Anda di halaman 1dari 25

BAB X.

ALAT PENUKAR KALOR

10.1. DEFINISI
Alat penukar kalor diberi nama atas dasar fungsinya, yaitu:
1. Alat penukar panas (heat exchanger) adalah alat yang berfungsi untuk memungut
panas dari 2 aliran proses. Kedua fluida merupakan fluida proses bukan fasilitas
utilitas, misalnya uap air (steam) atau air pendingin (cooling water).
2. Pemanas (heater) adalah alat yang berfungsi memanaskan fluida proses menggunakan
fasilitas utilitas, menggunakan uap air (steam) dan air panas.
3. Pendingin (cooler) adalah alat yang berfungsi untuk mendinginkan fluida proses
menggunakan fasilitas utilitas (air pendingin).
4. Kondensor adalah alat yang berfungsi mengubah fase uap menjadi fase cair
menggunakan fasilitas utilitas (air pendingin). Kondensor mengambil panas laten dari
uap sementara pendingin mengambil panas sensibel. Kondensor tidak mengambil
panas sensibel karena kondensor dilengkapi dengan trap pada luaran saluran uap
kalau yang dikondensasikan steam maka nama alat itu adalah steam trap.
5. Reboiler adalah alat yang berfungsi untuk mensuplai panas yang diperlukan pada
proses distilasi sebagai panas laten penguapan (mengubah cairan dari dasar kolom
menjadi uap dikembalikan ke kolom sebagai refluks supaya terjadi pelucutan /
stripping).
6. Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memekatkan larutan dengan
menguapkan pelarut nya (solvent) dan pelarutnya adalah air. Jika yang diuapkan
selain air maka alat tersebut disebut vaporizer.

10.2. DISTRIBUSI TEMPERATUR


Di dalam alat penukar kalor selama ini temperatur kedua badan fluida sepanjang alat
penukar kalor, L, adalah konstan. Secara umum temperatur berubah dengan arah aliran
sehingga beda temperatur fluida panas dan fluida dingin di kedua ujung alat penukar panas
akan berbeda sehingga harga t1-t4 yang manakah yang harus digunakan dalam merancang
alat penukar kalor . Jika digunakan harga ∆t, (t1-t4) yang besar maka untuk suatu beban kalor
tertentu diperoleh hasil A yang kecil dan murah, tetapi ketika dipakai, tidak mampu
menunaikan tugasnya. Sementara jika digunakan harga ∆t, (t1-t4) kecil maka akan diperoleh

1
A besar dan mahal, sehingga dirasa perlu untuk mencari harga beda temperatur (∆t), (t 1-t4)
yang tepat.
Atas dasar distribusi temperatur, alat penukar panas dapat dibedakan menjadi 5 kelas.
1. Alat penukar panas dimana fluida panas pada temperatur konstan, memberi panas
pada fluida dingin dimana temperatur fluida dingin berangsur-angsur naik.
Contoh alat penukar panas tipe ini adalah “steam condensor”.
Distribusi temperaturnya diberikan pada gambar 10.1, subskrip a menunjukkan fluida
masuk dan subskrip b menunjukkan fluida keluar, t adalah fluida dingin, t’ adalah
fluida panas. t menunjukkan temperatur.

Gambar 10.1.Distribusi temperatur dalam kondensor.


2. Alat penukar kalor dimana fluida dingin pada temperatur konstan menerima panas
dari fluida panas dimana temperatur fluida panas berangsur-angsur turun.
Contoh alat penukar panas tipe ini adalah ketel uap (boiler) dan distribusi
temperaturnya terlihat pada gambar 10.2.keadaan ini dilihat pada “steam drum” fluida
panasnya adalah gas hasil pembakaran bahan bakar (“flue gas”) yang berangsur-
angsur turun sebelum keluar cerobong.
Gambar 10.2. Distribusi temperatur dalam ketel uap
3. Alat penukar panas aliran paralel (searah) atau “co-current” dimana kedua fluida
mengalir dalam arah yang sama dan temperatur keduanya berubah.
Contoh alat ini misalnya :“water heater”, “oil heater”, atau “cooler”. Distribusi
temperatur alat penukar kalor ini terlihat pada gambar 10.3.

Gambar 10.3.Distribusi temperatur dalam alat penukar kalor aliran searah.


4. Alat penukar panas aliran berlawanan (“counter flowheat exchanger” atau “counter
current heat exchanger”) adalah alat penukar kalor dimana kedua fluida mengalir pada
arah yang berlawanan. Distribusi temperatur dalam alat tipe ini terlihat pada gambar
10.4.

Gambar 10.4. Distribusi temperatur dalam alat penukar kalor aliran berlawanan

5. Alat penukar kalor aliran tegak lurus dimana satu fluida mengalir tegak lurus pada
fluida kedua sebagai contoh dalam deretan buluh-buluh. Distribusi temperaturnya
tidak relevan terkait dengan temperatur rata-rata dan tidak digambarkan di sini.

10.3. BEDA TEMPERATUR RATA-RATA LOGARITMIK (LMTD =


LOGARITHMIC MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE)
Akan dijabarkan “temperatur rata-rata logarithmik” yang memenuhi ke empat
distribusi temperatur seperti yang diterangkan sebelumnya. Dalam penjabaran ini dipilih tipe
alat penukar kalor yang mempunyai distribusi temperatur dengan beda temperatur kedua
ujungnya yang paling besar (signifikan). Sehingga dipilih alat penukar kalor aliran searah,
dimana distribusi temperaturnya digambar lagi seperti yang diberikan pada gambar 10.5. Laju
alir panas melalui luas diferensial dy yang terletak pada jarak x dari tempat masuk adalah
dq = U. dy (t’ – t) ………………………….. (10.1)
Gambar 10.5.Diagam distribusi temperatur alat penukar kalor aliran searah

Laju alir panas yang hilang dari fluida panas dqh dan panas yang di terima oleh fluida dingin
dqc selama melewati luas hantaran panas diferensial dy adalah sama dengan hasil kali laju alir
massa mh atau mc dengan panas jenis Cph atau Cpc dan perubahan temperatur 𝑑𝑡` atau dt,
sehingga
𝑑𝑞ℎ = − 𝑚 ℎ. 𝐶𝑝ℎ. 𝑑𝑡` ……………… ( 10.2 )
𝑑𝑞𝑐 = 𝑚𝑐. 𝐶𝑝𝑐. 𝑑𝑡 ……………… ( 10.3 )

Dimana 𝑑𝑞ℎ = laju kehilangan panas dari fluida panas


mh = laju alir massa fluida panas
C𝑝ℎ = panas jenis fluida panas
dt’ = perubahan temperatur fluida panas
Cpc, dt adalah harga – harga terkait untuk fluida dingin
Kombinasi kedua persamaan ini dan denganmenanggalkan subskrip dari q karena panas yang
diterima oleh fluida dingin sama dengan panas yang hilang dari fluida panas memberikan :

dt’ – dt =- dq ( 1
𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ 1 ) ……………………..… (10. 4)
+ 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐
dengan mensubtitusikan d(t’ – t) untuk dt’ - dtmaka diperoleh
d(t’ – t) = -dq ( 1
𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ 1 ) ……………………..… (10. 5)
+ 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐

dengan mensubtitusikan dq = U . dy ( t’ – t ) maka :


d ( t’ – t ) = - U .dy ( t’– t )( 1
𝑚ℎ 𝐶𝑝ℎ
+
1 ) ……………. (10.6)
𝑚𝑐 𝐶𝑝𝑐

𝑑(𝑡`−𝑡) 1
= −𝑈 𝑑𝑦 ( + ) ……………………… (10.7)
1
(𝑡`−𝑡) 𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ 𝑚𝑐𝐶𝑝𝑐

Integrasi memberikan
1
ln(𝑡′ − 𝑡) = − 𝑈. 𝑦 (
+ 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐 ) + 𝐶 ……………… (10.8)
𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ 1

Kondisi batas pertama adalah pada waktu y = 0, maka ( t’-t) = ta’ – ta, sehinggamemberikan
C = ln ( ta’ – ta ) substitusikan kembali dalam persamaan (10.6) diperoleh
1
ln(𝑡′ − 𝑡 ) = −𝑈. 𝑦 ( 1 ) + ln (𝑡𝑎 ′ − 𝑡𝑎 )……….. (10.9)
𝑚ℎ 𝐶𝑝ℎ + 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐

Kondisi batas kedua yaitu pada waktu y = A, ( t’ – t ) = ( tb’ – tb )


Maka
1
ln(𝑡𝑏′ − 𝑡 𝑏) = −𝑈. 𝐴 ( (10.10)
+ 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐 ) + ln(𝑡𝑎 ′ − 𝑡𝑎 )……
1
𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ

atau
(𝑡𝑏′ − 𝑡𝑏 ) 1 1
ln = −𝑈 . 𝐴 ( + ) …………… (10.11)
(𝑡𝑎′− 𝑡𝑎) 𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐
𝑡𝑏′−𝑡𝑏
ln(𝑡𝑎′−
atau –𝑈𝐴= 1 1
𝑡𝑎)
……….………… (10.12)
( + )
𝑚ℎ 𝐶𝑝ℎ 𝑚𝑐𝐶𝑝𝑐

Kecepatan hantaran panas melalui luas hantaran panas total, A dapat dinyatakan

q A = U. A (Δt )ln………………….. (10.13)

dimana (Δt)ln menyatakan beda temperatur rata – rata logaritmik yang akan dicari, sehingga
𝑞𝐴
= 𝑈 . 𝐴 ……………………….. (10.14)
(∆𝑡)𝑙𝑛

sehingga dimasukkan ke persamaan (10.12), maka

𝑞
𝐴 𝑡𝑏′− 𝑡𝑏

( ∆t )=
𝑙𝑛 ln( 𝑡𝑎 ′− 𝑡𝑎 )
1 1 ………………
)
(10.15)
( +
𝑚ℎ𝐶𝑝ℎ 𝑚𝑐 .𝐶𝑝𝑐

Atau

ln( 𝑡𝑎 − 𝑡𝑎)
𝑞𝐴 ( 𝑡𝑏′− 𝑡𝑏)
= 1 1 …….………………………(10.16)
( ∆𝑡 )𝑙𝑛 + )
( 𝐶𝑝ℎ 𝑚𝑐 𝐶𝑝𝑐
𝑚ℎ
1 1
𝑞𝐴 ( 𝑚 .𝐶𝑝 + 𝑚 .𝐶𝑝 )
( ∆𝑡 )𝑙𝑛 = ℎ
𝑡 ′−𝑡
ℎ 𝑐 𝑐
………….……………… (10.17)
ln𝑡 𝑎′ − 𝑡𝑎
𝑏 𝑏

𝑚ℎ.𝐶𝑝ℎ (𝑡𝑎′−𝑡𝑏′) 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐 (𝑡𝑏−𝑡𝑎)


𝑚ℎ.𝑞ℎ + 𝑚𝑐.𝐶𝑝𝑐
( ∆𝑡)𝑙𝑛 l = (𝑡𝑎′−𝑡𝑎 ………………… (10.18)
ln) (𝑡 ′−
𝑏
𝑡𝑏)
′ ′
𝑡 −𝑡 + 𝑡 −𝑡
(∆𝑡)ln = 𝑎 𝑏

𝑏 𝑎
……………………. (10.19)
ln𝑡𝑎 −𝑡𝑎
𝑡′𝑏−𝑡𝑏

(𝑡′ −𝑡 )−(𝑡′ −𝑡 )
(∆𝑡)ln 𝑎 𝑎

𝑏 𝑏
……………… (10.20)
ln𝑡𝑎 −𝑡𝑎
= 𝑡′𝑏−𝑡𝑏

Atau

(∆𝑡)ln (∆𝑡)𝑚𝑎𝑘𝑠−(∆𝑡)𝑚𝑖𝑛
= 𝐿𝑀𝑇𝐷 = …………… (10.21)
(∆𝑡)𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑙𝑛 (∆𝑡)𝑚𝑖𝑛

LMTD = “Logaritmic Mean Temperature Difference”

Contoh 10.1.
Sebuah alat penukar panas aliran berlawanan untuk cair – cair dipakai untuk
memanaskan fluida dingin dari temperatur 120o F menjadi 310o F, fluida panas masuk
pada temperatur 500o F dan keluar pada temperatur 400oF, Hitungah LMTD!
Jawaban
(Δt ) maks = 400oF – 120oF = 280oF
(Δt) min = 500oF – 310oF = 190oF
280−190 90 = 232 𝐹
LMTD = ln280 = 0,388
190

Untuk alat penukar kalor yang lebih kompleks seperti “shell and tube” dengan
sejumlah laluan baik pada sisi shell maupun pada sisi tube maka harga LMTD perlu di
koreksi untuk memperoleh harga yang tepat. Beberapa kurva untuk laluan (pass)
jamak diberikan dalam gambar (10.6), gambar (10.7), gambar (10.8), gambar (10.9),
gambar (10.10), gambar (10.11).
Untuk memperoleh faktor koreksi itu dipakai K = 𝑡𝑏−𝑡𝑎.Sebagai absis dan rasio𝑅 =
′ −𝑡
𝑡𝑎 𝑎
𝑡 −𝑡
𝑎′ 𝑏 sebagai parameter kurva.
𝑡𝑏−𝑡𝑎
𝑡′ dan𝑡′ adalah temperatur fluida panas inlet dan outlet sisi shell ( shell side ).
𝑎 𝑏

ta dan tb temperatur fluida dingin ( inlet dan outlet ) pada sisi buluh ( tube side ) .

Shell

K = 𝑡𝑏−𝑡𝑎
𝑡𝑎′ −𝑡𝑎

ta’ = temperatur fluidapanas masuk,sisishell tb’= temperatur fluida panas keluar,sisi shell ta = temperatur fluida dingin masuk,sis

Gambar 10.6. Faktor koreksi LMTD untuk alat penukar panas shell -1 laluan dan buluh
dua laluan atau kelipatan dua
Gambar 10.7 Faktor koreksi LMTD untuk alat penukar panas shell -2 laluan dan buluh 4
laluan atau kelipatan 4.
Gambar 10.8 Faktor koreksi LMTD untuk alat penukar panas shell – 3 laluan buluh 6 laluan
atau kelipatan 6.
Gambar 10.9 Faktor koreksi LMTD untuk alat penukar panas shell -4 laluan buluh – 8 laluan
atau kelipatan 8.

Gambar 10.10 Faktor koreksi LMTD untuk alat penukar panas shell – 5 laluan buluh – 10
laluan atau kelipatan 10.
Gambar 10.11 Faktor koreksi LMTD untuk alat penukar panas shell – 6 laluan, buluh 12
laluan, atau kelipatan 12.

Contoh 10.2.

Hitunglah LMTD untuk alat penukar panas seperti contoh 10.1, jika alat penukar panas itu
merupakan shell 2 laluan dan buluh 4 laluan.

Jawab :

310 − 120
𝐾= = 190
500 − 120 = 0,5
380
500 − 400 100
𝑅= =
310 − 120 = 0,59
190
Dan gambar 10,7 diperoleh factor koreksi = 0,99 jadi LMTD = 232 (0,99) = 230° F

Contoh 10.3.

Hitung luas permukaan luar buluh untuk sebuah kondensor uap,satu laluan untuk menangani
uap jenuh kering sebanyak 731300 1𝑏
𝑗𝑎𝑚 dan temperaturnya 81,7° F dan tekanan 1.09-in
Hg.Air pendingin masuk pada bagian dalam buluh pada temperatur 61,4° F dan
meninggalkan kondensorpada temperatur 69,9° F. Buluh mempunyai diameter luar 1-in dan
𝐵𝑡𝑢
diameter dalam 0,902-in, bahan buluh mempunyai 𝐾 = 63 koefisien
(𝐽𝑎𝑚)(𝑓𝑡)(℉)
𝐵𝑡𝑢
perpindahan panas lapisan sisi, sisi uap h0 = 1000
(𝑗𝑎𝑚)(𝑓𝑡2) (°𝑓)3 koefisien hantaran panas
Btu
lapisan sisi air pendingin : h = 1270 , enthalpy uap masuk = 1097,4 𝐵𝑡𝑢
dan
1 (𝑗𝑎𝑚)(𝑓𝑡2)(°𝐹)3 𝑙𝑏

enthalpy kondensat keluar = 49,7 𝐵𝑡𝑢 .


𝑙𝑏

Jawaban:
1
Uo=
0,5 1
1 12𝑙𝑛0,902 1
(0,902)(1270) + 63 + 100

𝐵𝑡𝑢
= 516
(𝑗𝑎𝑚)(𝑓+2)(°𝐹)

(∆𝑡)𝑚𝑎𝑘𝑠 = 81,7 °F − 61,4 °F = 20,3 °F

(∆𝑡)𝑚𝑖𝑛 = 81,79 °F − 69,9 °F = 11,8 °F

𝐿𝑀𝑇𝐷 = 20,3 − 11,8


= 15,7 °F
20,3
ln 11,8

Beban kalor kondensor adalah :

𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢
q = 731300 1𝑏 (1097,4 − 49,7) = 765.000.000
𝑗𝑎𝑚 1𝑏 𝑗𝑎𝑚

𝐵𝑡𝑢
q𝑡𝑢 =
𝐵 𝑈 𝐴 . 𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 765.000.000 = 516 . 𝑥 15,7 ℉
𝐴
00 (𝑗𝑎𝑚)(𝐻2)(℉) 0
𝑗𝑎𝑚

765 = 945.000 𝑓𝑡2


𝐴=
0
(516)(15,7)

Jadi luas hantaran panas sisi luar buluh kondensor adalah 𝐴0 = 945.000 𝑓𝑡2

10.4 TIPE ALAT PENUKAR PANAS

Alat penukar panas yang digunakan di dalam industri secara umum dapat dibedakan
menjadi tiga tipe yaitu :

1. Alat penukar panas pipa ganda (“Double pipe heat exchanger”).Alat penukar pipa ganda yang
banyak dijumpai dalam industri terlihat pada gambar 10.12.Bagian pokok alat ini adalah 2
pasang pipa kosentrik, dua buah sambungan T, sebuah “return bend” dan sebuah “return
gland”. Pipa dalam ditopang diantara pipa luar oleh packing gelang (“gland packing”) dan
fluida masuk
Gambar 10.12 Alat penukar panas pipa ganda .

pipa dalam melalui sambungan kecil yang terletak di bagian luar alat penukar kalor. T,
mempunyai nosel atau sambungan ulir yang menempel padanya untuk jalan fluida masuk dan
keluar.Fluida yang mengalir melalui annulus. Yang menyeberang dari satu kaki ke kaki
lainnya,melalui“return head”.Dua panjang dari pipa dalam dihubungkan oleh sebuah “return
bend”. Yang biasanya terbuka dan tidak disediakan untuk proses hantaran panas. Bilamana
disusun dalam 2 kaki seperti tampak pada gambar 10.12.unit itu disebut “hairpin” . Unit
“hairpin” semata-mata dibuat untuk mengurangi kebutuhan ruangan.

Alat penukar pipa ganda sangat bermanfaat karena alat ini bisa dirakit di dalam bengkel
perakitan menggunakan suku cadang standar yang tersedia dan menyediakan luas hantaran
panas yang murah. Ukuran standar dari T dan “return head” diberikan dalam tabel 10.1.

Tabel 10.1 Fitting alat penukar panas pipa ganda

Pipa Luar FPS pipa dalam IPS


1
2 1
4
1 1
2 1
2 4
3 2
4 3

Alat penukar pipa ganda biasanya disusun dalam panjang efektif 12,15 atau 20ft. Panjang
efektif adalah jarak setiap kaki dimana pertukaran panas terjadi tidak termasuk pipa dalam di
luar bagian pertukaran panas misalnya “return bend”.Bilamana hairpin dipakai untuk panjang
lebih dari 20ft yang sesuai dengan panjang efektif linier 40ft maka pipa dalam cenderung
melendut dan menyinggung pipa luar, menyebabkan distribusi aliran di dalam annulus
jelek.Kekurangan pokok penggunaan alat penukar panas pipa ganda “single hairpin” terletak
pada kecilnya luas permukaan hantaran panas dari “hairpin” itu. Bilamana dipakai didalam
alat distilasi di dalam proses industri memerlukan sejumlah besar “hairpin”. Hal ini
memerlukan ruangan yang cukup luas(besar) dan setiap alat penukar panas pipa ganda
mempunyai tidak kurang dari 14 titik kebocoran yang mungkin terjadi.Waktu dan biaya
untuk perbaikan dan pembersihan lebih besar dibandingkan tipe lain namun alat penukar
panas pipa ganda paling banyak digunakan dimana luas hantaran panas total yang diperlukan
adalah kecil 100 sampai 200 ft2 atau kurang.

2. Alat penukar panas “shell and tube.”


Untuk memenuhi kebutuhan industri sering diperlukan sejumlah besar hair pin,hal ini
memerlukan luas lantai yang cukup besar dan juga berbuntut pada sejumlah besar titik
dimana kebocoran mungkin terjadi. Bilamana luas perpindahan panas besar diperlukan,
paling baik digunakan alat penukar kalor tipe “shell and tube” terdiri dari buluh - buluh yang
dibentangkan antara 2 buah “tube sheet” (dudukan buluh dan membentuk “seal” yang tidak
bocor dibawah kondisi operasi). Contoh sederhana dan umum dan bentangan buluh ini
terlihat pada gambar 10.13.Lubang tempat buluh dibor di dalam “tube sheet” dengan diduga
yang sedikit lebih besar dari diameter luar buluh.
Dan dibuat 2 atau lebih alur dibuat pada “tube sheet”.Buluh dimasukkan ke dalam lubang
tempat buluh, dan sebuah gelang disisipkan ke dalam ujung buluh.Gelang itu diputar oleh
mandril yang mengerucut. Gelang mampu mengatasi beda elastis logam buluh dan gelang
berubah menjadi bahan semi elastis dan masuk kedalam alir dan membentuk “seal” yang
benar-benar kencang (rapat).
Beberapa industri lebih menyukai memasang buluh pada “tube sheet” sehingga buluh dapat
dilepas dengan mudah sebagaimana dalam gambar 10,14.

Lembaran dinding

Lembaran dudukan buluh Dinding buluh

Gambar 10,13. Tube roll


Soft packing
Packing lunak

T Dinding
ube Wall buluh
Turning
Buluh pemutar

Gambar10,14. Ferrule

Buluh-buluh sebenarnya di “packing” pada “tube sheet” menggunakan “Ferrule” dengan


cincin packing dari logam lunak.

Buluh-buluh alat penukar panas

Buluh alat penukar panas hendaknya dibedakan dengan pipa baja.Diameter luar buluh alat
penukar panas merupakan diameter sebenarnya dari buluh dengan toleransi sangat
ketat.Buluh alat penukar panas tersedia dalam berbagai macam logam yang meliputi baja,
tembaga, admiralty, logam Munts kuningan, tembaga nikel 70-30, perunggu-aluminium,
aluminium dan stainless steel.Dapat diperoleh dalam sejumlah ketebalan yang berbeda yang
didefinisikan oleh Birmingham Wire Gauge dan dinyatakan dengan BWG-number.Ukuran
buluh yang tersedia terlihat pada tabel 10.Appendix Process Heat Transfer.D.Q Kern dimana
ukuran ¾-in dan 1-in OD (diameter luar) adalah yang paling umum dalam rancangan alat
penukar panas.

Tube Pitch : lubang dudukan buluh tidak boleh dibor sangat rapat satu sama lain, karena jarak
yang terlalu kecil antara buluh yang berdekatan, akan memperlemah tube sheet (lembaran
logam dudukan buluh). Jarak terpendek antara dua lubang buluh yang berdekatan adalah
“Clearduce” atau “Ligament” dan itu sekarang distandarisir. Buluh-buluh dipasang (disusun)
dalam dua pola (square) bujur sangkar atau triangular (segitiga sama sisi), seperti terlihat
dalam gambar 10,15. A dan b. Kelebihan square pitch adalah bahwa buluh-buluh bisa
dibersihkan dari luar dan memberikan pressure drop (rugi tekanan lebih kecil) bilamana
fluida mengalir pada arah yang ditunjukkan pada gambar 10,15. A. Tube pitch P/I adalah
jarak terdekat pusat –kepusat antara dua buluh berdekatan. Pitch yang umum untuk pola
square dari buluh ukuran ¾-in OD adalah 1-in . Untuk buluh 1-in OD adalah 1 ¼-in. Untuk
pola triangular untuk buluh ¾-in OD adalah 15/10-in , ¾-in OD adalah 1-in, dan 1-in OD
adalah 1 ¼-in.

(a)-Square Pitch (b)-Triangular Pitch (c)-Square pitch (d)-Triangular pitch


rotated with Cleaning lanes

Gambar 10,15. Tata letak buluh yang umum dalam alat penukar kalor
Pada dalam gambar 10,15 c. Tata letak square pitch diputar 450 yang pada dasarnya sama
dengan gambar 10,15 a., modifikasi dari triangular pitch agar supaya bisa dibersihkan secara
mekanik terlihat pada gambar 10,15 d. Jika buluh-buluh terpancar cukup lebar
memungkinkan untuk pembersihan.

Shell

Shell dibuat dari pipa baja dengan diameter nominal IPS sampai 12-in.Diatas 12-in termasuk
24-in, diameter luar. Ketebalan dinding standar untuk shell dengan diameter dalam 12-in
sampai 24-in adalah 3/8-in yang mencakup memuaskan untuk kondisi operasi sisi shell
sampai 300 psi. Bisa diperoleh ketebalan yang lebih besar untuk tekanan operasi yang lebih
tinggi. Shell yang lebih besar dari 24-in dibuat dari plat baja yang di “rol”.

Alat penukar panas “tube sheet” tetap (fixed-head heat exchanger). Tipe alat penukar panas
shell mid tube adalah fixed tube-sheet, atau fixed head heat exchanger) seperti terlihat pada
gambar 10,16.

Gambar 10,16. Fixed-head heat exchanger


Bagian-bagian pokok alat penukar panas ini antara lain sebuah shell (1) yang dilengkapi
dengan 2 buah nosel dan yang mempunyai tube sheet (2). Dikedua ujungnya yang juga
bertindak sebagai flange untuk memasang (menempelkan) dua saluran (3) dan penutup
saluran masing-masing (4) Buluh-buluh direntangkan pada kedua tube-sheet dan dilengkapi
dengan baffle-baffle yang tegak lurus (5) pada sisi shell, perhitungan luas permukaan
hantaran panas efektif besarnya didasarkan pada jarak antara permukaan-dalam dari tube
sheet sebagai ganti panjang buluh keseluruhan.

Baffle

Tampak bahwa koefisien hantaran panas lapisan yang lebih tinggi diberikan bilamana suatu
zat cair dipertahankan mengalir turbulen untuk membuat supaya aliran diluar buluh-buluh
sering digunakan baffle-baffle yang menyebabkan aliran zat cair melalui sisi shell pada sudut
tegak lurus sumbu buluh. Hal ini menyebabkan turbulensi yang cukup berarti walaupun
hanya sedikit zat cair yang mengalir melalui sisi shell jarak dari pusat ke pusat baffle-baffle
disebut baffle pitch atau baffle speinig. Oleh karena baffle dapat dipasang cukup dekat atau
jauh satu sama lain maka laju alir massa tidak sepenuhnya tergantung pada diameter shell.
Jarak baffle tidak lebih besar dari diameter-dalam shell atau lebih dekat dari 1/5 diameter
dalam shell. Baffle-baffle dipasang dengan cermat menggunakan baffle-spacer (6) seperti
terlihat dalam gambar 10.16.yang terdiridari baut panjang yang diulir ke dalam tube sheet dan
sejumlah pipa yang lebih kecil yang membentuk penjaga jarak antara baffle yang berdekatan.
Gambaran yang diperbesar terlihat pada gambar 10.17.

Shell Flange

Tube sheet
Stationary

Channel Flange

Baffle

Gambar 10.17 Detail pembuat jarak baffle

Ada beberapa tipe baffle yang dapat dipakai dalam alat.Maka panas dilapisi yang paling
umum adalah segmented baffle yang terlihat di dalam gambar 10.18. Segmental baffle adalah
pelat dengan ketinggian 75 % dari diameter dalam shell.
Gambar 10.18 Detail dari “Segmental baffle”

Baffles seperti ini biasa disebut 25 % cut baffles yang dipakai dalam uraian buku ini
walaupun fractional baffles cut lainnya juga dipakai di dalam industri. Baffles segmental
dapat diatur sebagaimana terlihat dalam gambar untuk aliran “ up-and-down ” atau dapat
diputar 90º untuk memberikan pola aliran “ side- to-side “, Tipe yang terakhir ini disukai
untuk campuran zat cair dan gas melewati shell. Tipe baffle lain adalah “disc” dan
“doughnut”sebagaimana terlihat pada gambar 10.19.

Gambar 10.19. Baffle “disc” dan “doughnut”

3. Alat penukar panas “tube sheel” tetap terlihat pada gambar 10.19. Permukaan lembuluh
tidak memungkinkan untuk inspeksi atau pembersihan secara mekanik, sementara
permukaan dalam buluh dapat dibersihkan ditempat dengan sekedar nilen buka tutup
buluh-buluh(keader), dan pembersihan menggunakan rotary cleaner atau sikat kawat.
Masalah pemuan adalah sangat kritis didalam alat penukar panas 1-2 fixed-tube-sheet
karena kedua laluan baik shell-nya sendiri cenderung mengalami pemuaian di beda shell
menambahkan tegangan pada tube-sheet.

Gambar 10.20 . Fixed sheet 1-2 exchanger


Untuk mengatasi tegangan termal (mengurangi tegangan termal) ini digunakan ”floating-
head exchanger” seperti terlihat dalam gambar 10.21.

Gambar 10.21.Pull-through floating head 1-2 exchanger


4. Alat penukar panas Tipe plat (Plate Type Heat Exchanger) meningkatkan luas permukaan
hantaran panas dalam alat penukar panas adalah essensial karena kemampuan pertahanan
kalor ditentukan oleh besarnya luas permukaan perpindahan panas. Salah satunya adalah
menggunakan alat pemekat panas tipe plat sebagaimana terlihat dalam gambar 10.21,
10.22 dan gambar 10.23 yang terdiri dari plat-plat tipis yang disusun seri antara plat-plat
dipasang “seal” karet atau bahan elastis yang tahan panas yang memungkinkan aliran
selang seling antara plat dan fluida kedua dalam lintasan yang berbeda biasanya
berlawanan arah.

Gambar 10.22. Alat penukar panas tipe plat.


Gambar 10.23. Alat penukar panas tipe plat nyaris selesai tersusun

Gambar 10.24 Pola aliran dalam alat penukar kalor tipe plat

Kelebihan alat penukar kalor tipe ini adalah antara lain ukuran kecil walaupun luas
permukaan hantaran panasnya besar. Beban kalor dapat dengan mudah diselesaikan dengan
menambah atau mengurangi jumlah plat . Kekurangannya adalah pressure drop yang besar
sehingga memerlukan pompa dengan tekanan tinggi dan rawan terhadap kebocoran, karena
relatif sulit memperoleh bahan ”seal ” yang elastis dan tahan panas.
10.50 MENARA PENDINGIN ( COOLING TOWER )
Beberapa industri proses memerlukan sejumlah besar air pendingin, posisi pabrik terkadang
tidak terlalu mudah untuk segera memperoleh air pendingin itu (misalnya dari laut atau
sungai). Dalam kondisi seperti itu perlu ”recycle” air pendingin (cooling water). Untuk itu
diperlukan medium pendingin yang praktis dan itu adalah udara atmosfer.Cara yang cukup
efektif adalah menggunakan efek pendinginan bilamana air menguap.

Hal ini dilakukan dengan memercikkan (spraying) air kedalam udara diatas kolam atau
kedalam udara didalam menara pendingin.Arah udara naik karena tarikan alamiah atau bisa
juga aliran paksa (natural air forced draught) kedalam menara pendingin dan air panas (air
pendingin habis pakai) masuk pada suatu tempat diatas dan dipercikkan (spray) kedalam
udara.Efek pendinginan didalam tarikan paksa karena kenaikan laju alir udara. Diagram
gambar 10.25 memperlihatkan menara pendingin diatas kolam.

Gambar 10.25 Menara pendingin dengan tarikan alamiah

Air yang akan didinginkan dimasukkan dari bagian atas dinding dalam menara dan terpecik
jatuh karena gravitasi kedalam kolam. Pada waktu air jatuh terjadi pertukaran panas dengan
udara air pun menjadi dingin. Udara hangat naik didalam menara dan menghasilkan tarikan
alamiah yang menarik udara dingin dari dasar menara. Gambar 10.26 memperlihatkan
menara pendingin tarikan paksa (forced draught cooling tower). Tampak tarikan dilakukan
oleh kipas (fan).
Gambar 10.26 Menara pendingin tarikan paksa

Anda mungkin juga menyukai