Judul Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar,
Harga Minyak Dunia dan Inflasi di Indonesia Jurnal Jurnal Ilmiah Mahasiswa Penulis Taufiq C Dawood dan Emi Anjalia Pendahuluan 1. Perekonomian Indonesia berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia dan sebaliknya, dalam Mikroekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomia. Bank Indonesia selami ini menggunakan Suku Bunga SBI dalam mengendalikan inflasi. Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi kedepan diperkirakan berada dibawah sasaran yang ditetapkan 2. Jumlah uang beredar merupakan determinasi pokok dari tingkat harga didalam kegiatan ekonomi dan laju pertumbuhan moneter yang terlalu tinggi bertanggungjawab atas munculnya inflasi, sedangkan pertumbuhan moneter yang tidak stabil beratnggungjawab atas fluktuasi permintaan. Jumlah uang beredar mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi di suatu negara. Apabila jumlah uang dalam suatu negara melebihi jumlah uang yang diminta maka akan dapat menimbulkan kenaikan harga barang- barang sampai jumlah uang beredar sama dengan jumlah uang yang diminta atau dengan kata lain kelebihan jumlah uang didalam peredarannya akan dapat menimbulkan inflasi sehingga perlu pengendalian. 3. Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi inflasi di Indonesia, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, hususnya dari sisi penawaran pergerakan harga minyak dunia sangat berpotensi mendorong terjadinya inflasi. Tinjauan Pustaka 1. PDB PDB merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diperoduksi oleh penduduk suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Selain itu juga terdapat definisi PDB oleh Kewal dalam Nofiatin yang menjelaskan bahwasanya PDB itu merupakan sebagai barang-barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktr produksi milik warga negara dan negara asing dalam satu tahun tertentu. 2. Suku Bunga Tingkat bunga merupakan balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya. Semakin besar liquidity preference seseorang, semakin besar keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai. Sementara itu ahli ekonomi menyebutkan bahwa tingkat bunga yang dibayar kepada nasabah sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate), dan kenaikan daya beli sesungguhnya dengan tingkat bunga riil. 3. Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar di Indonesia didefinisikan sebagai tagihan masyarakta terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara uang kartal dan uang giral. Penawaran uang dalam teori moneter sama dengan jumlah uang beredar. Pada standar emas, penawaran uang hanya bisa ditambah dengan menaikkan produksi emas. Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendal pemerintah tetapi dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah uang tersebut. 4. Harga minyak dunia Harga minyak merupakan sejumlah nilai moneter yang ditetapkan untuk satu barel minyak dalam dolar amerika serikat. Terdapat tiga jenis minyak yang sering diperdagangkan di dunia, yaitu: Minyak WTI (West Texas Intermediate) untuk daerah Amerika Serikat, Minyak Brent untuk daerah Eropa dan Minyak Dubai untuk daerah kawsan Timur Tengah. Penentuan harga minyak dilihat dari besarnya derajat API (American Patrolium Institute) dan kadar belerangnya. 5. Inflasi Inflasi merupakan salah satu penyakit makro yang selalu menjadi perhatian pengambil kebijakan ekonomi. Karena masalah ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Suatu pemerintahan dapat dikatakan gagal, bila tidak mampu mengatasi masalah inflasi. Inflasi juga didefinisikan sebagai kenaikan harga secara keseluruhan yang berlangsung terus menerus. Inflasi menjadi bermasalah dan harus diatasi bila laju inflasinya tinggi, karena inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menjadi menurun. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Model VAR (vektor Autoregressive). Model VAR merpakan model persaman regresi yang menggunakan data time series. Langkah pertama yaitu melakukan uji stationeritas data. Jika data stationer pada tingkat level maka kita mempunyai model VAR biasa. Tetapi jika tidak stationer maka harus menguji apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi. Hasil Penelitian 1. Uji Stationeritas Pada uji stationeritas menujukkan bahwa nilai absolute statistik philips peron pada variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, suku bunga, jumlah uang beredar dan harga minyak dunia lebih ebsar dari nilai kritis machkinnon pada setiapnya. Setelah dilakukan uji ini, variabel yang diteliti sudah stationer pada taghap first different. 2. Uji kausalitas Uji kausalitas antara PE (pertumbuhan Eknomi), suku bunga, MI, Harga minyak dunia dan inflasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah antara variabel PE dan SBI, inflasi dan SBI atau sering disebut dengan kausalitas dua arah. Kausalitas satu arah terdapat dari variabel PE ke Inflasi, dari MI ke Inflasi akan tetapi pada tingkat keyakinan 10 persen. Sedangkan pada Harga Minyak dunia dan inflasi, harga minyak dunia dan MI, PW dan MI, SBI dan MI, PE dan harga minyak dunia, SBI dan Harga minyak dunia tidak terdapat hubungan kausalitas. 3. Uji kointegrasi Hasil kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa antara variabel dengan lag optimal 1 sampai 2 menunjukkan variabel PDB, Suku Bunga, JUB, Harga Minyakk dunia terdapat kointegrasi, dimana nilai Trace Statistik lebih besar dari nilai kritisnya yaitu 121,2088> 69,81889 dan nilai Max Eigen Statistic lebih besar dari nilai kritisnya 56,05094>33,87687. Dari hasil uji yang telah dilakukan bahwa dalam periode jangka pendek variabel menyesuaikan untuk menyesuaikan equilibrium jangka panjang, dapat disimpulkan bahwa variabel Produk Domestik Bruto, Inflasi JUB (Jumlah Uang Beredar), Suku Bunga dan Harga Minyak Dunia mempunyai keseimbangan dalam jangka panjang. Hasilnya adalah terdapat kointegrasi, maka selanjutnya model yang digunakan adalah VECM. 4. Hasil Estimasi VECM Hasil estimasi menjelaskan bahwasanya inflasi sekarang positif tidak signifikan dipengaruhi oleh inflasi 1 dan 2 periode sebelumnya, inflasi sekarang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap MI 2 periode sebelumnya. Inflasi sekarang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Harga minyak 1 dan 2 periode sebelumnya dan berpengaruh positif tidak signifikan tehadap Pertumbuhan Ekonomi (PE) 1 periode sebelumnya dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap SBI 1 periode sebelumnya dan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap SBI 2 periode sebelumnya. MI sekarang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap MI periode sebelumnya dan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap MI 2 periode sbeelumnya. 5. Hasil Impluse Response Hasul Impluse response saat guncangan yang terjadi pada inflasi menyebabkan harga minyak bergedak negatif sepanjang periode 3 sampai periode 10. Shock yang terjadi pada inflasi ini akan menyebakan harga minyak menurun sepanjang periode ke 3 sampai seterusnya. Kesimpulan 1. Adanya hubungan jangka panjang, artinya semua variabel akan saling menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka panjang 2. Terdapat hubungan satu arah antara PDB terhadap inflasi dan terhadap hubungan dua arah antara inflasi terhadap SBI, kemudian juag terdapat hubungan satu arah dari MI terhadap inflasi tetapi hanya pada keyakinan 10 persen sedangkan harga minyak dunia tidak terdapat kausalitas. 3. Inflasi dan SBI berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap inflasi, sedangkan jumlah uang beredar dan harga minyak dunia berpengaruh tidak signifikan terhadap inflasi 4. PDB mempunyai konstribusi yang sangat besar terhadap inflasi bahkan melebihi shok pada dirinya sendiri dimana nilai PDB mencapai 57,57 persen pada periode ke 10. Kritikan Reviewer 1. Sebaiknya fokus masalah dibagian akhir pendahuluan dijelaskan, supaya terlihat jelas permasalahan yang akan dibahas selanjutnya 2. Pada metode penelitian, sebaiknya dijelaskan periode tahun pada data yang hendak digunakan.