Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA DENGAN TUMBUH


KEMBANG ANAK DI PUSKESMAS PANDAK II BANTUL

PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA

AANG HIDAYAT KHUMAINI


3211058/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI
YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas ini disusun sebagai penugasan praktik keperawatan keluarga, yaitu
Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tumbuh
Kembang Anak Di Puskesmas Pandak II Bantul

Telah disyahkan pada hari, tanggal :

Tempat :

Bantul, Februari 2015


praktikan

Aang Hidayat K
3211128

Mengetahui,

Pembimbing praktik Pembimbing klinik


Laporan Pendahuluan
Tumbuh Kembang Anak

I. KONSEP PERKEMBANGAN ANAK


A. Definisi Perkembangan
Kembang atau perkembangan adalah proses pematangan/ maturasi
fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental
intelegensia serta perlakuan anak. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia adalah tertib dan teratur, proses yang dapat diprediksi dari embrio
dan berlanjut sampai meninggal.
Perkembangan adalah kualitatif atau aspek yang dapat diobservasi
dari perubahan progresif pada individual. Kemampuan (progres) melalui
fase tertentu dari pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh
keturunan dan factor lingkungan.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,
dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,
organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek
perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi
dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya
jantung untuk memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai
kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-
benda di sekelilingnya serta kematangan dan sosial anak.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada
antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda.
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan
yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak
tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan
kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Hal tersebut juga
dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan
akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada
anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan
konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah
terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak
menangis.Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis
seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain
sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social
pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang
lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut
sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring
dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah
sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak.

B. Jenis Tumbuh Kembang


1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan
fungsi organism individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian
berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak
dan simbolik seperti berbicara,bermain,berhitung dan membaca.
3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk
membentuk ikatan batin,berkasih sayang, menangani kegelisahan akibat
suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.
C. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
1. Neonatus (lahir – 28 hari)
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk
dikembangkan sesuai keinginan.
2. Bayi (1 bulan – 1 tahun)
a. Bayi usia 1-3 bulan :
 mengangkat kepala
 mengikuti obyek dengan mata
 melihat dengan tersenyum
 bereaksi terhadap suara atau bunyi
 mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran
dan kontak
 menahan barang yang dipegangnya
 mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
b. Bayi usia 3-6 bulan :
 mengangkat kepala sampai 90°
 mengangkat dada dengan bertopang tangan
 belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau
diluar jangkauannya
 menaruh benda-benda di mulutnya,
 berusaha memperluas lapang pandang
 tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
 mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
c. Bayi 6-9 bulan :
 duduk tanpa dibantu
 tengkurap dan berbalik sendiri
 merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
 memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
 memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
 bergembira dengan melempar benda-benda
 mengeluarkan kata-kata tanpa arti
 mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
 mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
d. Bayi 9-12 bulan :
 berdiri sendiri tanpa dibantu
 berjalan dengan dituntun
 menirukan suara
 mengulang bunyi yang didengarnya
 belajar menyatakan satu atau dua kata
 mengerti perintah sederhana atau larangan
 minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
 ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke
mulutnya
 berpartisipasi dalam permainan
3. Toodler (1-3 tahun)
Peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik.
a. Anak usia 12-18 bulan :
 mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta
sekeliling rumah
 menyusun 2 atau 3 kotak
 dapat mengatakan 5-10 kata
 memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
b. Anak usia 18-24 bulan :
 mampu naik turun tangga
 menyusun 6 kotak
 menunjuk mata dan hidungnya
 menyusun dua kata
 belajar makan sendiri
 menggambar garis di kertas atau pasir
 mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
 menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang
lebih besar
 memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main
dengan mereka
c. Anak usia 2-3 tahun :
 anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
 membuat jembatan dengan 3 kotak
 mampu menyusun kalimat
 mempergunakan kata-kata saya
 Bertanya
 mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
 menggambar lingkaran
 bermain dengan anak lain
 menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
4. Pre sekolah (3-6 tahun)
Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba
pengalaman baru dan peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.
a. Anak usia 3-4 tahun:
 berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
 berjalan pada jari kaki
 belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
 menggambar garis silang
 menggambar orang (hanya kepala dan badan)
 mengenal 2 atau 3 warna
 bicara dengan baik
 bertanya bagaimana anak dilahirkan
 mendengarkan cerita-cerita
 bermain dengan anak lain
 menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
 dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
b. Anak usia 4-5 tahun :
 mampu melompat dan menari
 menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
 dapat menghitung jari-jarinya
 mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
 minat kepada kata baru dan artinya
 memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
 membedakan besar dan kecil
 menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.
c. Anak usia 6 tahun:
 ketangkasan meningkat
 melompat tali
 bermain sepeda
 menguraikan objek-objek dengan gambar
 mengetahui kanan dan kiri
 memperlihatkan tempertantrum
 mungkin menentang dan tidak sopan
5. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan
fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan
komunikasi.
a. Anak usia 6-7 tahun :
 membaca seperti mesin
 mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
 membaca waktu untuk seperempat jam
 anak wanita bermain dengan wanita
 anak laki-laki bermain dengan laki-laki
 cemas terhadap kegagalan
 kadang malu atau sedih
 peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun:
 kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 menggunakan alat-alat seperti palu
 peralatan rumah tangga
 ketrampilan lebih individual
 ingin terlibat dalam segala sesuatu
 menyukai kelompok dan mode
 mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun:
 pertambahan tinggi badan lambat
 pertambahan berat badan cepat
 perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin
tampak
 mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur
pakaian sendiri
 memasak, menggergaji, mengecat
 menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
 membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
 teman sebaya dan orang tua penting
 mulai tertarik dengan lawan jenis
 sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
6. Remaja (12-18 atau 20 tahun)
a. Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi
b. Mencoba nilai-nilai yang berlaku
c. Pertambahan maksimum pada tinggi,berat badan
d. Stres meningkat terutama saat terjadi konflik
e. Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
f. Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil),
kesukaan seksual mulai terlihat
g. menyesuaikan diri dengan standar kelompok
h. anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara
tentang pakaian, make-up
i. hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai
melepaskan diri dari orang tua
j. takut ditolak oleh teman sebaya
k. Pada akhir masa remaja : mencapai maturitas fisik, mengejar karir,
identitas seksual terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri,
kelompok sebaya kurang begitu penting, emosi lebih terkontrol,
membentuk hubungan yang menetap.
7. Dewasa muda (20-40 tahun)
a. Gaya hidup personal berkembang.
b. Membina hubungan dengan orang lain
c. ada komitmen dan kompetensi
d. membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai
orang tua
e. Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan
berpikir rasional meningkat
f. pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam
pekerjaan meningkat.
8. Dewasa menengah (40-65 tahun)
a. Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain,
seperti anak meninggalkan rumah
b. anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan
rumah
c. dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis
lipatan pada muka, dan lain-lain
d. waktu untuk bersama lebih banyak
e. Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara
menikah lagi (dangerous age).
9. Dewasa tua
a. Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa
pensiun (penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan
fisik, dapat berkembang penyakit kronik.
b. Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi
terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan
sensori dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain.
c. Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan
kesehatan fisik.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


1. Faktor Genetik
2. Faktor herediter konstitusional
3. Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa
:
a. Orang tua : hidup rukun dan harmonis, persiaan jasmani, mental,
social yang matang pada saat membina keluarga, mempunyai
tingkat ekonomi/ kesejahteraan yang cukup, cukup waktu untuk
memperhatikan, membimbing dan mendidik anak
b. Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan
Ibu dan Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam
tenaga, peralatan, anggaran dan mencakup seluruh populasi.
c. Di daerah perkotaan maupun pedesaan diciptakan keadaan yang
cukup baik dalam segi-segi : kesehatan, geografis, demografis,
social ekonomi.
d. Pendidikan di rumah, sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk
pembinaan perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung
jawab, pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.

E. Masalah yang Sering Terjadi pada Tahap Tumbuh Kembang


1. Masalah pada anak-anak dari sejak lahir sampai usia 5 tahun.
 Sindroma Down
 Kerdil
 Autis
 Gangguan perkembangan bicara
2. Masalah utama anak usia sekolah dan remaja
 Penyesuaian diri di sekolah
 Bentuk tulang belakang yang abnormal
 Penyalahgunaan obat/substansi
3. Masalah pada usia pertengahan orang dewasa
 Diabetes
 Cacat fisik tubuh
 Osteoporosis
4. Masalah utama pada manula
 Kerusakan penglihatan
 Kerusakan pendengaran

F. Tugas Keluarga Sesuai dengan Tumbuh Kembang


1. Keluarga pemula
 membangun perkawinan yang saling memuaskan
 menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis
 keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai
orangtua
2. Keluarga sedang mengasuh anak
 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
 Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek
3. Keluarga dengan anak usia prasekolah
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan
 Mensosialisasikan anak
 Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain
 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
 Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat
 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
 Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
 Mengembangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
6. Keluarga melepaskan anak dewasa muda
 Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak
 Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
 Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
maupun istri
7. Orangtua usia pertengahan
 Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
 Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak
 Memperkokoh hubungan perkawinan
8. Keluarga lansia
 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
 Mempertahankan hubungan perkawinan
 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
 Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup)
G. Skrining Dan Pengawasan Tumbuh Kembang
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan
pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care)
secara teratur dan pengawasan terutama anak balita.
 Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
 Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver
Development Screening Test).
Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
 Anamnesis
 Skrining gangguan perkembangan anak
 Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
 Evaluasi bicara dan bahasa anak dan pemeriksaan fisik

H. Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud


1. Fase Oral : 0 – 1 tahun
Keuntungan :
 Kepuasaan atau kebahagian terletak pada mulut
 Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur.
Kerugian :
 Menggigit, mengeluarkan air liur, marah, menangis jika tidak
terpenuhi.
2. Fase Anal : 1 – 3 tahun
Keuntungan :
 Belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan
sendiri
Kerugian :
 Jika tidak dapat melakukan dengan baik.
3. Fase Phalic : 3 – 6 tahun
 Dekat dengan orang tua lawan jenis
 Bersaing dengan orang tua sejenis
4. Fase latent : 6 – 12 tahun
 Orientasi sosial keluar rumah
 Pertumbuhan intelektual dan sosial
 Banyak teman dan punya group
 Impuls agresivitas lebih terkontrol
5. Fase genital
 Pemusatan seksual pada genital
 Penentuan identitas
 Belajar tidak tergantung pada orang tua
 Bertanggung jawab pada diri sendiri
 Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan : bergroup
Kerugian : konflik diri,ambivalen.

II. ANAK
A. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada
antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda.
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan
yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak
mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan
dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga
mengalami perkembangan yang tidak sama. Hal tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah
ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak.
Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan
konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah
terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis.
Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti
bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain
sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social
pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang
lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut
sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring
dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah
sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).

B. PERKEMBANGAN ANAK PADA MASA SEKOLAH


1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12
tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak denga usia 7
sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib
belajar pendidikan 9 tahun.(www.gn-ota,or.id).
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimum.
Ada yang berpendapat bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk
belajar atau untuk sekolah. Disebut masa matang untuk belajar karena
mereka sudah berusaha mencapai sesuatu, sedangkan masa matang untuk
bersekolah , karena mereka sudah menginginnkan kecakapan-kecakapan
baru, yang dapat diberikan oleh sekolah.
Proses pendidikan adalah merupakan salah satu aktivitas manusia.
Fungsi motivasi dalam proses pendidikan adalah membangkitkan dorongan
untuk melakukan aktivitas dalam pendidikan. Keaktifan dapat menghasilkan
perubahan dalam kognitif, psikomotor dan afektif siswa. Perubahan relatif
konstan dan terbatas. Perumusan ini berlaku bagi setiap pembelajaran dalam
proses belajar-mengajar. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh
beberapa faktor yang menunjang terhadap keberhasilan proses belajar-
mengajar tersebut. Faktor metode mengajar akan berkaitan dengan model
pembelajaran yang diterangkan. Secara umum masa sekolah dasar terbagi
menjadi dua bagian, yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa
kelas rendah yang berusia antara 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun.
Sedangkan masa kelas tinggi berusia antara 9 atau 10 sampai 12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga umumnya lebih ditekankan pada
pemenuhan tugas perkembangan anak. Untuk mencapai tugas
perkembangan keluarga yang optimal, keluarga akan membutuhkan bantuan
dari pihak-pihak sekolah dan kelompok sebaya anak. Keluarga perlu
membantu meletakkan dasar penyesuaian diri anak dengan teman sebaya.
Peroide usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra-
sekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa
peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai
menjelang masa pra-pubertas.  Pada umumnya setelah mencapai usia 6
tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin sempurna.
Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin
baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan mereka. Dengan kita mengetahui
tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai orangtua
dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku.

2. Tugas perkembangan anak usia sekolah


a. Perkembangan biologis
Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan, pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada
anak perempuan lebih pendek dan gemuk. Pada usia ini pembentukan
lemak lebih cepat daripada otot.
b. Perkembangan Psikososial
Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama atau
kelompok. Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia
sekolah digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam
fase oidipus
c.  Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret, yaitu
anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol
kemampuan anak yang dimiliki pada tahap operasional konkret,
yaitu :
 Konservasi : menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara
konkret bukan magis
 Klasifikasi : mualai belajar mengelompokkan, menyusun dan
mengurutkan
 Kombinasi : mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf
sesuai dengan keinginan yang dihubungkan dengan pengalaman
yang sebelumnya
d. Perkembangan spiritual
Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka,
sehingga mereka mematuhi semua peraturan karena takut masuk
neraka.
e. Perkembangan bahasa
Kosa kata anak bertambah, kealahan pengucapan mulai berkurang
karena bertambahnya pengalaman dan telah mendengarkan penguapan
yang benar. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih
terkendali dan terseleksi karena anak menggunakan pembicaraan
sebagai alat komunikasi
f.   Perkembangan Seksual
Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian, dan
gerak-geriknya sesuai dengan peran seksnya
g. Perkembangan Konsep Diri
Dipengaruhi oleh hubungan dengan orangtua, saudara dan saudara
lainnya. Dan anak membentuk konsep diri sehingga membentuk ego
ideal yang berfungsi sebagai standar perilaku umum yang di
internalisasi.

3. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan masa


kanak-kanak akhir dan anak sekolah ( umur 6 -12 tahun) yaitu:
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
b.  Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk    biologis (dapat merawat kebersihan dan
kesehatan diri)
c. Belajar bergaul dengan teman sebayanya
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
e. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
f. Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat
istiadat) sehari-hari.
g. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah,
baik-buruk)
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap
mandiri)
i. Belajar mengembangkan sikap positif  kehidupan sosial.
j. Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
4. Menurut kajian Psikologi tugas perkembangan anak usia sekolah
dasar meliputi:
a. Perkembangan kognitif.s
 Pengurutan,mampu untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
 Klasifikasi,mampu untuk memberi nama dan
mengidentifikasi benda
 Decentering,mempertimbangkan beberapa aspek untuk
memecahkan masalah.
 Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
 Konservasi,memahami bahwa kuantitas, panjang, atau
jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut.
 Penghilangan sifat Egosentrisme kemampuan untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

5. Perkembangan mental emosional dan sosial anak usia sekolah dasar


tugas perkembangannya yaitu
 Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa
bangga dalam prestasi dan bangga pada kemampuan mereka.
 Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang tua dan guru
mengembangkan perasaan kompetensi dan kepercayaan
keterampilan mereka. Mereka yang menerima sedikit atau tidak
ada dorongan dari orangtua, guru, akan meragukan kemampuan
mereka untuk menjadi sukses.
 Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan melalui
eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan
yang kuat tentang diri dan rasa kemerdekaan dan kontrol. Mereka
yang tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan mereka akan
tidak aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa
depan.

6. Perkembangan Psikomotor anak usia sekolah dasar pada


perkembangannya mencakup: Mampu melompat dan menari,
menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan,
dapat menghitung jari – jarinya, mendengar dan mengulang hal – hal
penting dan mampu bercerita, mempunyai minat terhadap kata-kata
baru beserta artinya, memprotes bila dilarang apa yang menjadi
keinginannya, mampu membedakan besar dan kecil, ketangkasan
meningkat, melompat tali,  Bermain sepeda, mengetahui kanan dan
kiri, mungkin bertindak menentang dan tidak sopan, mampu
menguraikan objek-objek dengan gambar.

7. Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan


perilaku yang menyimpang (delinquency). Penyimpangan yang terjadi
pada anak yang berusia sekolah dasar antara lain; Suka membolos
dari sekolah, malas belajar, keras kepala. Dengan mengetahui tugas
perkembangan anak diatas maka peran orang tua sangat dibutuhkan.
Dimana dalam mengasuh anak untuk tumbuh dengan maksimal,
sempurna dan seimbang butuh pengasuhan ayah dan ibu. Sehingga
dapat tercipta keseimbangan antara otak kanan-kiri anak. Sebab setiap
anak itu memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda-beda.
Berikanlah rasa nyaman pada buah hati hingga hormone untuk
mendukung pertumbuhannya diproduksi secara maksimal.  Maka dari
itu anak usia diatas 6 tahun otak kirinya mulai berkembang, mulai
berfikir logis serta lingkungan memberikan pengaruh 30 persen dan
orang tua 70 persen. Oleh sebab itu dalam usia ini orang tua dituntut
menjadi motivator.
a. Adapun sifat-sifat khas pada masa kelas rendah Sekolah Dasar :
Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah, Adanya sikap
mematuhi peraturan-peraturan permainan tradisional, Adanya
kecenderungan memuji sendiri, Suka membanding-bandingkan
dirinya dengan yang lain, Tidak menganggap penting dalam
menyelesaikan suatu soal dan Menghendaki nilai rapor yang baik.
b. Sedangkan sifat-sifat khas pada masa kelas tinggi Sekolah Dasar :
Adanya minat terhadap kehidupan praktis yang konkrit, amat
realistik, ingin tahu, dan ingin belajar, ada kecenderungan berminat
pada salah satu pelajaran, membutuhkan guru atau orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya, memandang nilai raport sebagai
ukuran prestasi sekolah, gemar membentuk kelompok sebaya.
c. Masa sekolah diakhiri dengan masa Pueral, yaitu mempunyai
karakteristik tersesuai dan banyak menarik perhatian pendidik. Ada
beberapa ciri yang menonjol seperti sifat yang ekstravers, berkuasa,
saing kompetisi, idealis. Dari segi lainnya akan menerima otoritas
orang tua dan guru dengan wajar. Aspek-aspek psikologis dan fisik
yang penting dalam perkembangan pada masa anak sekolah yaitu :
Intelektual, kognitif, motorik, verbal dan emosi.
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

I. Konsep dasar DHF


1. Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).
Demam berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai adanya demam, nyeri otot, dan sendi. Keadaan
biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.
2. Etiologi
b. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1999).

c. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).

d. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990)

3. PATOFISIOLOGI
Infeksi Virus Dengue Perbanyak diri di hepar

Terbentuk komplek antigen-antibodi Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen Mual-Muntah

PGE2 Hipotalamus Dilepaskan C3a dan C5a (peptida) Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Melepaskan histamin

Peningkatan suhu Permeabilitas membran meningkat

tubuh Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi Kerusakan endotel

pembuluh darah

 Kekurangan volume cairan


Agregasi Trombosit

Ke ekstravaskuler Trombositopenia Merangsang dan


Mengaktivasi faktor
pembekuan

Efusi pleura dan asites Dalam jangka waktu lama menurun


dan terjadi DIC

 Gangguan pertukaran gas Perdarahan


 Intoleransi activity Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia jaringan

Asidosis Metabolik Kematian

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke
ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah
akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2)
kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).
4. Manifestasi KLINIS infeksi virus dengue
a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
(Soedarto, 1990 ).

b. Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995).

c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .
(Soederita, 1995).

d. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 1990).

5. KLASIFIKASI DHF

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi


menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994) yaitu :

Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji taniquet hasilnya positif

Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan
spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,
melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik
dibawah 80 mmHg.

Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4


golongan, yaitu :

a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.

c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah
menurun, (120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0 
0/0 )

d. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 
140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.

Derajat (WHO 1997):

a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.


b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan
dikulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit
dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur.
6. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,


tanda dan gejala lain adalah :

- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.


- Asites
- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun
obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).

7. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA


Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
juga dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :

Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)


leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF
IKA, 1994).

Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI


(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah Pada
infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20
dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada
infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan
akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.

Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam
stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994)

Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam
atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis
x-foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.

Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF)WHO tahun 1997:

Klinis:

- Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
- Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed).
- Pembesaran hepar.
- Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun,
akral dingin dan sianosis, dan gelisah.
Laboratorium:
- Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari
20%.
8. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit
menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus,
aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif
terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada
vektornya. (Soemarmo, 1998)

Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 )

1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor
pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita
veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi
Menurut Rezeki S, 1998. Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever
(DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu

1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –


kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya
2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan
3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan seperti  dilanjutkan di baliknya.
9. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat
simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 1995)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue


Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan
perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan
penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan
gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995)

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 )
yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan
kurang) atau kejang–kejang.

Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai
perdarahan, Panas disertai renjatan.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut


UPF IKA, 1994 adalah.

Belum atau tanpa renjatan:

Grade I dan II

Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal
tidak boleh diberikan
Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

Terapi cairan
1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10
kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak
– banyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
 Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,
antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan
hebat.

Dengan Renjatan ;

Grade III

1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam


Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan
infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan
dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan
sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :

 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg


 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
2. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi
renjatan.
3. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan
nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg
BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24
jam.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN KELUARGA

DX. KEPERAWATAN
1. Gangguan kesehatan : sus. Febris pada An. W b/d KMK mengenal adanya masalah kesehatan anggota keluarga dengan DB
2. Resiko munculnya penyakit yang disebabkan karena lingkungan rumah yang kurang terpelihara b/d KMK untuk memelihara
lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan.
TUJUAN KRITERIA EVALUASI R. INTERVENSI
No. Dx
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDARD
1. Gangguan kesehatan Setelah dilakukan Setelah 30 menit
: sus. Febris pada tindakan keperawatan: pertemuan, keluarga
An. W b/d KMK keluarga dapat dapat :
mengenal adanya mengetahui tentang  Menyebutkan  Keluarga  AT : <  Bantu
masalah kesehatan DB pengertian DB mampu menyebutkan 5.000 klien untuk
anggota keluarga pengertian DB mengidentifikasi
dengan DB pengertian DB
 Mengidentifika  Keluarga  Tanda  Bantu klien
si tanda dan gejala DB mampu dan gejala mengidentifikasi
mengidentifikasi hipertensi , a.l : tanda dan gejala DB
tanda dan gejala DB - Le
mas, pusing,
peningkatan suhu
tubuh
 Mengetahui  Keluarga  Keluarga Bantu klien untuk
penyebb DB mampu dapat menyebutkan mengidentifikasi
mengidentifikasi : pengetahuan DB
penyebab DB - umur
- obesita
- meriko
- gaya hidup
TUJUAN KRITERIA EVALUASI R. INTERVENSI
No. Dx
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDARD
2. Resiko munculnya Setelah dilakukan Setelah dilakukan
penyakit yang tindakan keperawatan, pendidikan kesehatan
disebabkan karena keluarga dapat selama 20 menit, keluarga
lingkungan rumah memelihara dapat :
yang kurang lingkungan rumah  Mengidentifik  Keluarga  Keluarga  Bantu klien
terpelihara b/d KMK yang dapat menunjang asi tempat di sekitar dapat menyebutkan dapat mengidentifikasi
untuk memelihara kesehatan rumah yang kurang tempat disekitar menyebutkan : tempat di sekitar
lingkungan rumah memenuhi kriteria rumah yang kurang ventilasi kurang, rumah yang kurang
yang dapat kesehatan sehat keadaan rumah memenuhi
menunjang lembab. kesehatan.
kesehatan
 Menyebutkan  Keluarga dapat  Keluarga  Bantuk
akibat yang terjadi jika menyebutkan akibat dapat menyebutkan klien
lingkungan rumah yang terjadi jika akibat lingkungan mengidentifikasi
kurang sehat lingkungan lembab kurang sehat : akibat yang terjadi
dan kurang ventilasi - DB jika lingkungan
- Gan rumah kurang sehat
gguan pernafasan
- Diar
e
- DB
D
- ISP
A
- Asm
a
No. Dx Tujuan Khusus Tanggal Implementasi Evaluasi
1. Gangguan kesehatan :  Setelah dilakukan 14/11-06 - Mengkaji S : Keluarga mengatakan:
sus. Febris pada An. pendidikan kesehatan pengetahuan klien dan keluarga - Tahu tentang
W b/d KMK mengenal selama 30 menit keluarga tentang penyakit DB hipertensi, tetapi tidak mampu
adanya masalah dapat : - Menjelaskan menyebutkan secara lisan
kesehatan anggota - Menyebut pengertian hipertensi - Mengetahui tanda-
keluarga dengan DB kan pengertian DB - Menjelaskan tanda tanda penderita DB
- Menyebuk dan gejala DB
tan tanda dan gejala - Menginformasikan O : Keluarga mampu menyebutkan 3
DB pada klien dan keluarga tentang dari 6 tanda dan gejala DB
- Mengetah komplikasi (bahaya) yang dapat
ui penyebab DB muncul pada penderita DB A : Masalah teratasi kurang
- Menyebut - Menjelaskan pada optimal
kan komplikasi DB keluarga cara perawatan pasien DB
- Mengetah P : Validasi untuk pertemuan
ui cara-cara perawatan selanjutnya
pada penderitaDB
Resiko munculnya Setelah dilakukan penkes 19/11-06 - Beri motivasi pada keluarga untuk S : Klien mengatakan :
penyakit yang selama 20 menit, keluarga memberikan diit pada an. W sesuai - Pintu jarang dibuka, karena di
disebabkan karena dapat : kebutuhan nutrisinya dan kondisi rumah hanya yang lain sibuk
lingkungan rumah - Mengident sakitnya bekerja
2. yang kurang ifikasi tempat di sekitar O:
terpelihara b/d KMK rumah yang kurang A : Tujuan belum tercapai, pola
untuk memelihara memenuhi kriteria makan Bp. P masih sama
lingkungan rumah kesehatan.
yang dapat menunajgn - Menyebut P : Motivasi keluarga untuk :
kesehatan kan akibat yang terjadi - Memperhatikan diit Bp P
jika lingkungan rumah - Membuka pintu dan jendela
kurang sehat setiap kali ada di rumah, agar
- Menentuk lingkungan rumah tidak lembab.
an keputusan tindakan
yang harus dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Friedman, Marilyn. (2008). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. edisi 5.


Jakarta : EGC
Havighurst, Robert J. (20008). Human Development and Education. New York :
Longmans Green and Co.
Jhonson & Leny. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

Setyowati, S., Murwani, A. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. MITRA


CENDIKIA Press. Yogyakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas


Airlangga. Surabaya.

Suprajitno.(2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek.


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai