Disusun Oleh:
Hani Nurmalasari
20901900057
2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Sprain adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat
bersifat sedang atau parah.
Sedangkan strain adalah tarikan pada otot, ligament atau tendon yang
disebabkan oleh regangan (streech) yang berlebihan.
2. Patofisiologi
Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya,
pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas
kerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari
tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan
ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan
Jaya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.
Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan
pada otot, ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan
serabut-serabut tersebut clan menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer
serta perdarahan jika pembuluh darah clan kapiler dalam jaringan yang sakit
tersebut mengalami regangan yang berlebihan.
2
Sedangkan tanda dan gejala strain adalah :
5. Kelemahan
6. Mati rasa
7. Perdarahan yang ditandai dengan :4
1. Perubahan warna
2. Bukaan pada kulit
3. Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran
sendi.
4. Nyeri
5. Odema
4. Klasifikasi
Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat
ringannya cidera.
1. Derajat I (ringan)
Berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau ligament.
Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian
istirahat, es, kompresi dan elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu
mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas.
2. Derajat II (sedang)
Berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung. Cidera derajat II
terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah
yang cidera.
3. Derajat III (berat)
Berupa kerobekan penuh pada otot dan ligament, yang menghasilkan
ketidakstabilan sendi. Terapi derajat III biasanya dilakukan immobilisasi
dan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sprain adalah :
1. Pembedahan.
3
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-
pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan
nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg
peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis.
6. Penerapan dingin
Dengan kantong es 24oC
7. Pembalutan / wrapping ekstemal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
8. Posisi ditinggikan.
Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
9. Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan.
Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang
sakit.
10. Penyangga beban.
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7
hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
Sedangkan penatalaksanaan strain adalah :
1. Kemotherapi. Dengan analgetik seperti Aspirin (300 – 600 mg/hari) atau
Acetaminofen (300 – 600 mg/hari).
2. Elektromekanis.
11. Penerapan dingin.
Dengan kantong es 24OC
12. Pembalutan atau wrapping ekstemal.
Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.
13. Posisi ditinggikan atau diangkat.
Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.
14. Latihan ROM.
4
Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.
15. Penyangga beban.
Semampunya dilakukan penggunaan secara penuh.
5
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk
membedakan dengan patah tulang.
6
2. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,
ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa,
perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips
dan pembalutan.
b. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
c. Pemberian kompres dingin dengan kantong es 24oC.
d. Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut.
e. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
7
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi V, Jilid II.
Jakarta : EGC
Dongoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III. Jakarta
: EGC