.
 Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan
sebagai masa senium.
9

3. Teori Menua
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori
penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial.

a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt).

Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang


menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam
konteks sistemik dapat mempengaruhi/memberi dampak terhadap
organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan
peningkatan usia kronologis (Renny, 2014)

1) Teori error
Menurut teori ini proses penua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut menyebabkan kerusakan metabolisme dan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

Sejalan perkembangan umur sel tubuh pada DNA dan RNA,


yang merupakan subtansi pembentukan sel baru. Peningkatan
usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel nukleus
menjadi lebih besar tetepi tidak diikuti dengan peningkatan
jumlah subtansi DNA.

2) Teori outoimun
Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi system immun. Perubahan yang terjadi
meliputi penurunan sistem immun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua:
10

(a) menurunkan resistensi melawan perubahan tumor dan


perkembangan kanker.
(b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses
dan secara agresif memobilisasi pertahan tubuh terhadap
pathogen.
(c) meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada
semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang
berhubugan dengan autoimmun. Di pihak lain sistem immun
yang ada di dalam tubuh mengalami penurunan, sehingga
sel-sel patologis meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur.

3) Teori free radical


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua
terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu
mempengaruhi adanya berbagi radikal bebas didalam tubuh.
Radika bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk
mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya
kematian(apoptosis) sel, menghambat proses produksi sel. Hal
ini yang menggangu fungsi sel akibat radikal bebas adalah
bahwa radikal bebas dapat berupa: superoksida(O2), radikal
hidroksil, dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak karna
sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan terus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

b) Teori Biologi
1) Teori Aktifitas
Terori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu
eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan dihari tua.Aktifitas dalam teori
11

ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk


mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang
positif. Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa
(1) aktif lebih baik daripada pasif
(2) gembira lebih baik dari pada tidak gembira
(3) orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai
sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan
bergembira.

2) Teori Kontinuitas
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjadi secara berkesinambungan yang harus
dihadapi oleh orang lanjut usia.

3) Disanggement theory
Putusnya berhubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.

c) Teori lingkungan (environmental theory)


1) Teori radikal ( radiation theory)
Setiap hari manusia terpapar adanya radiasi baik
karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk
gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk
tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan
merubah susuna DNA dalam sel hidup atau bahkan
rusak dan mati.

2) Teori stress (theory stress)


Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan
pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga
jaringan mengalami kekurangan oksigen dan
12

mengalami gangguan metabolisme sel sehingga


mengalami penurunan jumlah cairan dalam sel dan
penurunan eksistensi membran sel.

3) Teori polusi (pollution theory)


Tercemarnya lingkungan dapat mengakibat kan
tubuh mengalami gangguan pada sistem
psikoneuroimunologi yang siterusnya mempercepat
terjadinya proses menua dengan perjalanan yang
masih rumit untuk dipelajari.

4) Teori pemaparan (exposure theory)


Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai
kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain
mampu mempengaruhi susuna DNA sehingga proses
penuaan atau kematian sel bias terjadi.

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


Menurut buku ajar keperawatan gerontik,aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. (Aspiani, 2014), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi:
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia


yang memproduksi hormone. Hormon pertumbuhan berperan
sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan,
dan metabolisme organ tubuh yang termasuk hormone kelamin
adalah :

1) Estrogen, progesterone, dan testosterone


yang memelihara alat reproduksi dan
gairah seks. Hormon ini mengalami
penurunan.
13

2) Kelenjar pancreas, yang memproduksi


insulin dan sangat penting dalam
pengaturan gula darah mengalami
penurunan.
3) Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang
memproduksi adrenalin. Kelenjar yang
berkaitan dengan hormon pria/wanita.
Salah satu kelenjar endokrin dalam
tubuh yang mengatur agar arus darah ke
organ tertentu berjalan dengan baik,
dengan jalan mengatur vasokontriksi
pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak
ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
4) Hampersemua produksi hormon
menurun
5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah.
6) Hipofisis pertumbuhan hormone ada,
tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh
darah, berkurangnya reproduksi ACTH,
TSH, FSH, dan LH.
7) Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic
rate) dan daya pertukaran zat menurun.
8) Produksi oldesteron menurun
9) Sekresi hormone kelamin, misalnya
progesterone, ekstrogen, dan testosterone
menurun.

b. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
14

4) Proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah, dan hati


menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, bertanya kurang 5-10%
8) Lekuan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

c. System persarafan
1) Menurunnya hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
4) Saraf panca-indra mengecil
5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori

d. Sistem pendengaran
1) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis
3) Terjadi pengumpulan srumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia
yang mangalami ketengangan/stress
15

5) Titinus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada


tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang
atau berputar)

e. Sistem penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan respon sinar menghilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
5) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manisfestasi
presbyopis, seseorang sulit melihat dekat yang dpemgaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
6) Lapang pandang menurun : luas pandang berkurang
7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru
atau hijau pada skala

f. System kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Kemampuan janntung memompa darah menrun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut jantung
maksimal =200 – umur)
4) Curah jantung menurun (isi seenit jantung menurun0
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkuang,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
mengakibatkan pusing mendadak.
16

6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan


perdarahan
7) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh dari
perifer meningkat. Sistol normal ±170 mmHg, diatole ±95
mmHg

g. Sistem pengaturan Suhu Tubuh


1) Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis
±35ºc ini akibat metabolism yang menurun.
2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula mengigil, pucat, dan gelisah.
3) Keterbatasan reflex mengigil dan tidak dapat memprodusi
panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas
otot.

h. System pernafasan
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
4) Saraf panca indra mengecil
5) Pehlihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahan ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori
17

i. System pencernaan
1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang
kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas
saraf pengecap dlidah, terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam, dan pahit.
3) Esophagus melebar
4) Rasa lapar mnurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, motilitas dan wktu pengosongan
lambung menurun.
5) Perialitik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorpsi melemah ( daya absorpsi terganggu
terutama karbohidrat)
7) Hati semakin mengecil dan penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang

j. System Reproduksi
Wanita
1) Vagina mengalami kontraktur dan mngecil
2) Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
3) Atrofi payudara
4) Atrofi vulva
5) Selaput lender vagina menrun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna
18

Pria
1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
2) Dorongan seksual menetap samapi usia 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik, yaitu:
3) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia.
4) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
5) Tidak perlu cemas karna prosesnya alamiah sebanyak
±75% pria usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat

k. System Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolsime
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal,
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya
nefron akibat atrofi, aliran darah keginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun,
berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya ±1),
BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat. Pada pria lajut usia, vesika urinaria sulit
dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat
19

3) Pembesaran prostat
±75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun

4) Atrofi vulva

5) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan seksualnya
masih ada. Tiadak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap
tahun, tetapi kapasitas untuk mrnikmatinya berjalan
sampai tua.

l. Sistem integument
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
2) Permukaan kulit cinderung kusam, kasar dan bersisik
(karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan
ukuran dan bentuk sel epidermis)
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanognesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik
– bintik atau noda cokelat
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya
kerut- kerut halus diujung mata akibat lapisan kulit yang
menipis
5) Respons terhadap trauma menurun
6) Mekanisme proteksi kulit menurun
7) Produksi serum menurun
8) Produksi vitamin D menurun
9) Produksi kulit terganggu
10) Kulit kepala dan rambut menipis an berwarna kelabu
11) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
20

12) Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan


vaskularisasi
13) Pertumbuhan kuku lebih lambat
14) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
15) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
16) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang

m. System musculoskeletal
1) Tulang kehilangan massa (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan dan paha
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak
5) Kifosis
6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
7) Gangguan gaya berjalan
8) Kekaukan jaringan penghubung
9) Persendian membesar dan menjadi kaku
10) Tendon mengeut dan mengalami sclerosis
11) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi laman, otot kram, dan menjadi tremor(perubahan
pada otot cukup rumit dan dipahami )
12) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses
menua

n. System imun
1) Perubahan fungsi system imunologi
2) Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun
3) Kecepatan respon imun menurun
4) Produksi imunoglobukin berkurang jumlahnya sehingga
vaksinasi dalam tubuh kurang efektif melawan penyakit.
21

5) Imun kehilangan kemampauan untuk membedakan benda


asing yang masuk kedalam tubuh

2. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam buku
“keperawatan lanjut usia”,(Azizah, 2012).

a. Memory (daya ingat, ingatan)


Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan
dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat
merupakan salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling
awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan
ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-
10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam
mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV
dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham
dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam proses pelayanan
sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik
berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat
mereka. Misalnya dengan tulisan JUM’AT, TANGGAL 26
JARUARI 2017 dan sebagainya, ditempatkan pada tempat
yang strategis yang mudah terlihat/dibaca.

b. IQ (intellegent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analisa, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal.Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi)
menurun.Walaupun mengalami kontrofersi, tes intelegensia
kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
22

lansia.Hal ini terutama dalam bidang vokabulari (kosakata),


keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Fungsi
intelektual yang stabil ini disebut sebagai crystallized
intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat
daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan
kata, penyelesaian masalah, kecepatan berespon, dan
perhatian cepat teralih.

c. Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada
lansia mengalami penurunan.Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut
usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam
komunikasi dilakukan kontak mata (saling pandang).
Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir
lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya
dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud
orang lain. Sikap yang hangat dalam komunikasi akan
menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga mereka akan
lebih tenang, lebih senang merasa dihormati.

d. Pemecahan masalah (problem solving)


Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu
semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah
dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadinya
penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan yang lain
dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan
lain-lain,yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi
lebih lama. Dalam menyikapi hal ini pendekatan pelayanan
23

kesehatan jiwa lanjut usia perlu diperhatikan ratio petugas


kesehatan dan pasien lanjut usia.

3. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupanya.Lansia makin teratur dalam kehidupan
keagamaanya.Hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak
sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal, interinsik
dan merupakan proses individu yang berkembang sepanjang
rentan kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut.
Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan
hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada
tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memunginkan individu
dengan keimananspiritual atau religius untuk bersikap untuk
menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.

4. Perubahan psikososial
a. Pensiun
Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan
antara lain:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status ( dulu punya jabatan yang tinggi dan
segala fasilitasnya)
b. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan.
c. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaankapan akan meninggal. Berada di rumah terus-
menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
d. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal
(dicubit, tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
24

f. Pensiun: kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana


pensiun).Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
g. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocokbagi lansia dan income security.
h. Rekreasi: untuk ketenangan batin.
i. Keamanan: jatuh, terpeleset.
j. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok
bagilansia.
k. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikanmasukan dalam sistem politik yang berlaku.
l. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara
dankesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi
manusia.
m. Agama: melaksanakan ibadah.
n. Panti jompo: merasa dibuang/ diasingkan.

5. Perubahan mental pada lansia


Dalam pekembangan lansia dan perubahan yang dialaminya
akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga
harusbergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
beralasanuntuk melakukan berbagai perubahan besar dalam
pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan
perubahanstatus ekonomi dan kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri
yangtelah meninggal atau pergi jauh dan/ atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu
luangyang semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar
sebagaiorang dewasa.
25

g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara


khususdirencanakan untuk orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai
untuklansia dan memiliki kemauan untuk mengganti
kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.

B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan


1. Pengertian
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul,
lutut dan pergelangan kaki yang paling sering terkena OA (sudoyo
aru, dkk: 2009)

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau


osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan
sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer dalam Renny, 2014)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab


kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat
dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60
tahun. (Renny, 2014).

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang


mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu
badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru
pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi,
sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan,
26

jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk


persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi)

2. Klasifikasi
Menurut Yuliana Elin (2009) Osteoarthritis diklasifikasikan
menjadi 2 :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit
sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthritis.
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah
fraktur.

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap
namun beberaoa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis,
faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya
osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur
diatas 60 tahun.

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan


bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan
kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.

b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan
sendi, dan laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada
paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih
27

sama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun


frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada
laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
pathogenesis osteoarthritis.

c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya
osteoarthritis misal, pada ibu dari seorang wanita dengan
osteoarthritis pada sendi-sendi interfalang distal terdapat 2
kali lebih sering osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga
kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tannpa osteoarthritis.

d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantaranya masing-masing
suku bangsa, misalnya osteoarthritis lebih jarang pada
orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoarthritis lebih sering dijumpai pada orang-orang
amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik
pada wanita maupun pada pria, kegemukkan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula)
28

f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis
adalah trauma yang menmbulkan kerusakan pada integritas
struktur dan biomekanik sendi tersebut.

g. Akibat Penyakit Radang Sendi Lain.


Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran
enzim perusak matriks rawan sendi oleh membrane sinovial
dan sel-sel radang.

h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan,
maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi
menjadi tidak stabil / seimbang sehingga mempercepat
proses degenerasi.

i. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan
penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.

j. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium
pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga
polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium
urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
29

4. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak


meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan
proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan
degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian
tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit


yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim
lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal
dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan


terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri
yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena


peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi
tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan
nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
(Renny 2014).
30

5. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,


terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,
mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.

a. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan
fisik.

b. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan


berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.

c. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan,


pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan
pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.

d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan
aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang
telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri
biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini
belum dapat diketahui penyebabnya.
31

e. Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi


peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

f. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

g. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang


Pembentuk sendi.

6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada osteoarthritis yaitu nyeri dan
kekauan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita
tidak bisa beraktivitas.

7. Penatalaksanaan Dan Terapi


a. Pencegahan
1) Penurunan berat badan
2) Pencegahan cedera
3) Screening sendi paha
4) Pendekatan ergonomic untuk memodifikasi stress akibat
kerja.

b. Terapi Farmakologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Acetaminophen
32

Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh


dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi
rasa sakit.

2) NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)


Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi.
Efek samping yaitu menyebabkan sakit perut dan
gangguan fungsi ginjal.

3) Topical Pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan
langsung pada kulit yang terasa sakit.

4) Tramadol
Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada
acetaminophen dan NSAIDs.

5) Mild Narcotic Painkillers


Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone
yang efektif mengurangi rasa sakitpada penderita
osteoarthritis.

6) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.

7) Hyaluronic Acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh
disaccharides of glucuronic acid dan n-acetyanglusamine.
Disebut juga viscosupplementation.
Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan
dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek
yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan
33

menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic


acid yang diberikan, makin besar efek positif yang
dirasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa
sakit.

8) Glukosamine dan Chondroitin Sulfate


Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada
lutut.

c. Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat
orthotic untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Message sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli
dibidangnya. Tujuan message tersebut adalah untuk membuat
rileks otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan
sirkulasi darah.

d. Terapi Non Farmakologi


1) Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahragayangtidak telalu
berat dan tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau
tekanan atau trauma pada sendi, yaitu misalnya berenang
dan menggunakan sepeda statis. Olahraga selain berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat
untuk mengontrol berat badan.

2) Proteksi/Perlindungan Sendi
Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan
pekerjaan yang dapat menambah stress/tekanan pada sendi.
34

Osteoarthritis mungkin timbul atau diperkuat karena


mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari
aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

3) Terapi Panas atau Dingin


a) Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan
melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat
diperoleh dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR
(Infra red/infra merah) dan alat-alat terapi lainnya seperti
swd/mwd.

b) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak


pada sendi dan mengurangi rasa sakit. Terapi dingin
biasanya dipakai saat kondisi masih akut. Dapat
diperoleh dengan kompres air dingin.

4) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis
yang gemuk menjadi program utama pengobatan
osteoarthritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhandan peradangan.
Pemberian Vitamin C,D,E dan beta karoten, vitamin-
vitamin tersebut bermanfaat untuk mengurangi laju
perkembangan osteoarthritis.

5) Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoarthritis oleh
karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya
yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia
ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
35

osteoarthritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat


bantu karena faktor psikologis.

e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoarthritis, meliputi terapi panas dan dingin dan program
latihan yang tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan
sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-
obat gosok jangan dipakai sebelum pemanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonik, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan


memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoarthritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
daan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.

f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien
osteoarthritisdengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri
menetap dan kelemahan fungsi. Tindakkan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pembersihan osteofit.

g. Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fugsi sendi.
36

C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Maslow


1. Kebutuhan dasar manusia
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia dikemukakan Abraham
Maslow dalam Potter dan Perry (1997), dapat dikemukakan untuk
menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut
a. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologi seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eleminasi, tempat
tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikolohis
1) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan
sebagainya.
2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman
dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya,
kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah
pertama kali karena merasa dialami seseorang ketika masuk
sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh
keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara
lain memberi dan menerima kasih saying, mendapatkan
kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh
kelompok sosial, dan sebagainya
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh
orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan uttuk
mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan
kemerdekaan diri. Selama ini, orang juga memerlukan
pengakuan dari orang lain
37

e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi


dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi
pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri
sepenuhnya.

Dari kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ditemukan beberapa


gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoarthritis, yaitu :

1. Gangguan rasa aman nyaman : nyeri


Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan
aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang
telah lanjutdimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri
biasanya berlokasipada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoarthritis coxae nyeri dapat
dirasakan dilutut , bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini
belum dapat diketahui penyebabnya.

2. Kerusakan mobilitas fisik


Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba
panas tanpa adanya pemerahan yang disebabkan oleh
distruksi lokal rawan sendi sehingga timbul ketidakserasian
antara tulang pembentuk sendi.

D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteoarthritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif dan negatif)
pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok
yang bermanfaat untuk mengetahui masalah dan
38

kebutuhan usia lanjut serta untuk mengembangkan strategi


promosi kesehatan.

Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa maupun


lanjut usia terjadi dilingkungan tradisional rumah, rumah
sakit, atau institusi perawatan jangka panjangserta situasi
non-tradisional seperti pusat-pusat senior, gedung-gedung,
apartemen, atau kelompok praktik keperawatan.
(luecknotte, 2008).

Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan


proses kompleks dan menantang yang harus
mempertimbangkan kebutuhan lanjut usia melalui
pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut
usia yang lebih spesifik.
a. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem
muskoloskeletal adalah usia, karena ada beberapa
penyakit sistem muskoloskeletal banyak terjadi pada
klien diatas usia 60 tahun.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien
dengan penyakit muskoloskeletal seperti osteoarhritis
adalah klien mengeluh nyeri pada persendian yang
terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan
keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
penyakit yang di derita oleh klien dari mulai timbulnya
keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke rumah
sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat
39

lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa


yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya
dan data yang didapatkan saat pengkajian.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat kesehatanyang lalu seperti riwayat penyakit
muskoloskeletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada
pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat
penyakit muskoloskeletal, penggunaan obat-obatan,
riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama karena faktor
genetik/keturunan.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami
gangguan muskoloskeletal biasanya lemah.

2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.

3) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu meningkat
b) Nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas
normal
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami
peningkatan.
40

4) Pemeriksaan Reviews Of System (ROS)


a) Sistem Pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi
nafas atau masih dalam batas normal.

b) Sistem Sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi
apical, sirkulasi perifer, warna dan
kehangatan.

c) Sistem Persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan, spasme otot,
terlihat kelemahan fungsi. Pergerakan mata,
dilatasi pupil.

d) Sistem Perkemihan
Perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urin, disuria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.

e) Sistem Pencernaan
Konstipasi, konsiten feses, frekuensi
eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia,
adanya distensi abdomen, nyeri tekan
abdomen.

f) Sistem Muskoloskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin
terlokalisasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi,
41

kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi


kulit dan perubahan warna.

5) Pola Fungsi Kesehatan


Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang bisa
dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada
persendian, ketidakmampuan mobilisasi.

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat.


Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan
penanganan kesehatan.

2. Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance
cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola
makan, diit, kesulitan menelan, mual/muntah
dan makanan kesukaan.

c) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung
kemih, defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, masalah nutrisi dan penggunaan
kateter.

d) Pola Tidur dan Istirahat


Menggambarkan pola tidur, istirahat dan
persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur
pada siang dan malam, masalah tidur, dan
insomnia.
42

e) Pola Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas,
fungsi pernafasan dan sirkulasi, riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama.

f) Pola Hubungan dan Peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan
dan peran klien terhadap anggota keluarga
dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan,
tidak punya rumah, dan masalah keuangan.

g) Pola Sensori Kognitif


Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.
Pola persepsi sensori meliputi pengkajian
penglihatan, pendengaran, perasaan dan
pembau.

h) Pola Persepsi dan Konsep Diri


Menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuan konsep
diri. Konsep diri menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri,
manusia sebagai sistem terbuka dan
makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual,
kecemasan, ketakutan dan dampak terhadap
sakit.

i) Pola Seksual dan Reproduksi


Menggambarkan kepuasan/masalah
terhadap seksualitas.
43

j) Pola Mekanisme Penanggulangan Stress


dan Koping. Menggambarkan kemampuan
untuk menangani stress.

k) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Menggambarkan dan menjelaskan pola,
nilai keyakinan termasuk spiritual.

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Led meningkat
b) Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi.
c) Asam urat guna mengetahui apakah penyebab
osteoarthritis pada klien disebabkan karena
jumlah asam urat yang berlebih.

2) Foto Rontgen
Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi.

3) Serologi
Cairan sinovial dalam batas normal.

4) Tes Khusus
a) Tes Fluktasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu
tangan diletakkan disebelah kiri dan kanan
patella. Bila kemudian suprapatellaris itu
dikosongkan menggunakan tangan lainnya,
maka ibu jari dari jari telunjuk tadi seolah-olah
44

terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi


lutut.

b) Tes Lekuk
Caranya : dengan memakai punggung tangan,
kita mengusapi “lekuk kecil” disebelah medial
patella kearah proximal, sehingga dikosongkan
dari cairannya. Kemudian kita melaksanakan
gerakkan mengusap yang sama pada patella
bagian lateral, maka lekuk kecil yang medial itu
akan kelihatan terisi cairan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang dibuat
oleh perawat profesional yang memberi gambaran
tentang masalah atau status kesehatan, baik aktual
maupun potensial yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.

Diagnosa keperawatan osteoarthritis adalah sebagai


berikut:
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri
(biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan klien
melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi
wajah meringis.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


dan ketidaknyamanan, kerusakan neuromuskuler,
kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan sendi
atau kontraktur.
45

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


paparan, mudah lupa, kurang mengetahui informsi
ditandai dengan klien mengungkapkan adanya
masalah, klien mengikuti instruksi tidak akurat.

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional,


perubahan status peran, perubahan status kesehatan,
stress, klien tampak cemas, respirasi meningkat, nadi
meningkat, suara gemetar, klien sulit berkonsentrasi.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan


pengobatan penyakit, trauma, struktur dan fungsi,
perasaan negatif tentang tubuh (perasaan tidak
berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),
mengatakan perubahan dalam kehidupan.

f. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan


pada persendian, penurunan kekuatan ekstermitas
bawah.

g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan


muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu
membersihkan sebagian atau seluruh badan.

h. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan


muskuloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke
toilet atau klien menggunakan pispot, klien tidak
mampu memenuhi kebersihan toileting.
46

3. Perencanaan Keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan
guna mengatasi masalah yang dialami klien.

N Diagnosa
Perencanaan
o Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
1 Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
berhubungan dengan keperawatan diharapkan klien dapat - Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,
agen injuri (biologi, : karakteristik dan skala, durasi, frekuensi, kualitas,
kimia, fisik, 1. Mengontrol nyeri intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
psikologis) ditandai dengan kriteria : - Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, untuk
dengan klien a. Klien dapat mengetahui komunikasi secara efektif.
melaporkan adanya penyebab nyeri, skala nyeri, - Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan
nyeri pada persendian, mampu menggunakan tekhnik nyeri.
ekspresi wajah non farmakologi untuk - Kaji latar belakang budaya klien.
meringis. mengurangi nyeri, dan - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola
tindakan pencegahan nyeri. tidur, nafsu makan, aktivitas, pekerjaan, tanggung jawab peran.
47

b. Klien mampu mengenal tanda-


tanda pencetus nyeri untuk
pertolongan.
c. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri.

2. Menunjukkan tingkat nyeri


a. Klien melaporkan nyeri dan - Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri
pengaruhnya pada tubuh. kronis.
b. Klien mampu mengenal skala, - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang
intensitas, frekuensi dan telah digunakan.
lamanya nyeri. - Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga.
c. Klien mengatakan rasa nyaman - Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab, berapa lama
setelah nyeri berkurang. terjadi, dan tindakan pencegahan.
d. Tanda-tanda vital dalam batas - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
normal. klien terhadap ketidaknyamanan (misalnya: tempratur ruangan,
e. Ekspresi wajah tenang penyinaran)
- Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri.
48

- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.


- Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi.
- Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri.
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien.
- Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara
tepat.
- Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
- Bantu klien mengidentifikasi faktor presipitasi nyeri baik aktual
maupun potensial.

Pemberian Analgetik
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik nyeri.
- Berikan obat prinsip 5 benar.
- Cek riwayat alergi obat
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan
sebelum pengobatan.
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
pertama kali.
- Berikan analgetik yang tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping).
49

2 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas :


fisik berhubungan keperawatan diharapkan klien dapat - Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan
dengan nyeri dan menunjukkan tingkat mobilitas kebutuhan akan peralatan pengobatan yang tahan lama.
ketidaknyamanan, dengan kriteria : - Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
kerusakan - Klien menunjukkan penampilan (misalnya dari tempat tidur ke kursi).
neuromuskuler, yang seimbang. - Bantu klien mengenali aktivitas sesuai kebutuhan.
kehilangan integritas - Klien menunjukkan penampilan - Instruksikan klien atau pemberi pelayanan tentang keamanan
struktur tulang, posisi tubuh. berpindah dan tekhnik ambulasi yang aman.
kekakuan sendi atau - Klien menunjukkan pergerakan - Pantau penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya: tongkat, walker,
kontraktur. sendi. kruk, kursi roda)
- Klien melakukan perpindahan. - Berikan penguatan positif selama aktivitas.
- Klien melakukan ambulasi : - Ajarkan klien bagaimana menggunakan mekanika tubuh yang benar
berjalan. saat melakukan aktivitas.
- Klien dapat melakukan aktivitas - Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif/pasif untuk
sehari-hari secara mandiri. mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
- Klien meminta bantuan untuk
aktivitas mobilisasi jika diperlukan.
50

Terapi Aktivitas :
-Tentukan keterbatasan rentang gerak sendi, efek, dan fungsinya.
-Kolaborasi dengan terapi fisik dalam mengembangkan program
latihan.
- Tentukan tingkat motivasi klien dalam mempertahankan atau
meningkatkan rentang gerak sendi.
- Jelaskan pada klien/ keluarga tentang maksud dan rencana latihan
gerak sendi.
- Bantu klien untuk mengatur posisi yang optimal dalam ROM
aktif/pasif.
- Motivasi klien untuk latihan ROM aktif/pasif dan merencanakan
jadwal.
- Bantu latihan ROM sesuai indikasi.
- Motivasi klien untuk membayangkan gerakan tubuhnya sebelum
memulai pergerakan.
-Berikan penguatan postitif selama aktivitas.
51

3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pendidikan Kesehatan : Proses penyakit


berhubungan dengan keperawatan diharapkan -Kaji tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan proses
kurang paparan, pengetahuan klien tentang proses penyakit yang spesifik
mudah lupa, kurang penyakit meningkat dengan kriteria -Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-informasi
mengetahui informsi hasil : yang khusus (misalnya : status psikologis, orientasi, nyeri, keletihan)
ditandai dengan klien - Menjelaskan proses penyakitnya - Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengungkapkan - Menjelaskan penyebab mengulang informasi bila di perlukan.
adanya masalah, klien penyakitnya - Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa pertanyaan
mengikuti instruksi - Menjelaskan tanda-tanda gejala dan mendiskusikan permasalahannya.
tidak akurat. penyakitnya.
- Menjelaskan tindakan-tindakan
untuk meminimalkan keluhan
selama proses penyakit.
4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Menurunkan kecemasan
dengan krisis keperawatan klien mampu - Gunakan ketenangan dalam pendekatan untuk menenangkan klien.
situasional, perubahan mengontrol cemas dengan kriteria - Berusaha memahami keadaan stress yang dialami klien.
status peran, hasil : - Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
perubahan status -Klien dapat merencanakan strategi
kesehatan, stress, klien koping untuk situasi yang membuat
tampak cemas, stress.
52

respirasi meningkat, - Klien dapat mempertahankan


nadi meningkat, suara penampilan peran.
gemetar, klien sulit - Klien melaporkan tidak ada
berkonsentrasi. gangguan persepsi sensori

5 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh


berhubungan dengan keperawatan diharapkan klien - Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal klien
pengobatan penyakit, menunjukkancitra tubuh yang positif tentang tubuh klien.
trauma, struktur dan dengan kriteria : - Tentukan harapan klien tentang gambaran tubuh berdasarkan tahap
fungsi, perasaan - Klien mendemonstrasikan perkembangan.
negatif tentang tubuh penerimaan terhadap perubahan
(perasaan tidak bentuk tubuh.
berdaya, keputusan - Klien mengungkapkan kepuasan
atau tidak ada terhadap penampilandan fungsi
kekuatan), tubuh.
mengatakan perubahan
dalam kehidupan.
53

6 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Mencegah Jatuh


berhubungan dengan keperawatan diharapkan klien - Identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat fungsi
adanya peradangan melakukan tindakan pengamanan : fisik, kognitif dan riwayat perilaku sebelumnya.
pada persendian, pencegahan jatuh dengan kriteria : - Identifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin meningkatkan
penurunan kekuatan - Klien dapat menggunakan alat potensial untuk jatuh.
ekstermitas bawah. bantu dengan benar - Pantau gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan selama
- Klien dapat menempatkan amulasi.
penopang untuk mencegah jatuh. - Berikan informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri-cirinya.

7 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan - Kaji kemampuan klien untuk menyediakan alat mandi
berhubungan dengan keperawatan klien dapat - Bantu klien dalam menerima ketergantungan pemenuhan kebutuhan
gangguan menunjukkan perawatan diri : sehari-hari.
muskoloskeletal - Klien mampu ke kamar mandi - Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
ditandai dengan klien menyediakan perlengkapan mandi
tidak mampu - Klien mampu membersihkan dan
membersihkan mengeringkan tubuh.
54

sebagian atau seluruh - Klien mampu mengungkapkan


badan. secara verbal tentang kepuasan
tentang kebersihan tubuh.
8 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Bantu Perawatan Diri
berhubungan dengan keperawatan klien dapat - Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan secara mandiri
kerusakan menunjukkan perawatan diri - Berikan bantuan sampai klien mampu untuk melakukan perawatan
muskuloskeletal - Klien mampu untuk masuk dan diri.
ditandai dengan klien keluar dari toilet - Bantu klien dalam menerima ketergantungan pemenuhan kebutuhan
tidak mampu ke toilet - Klien mampu membersihkan diri sehari-hari.
atau klien setelah toileting.
menggunakan pispot,
klien tidak mampu
memenuhi kebersihan
toileting.
55

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan guna menjalankan rencana asuhan keperawatan
untuk membantu klien mencapai tujuan. Tindakkan dalam proses ini
meliputi mengkaji kembali klien, memperbarui data dasar, meninjau serta
merevisi rencana asuhan serta melakukan atau mendelegasikan intervensi
keperawatan yang direncanakan (Berman, synder, 2010)

5. Evaluasi
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kearah pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan
untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan
dalam ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal.

Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien :


a. Diagnosa Keperawatan : nyeri akut/kronis
1) Klien menunjukkan kemampuan menggunakan tekhnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakkan pencegahan
nyeri.
2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari
pertolongan.
3) Klien melaporkan nyeri berkurang.
4) Klien mengungkapkan kenyamanansetelah nyeri berkurang.
5) Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
6) Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang.
56

b. Diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik


1) Klien menunjukkan penampilan yang seimbang
2) Klien menunjukkan penampilan posisi tubuh.
3) Klien dapat melakukan pergerakkan sendi.
4) Klien dapat melakukan perpindahan.
5) Klien dapat berjalan normal
6) Klien dapat berjalan
7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika
diperlukan
8) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

c. Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan


1) Klien mengetahui nama penyakitnya.
2) Klien dapat menjelaskan proses penyakit.
3) Klien dapat menjelaskan faktor penyebab dan resiko penyakitnya
4) Klien menjelaskan efek dari penyakit
5) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit
6) Klien menjelaskan tindakan-tindakan untuk meminimalkan progresi
penyakit.
7) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala komplikasi

d. Diagnosa keperawatan : cemas


1) Tidak ada tanda-tanda kecemasan secara fisik pada klien.
2) Klien tidak menunjukkan perubahan perilaku akibat kecemasan
3) Klien melaporkan tidak ada kecemasan secara fisik.

e. Diagnosa keperawatan : gangguan citra tubuh


1) Klien mendemonstrasikan penerimaan bentuk tubuh
2) Klien puas dengan penampilan dan fungsi tubuh
3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.
57

f. Diagnosa keperawatan : Resiko jatuh


1) Klien dapat menempatkan penopang untuk mencegah jatuh.
2) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai
kebutuhan.

g. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (mandi)


1) Klien menunjukkan kepuasan tentang kebersihan tubuh
2) Klien membersihkan dan mengeringkan tubuh.
3) Klien menunjukkan kemampuan melakukan perawatan tubuh.

h. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (toileting)


1) Klien menunjukkan kemampuan untuk masuk dan keluardari toilet.
2) Klien menunjukkan kemampuan untuk masuk dan keluar dari toilet
3) Klien menunjukkan kemampuan membersihkan diri setelah toileting.
58

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disampaikan satu kasus pada lanjut usia dengan masalah
osteoarthritis pada Ny.A yang bertempat tinggal di panti sosial tresna
werdha budi mulia 2 cengkareng. Untuk melengkapi data penulis
mengadakan pengambilan data dengan wawancara observasi dan
pemeriksaan fisik.

Asuhan keperawatan lanjut usia dengan osteoarthritis yang mulai


dilakukan pada tanggal 2-4 april 2018. Dalam memberikan asuhan
keperawatan yang meliputi lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lanjut usia. Dari hasil pengumpulan
data pada lanjut usia diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Klien Bernama Ny.A usia 68 tahun bertempat tinggal di Panti
Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 Cengkareng, tempat
tanggal lahir klien di Blitar 1 Februari 1950, Klien berjenis
kelamin perempuan, suku klien jawa, klien beragama islam,
pendidikan klien tidak tamat SD, status perkawinan klien
kawin, dan keluarga yang dapat dihubungi tidak ada.

b. Riwayat Keluarga
Klien menikah dengan Tn.F dan mempunyai anak 1.

c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan klien saat ini adalah tidak bekerja. Pekerjaan
klien sebelumnya adalah pekerja rumah tangga. Sumber-
59

sumber pendapatan terhadap kebutuhan yaitu untuk memenuhi


keperluan klien sehari-hari.

d. Riwayat Lingkungan Tinggal


Sebelumnya klien ikut bersama orang tinggal di daerah Rawa
Badak. Jumlah orang yang tinggal dirumah hanya 4 orang
yaitu sepasang suami istri, anak dan klien sendiri. Derajat
privasi tempat tinggal klien adalah baik.

e. Riwayat Rekreasi
Hobi klien adalah memasak. Klien tidak mengikuti organisasi
apapun. Klien mengatakan untuk hiburannya selama berada di
panti adalah mendengar radio. Terkadang klien mengikuti
panggung ceria yang diadakan oleh pihak panti tetapi
tergantung dengan kondisi kakinya saat ini apakah sedang
merasakan nyeri atau tidak.

f. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Saat Ini
Ny.A mengatakan kaki kanannya terasa sakit terutama
di dengkul nya. Ny.A mengatakan kakinya kalau pagi
hari saat baru bangun tidur terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya kurang lebih 15 menit. Ketika ditanya
skala nyeri nya 4. Ny.A mengatakan untuk jalan terasa
sakit dan ngilu sehingga untuk jalan lama klien tidak
kuat dan terkadang timbul bunyi seperti retak atau
bunyi “krek”.

b) Pengetahuan Dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan


Ny.A mengatakan tidak tahu sakit apa yang dia alami
yang dia tahu hanya terkait tentang rasa nyerinya. Ny.A
60

mengatakan kalau nyerinya timbul maka klien memberi


obat oles seperti balsem.

c) Obat-Obatan Yang Digunakan


Allupurinol 1x1 tablet 100mg.
Obat oles atau balsem jika sakit

2) Riwayat Kesehatan Lalu


a) Penyakit/Keluhan Yang Telah Di Derita
Ny.A mengatakan pernah jatuh semasa kecil sehingga
menimbulkan ketidaksimetrisan antara tangan kanan
dan kirinya.

b) Riwayat Operasi / Dirawat Di Rumah Sakit


Ny.A mengatakan dirinya pernah melakukan operasi
katarak pada mata kanan dan kirinya.

c) Riwayat Obstetrik
Ny.A mengatakan dirinya telah melahirkan 1 orang
anak laki-laki.

3) Riwayat Penyakit Keluarga


Ny.A mengatakan keluarganya tidak adaa yang memiliki
penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, diabetes
mellitus dll.

g. Pemeriksaan Kebutuhan Sehari-Hari


1) Nutrisi
a) Jumlah
Ny.A mengatakan biasanya klien makan hanya 3
centong nasi dan habis.
61

b) Pola Makan
Ny.A makan sehari 3 kali yaitu pagi, siang, dan sore
hari.

c) Gaya Hidup
Ny.A mengatakan hanya makan makanan yang berasal
dari panti dan tidak pernah membeli makanan dari luar
panti.

d) Diit Khusus
Tidak ada diit khusus klien makan makanan sama
dengan lansia yang lainnya klien hanya mengindari
makananan seperti kangkung, kol, toge, bayam, dan
ikan.

e) Masalah Yang Mempengaruhi Asupan Makanan


Klien mengatakan tidak bisa makan makanan seperti
kangkung, kol, toge, bayam, dan ikan karena kalau
Ny.A makan makanan tersebut lututnya terasa sakit dan
ngilu.

f) Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat Badan


Ny. A mengatakan selama dipanti tidak mengetahui
apakah terjadi penurunan atau peningkatan berat badan.

2) Personal Hygiene
Kebersihan badan, rambut, kuku, mulut, dan genital
(kondisi, pola dan masalah)
a) Kebersihan Badan
-Kondisi
Kulit Ny.A bersih, tidak kotor, Ny.A menggunakan
baju yang bersih dan rapih.
62

-Pola
Ny.A mengatakan biasanya mandi 2x sehari yaitu pagi
dan sore hari menggunakan sabun.

-Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan badan klien.

b) Kebersihan Rambut
-Kondisi
Rambut klien berwarna hitam, tidak kotor, tetapi
sedikit kusut.

-Pola
Ny.A mengatakan biasanya keramas 1xsetiap 2hari
menggunakan shampoo.

-Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan rambut klien.

c) Kebersihan Kuku
-Kondisi
Kuku klien tidak panjang dan terlihat bersih

-Pola
Ny.A mengatakan biasanya dipotong tidak tentu
waktunya.

-Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan kuku klien.
63

d) Kebersihan Mulut
-Kondisi
Gigi Ny.A sedikit kehitaman. Ketika ditanyakan
ternyata dulu sering menyirih, tidak tercium bau pada
mulut klien.

-Pola
Ny.A mengatakan sikat gigi 2x sehari yaitu saat mandi
dengan menggunakan odol.

-Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan mulut.

e) Kebersihan Genital
-Kondisi
Ny.A mengatakan selalu cebok setelah selesai BAB
atau BAK.

-Pola
Ny.A selalu cebok dengan air bersih ketika selesai
BAB atau BAK.

-Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan genitalia klien.

3) Aktifitas/Istirahat
a) Kemampuan Beraktifitas Sehari-Hari
Ny.A mampu beraktifitas sendiri tanpa dibantu oleh
orang lain tetapi aktifitasnya dilakukan dengan pelan-
pelan.
64

b) Penggunaan Alat Bantu


Ny.A tidak menggunakan alat bantu apapun .

c) Pola Tidur
Ny.A tidur dimalam hari dan bangun pagi hari (kurang
lebih mulai jam 20.00 sampai dengan 04.00)

d) Nocturia Dan Masalah Yang Ada


Klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak karena panas.

4) Eliminasi
a) Eliminasi Faeses
- Pola
Ny.A mengatakan biasanya BAB 3x seminggu.

- Masalah
Tidak ada masalah dalam proses BAB.

b) Eliminasi urin
- Pola
Ny.A mengatakan biasanya BAK 6x sehari tetapi
tergantung dari jumlah air yang diminumnya hari
itu.

- Masalah
Tidak ada masalah dalam proses urine.

5) Oksigenasi
a) Pola Nafas
Pola nafas klien normal dan teratur.
65

b) Frekuensi/Menit
Frekuensi nafas klien 18x/menit.

c) Adanya Batuk, Sesak, Hemoptysis (Batuk Darah),


Sputum, Dan Riwayat Alergi Apapun
Ny.A mengatakan tidak ada batuk, sesak, hemoptysis
(batuk darah), sputum, dan riwayat alergi apapun.

6) Spiritual
a) Hubungan Klien Dengan Tuhan
Hubungan klien dengan tuhan baik, Ny.A menyakini
bahwa Allah SWT adalah tuhannya.

b) Kebiasaan Dalam Melakukan Ibadah


Ny.A melakukan sholat 5 waktu dan selalu mengikuti
pengajian di pagi hari.

c) Kemampuan Dalam Pelaksanaannya


Ny.A mampu melakukan ibadah secara mandiri

d) Adanya Masalah Dalam Beribadah


Ny.A mengatakan terkadang nyerinya menyebabkan
susah untuk melakukan shalat berjamaah dimusholla.
Sehingga Ny.A sering melakukan shalat di kamarnya.

h. Tinjauan sistem
1) Kondisi Dari Sistem Tubuh Yang Ada
Semua sistem yang ada pada tubuh klien baik kecuali pada
sistem muskoloskeletal terutama pada ekstermitas bagian
bawah sebelah kanan tepatnya pada lutut Ny.A.
66

2) Masalah / Gangguan pada sistem tubuh


- Ny.A mengatakan nyeri/sakit pada kaki lututnya
ketika berjalan.
- Terdapat benjolan/bengkak pada kaki kanan Ny.A

3) Penggunaan Protesa
Ny.A tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas.

2. Pengkajian Psikologi
a. Proses Fikir
Ny.A masih mengingat tentang ceritanya dimasa lalu tentang
dirinya, suaminya sekarang tidak tau dimana keberadaannya .

b. Gangguan Perasaan (Depresi, Wajah Tanpa Ekspresi,


Kelelahan, Acuh Tak Acuh, Mudah Tersinggung).
Saat diwawancara tentang dirinya klien mnceritakan semua
pengalamannya dengan senang dan ekspresif.

c. Komunikasi (Penggunaan Protesa, Kesulitan Berkomunikasi,


Putus Asa dll)
Klien dalam berkomunikasi tidak ada hambatan/kesulitan.
Secara pengamatan klien mampu berkomunikasi dengan
temannya yang lain dengan baik.

d. Orientasi (Tempat, Waktu, dll)


Saat dikaji menggunakan MMSE Ny.A mampu menyebutkan
tanggal, hari, tahun, dan lokasi dimana klien saat ini tetapi
klien lupa pada harinya.

e. Sikap Klien Terhadap Lanjut Usia


- Sikap Klien Dengan Temannya
67

Sikap klien dengan temannya baik, tidak pernah ada


konflik kalaupun ada konflik Ny.A mengatakan
lebih baik menghindar.

- Klien Memandang Dirinya


Ny.A mengatakan dirinya sekarang sudah tua dan
tidak mampu beraktivitas secara normal/seperti
dahulu.

- Reaksi Klien Terhadap Kehilangan Pasangan


Ny.A mengatakan kehilangan pasangan pastilah
sangat sedih rasanya.

f. Mekanisme Koping Klien Terhadap Masalah Yang Ada


Ny.A mengatakan biasanya jika memang ada konflik dengan
temannya dia memilih meninggalkan temannya supaya
masalahnya tidak tambah panjang.

3. Pengkajian Sosial Ekonomi


a. Latar belakang klien
Ny.A lahir di blitar, kemudian punya keinginan untuk merantau
ke jakarta karena di blitar klien tinggal bersama pamannya
(adik dari ayah nya) setelah pisah dengan suami dan anaknya
yang sudah memiliki jalan masing-masing. Sedangkan orang
tua klien telah meninggal saat klien masih kecil, kemudian
klien merantau dan bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Kurang lebih 1tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga,
klien berhenti dari pekerjaannya karena majikan klien pindah
keluar kota, kemudian klien bingung bagaimana cara akan
hidup di jakarta, akhirnya klien memutuskan untuk tidur di
masjid yang ada di daerah rawa badak. Klien terjaring
68

penertiban dari dinas sosial dan kemudian di titipkan dipanti


sosial tresna werdha budi mulia 2 cengkareng.

1) Frekuensi Hubungan Sehari-Hari


- Dengan Keluarga
Semenjak klien berada di panti sosial tresna werdha
budhi mulia 2 cengkareng ini keluarga tidak ada
yang menjenguknya.

- Dengan Masyarakat
Selama tinggal di panti sosial tresna werdha budhi
mulia 2 cengkareng hubungan klien dengan teman-
temannya baik, jarang terjadi konflik antara Ny.A
dengan teman-temannya selama di panti sosial
tresna werdha budhi mulia 2 cengkareng.

- Aktifitas Klien Di Panti


Selama dipanti Ny.A hanya makan, tidur,
mendengarkan radio. Terkadang Ny.A mengikuti
kegiatan yang ada di panti seperti mengaji bersama.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Suhu : 36,8 C
4) Nadi : 86 X/Menit
5) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
6) Pernafasan : 18 X/Menit
7) Tinggi Badan : 152 Cm
8) Berat Badan : 55 Kg
69

b. Pemeriksaan Dan Kebersihan Perorangan


1) Kepala
- Rambut
Rambut klien bersih, warna rambut klien putih,
sedikit kusut, dan tidak adaa benjolan.

- Mata
Mata klien kurang bisa melihat dengan jelas karena
setelah operasi katarak.

- Hidung
Hidung klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
polip, penciuman klien sedikit kurang.

- Telinga
Simetris, ada 2 dikanan dan dikiri, bersih.

2) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis.

3) Dada/Thorak
- Dada
Perkembangan dada simetris antara dada kanan dan
dada kiri.

- Paru-Paru
Saat diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi suara
paru-paru vesikuler.
70

- Jantung
Suara jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi
tambahan.

4) Abdomen
Perut klien lembek/tidak keras, bising usus kurang lebih
8x/menit.

5) Muskoloskeletal
- Ekstermitas Atas
Pada tangan kiri klien normal tidak ada masalah .
Pada tangan kanan klien terdapat masalah yaitu
adanya benjolan pada bahu, sulit digerakkan, Ny.A
mengatakan benjolannya tersebut karena trauma
akibat jatuh.

- Ekstermitas Bawah
Pada kaki kiri klien tidak ada masalah.
Pada kaki kanan klien terdapat bengkak
Antara kaki kiri klien terdapat perbedaan ukuran
Saat berjalan gaya berjalan Ny.A tidak normal

6) Lain-Lain
- GCS : 15 (Eye : 4, Motoric : 6, Verbal : 5)
- Kekuatan Otot :
4444 4444
4444 4444

7) Keadaan Lingkungan
- Keadaan disekitar klien bersih terutama tempat tidur
klien.
71

- Jarak tempat tidur klien dengan temannya kurang


lebih 50 cm.

5. Informasi Penunjang
a. Diagnosa Medis
Osteoarthritis

b. Laboratorium
Hasil pemeriksaan asam urat pada klien pada tanggal 2 April
2018 :8,4 mg/dl (Normal : Perempuan : 2,6-6 mg/dl, Laki-laki :
3,5-7,2 mg/dl)

c. Terapi Medis
Allupurinol 1 x 1 tablet 100mg.
72

Resume Pengkajian
Klien bernama Ny.A lahir di blitar pada tanggal 1 februari
1950, klien merantau ke jakarta karena di blitar klien tinggal
bersama pamannya (adik dari ayah nya) setelah pisah dengan
suami dan anaknya yang sudah memiliki jalan masing-masing.
Kemudian klien merantau dan bekerja sebagai asisten rumah
tangga. Kurang lebih 1tahun bekerja sebagai asisten rumah
tangga, klien berhenti dari pekerjaannya karena majikan klien
pindah keluar kota, kemudian klien bingung bagaimana cara
akan hidup di jakarta, akhirnya klien memutuskan untuk tidur
di masjid yang ada di daerah rawa badak. Klien terjaring
penertiban dari dinas sosial dan kemudian di titipkan dipanti
sosial tresna werdha budi mulia 2 cengkareng. Saat dikaji pada
hari senin tanggal 2 April 2018 Ny.A kooperatif dengan
perawat. Ny.A memiliki diagnosa medis osteoarthritis. Ny.A
mengatakan kaki kanannya terasa sakit terutama di dengkulnya
yang sebelah kanan. Ny.A mengatakan kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur terasa ngilu dan sulit bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit. Ketika ditanya skala nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri nya 4. Ny.A mengatakan untuk jalan
terasa sakit dan ngilu sehingga untuk jalan lama klien tidak
kuat dan terkadang timbul bunyi seperti retak atau bunyi
“krek”. Saat dikaji keadaan umum klien baik, dengan
kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital klien : Suhu :
36,8 C, Nadi : 86 x/menit, tekanan darah : 130/80 mmHg dan
pernafasan : 18 X/Menit. Hasil pemeriksaan asam urat pada
klien tanggal 2 April 2018 : 8,4 mg/dl.
73

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Ny.A mengatakan kaki - Klien terlihat menahan sakit
kanannya terasa sakit terutama - Pada lutut klien terdapat bengkak
dengkulnya. dan juga kemerahan.
- Ny.A mengatakan kakinya - Keadaan umum : Baik
kalau pagi hari saat baru - Kesadaran : Composmentis
bangun tidur terasa ngilu dan - Tanda-Tanda Vital
sulit bergerak lamanya Suhu : 36,8
kurang lebih 15 menit. Nadi : 86 x/menit
- Ketika ditanya skala nyerinya Tekanan Darah : 130/80mmHg
Ny.A mengatakan skala Pernafasan : 18x/menit
nyerinya 4. Tinggi badan : 152 cm
- Ny.A mengatakan untuk jalan Berat badan : 55 Kg
terasa sakit dan ngilu sehingga - Skala Nyeri :4
untuk jalan lama klien tidak - Intensitas : Muncul pagi
kuat dan terkadang hari dan ketika
timbul bunyi seperti retak atau berjalan
bunyi “krek”. - Durasi : 15 menit
- Ny.A mengatakan pernah jatuh - GCS : 15 (Eye : 4, Motorik : 6,
dan menyebabkan benjol pada Verbal : 5)
bahu kanan. - Kekuatan Otot : 4444 4444
- Ny.A mampu beraktifitas 4444 4444
sendiri tetapi aktifitasnya - Terdapat benjolan pada bahu kanan
dilakukannya dengan pelan- dan sulit digerakkan akibat jatuh.
pelan. - Saat berjalan gaya berjalan Ny.A
- Ny.A mengatakan nyeri atau tidak normal
sakit pada lututnya ketika - Hasil pemeriksaan asam urat pada
berjalan tanggal 2 April 2018 : 8,4 mg/dl
- Ny.A mendapat terapi allupurinol
1 x 1 tablet 100 mg.
74

ANALISA MASALAH

NO Data Fokus Masalah Etiologi


1 Data Subjektif : Gangguan rasa aman dan Proses
- Ny.A mengatakan kaki nyaman : nyeri Inflamasi
kanannyaterasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny.A mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyeri nya Ny.A
mengatakan skala
nyerinya 4.
- Ny.A mengatakan nyeri
atau sakit pada lututnya
ketika berjalan.

Data Objektif :
- Klien terlihat menahan
Sakit
- Pada lutut klien terdapat
bengkak dan juga
kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran:
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
75

Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Skala Nyeri : 4
- Intenstitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang lebih 15
menit.
- Hasil pemeriksaan asam
urat pada klien tanggal 2
April 2018 : 8,4 mg/dl
- Ny.A mendapat terapi
Allupurinol 1 x 1 tablet
100 mg

2 Data Subjektif Kerusakan mobilitas fisik Nyeri dan


- Ny.A mengatakan kaki ketidaknyam
kanannya terasa sakit anan
terutama dengkulnya.
- Ny.A mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri
nya 4.
- Ny.A mengatakan untuk
76

jalan terasa sakit dan


ngilu sehingga untuk
jalan lama klien tidak
kuat dan terkadang
timbul bunyi seperti
retak atau bunyi “krek”.
-Ny.A mengatakan nyeri
atau sakit pada lututnya
ketika berjalan.

Data Objektif
- Klien terlihat menahan
Sakit
- Pada lutut klien terdapat
bengkak dan juga
kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Skala Nyeri : 4
- Intenstitas : muncul
pagi hari dan ket berjalan
- Durasi : kurang lebih 15
menit.
-Kekuatan Otot : 4444 4444
4444 4444
77

- Terdapat benjolan pada


bahu kanan dan sulit
digerakkan akibat jatuh.
- Saat berjalan gaya berjalan
Ny.A tidak normal.

3 Data Subjektif : Resiko Jatuh Adanya


- Ny.A mengatakan kaki peradangan
kanannya terasa sakit pada
terutama dengkulnya. persendian
- Ny.A mengatakan (Arthritis)
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri
nya 4.
- Ny.A mengatakan untuk
jalan terasa sakit dan
ngilu sehingga untuk
jalan lama klien tidak
kuat dan terkadang
timbul bunyi seperti
retak atau bunyi “krek”.
- Ny.A mengatakan pernah
jatuh dan menyebabkan
benjol pada bahu kanan.
- Ny.A mampu beraktifitas
sendiri tetapi aktifitasnya
78

dilakukannya dengan
pelan-pelan.
- Ny.A mengatakan nyeri
atau sakit pada lututnya
ketika berjalan.

Data Objektif :
- Klien terlihat menahan
Sakit
- Pada lutut klien terdapat
bengkak dan juga
kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Intenstitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan.
-Kekuatan Otot : 4444 4444
4444 4444
- Terdapat benjolan pada
bahu kanan dan sulit
digerakkan akibat jatuh.
- Saat berjalan gaya berjalan
Ny.A tidak normal.
79

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

N Diagnosa Tanggal Tanggal


O Ditemukan Teratasi
1 Gangguan rasa aman nyaman : nyeri 2 April 2018 4 April 2018
berhubungan dengan Proses Inflamasi
ditandai dengan
Data Subjektif :
- Ny.A mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny.A mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri
nya 4.
- Ny.A mengatakan nyeri
atau sakit pada lututnya ketika berjalan.

Data Objektif :
- Klien terlihat menahan
Sakit
- Pada lutut klien terdapat
bengkak dan juga
kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
80

- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Skala Nyeri : 4
- Intenstitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang lebih 15
menit.
- Hasil pemeriksaan asam
urat pada klien tanggal 2
April 2018 : 8,4 mg/dl
- Ny.A mendapat terapi
Allupurinol 1 x 1 tablet
100 mg

2 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan 2 April 2018 4 April 2018


dengan nyeri dan ketidaknyamanan ditandai
dengan

Data Subjektif :
- Ny.A mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
81

- Ny.A mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala


nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri
nya 4.

- Ny.A mengatakan untuk


jalan terasa sakit dan
ngilu sehingga untuk
jalan lama klien tidak
kuat dan terkadang
timbul bunyi seperti
retak atau bunyi “krek”.

-Ny.A mengatakan nyeri


atau sakit pada lututnya
ketika berjalan.

Data Objektif :
- Klien terlihat menahan
Sakit
- Pada lutut klien terdapat
bengkak dan juga
kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
82

- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Skala Nyeri : 4
- Intenstitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang lebih 15
menit.
-Kekuatan Otot : 4444 4444
4444 4444
- Terdapat benjolan pada
bahu kanan dan sulit
digerakkan akibat jatuh.

- Saat berjalan gaya berjalan


Ny.A tidak normal.

3 Resiko jatuh berhubungan dengan adanya 2 April 2018 4 April 2018


peradangan pada sendi (Arthritis)
83

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Gangguan rasa aman dan nyaman : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada 1.Kaji karakteristik nyeri
nyeri berhubungan dengan Proses Ny.A selama 3X24 jam diharapkan gangguan rasa 2.Berikan klien kompres pada lokasi nyeri
Inflamasi ditandai dengan aman nyaman dapat teratasi dengan kriteria hasil : 3.Anjurkan klien untuk mandi air hangat
Data Subjektif : -Nyeri berkurang 4.Ajarkan klien terapi fisik Range Of
- Ny.A mengatakan kaki kanannya -Skala nyeri 1-3 Motion (ROM)
terasa sakit terutama dengkulnya. -Tanda-tanda infeksi tidak 5.Ajarkan klien tekhnik relaksasi nafas
- Ny.A mengatakan kakinya kalau ada dalam.
pagi hari saat baru bangun tidur 6.Anjurkan klien untuk mengompres
terasa ngilu dan sulit bergerak lokasi nyeri bila nyeri timbul
lamanya kurang lebih 15 menit. 7.Kolaborasi dengan dokter dalam
- Ketika ditanya skala nyeri nya Ny.A pemberian analgetik bila nyeri dirasa
mengatakan skala nyeri nya 4. tambah parah.
- Ny.A mengatakan nyeri atau sakit
pada lututnya ketika berjalan.
84

Data Objektif :
- Klien terlihat menahan sakit
- Pada lutut klien terdapat bengkak
dan juga kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Skala Nyeri : 4
- Intenstitas : muncul pagi hari dan
ketika berjalan
- Durasi : kurang lebih 15 menit.
- Hasil pemeriksaan asam urat pada
klien tanggal 2 April 2018 :
85

8,4mg/dl
- Ny.A mendapat terapi Allupurinol
1 x 1 tablet 100 mg
2 Kerusakkan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada 1.Kaji kemampuan aktivitas klien
berhubungan dengan nyeri dan Ny.A selama 3 x 24 jam diharapkan kerusakan 2.Anjurkan klien untuk tetap beraktivitas
ketidaknyamanan ditandai dengan mobilitas fisik dapat teratasi dengan tapi tidak berat.
Data Subjektif kriteria hasil : 3.Anjurkan klien untuk menghindari
- Ny.A mengatakan kaki kanannya klien mampu beraktivitas tanpa adanya hambatan. latihan fisik yang berat dan mengangka
terasa sakit terutama dengkulnya. beban yang berat.
- Ny.A mengatakan kakinya kalau 4.Bantu aktivitas klien.
pagi hari saat baru bangun tidur 5.Informasikan pada klien tentang
terasa ngilu dan sulit bergerak penyakitnya dan latihan Range Of Motion
lamanya kurang lebih 15 menit. (ROM)
- Ketika ditanya skala nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri nya 4.
- Ny.A mengatakan untuk jalan terasa
sakit dan ngilu sehingga untuk
jalan lama klien tidak kuat dan
terkadang timbul bunyi seperti retak
86

atau bunyi “krek”.


- Ny.A mengatakan nyeri atau sakit
pada lututnya ketika berjalan.

Data Objektif
- Klien terlihat menahan sakit
- Pada lutut klien terdapat bengkak
dan juga kemerahan
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi 86 x/menit
Tekanan Darah :
130/80 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
- Skala Nyeri : 4
87

- Intenstitas : muncul pagi hari dan


ketika berjalan
- Durasi : kurang lebih 15 menit.
- Kekuatan Otot : 4444 4444
4444 4444
- Terdapat benjolan pada bahu kanan
dan sulit digerakkan akibat jatuh.
- Saat berjalan gaya berjalan Ny.A
tidak normal.
88

D.PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/ No dx Jam Tindakan keperawatan dan respon klien Paraf


Tanggal
Senin, 2 1 10.00 Mengkaji karakteristik nyeri Hepy
April 2018 Ds:
- Ny.A mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny.A mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyeri nya Ny.A
mengatakan skala nyeri
nya 4.
Do:
- Klien terlihat menahan sakit
- Pada lutut klien terdapat bengkak dan
juga kemerahan.

10.20 Memberikan klien kompres pada lokasi nyeri


Ds:
- Ny.A mengatakan sedikit nyaman dan
enakkan.
Do :
- Klien terlihat sedikit nyaman
89

10.40 Menganjurkan klien untuk mandi dengan air


hangat
Ds:
Klie mengatakan “Baik sus, nanti saya akan
praktekkan”
Do:
Klien tampak mengerti dengan anjuran perawat.

10.50 Mengajarkan klien tekhnik relaksasi nafas


dalam
Ds:
Klien mengatakan lebih enakan dan bisa
mengontrol sakitnya
Do:
Klien mampu mempraktekkan tekhnik nafas
dalam

10.55 Menganjurkan klien untuk mengompres lokasi


nyeri bila timbul
Ds:
Klien mengatakan “Iya sus, nanti akan saya
praktekkan kalau tiba-tiba sakit”
Do:
Klien terlihatmengerti dengan anjuran perawat.

11.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian


analgetik bila nyeri dirasa tambah parah.
Ds: -
Do: Klien mendapat terapi Allupurinol
1 x 1 tablet 100mg
2 13.40 Mengkaji kemampuan aktivitas klien
Ds:
90

Ny.A mengatakan mampu beraktivitas sendiri


tetapi aktifitasnya dilakukannya dengan pelan-
pelan.
Do:
Klien melakukan aktivitas dengan pelan-pelan.

14.05 Menganjurkan klien untuk menghindari


latihan fisik yang berat dan mengangkat
beban yang berat
Ds:
Klien mengatakan “Tenang saja sus, saya tidak
akan melakukan aktivitas yang berat kok sus”
Do:
Klien mendengarkan anjuran perawat.

14.25 Menganjurkan klien untuk tetap beraktivitas


tapi tidak berat.
Ds:
Klien mengatakan “Iya sus, saya hanya jalan-jalan
dekat saja”
Do:
Klien mendengarkan saran perawat.

14.35 Membantu aktivitas klien


Ds:
Klien mengatakan “Terima kasih sus sudah
membantu saya”
Do:
Klien senang dapat dibantu perawat

15.00 Menginformasikan pada klien tentang


penyakitnya
91

Ds:
Klien mengatakan “oh jadi saya mengalami
pengapuran sendi ya sus”
Do:
Klien menyebutkan pengertian, tanda dan gejala
serta penyebab dari penyakitnya.
3 15.30 Mengkaji riwayat jatuh klien Hepy
Ds:
Klien mengatakan pernah jatuh beberapa tahun
yang lalu
Do:
Klien menceritakan riwayat jatuhnya

15.45 Membantu gaya berjalan klien dan


keseimbangan klien
Ds:-
Do:
Gaya berjalan klien tidak normal.

16.05 Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang


berpengaruh terhadap resiko jatuh
Ds:-
Do:
Faktor yang mempengaruhi terhadap resiko jatuh
adalah lantai kamar mandi yang licin dan basah

16.10 Mengkaji karakteristik lingkungan yang


mungkin meningkatkan potensial jatuh
Ds:-
Do:
Karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensial jatuh adalah penerangan
92

yang kurang dan lantai yang licin.

16.25 Memberikan informasi tentang bahaya


lingkungan dan ciri-cirinya.
Ds:
Klien mengatakan akan lebih berhati-hati saat
beraktifitas agar tidak jatuh
Do:
Klien mampu menerapkan apa yang disampaikan
perawat.
Selasa, 3 1 09.30 Mengkaji Karakteristik nyeri
April 2018 Ds:
Klien mengatakan kakinya masih terasa seperti
kemarin
Do:
-Klien tampak menahan sakit
-Pada lutut klien masih bengkak dan
Kemerahan

10.15 Memberikan kompres pada lokasi nyeri


Ds:
Klien mengatakan “Kalau di kompres enakkan sus
tapi nanti kambuh lagi”
Do:
Klien lebih nyaman dari sebelumnya

10.25 Menganjurkan klien untuk mandi air hangat


Ds:
Klien mengatakan “Iya sus, tadi pagi saya sudah
mandi dengan air hangat”
Do:
Klien mempraktekkan apa yang sudah dianjurkan
93

oleh perawat

11.00 Mengajarkan klien tekhnik relaksasi nafas


dalam
Ds:
Klien mengatakan “Iya sus saya sudah
mempraktekkan jika nyeri nya terasa”
Do:
Klien mempraktekkan apa yang sudah diajarkan

11.10 Menganjurkan klien untuk mengompres lokasi


nyeri bila nyeri timbul
Ds:
Klien mengatakan “Saya sudah mempraktekkan
kok sus”
Do:
Klien mempraktekkan apa yang sudah diajarkan
perawat

11.20 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian


analgetik bila dirasa nyeri tambah parah.
Ds:-
Do:
Klien mendapat terapi allupurinol 1x1 100mg

2 13.10 Mengkaji kemampuan aktivitas klien Hepy


Ds:
Klien mengatakan aktivitasnya seperti biasa
Do:
Klien melakukan aktivitas seperti biasa
94

13.35 Membantu aktivitas klien


Ds:
Klien mengatakan “tidak usah dibantu sus,
makasih sebelumnya”
Do:
Klien mampu melakukan aktivitas sendiri.
3 13.50 Memantau gaya berjalan dan keseimbangan Hepy
klien
Ds:-
Do:
Gaya berjalan klien masih tidak normal
Rabu, 4 1 10.00 Mengkaji karakteristik nyeri Hepy
April 2018 Ds:
Klien mengatakan kakinya masih nyeri tetapi
sudah sedikit berkurang
Do:
Klien terlihat sudah lebih nyaman

10.25 Memberikan klien kompres pada lokasi nyeri


Ds:
Klien mengatakan “terima kasih ya sus sudah mau
mengompreskan”
Do:
Klien terlihat rileks

10.40 Menganjurkan klien untuk mandi dengan air


hangat
Ds:
Klien mengatakan “iya sudah sus tadi pagi saya
mandi dengan air hangat”
95

Do:
Klien mempraktekkan apa yang sudah dianjurkan
perawat

11.25 Menganjurkan klien untuk mengompres lokasi


nyeri bila nyeri timbul
Ds:
Klien mengatakan sudah mempraktekkannya
Do:
Klien mempraktekkan apa yang sudah dianjurkan
perawat

11.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian


analgetik bila dirasa nyeri tambah parah.
Ds:-
Do:
Klien mendapat terapi allupurinol 1x1 tablet
100mg.

14.00 Mengajarkan klien terapi fisik Range Of


Motion (ROM)
Ds:
Klien mengatakan enakkan kakinya dapat
digerakkan dan tidak kaku
Do:
Klien mempraktekkan ROM mulai dari kepala
sampai jari-jari kaki dengan benar tanpa bantuan
perawat.
2 14.15 Menginformasikan pada klien tentang latihan Hepy
Range Of Motion (ROM)
Ds:
Klien mengatakan akan mempraktekkan gerakan
96

ROM ini karena gerakan ini membuat kaki klien


lebih enak dan tidak kaku.
Do:
Klien mendengarkan anjuran perawat
97

C. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal No dx Evaluasi (SOAP) Paraf

Rabu, 4 April 1 Subjektif Hepy


2018 Ny.A mengatakan rasa nyerinya sudah berkurang
dan skala nyerinya 1

Objektif
Tidak ada bengak, kemerahan pada dengkul
klien.
Skala nyeri 1

Analisa
Masalah teratasi

Planning
Pertahankan intervensi
Rabu, 4 April 2 Subjektif: Hepy
2018 Ny.A mengatakan sekarang aktivitasnya lebih
mudah dan tidak nyeri lagi

Objektif
Klien mampu beraktivitas tanpa hambatan

Analisa
Masalah teratasi

Planning
Pertahankan Intervensi
98

Rabu, 4 April 3 Subjektif: Hepy


2018 Ny.A mengatakan apabila lantai dipanti licin
maka klien akan berhati-hati dan akan berjalan
dengan pelan-pelan

Objektif
Klien mempraktekkan cara berjalan dengan
benar apabila lantai disekitar klien licin

Analisa
Masalah Teratasi

Planning
Pertahankan Intervensi
99

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan antara


tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar
pada lansia Ny.A dengan Osteoarthritis yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng, dengan mengikuti tahap-tahap
proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan
evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi. Tekhnik pengumpulan data pengkajian, penulis
melakukan wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi
lansung, melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainnya.
Pada saat pengkajian penulis mendapatkan kendala untuk memperoleh data
yang lengkap tentang respon terhadap tindakan yang dilakukan oleh perawat
ruangan karena banyak data yang tertulis tidak lengkap, misalnya pada
dokumentasi tidak ada data pemeriksaan diagnostik seperti hasil
laboratorium asam urat, CT-Scan, serta pendokumentasian catatan
keperawatan tidak tercatat lengkap selain itu,minimnya sumber buku tentang
asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan osteoarthritis juga menyulitkan
penulis untuk melakukan pengkajian.

Dalam pengkajian setelah data diperoleh dan kemudian dianalisa serta


dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa
kesamaan dan kesenjangan.Pada penyebab terdapat beberapa kesamaan antara
kasus dengan tinjauan teori dimana penyebab osteoarthritis adalah umur, jenis
kelamin, genetik, suku, kegemukan, pengausan(wear and tear), trauma,
akibat radang sendi lain, joint alligment, penyakit endokrin, dan deposit
pada rawan sendi sedangkan osteoarthritis yang terjadi pada Ny. A
disebabkan karna faktor usia, jenis kelamin, dan juga trauma akibat jatuh
beberapa tahun yang lalu.
100

Berdasarkan teori tanda gejala ada pada kasus osteoarthritis Ny. A seperti
rasa nyeri pada sendi, kekakuan dan keterbatasan gerak, peradangan,
mekanik, pembengkakan sendi, deformitas dan gangguan fungsi. Gejala yang
dialami oleh Ny.A nyeri pada lutut kanan, dan sulit bergerak terutama pada
pagi hari dengan durasi kurang lebi 15 menit.

Pada sistem muskuloskeletal terdapat kesaamaan antara tinjauan kasus dengan


tinjauan teoritis yaitu adanya gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan
penghubung, persendian membesar dan menjadi kaku, dan pada tinjauan
kasus Ny.A mengatakan lutut kanan terasa kaku dan nyeri saat berjalan,
tampak pula perubahan cara berjalan pada klien.

Dalam aspek spiritual, berdasarkan pada tinjauan teoritis bahwa lanjut usia
akan semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Dan berdasarkan
tinjauan kasus, Ny.A baik dalam melakukan ibadah klien setiap hari selalu
mengerjakan shalat 5 waktu dengan rutin dimushola yang ada di panti tetapi
apabila nyeri pada lutut kanannya timbul Ny.A melakukan shalat didalam
ruangan saja tetapi ketika nyerinya sudah tidak ada maka klien akan
beribadah seperti biasa di Mushola yang ada di panti. Klien beribadah sama
seperti orang-orang pada umumnya tidak ada kebiasaan kusus, klien juga
mengikuti acara pengkajian setiap pagi di panti.

Dalam tinjauan teoritis klien dengan Osteoarthitis mendapat penatalaksanaan


farmakologi berupa obat oles. Berdasarkan hasil tinjauan kasus yaitu klien
menggunakan obat oles seperti balsem yang dioleskan pada lutut kanan klien
untuk mengurangi rasa nyeri pada lutut kanannya.

Selain terdapat persamaan terdapat pula beberapa kesenjangan pada hasil yang
diperoleh dari tinjauan kasus dengan tinjauan teori. Dalam aspek perubahan
fisiologis yang penulis dapatkan dari penyakit pada Ny.A yaitu pada sistem
kardiovaskuler menurut teori lanjut usia cenderung akan mengalami tekanan
darah tinggi akibat pembuluh darah perifer meningkat.

Dalam aspek sosial, menurut teori lanjut usia cenderung memusatkan diri pada
persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematian namun
101

berdasarkan hasil yang diperoleh dari penulis pada kasus Ny.A bisa
bersosialisasi dengan baik dan dapat berinteraksi dengan lanjut usia lainnya
yang berada di panti.

Dalam aspek psikologis, menurut teori lanjut usia akan mengalami gejala
psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah,
mudah tersinggung, dan curiga karna pada seorang lanjut usia cenderung
merasa sudah tidak dibutuhkan lagi. Namun pada hasil yang diperoleh dari
tinjauan kasus Ny.A saat diwawancara menunjukan ekspresi wajah senang,
klien juga terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi, klien banyak
bertanya tentang hal yang tidak dimengerti oleh klien. Setelah dikaji hal itu
terjadi karna menurut Ny.A tidak perlu takut atau merasa tidak dibutuhkan
lagi karna menurutnya memang sudah seharusnya seseorang seusia Ny.A
beristirahat dan tidak perlu beraktifitas lebih.

Berdasarkan pada teori kebutuhan dasar maslow, kebutuhan yang harus


terpenuhi adalah kebutuhan fisiologi, aman nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan juga aktualisasi diri. Namun pada tinjauan kasus ditemukan tiga
gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoartritis, yaitu
gangguan rasa aman nyaman: nyeri, gangguan mobilitas fisik dan resiko jatuh.

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis


terdapat 8 diagnosa keperawatan dengan “Osteoartritis”, yaitu sebagai berikut:

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,


psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri sendi pada
persendian, ekspresi wajah meringis.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas
struktur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur.
102

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah


lupa,tidak mengetahui informasi terkait penyakitnya ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti intruksi yang tidak
akurat.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status
peran,perubahan status kesehatan,stress,ancaman terhadap konsep
diri,ancaman terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang,
kontak mata buruk, klien tampak gelisah, klien mudah tersinggung, klien
tampak khawatir, klien tampak cemas,respirasi meningkat,nadi
meningkat,wajah tegang,anoreksia, kelelahan, peningkattan tekanan darah,
klien sulit berkonsentrasi.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai
perubahan dalam penampilan, stuktur dan fungsi, perasaan negatif tentang
tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada
kekuataan),mengatakan perubahan dalam kehidupan.
6. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada
persendian(arthritis), penurunan kekuatan ekstermitas bawah, kerusakan
mobilitas fisik.
7. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan
sebgaian atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan kluar dari
kamar mandi.
8. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakan
meskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau
menggunakan pispot,klien tidak mampu memenuhi kebersihan toileting.
103

Pada kasus Ny.A ada 3 diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :


1. Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi
2. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan
3. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada
persendian(arthritis)

Dapat disimpulkan bahwa terdapat diagnosa yang ada pada tinjauan


teoritis namun tidak terdapat pada kasus, yaitu :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan adanya kurang paparan, mudah


lupa, tidak mengetahui informasi terkait penyakitnya ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti intruksi yang tidak
akurat.

2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status


peran,perubahan status kesehatan, stress, ancaman terhadap konsep
diri,ancaman terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang,
kontak mata buruk, klien tampak gelisah, klien tampak cemas,respirasi
meningkat, nadi meningkat, suara gemetar, refleks meningkat, wajah
tegang, anoreksia, kelelahan, peningkatan tekanan darah,klien sulit
berkonsentrasi.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma


atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif tentang
tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),
mengatakan perubahan dalam kehidupan.
104

4. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan


muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan
sebagian atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan kluar
dari kamar mandi.

5. Defisit perawatan diri(toileting) berhubungan dengan kerusakan


muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau
menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan
toileting.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun prioritas, menentukan
tujuan, kriteria hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
pada semua diagnosa yang muncul. Adapun yang menjadi prioritas pada
masalah Ny.A adalah gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri.

Hal ini menjadi prioritas karna data-data yang menunjang. Prioritas yang
ada pada teori sudah sesuai dengan kasus Ny.A pada masalah ini perawat
merencanakan tindakan untuk melatih Range Of Motion Klien dengan
tujuan agar sendi klien tidak kaku dan dapat bergerak serta nyeri
berkurang.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai


dengan intervensi yang telah dibuat oleh penulis. Pada tahap pelaksanaan
penulis melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana
tindakan sampai hari ketiga. Pada tahap ini penulis mempunyai sedikit
hambatan dalam melaksanakan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya
oleh penulis pada diagnosa gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri, yaitu
klien kesulitan untuk mengikuti gerakan yang diajarkan oleh penulis karna
105

kedua mata klien tidak dapat melihat sehingga tidak bisa melihat apa yang
di contohkan perawat, oleh karenanya klien hanya menghafal gerakan-
gerakan range of motion yang dituntun oleh perawat.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran


keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis dimulai dari tanggal 2-4 April 2018. Adapun dalam evaluasi
penulis menggunakan SOAP (Subjektif, Obyektif, Analisa untuk dapat
mengetahui adapun masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau
timbul masalah baru atau Plaining).

Evaluasi yang penulis lakukan selama tiga hari berturut-turut. Adapun hasil
dari evaluasi tersebut adalah masalah dari ketiga diagnosa teratasi. Yaitu
diagnosa yang teratasi adalah diagnosa gangguan rasa aman dan nyaman:
nyeri, kerusakan mobilitas fisik, dan resiko jatuh. Walaupun saat dilakukan
tindakan keperawatan terdapat hambatan dalam pelaksanaan diagnosa
gangguan rasaaman dan nyaman : nyeri.
106

BAB V

PENUTUP

Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Kepada
Lanjut Usia Ny.A dengan gangguan pada sistem muskoloskeletal : Osteoartrhritis
selama 3 hari dari tanggal 2-4 April 2018 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Mulia 2 Cengkareng, penulis mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis
maupun tinjauan kasus yaitu :

A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan serta
kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus. Kesamaaan yang terdapat
antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus adalah pada penyebab, tanda
gejala, aspek fisik yaitu pada sistem muskoloskeletal, aspek spiritual dan
pentalaksanaan. Sedangkan kesenjangan yang terjadi antara tinjauan kasus
adalah dalam perubahan fisik pada sistem kardiovaskuler, perubahan
sosial dan aspek psikologis.

Dalam diagnosa keperawatan pada kasus Ny.A diagnosa yang muncul


adalah gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi, kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, dan resiko jatuh berhubungan dengan adanya
peradangan pada persendian (Arthritis)

Rencana keperawatan yang ditetapkan untuk Ny.A dibuat berdasarkan


tinjauan teori. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan kepada Ny.A
adalah berdasarkan perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya oleh
perawat namun penulis memiliki sedikit hambatan pada tahap pelaksanaan
ini dikarenakan sedikit kesulitan dalam mengikuti gerakan yang diajarkan
oleh penulis.
107

Evaluasi yang didapatkan oleh penulis pada Ny.A pada saat melakukan
asuhan keperawatan adalah semua diagnosa yang teratasi yaitu diagnosa
gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi, kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, dan Resiko jatuh berhubungan dengan adanya
peradangan pada persendian ( Arthritis)

B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial tresna
wedha budhi mulia 2 cengkareng dan berdasarkan kesimpulan yang telah
dibuat oleh penulis. Penulis menganggap perlunya untuk memberikan
saran agar pelayan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal,
khusunya pasien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskoloskeletal : osteoarthiritis.

1. Untuk Institusi Pendidikan.


Diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber buku yang lengkap
dengan edisi terbaru, khusunya Osteoarthiritis dan pemenuhan
kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan Osteoarthiritis.

2. Untuk Panti dan Perawat Panti


Tim perawat dan klinik di panti diharapkan dapat melengkapi alat-alat
kesehatan seperti alat untuk memeriksakan kadar asam urat dalam
tubuh sehingga dapat mendeteksi adanya kelainan atau masalah
kesehatan serta diadakannya senam Range Of Motion(ROM) guna
memaksimalkan perawatan khususnya lanjut usia yang mengalami
Osteoarthiritis dan mendokumentasikan dari tindakan yang sudah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspriani, Reny Yuli. (2014) Buku ajar asuhan keperawatan gerontik aplikasi
NANDA, NIC dan NOC-Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info Media

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Buletin Lansia. (2013) http:depkes.go.id. Diakses tanggal 21 Maret 2018 jam


10.15

Indonesia : WHO statistical profile (2013) http://www.who.int. Diakses tanggal


21 Maret 2018 jam 09.38

Laporan Nasional Riskesdas. (2013) http://www.depkes.go.id Diakses tanggal 21


Maret 2018 jam 10.06

Mickey, Stanley. (2006) Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nugroho, Wahjudi. (2012) Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta :


EGC.

Statistik Penduduk Lanjut Usia (2014) http://www.bappenas.go.id. Diakses


tanggal 12 Maret 2018 jam 09.15

Stockslager, Jaime dan Liz Schaeffer. (2008) Asuhan Keperawatan Geriatrik


(Handbook of Geriatric Nursing Care). Edisi 2. Jakarta : EGC.

Tamher, S dan Noorkasiani. (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai