Anda di halaman 1dari 25

Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah

Pada Pasien DM Tipe II

Oleh

Mutmainna Awalia Putri


A. 16. 08. 037
S1 Keperawatan

STIKES PANRITA HUSADA

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) ialah penyakit atau ganguan metabolisme kronis

yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan

gangguan metabolisme karbohidrat lipid dan protein sebagai akibat dari

insuviensi fungsi insulin, yang dapat disebabkan oleh produksi insulin oleh

sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang

resfonsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 2018).

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh diabetes melitus yang sering

terjadi antara lain penyebab utama gagal ginjal, neuropati (kerusakan saraf) di

kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan

untuk amputasi kaki (Mutu and Yuda, 2019).

Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama

penatalaksanaan diabetes melitus, selain untuk kebugaran latihan jasmani

juga d apat menurunkan kadar glukosa darah karena akan meningkatkan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif (Mutu and Yuda, 2019).

2
Proses penuaan pada lansia diikuti adanya penurunan berbagai fungsi

organ atau jaringan didalam tubuh termasuk sel beta pangkreas yang efeknya

menjadikan perebut si insulin menurun kemudian mengakibatkan kadar gula

darah dalam darah meningkat. Keadaan tersebut, identik dengan diabetes

melitus (Tarwoto, Taufiq and Mulyati, 2012).

Menurut WHO pada tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab

kematian didunia adalah karena penyakit tidak menular, diantaranya penyakit

DM menduduki peringkat ke-6 didunia. Sekitar 1,3 juta orang meninggal

akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada tahun 2030

diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian didunia (WHO

2013).

Berdasarkan data Internasional Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas

tahun 2013 prefelensi DM diasia pasifik dari populasi 138.200.000 orang

dewasa, 8,6%, memiliki diabetes. (Mutu and Yuda, 2019)

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh badan penelitian dan

pengembangan kesehatan kemetrian RI tahun 2018 dalam laporan hasil riset

kesehatan dasar didapatkan bahwa provinsi sulawesi selatan berada pada

urutan ke 7 sebanyak 1,3% atau 33.693 jiwa. (Riskesdas, 2018)

3
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa

secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada rentang

usia 55-64 tahun menempati posisi tertinggi sebesar 6,3%, disusul usia 65-74

tahun sebesar 6,0%. Prevalensi nasional DM berdasarkan hasil pengukuran

kadar gula darah pada penduduk umur ≥ 15 tahun yang bertempat tinggal di

perkotaan adalah 10,6% (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Bulukumba penyakit tidak

menular seperti DM, tahun 2017 sebanyak 5237 jiwa, dan mengalami

peningkatan pada tahun 2018 sebanyak 5410 jiwa. Prevalensi penyakit DM

menduduki posisi ke 3 diantara penyakit tidak menular lainnya seperti, stroke,

jantung, neoplasma, dan PPOK (Dinkes, 2018).

Pengelolaan DM dapat dilakukan dengan terapi farmakolgis dan terapi non

farmakologis. Pengelolaan terapi farmakologis yaitu pemberian insulin dan

obat hipoglikemik oral. Sedangkan non farmakologis meliputi pengendalian

berat badan, latihan olahraga, dan diet. Banyak penderita DM yang lebih

fokus dan hanya mengutamakan pada penanganan diet dan mengonsumsi

obat-obatan. Namun penanganan diet yang teratur belum menjamin akan

terkontrolnya kadar gula darah, akan tetapi hal ini harus diimbangi dengan

latihan fisik yang sesuai (Sinaga and Hondro, 2011).

4
Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama

penatalaksanaan diabetes melitus. Salah satu latihan jasmani yang dianjurkan

yaitu senam kaki diabetes. Terapi ini dilakukan untuk mengontrol serta

menurunkan kadar glukosa darah diharapkan setiap minggu melakukan

jasmani secara rutin dengan durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali

perminggu. Senam kaki dapat meningkatkan aliran darah dan memperlancar

sirkulasi darah, maka membuat lebih banyak jala-jala kapiler terbuka

sehingga lebih banyak reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif yang

akan mempengaruhi penurunan glukosa darah pada pasien diabetes

(Soegondo, Soewondo and Subekti, 2009).

Senam kaki diberikan pada penderita DM baik tipe 1, tipe 2 dan tipe

lainnya. Senam kaki juga baik dilakukan sebagai pencegahan dini sejak

pertama kali penderita dinyatakan menderita diabetes melitus (Ratnawati,

Adyani and Fitroh, 2019)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang maka penulis merumuskan

masalah yaitu

1. Berapa kadar glukosa darah sebelum dilakukan senam kaki diabetes pada

pasien DM tipe II ?

2. Berapa kadar glukosa darah setelah dilakukan senam kaki diabetes pada

pasien DM tipe II ?

3. Apakah ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar

glukosa darah pada pasien DM tipe II ?

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan

kadar glukosa darah pada pasien DM tipe II.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kadar glukosa darah sebelum melakukan senam kaki

diabetes pada pasien DM tipe II.

b. Diketahuinya kadar glukosa darah sesudah melakukan senam kaki

diabetes pada pasien DM tipe II.

c. Analisis pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar

glukosa darah pada pasien DM tipe II.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Diharapka hasil penelitian ini, dapat diaplikasikan dalam pelayanan

kesehatan terutama pada penderita diabetes melitus tipe II.

2. Manfaat teoritis

Manfaat pada penelitian ini, tentunya hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu literatur dan menjadi tambahan informasi yang

bermanfaat bagi para pembaca khusunya mahasiswa Stikes Panrita Husada

Bulukumba mengenai “Pengaruh senam kaki diabetes terhadap kadar

glukosa darah pada pasien DM tipe II”.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep DM

a. Pengertian DM

Diabetes melitus (DM) merupakan kelompok penyakit gangguan

metabolic yng ditandai oleh peningkatan kadar gula darah yang

disebabkan oleh kurangnya insulin, ketidakmampuan insulin untuk

bekerja secara normal. Klasifikasi DM terbagi menjadi beberapa

bagian yaitu DM tipe I (IDDM= insulin dependen diabetes melitus),

DM tipe II (NDDM = non insulin dependen diabetes melitus). DM

kehamilan, dan DM yang berhubungan dengan kondisi lainnya.

Diantara klasifikasi DM, DM tipe II paling banyak ditemui sekitar 90-

95% dari pasien penderita DM (Smeltzer et al., 2010).

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

adanya ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein awal sehingga terjadi hiperglikemia

(Tarwoto, Taufiq and Mulyati, 2012).

b. Klasifikasi diabetes melitus

1. Diabetes yang bergantung pada insulin (DM tipe 1)

Terdapat pada anak-anak atau orang dewasa muda, DM ini

biasanya timbul secara mendadak yang disebabkan oleh faktor

7
keturunan. DM tipe 1 disebabkan oleh adanya peradangan pada sel

beta pangkreas sehingga terjadi keadaan insulinitas, yang bisa

disebabkan antara lain oleh virus seperti, cocksakie, rubella, CMV

dll (Fransisca, 2012).

2. Diabetes yang tidak tergantung insulin (DM tipe II)

Pada usia dewasa, kadar insulin dalam tubuh normal atau tinggi.

Umur diatas 35 tahun, DM sering muncul tanpa gejala atau atau

dengan gejala sangat ringan sehingga penderita tidak menyadari hal

itu. Jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin pada

permukaan sel yang kurang atau berubah struktur. Jumlah lubang

kuncinya (reseptor) yang kurang sehingga anak kunci (insulin)

banyak, tetapi karna lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka

glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel akan

kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa didalam pembuluh

darah meningkat. Perbedaannya adalah DM tipe II selain kadar

gula darah tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan

ini disebut resistensi insulin. Adapun penyebab DM tipe II yaitu,

8
1. Obesitas

2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

3. Kurang olahraga

4. Faktor keturunan (Hereditas)

5. Diabetes pada kehamilan (gestastional)

6. Diabetes yang berhubungan dengan kekurangan gizi di masa

muda

7. Daibetes yang disebabkan oleh penyakit lain. (Fransisca, 2012)

c. Etiologi

DM tipe I cenderung disebabkan oleh faktor keturunan, sedangkan

DM tipe II lebih merupakan penyakit kemakmuran. Beberapa

penelitian berkesimpulan bahwa lemak merupakan salah satu penyebab

utama terjadinya penykit diabetes. Lemak dapat menyebabkan

resistensi insulin.

Faktor keturunan juga memegang peranan penting, hal ini

dikuatkan oleh tiimbulnya penyakit ini dalam keluarga. Apabila salah

satu orang tua menderita diabetes maka kemungkinan anak-anak nye

lebih beresiko mingidap. Adapun faktor lain yang bisa menyebabkan

terjadinya penyakit DM antara lain,

9
1) Infeksi virus

2) Kegemukan

3) Kesalahan pola makan

4) Proses menua

5) Stress

6) Mengkomsumsi obat-obatan yang memiliki efek samping

meningkatkan kadar glukosa darah. (Fransisca, 2012)

d. Patofisiologi DM tipe II

Kelainan utama pada DM tipe II yaitu resistensi insulin dan

penyusutan fungsi sektorik sel beta. Insulin tidak peka dalam merespon

lonjakan gula darah menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh

jaringan. Ketika respon akut terhadap beban KH yang merupakan

kelainan khas dini pada diabetes melitus, biasanya terjadi ketika kadar

gula darah puasa 115 mg/dL, yang yang terdiagnosis hiperglikemia

postprandial. Fungsi sel beta dipastikan menurun hingga 75% dan

kadar gula darah puasa telah merapat ke angka 140 mg/dL. (Arisman,

2010)

Peningkatan kadar glukosa darah ketika sedang berpuasa adalah

cerminan dari pengurangan pengambilan glukosa oleh jaringan. Atau

pertambahan glukoneogenesis (lintasan metabolisme yang digunakan

oleh tubuh, selain glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar

glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma

hipoglisemia). Jika kadar glukosa dalam darah meningkat, maka ginjal

10
tidak akan mampu menyerap balik glukosa yang tersaring sehingga

glukosa akan tumpah kedalam urin. Penumpukan glukosa dalam urine

disebut glukosuria (Arisman, 2010).

Ketidakpekaan insulin di sel-sel hati dan jaringan tepi, terutama

otot rangka, mengakibatkan produksi glukosa oleh hati menjadi tidak

terbendung, sementara ambilan dan penggunaan glukosa justru

berkurang. Mekanisme terjadinya boleh jadi terkait dengan defek

pengikatan reseptor insulin, pengurangan jumlah reseptor insulin, atau

penurunan kemampuan insulin post-receptor.

Selanjutnya, hiperglisemia ini akan menutup “keran”sekresi

sembari memperpatah ketidakpekaan insulin dengan jalan

“menciutkan” sistem transportasi glukosa dalam sel-sel beta dan pada

jaringan pekainsulin. Pengaruh tingginya kadar glukosa darah yang

berlangsung kronis dikenal sebagai tosisitas glukosa. Ketidakpekaan

insulin semakin diperberat oleh peningkatan kadar asam lemak bebas

dalam darah, dan berdampak lebih buruk pada kinerja sel-sel beta

dalam menyekresikan insulin (Arisman, 2010).

Gejala terakhir ini disebut lipotoksisitas. Manifestasi diabetes

mellitus tipe 2 terbagi menjadi dua bentuk. Bentuk pertama, sindrom

diabetik akut, menampakkan gambar hiperglisemia, ketoasidosis dan

(jika tidak diobati) kematian. Bentuk kedua, diabetik kronik, ditandai

dengan mikroangiopati difus pada jaringan penyusun organ-organ

vital.

11
Pada prinsipnya, bertambahnya keluaran glukosa hati

melatarbelakangi peningkatan kadar glukosa darah puasa, sementara

berkurangnya penggunaan glukosa perifer mendasari hiperglisemia

postprandial (Arisman, 2010).

e. Manifestasi klinis DM tipe II

Manifestasi klinis DM tipe II dapat digolongkan menjadi 2 yaitu

gejala akut, dan gejala kronik.

1) Gejala akut penyakit DM tipe II

Gejala penyakit diabetes melitus pada tiap-tiap individu

berbeda, bahkan terkadang tidak menunjukkan gejala apapun

sampai saat tertentu. Berikut gejalan yang biasa muncul pada

penderita diabetes melitus

a) Poliphagia (banyak makan)

b) Polidipsia (banyak minum)

c) Poliuria (bnyak minum)

Bila keadaan tersebut tidak segera ditangani maka akan

menimbulkan gejala seperti :

12
a) Banyak minum

b) Banyak kencing

c) Nafsu makan berkurang, dan terjadi penurunan berat badan 5-10

kg dalam 2-4 minggu.

d) Mudah lelah

e) Kadang penderita mengalami mua, bahkan sampai koma yang

disebut dengan koma diabetik.

2) Gejala kronik diabetes melitus

Gejala kronik yang sering diialami oleh penderita diabetes melitus

adalah sebagai berikut :

a) Kram dan kesemutan

b) Kulit terasa panas dan merasakan sensasi seperti tertusuk-tusuk

jarum

c) Ketebalan pada kulit

d) Mudah mengantuk

e) Penglihatan kabur

f) Mengalami gatal disekitar kemaluan, khususnya pada wanita.

(Hidayat, 2017).

13
f. pemeriksaan penunjang diabetes melitus

1) Pemeriksaan GDS

2) Pemeriksaan kadar glukosa dalam puasa

3) Tes toleransi

g. Faktor resiko diabetes melitus

Ada 2 jenis faktor resiko terjadinya diabetes melitus, yaitu faktor yang

dapat di ubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah yaitu,

1) Kebiasaan merokok

2) Tingkat pendidikan

3) Pekerjaan

4) Aktvitas fisik

5) Komsumsi alkohol

6) Indeks massa tubuh (IMT)

7) Lingkar pinggang (Fatimah, 2015)

Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu,

14
1) Jenis kelamin

2) Riwayat keluarga

3) Umur

4) Faktor genetik (Fatimah, 2015)

h. Penatalaksanaan

1) Modifikasi gaya hidup

Kunci utama diabetes melitus adalah diet dan modifikasi gaya

hidup. Modifikasi gaya hidup yang dilakukan seperti, membatasi

asupan karbohidrat dan lemak, anjurkan untuk berolahraga, dan

hentikan kebiasaan merokok

2) Pendidikan kesehatan terstruktur

Studi klinis membuktikan bahwa pemberian pendidikan kesehatan

yang terstruktur dan berfokus pada perubahan perilaku mampu

mendukung pasien yang baru di diagnosis diabetes tipe 2 untuk

memulai perubahan gaya hidup yang efektif dan tahan lama.

3) Pengobatan farmakologis

Pengobatan farmakologis bagi penderita diabates salah satunya

seperti metformin, kandungan metformin bekerja sebagai

meningkatkan kerja insulin didalam tubuh, menurunkan kadar

glukosa darah, terutama mengurangi haluaran glukosa hepatik.

4) Latihan jasmani (olahraga)

15
Beberapa penelitian membuktikan bahwa latihan fisik mampu

mengontrol kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Latihan

fisik yang dianjuarkan untuk penderita DM salat satunya yaitu

senam. Senam juga berbagai macam jenis, seperti senam aerobic,

senam prolanis, dan senam kaki. Senam yang paling sering

dilakukan pada penderita diabetes yaitu senam kaki diabetes

(Bilous and Donelly, 2014).

i. Komplikasi diabetes melitus

Komplikasi yang paling sering dijumpai adalah stroke, jantung,

neuropati, gagal ginjal, dan kaki diabetik yang dapat daitandai sebagai

ulkus, infeksi dan gangren.

2. Konsep senam kaki

a. Konsep senam kaki diabetes

Latihan jasmani adalah salah satu dari empat pilar utama

penatalaksanaan diabetes melitus. Latihan jasmani dapat membantu

menurunkan kadar glukosa darah karena latihan jasmani dapat membantu

meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif (kamariyah and

nurlinawati, 2018).

Penatalaksanaan DM sebaiknya dilakukan dengan berolahraga dan

disertai dengan mengatur pola makan. Olahraga yang dianjurkan untuk

penderita diabetes melitus adalah aerobic low impack, berenang, jogging,

dan senam (Nuraeni and Arjita, 2018).

16
Aerobik berasal dari kata aero yang artinya oksigen. Jadi aerobic

sangat berhubungan dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini, aerobik

adalah latihan yang menggunakan sistem kerja degan menggunakan

oksigen sebagai kerja utama (Muriyati, 2018).

Senam aerobik adalah gabungan antara rangkaian gerakan dengan

musik yang sengaja dibuat hingga muncul keselarasan antara gerakan dan

musik tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Senam aerobik juga

bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung. Olahraga yang bersifat

aerobik bukan hanya senam aerobik, tapi masih bnayk jenis senam seperti

bersepeda, berenang, jalan cepat, lari lintas alam dan larimaraton

(Muriyati, 2018).

Latihan jasmani dapat meningkatkan aliran darah, jala-jala kapiler

lebih banyak terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan

sepetor menjadi lebih aktif yang akan mempengaruhi penurunan glukosa

darah pada penderita diabetes melitus. Senam diabetes dapat

meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara

langsung senam diabetes dapat menurunkan kadar glukosa darah pada

penderita diabetes melitus (Yulianto, 2017).

Salah satu senam yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus

yaitu senam kaki. Senam kaki diabetes merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya

ulkus diabetik dan membantu melancarkan peredaran darah pada kaki.

Senam kaki diabetes dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

17
memperkuat otot-otot kecil pada kaki serta mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki. (Hardika, 2018).

Senam diabetes ini dapat dilakukan dengan mudah karena hanya

menggunakan 2 alat utama yaitu koran dan kursi, senam ini dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja, tanpa mengganggu aktivitas lain

(Ratnasari, 2019).

Senam kaki diabetes juga dapat meningkatkan aliran darah dan

dapat memperlancar sirkulasi darah di dalam tubuh, sehingga hal ini

membuat lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak

reseptor insulin yang tersedia dan aktif, sehingga glukosa darah dapat

masuk ke dalam sel (Rohani, 2017).

Streetching (peregangan kaki) adalah salah satu dari gerakan

senam kaki. Streetching dianggap efektif melancarkan sirkulasi darah ke

daerah kaki., meningkatkan kerja insulin dan melebarkan pembuluhh

darah dimana insulin bekerja menghambat proses lipolysis, yaitu

penguraian trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga terjadi

penurunan pengeluaran asam lemak yang berlebihan dari jaringan adipose

ke dalam darah, mengurangi resiko aterosklerosis, serta dapat

meningkatkan alirah darah ke estremitas bawah dan berperan

meningkatkan tekanan sistolik pada kaki (Yasa, SP and Bagiarta, 2013).

Senam kaki diabetes direkomendasikan dilakukan dengan

intensitas moderat sekitar (60-70 maksimum heart rate), durasi waktu

selama 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dan tidak lebih

18
dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam (Ruben, Rottie and

Karundeng, 2016).

b. Prosedur pelaksanaan senam kaki diabetes

Tujuan dilakukannya senam kaki diabetes yaitu, memperbaiki

sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mecegah terjadinya

kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha,

mengatasi keterbatasan gerak.

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes adalah

sebagai berikut.

1) Pasien duduk di atas bangku/kursi dengan kaki menyentuh lantai.

2) Dengan posisi tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti

cakar ayam sebanyak 10 kali.

19
3) Dengan meletakkan salah satu tumit dilantai, angkat telapak kaki

ke atas. Kemudian jari-jari kaki diletakkan di lantai dan tumit kaki

diangkat ke atas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan pada

kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

4) Tumit diletakkan di lantai, bagian ujung jari kaki diangkat ke atas

dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10

kali.

5) Jari-jari kaki diletakkan dilantai, lalu tumit di angkat dan buat

gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali.

20
6) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakkan jari-jari

kaki kedepan lalu turunkan kembali secara bergantian ke kiri dan

ke kanan.ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.

7) Kemudian luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat

kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki ke arah wajah lalu

turunkan kembali ke lantai.

8) Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankanlah posisi tersebut.

Kemudian gerakkan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang.

9) Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki

pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara

dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian

10) Letakkan selebar koran di lantai. Kemudian bentuk kertas koran

tersebut seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali

bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali.

11) Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua

bagian koran tersebut.

21
12) Sebagian koran tersebut di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan

kedua kaki.

13) Kemudian pindahkan, kumpulan sobek-sobekan tersebut dengan

kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang

utuh tadi.

14) Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki

kanan dan kiri menjadi bentuk bola.

15) Kaki merobek kertas koran kecil-kecil dengan menggunakan jari-

jari kaki lalu bungkus menjadi bentuk bola. (Handayani, 2018)

B. Kerangka Teori

22
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini hanya membahas sebuah variabel

secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di smping mengemukakan

deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap

variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko, dikutip dalam Sugiyono,

2013).

Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut di atas maka

disusunlah pola pikir variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Perubahan kadar glukosa


Senam kaki
diabetes darah pada penderita DM

tipe II

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

23
B. Variabel Penelitian

1. Variabel independen adalah variabel bebas atau variabel yang bias

mempengaruhi (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini variabel

independennya yaitu senam kaki diabetes.

2. Variabel dependen adalah variabel terikat atau bias terpengaruh

(Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini variabel dependennya yaitu

penyakit Diabetes melitus tipe II.

C. Definisi Konseptual

1. DM tipe II merupakan penyakit yang disebabkan oleh kombinasi

resistensi insulin dan disfungsi sekresi insulin oleh sel β (Bilous and

Donelly, 2014).

2. Senam kaki merupakan kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh

penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka serta

membantu peredaran darah pada bagian kaki. Selain itu senam kaki

juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat

otot-otot kecil pada kaki (Hardika, 2018).

D. Definisi Operasional

Sementara defenisi operasional adalah suatu batasan ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-

variabel tersebut diberi batasan (Elfindri et al., 2012). Definisi operasional

terdiri dari

24
1. Diabetes melitus tipe II adalah suatu kondisi kronis saat pangkreas

mampu memproduksi insulin namun dalam jumlah yang sedikit.

2. Senam kaki merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penderita

diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan sirkulasi darah pada bagian kaki, senam ini juga

bertujuan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita

diabetes melitus tipe II.

3. Alat ukur yang digunakan yaitu alat ukur gula darah (Glukometer) dan

diperkuat dengan lembar observasi.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah suatu penelitian(Sugiyono, 2017). Hipotesis pada penelitian ini

yaitu Ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah

pada pasien DM tipe II.

25

Anda mungkin juga menyukai