Anda di halaman 1dari 9

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.

4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

IDENTIFIKASI DAN UJI SENSITIFITAS ISOLAT BAKTERI DARI PLAK GIGI PASIEN DENGAN TUMPATAN
AMALGAM DI PUSKESMAS TIKALA BARU MANADO TERHADAP ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN
(CEFIXIME) DAN LINKOSAMIDA (LINKOMISIN)

Yuni Wahyunita1), Fatimawali1), Sri Sudewi1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Diseases that ofthen occur in the oral cavity and teeth are caries and periodontal disease. The
main cause is the excessive accumulation of dental plaque, one attempt to control dental plaque is done
by inhibiting the growth of bacteria using antibiotics. This study aims to determine the level of bacterial
sensitivity isolated and identified from dental plaque agains cephalosporin (cefixime) and linkosamide
(lyncomicin) class antibiotics. This research was conducted by taking samples of dental plaque from 3
patients at Tikala Baru Communiy Health Center Manado for made the isolation and identification. The
result obtained from 15 isolated bacteria were Brucella sp., Staphylococcus sp., and Phenylobacterium
sp. The identied bacteria were 100% sensitive to cefixime antibiotics and 80% resistant to antibiotic
lyncomicin.

Keywords : Dental plaque, bacteria, identification, sensitive, cefixime, lyncomicin

ABSTRAK

Penyakit yang sering terjadi pada rongga mulut dan gigi adalah karies dan penyakit periodontal.
Penyebab utamanya yaitu adanya penimbunan plak gigi yang berlebihan, salah satu usaha untuk
mengontrol plak gigi dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri menggunakan antibiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat sensitifitas bakteri yang diisolasi dan diidentifikasi dari
plak gigi terhadap antibiotik golongan sefalosporin (cefixime) dan golongan linkosamida (linkomisin).
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel plak gigi dari 3 pasien di puskesmas Tikala Baru
Manado untuk dilakukan isolasi dan idntifikasi. Hasil penelitian didapatkan dari 15 bakteri yang diisolasi
adalah bakteri Brucella sp., Staphylococcus sp dan Phenylobacterium sp.. Bakteri yang terindetifikasi
yaitu 100% sensitif terhadap antibiotik cefixime dan 80% resisten terhadap antibiotik linkomisin.

Kata kunci : Plak gigi, bakteri, identifikasi , sensitif , cefixime, linkomisin

35
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN hanya bekerja pada kuman gram positif dan


kuman anaerob (Tjay, 2007).
Kesehatan rongga mulut merupakan
bagian integral dari kesehatan dan Menurut Jawtz (2004) pemilihan
kesejahteraan tubuh secara umum yang antibiotik yang kurang tepat dapat
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup menimbulkan dampak negatif yaitu
seseorang (Putri, 2012). Salah satu bagian timbulnya resistensi bakteri dan efektifitas
utama dari rongga mulut adalah gigi. antibiotik rendah terhadap bakteri tertentu.
Perawatan penting dilakukan untuk Resistensi bakteri terhadap antibiotik
menjaga kesehatan gigi, apabila gigi tidak mempunyai arti klinis yang amat penting.
dirawat dengan baik, maka tidak menutup Suatu bakteri yang awalnya peka terhadap
kemungkinan gigi akan berlubang hingga suatu antibiotik, setelah beberapa tahun
gigi menjadi copot, sehingga tambalan gigi kemudian dapat resisten, dan berakibat pada
merupakan salah satu cara untuk sulitnya proses pengobatan karena sulit
memperbaiki kerusakan gigi agar gigi bisa memperoleh antibiotik yang dapat
kembali ke bentuknya semula dan bisa membasmi bakteri tersebut. Berdasarkan hal
kembali berfungsi dengan baik. Tambalan diatas di ambil sampel berupa plak gigi
yang umum digunakan adalah dengan untuk di identifikasi dan dilakukan isolasi
tambalan amalgam (Ramadhan, 2010). bakteri untuk mengetahui kepekaan bakteri
pada plak gigi terhadap antibiotik golongan
Gigi yang telah mengalami
sefalosporin (cefixime) dan linkosamid
kerusakan akan menyebabkan penyakit
(linkomisin).
pada rongga mulut seperti karies dan
penyakit periodontal (Soebroto, 2009). Plak
METODOLOGI PENELITIAN
merupakan Proses awal terjadinya penyakit
Alat dan Bahan
pada gigi. Plak gigi disebabkan oleh bakteri
Alat yang digunakan dalam
seperti Streptococcus mutans (Pratiwi,
penelitian yaitu : Cawan Petri (Normax),
2005). Salah satu usaha untuk mengontrol
Vial sampel plak gigi, Lampu Busen,
plak gigi dapat dilakukan dengan
Incubator (Incucell), Alumunium Foil,
menghambat pertumbuhan bakteri dengan
Tabung reaksi (Pyrex), Kaca Objek,
cara menggunakan antibiotik. Salah satu
Mikroskop (Olympus), Jarum öse,
terapi yang digunakan yaitu dengan
Erlenmeyer (Approx), Gelas Ukur, Gelas
antibiotik cefixim dari golongan
Kimia, Rak Tabung reaksi, Pipet Tetes,
sefalosporin dan linkomisin dari antibiotik
Plastik Wrap, Kapas, Kasa, Tissue,
golongan linkosamid. Sefalosporin adalah
Timbangan Analitik, Pinset, Laminar air
antibiotik spektrum luas yang efektif
flow (Biotek), Termometer, Autoklaf (ALP),
terhadap beberapa jenis bakteri dan kuman
mikropipet (Ecopipette), L-Glass, Vortex,
anaerob (Katzung, 2007), sedangkan
Mistar berskala dan Alat fotografi.
antibiotik golongan linkosamid yaitu
Bahan yang digunakan dalam
linkomisin merupakan antibiotik yang
penelitian yaitu : Sampel Plak gigi , Alkohol
memiliki spektrum kerja lebih sempit dan
96%, Aquadest, Cristal Violet, NaCl 0,9 %,

36
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

H2SO4, BaCl2, Safranin, Luria Bertani Agar Media LB dibuat dengan menimbang
dan Yeast extract (Oxoid), Simmon’s Citrate tripton sebanyak 2 gram, NaCl sebanyak 2
Agar (Oxoid), Lysine Iron Agar (Oxoid), gram, yeast extract sebanyak 1 gram dan
Triple Sugar Iron Agar (Oxoid), Nutrien Agar bacteriological sebanyak 3 gram,
Broth (Oxoid) Antibiotik golongan kemudian dimasukan ke dalam Erlenmeyer
sefalosporin (cefixime) dan golongan dan dilarutkan bersama dengan aquadest
linkosamida (linkomisin). sebanyak 300 mL hingga homogen.
Kemudian disterilkan kedalam autoklaf pada
Jenis Penelitian suhu 121°C selama 15 menit. Kemudian
Penelitian ini merupakan jenis dituangkan pada masing-masing cawan petri
penelitian Deskriptif Analisis Laboratorium sebanyak 20 mL dan didinginkan hingga
yaitu suatu pengujian yang dilakukan di memadat. Media ini digunakan sebagai
laboratorium. media pertumbuhan bakteri (Pangastuti,
2002).
Preparasi Sampel
Pengambilan sampel dilakukan b. Media Agar Miring
dengan cara mengambil plak gigi pada 3 Tripton ditimbang sebanyak 0.5 gram,
pasien yang menggunakan tumpatan NaCl sebanyak 0.5 gram, yeast extract
amalgam di Puskesmas Tikala Baru Kota sebanyak 0.25 gram dan agar
Manado. Plak gigi tersebut diambil dengan bacteriological sebanyak 0.75 gram
menggunakan alat sonde dan dimasuka ke kemudian dimasukan ke dalam Erlenmeyer
dalam vial steril yang berisi NaCl 0,9 % dan dilarutkan bersama aquadest sebanyak
sebanyak 5 mL dan diberi label identitas 50 mL kemudian dihomogenkan. Kemudian
pasien dan di bawa ke laboratorium di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C
mikrobiologi jurusan farmasi. selama 15 menit. Kemudian dimasukan ke
dalam masing-masing tabung reakasi
Sterilisasi Alat sebanyak 5 mL dan didinginkan pada suhu
Alat-alat yang digunakan terlebih ruangan dan biarkan hingga memadat pada
dahulu disterilkan menggunakan autoklaf kemiringan 30°.
dengan cara alat-alat gelas yang akan
digunakan dalam penelitian di bungkus Inokulasi Bakteri Pada Media
menggunakan alumunium foil kemudian Sampel plak gigi dilakukan
dimasukkan kedalam autoklaf. Autoklaf pengenceran sebanyak 4 kali. Selanjutnya
dihidupkan pada suhu 121°C selama 15 dipipet menggunakan micropipet sebanyak
menit. Sedangkan jarum ӧse dan pinset dan 1000 µL Suspensi bakteri pada masing-
L-Glass dipijarkan dengan pembakaran masing pengenceran dan dituangkan
diatas api langsung (Ortez, 2005). kedalam cawan petri yang telah berisi media
Luria Bertani Agar. Selanjutnya cawan petri
Pembuatan Media ditutup dan dibungkus menggunakan plastic
Wrap. Kemudian di inkubasi dalam
a. Media Luria Bertani (LB) inkubator pada suhu 35-36°C, diamati
37
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

setelah 18 jam diinkubasi. Tetapi dapat yang mengalir, dikeringkan dan diperiksa di
direinkubasi tambahan selama 24 jam jika mikroskop dengan penambahan minyak
pada pertumbuhannya kurang dari perkiraan imersen. (Fatimawali, 2016).
atau hanya terdapat sedikit koloni c. Uji Fisologi
(Vandepitte, 2010). Uji fisiologi dilakukan dengan Uji
Motilitas yang bertujuan untuk mengetahui
Isolasi Bakteri apakah bakteri yang diuji dapat melakukan
Setiap koloni yang telah tumbuh pergerakan atau tidak.
pada media LB diambil menggunakan jarum
öse untuk dipindahkan ke media agar miring Uji Kepekaan Bakteri Terhadap
untuk mendapatkan isolate bakteri dengan Antibiotik
membentuk garis zig-zag selanjutnya a. Pembuatan Larutan Mc Farland 0,5
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35- Larutan H2SO4 1% sebanyak 99,5 mL
36°C selama ± 18-24 jam (Vandepitte, dicampurkan dengan larutan BaC12 1,175%
2010). sebanyak 0,5 mL dalam Erlenmeyer.
Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
Identifikasi Bakteri yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai
a. Uji Biokimia standar kekeruhan suspense bakteri uji
Identifikasi bakteri secara uji (Bresson, 2004)
biokimia menggunakan uji indol, uji
katalase, uji H2S, uji fermentasi karbohidrat, b. Pembuatan suspensi Bakteri Uji
uji lysine, dan uji sitrat. Bakeri uji yang telah diinokulasi
b. Uji Morfologi diambil dengan jarum ose steril lalu
Kaca objek dibersihkan disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 5
dengan kapas yang telah diberi alkohol lalu mL larutan NaCl 0,9% hingga diperoleh
diberi label. Biakan bakteri pada nutrient kekeruhan yang sama dengan standar
agar miring di ambil dengan menggunakan kekeruhan larutan Mc. Farland 0,5.
jarum ose, kemudian di totolkan pada bagian Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap
tengah kaca objek sampai merata dan jenis bakteri uji.
ditambahkan satu tetes NaCl 0,9%. Preparat
c. Penanaman Cakram Antibiotik
selanjutnya difikasi di atas lampu
Dipipet suspense bakeri uji sebanyak
Bunsen.Sediaan yang sudah direkatkan
200 µg. Dan dituangkan ke seluruh
diwarnai dengan Kristal violet selama 1
permukaan media LB. Selanjutnya diratakan
menit. Kemudian Kristal violet dicuci pada
menggunakan L-Glass dan didiamkan
air mengalir dan diganti dengan larutas lugol
selama 5 menit. Tempatkan cakram cefixim
(larutan J2+KJ) dibiarkan selama 1 menit.
obat golongan sefalosporin 5 µg dan
Larutan lugol di bilas dengan alkohol 96%
linkomysin 2 µg. Pada permukaan media
selama 1 menit. Selanjtnya sediaan dicuci
LB. Cakram antibiotik ditekan
dengan air dan diwarnai dengan safarin
menggunakan pinset agar dapat menempel
selama 1 menit. Sediaan dicuci pada air
secara sempurna di permukaan agar.

38
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 C .Tabel 2. Kode isolat


selama 18-24 jam. Dibuat tiga kali ulangan Pasien Isolat Kode
pada cawan petri yang berbeda (Kumala, 1011 1
2010).
1021 2

d. Pengukuran dan penetapan zona I 1031 3


hambat 104A1 4
Setelah diinkubasi, diamati zona
102A2 5
pertumbuhan bakteri disekitar cakram
antibiotik. Koloni bakteri yang sensitive 102B2 6

terhadap antibiotik cefixim dan linkomisin II 1032 7


dilihat dengan adanya zona hambatan
104A2 8
berupa daerah bening disekitar cakram
antibiotik. Daerah hambatan antibiotik 104B2 9

terhadap pertumbuhan bakteri diukur 1013 10


menggunakan mistal berskala atau jangka
1023 11
sorong dengan satuan mm. kemudian zona
III 103A3 12
hambatan dibandingkan berdasarkan
pedoman Clinical and Laboratory Standars 103B3 13
Instutute (CLSI). 104A3 14

Tabel 1. Zona Hambat berdasarkan CLSI 104B3 15

Nama Obat Sensitif Intermediet Resisten


Identifikasi Bakteri
Cefixime ≥19 16-18 ≤15
a. Uji Fisologi
Linkomisin ≥15 10-14 ≤9
Hasil pengujian Motilitas pada lima
HASIL DAN PEMBAHASAN
belas isolat bakteri menunjukan bahwa ke
lima belas isolat bakteri tersebut
Dari hasil pemurnian ini didapatkan 15
menunjukan hasil negatif, hal ini disebabkan
isolat bakteri dan di beri kode. Setelah di
tidak adanya penyebaran pertumbuhan
lakukan pemurnian, bakteri yang
bakteri di sekitar permukaan media. Bakteri
berkembang diinokulasi kembali ke media
dikatakan motil jika adanya pertumbuhan
agar miring yang akan digunakan sebagai
melebar atau penyebaran yang berwarna
kultur stok dari kelima belas bakteri Bakteri
putih seperti akar disekitar inokulasi.
diregenerasi setiap dua minggu sekali
dengan cara yang sama

39
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

b. Uji biokimia
Tabel 3. Hasil Pengujian Biokimia

Fermentasi
Kode Karbohidrat
Indol Sitrat H2S Lisin Katalase
Isolat
G L S Gas
1 - + + + - - - + +
2 - + + - - - - + +
3 - + - + - - + + +
4 - + + + - - - + +
5 - + - + - - + + +
6 - + - + - - + + +
7 - + - + - - - + +
8 - + - + - - + + +
9 - + - + - - + + +
10 - + - + - - + + +
11 - + + - - - - + +
12 - + - + - - + + +
13 - + - + + + + + +
14 - + - + - - + + +
15 - + - + - - + + +

c. Uji Morfologi Hasil Idenifikasi Bakteri


Pada penelitian uji pewarnaan gram
Dari identifikasi bakteri yang
ini dilakukan dan dilihat pada mikroskop,
meliputi uji biokimia , uji morfologi dan uji
dan hasi ke lima belas bakteri menunjukan
fisiologi diperoleh semua hasil ini
bentuk kokus.10 Isolat bakteri menunjukan
digabungkan dan digunakan untuk
sel bakteri gram positif dalam bentuk kokus
menetukan bakteri yang terkandung pada
sedangkan 5 isolat bakteri menunjukan sel
masing-masing isolat bakteri, penentuan
bakteri gram negatif dalam bentuk kokus.
bakteri dilakukan dengan membandingan
Tabel 4. Hasil pewarnaan gram
hasil uji yang diperoleh dengan data-data
Kode Isolat Bentuk Bakteri Gram
1 Kokus Positif yang terdapat dalam buku Bergey’s Manual
2 Kokus Positif Determinative of Bacteriology.
3 Kokus Positif
4 Kokus Negatif Tabel 5. Hasil Identifikasi Bakteri
5 Kokus Positif
6 Kokus Negatif
7 Kokus Positif
Kode Hasil identifikasi
8 Kokus Positif Isolat bakteri
9 Kokus Negatif 1 Staphylococcus sp.
10 Kokus Positif 2 Staphylococcus sp.
11 Kokus Positif
12 Kokus Positif 3 Staphylococcus sp.
13 Kokus Positif 4 Brucella sp.
14 Kokus Negatif 5 Staphylococcus sp.
15 Kokus Negatif 6 Phenylobacterium sp.
7 Staphylococcus sp.
8 Staphylococcus sp.

40
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

9 Phenylobacterium sp. Tabel 7. Persentase kepekaan bakteri dari


10 Staphylococcus sp. isolat plak gigi terhadap antibiotik
11 Staphylococcus sp.
12 Staphylococcus sp. Cefixime dan Linkomisin.
13 Staphylococcus sp. Antibio S I R Persentase (%)
14 Phenylobacterium sp. tik
15 Phenylobacterium sp. S I R
Cefixim 15 0 - 100% 0 0
e
Uji Kepekaan Antibiotik
Tingkat kepekaan bakteri dibedakan Linkom - 3 12 0 20% 80%
menjadi 3 yaitu, sensitif dimana bateri yang isin
bersifat sensitif adalah jika terbentuk zona
bening disekitar cakram antibiotik. Bakteri
bersifat resisten jika tidak terbentuk zona pada Tabel 7. menunjukan bahwa
bening disekitar cakram antibiotik. antibiotik cefixime memiliki tingkat
Sedangkan akan bersifat intemediet jika sensitifitas sebesar 100 % tidak menunjukan
terbentuk zona bening dengan diameter yang adanya intermediet dan resisten terhadap
kecil disekitaran cakram antibiotik. Daerah antibiotik . hal ini dapat menunjukan bahwa
hambatan antibiotik terhadap pertumbuhan antibiotik cefixime bisa membunuh
bakteri diukur menggunakan mistar berskala pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak
atau jangka sorong dengan satuan mm. gigi. Dimana antibiotik cefixime tersebut
Kemudian zona hambatan dibandingkan dapat membunuh bakteri dengan cara
berdasarkan pedoman Clinical and menghambat sintesa dinding sel bakteri
Laboratory Standars Instutute (CLSI). karena tanpa adanya dinding sel maka
Table 6. Hasil pengukuran zona hambat bakteri akan mati, selain itu cefixim juga
Kode Cefixim Linkomisin memiliki spectrum kerja yang lebih luas dan
isolat Rata-rata Kepekaan Rata-rata kepekaan aktif terhadap bakteri gram positif dan gram
1 28 S 7,8 R negatif (Tjay,2007) sedangkan linkomisin
2 25,3 S 7,8 R memiliki tingkat intermediet 20% dan
3 23,1 S 8,1 R resisten sebesar 80%. Resisten terhadap
4 23 S 12 I
linkomisin terjadi karena linkomisin
5 25,3 S 8,6 R
memiliki spectrum kerja yang lebih sempit
6 29,6 S 10,3 I
dan hanya bekerja pada gram positif (Tjay,
7 25,3 S 9 R
8 20,1 S 7,8 R
2007). Resistensi dapat terjadi dikarenakan
9 22 S 12,8 I antibiotik golongan Linkosamida
10 27 S 7,6 R (lincomisin) ini bekerja dengan menghambat
11 27,1 S 9,5 R sintesa protein organisme yang berikatan
12 28 S 8 R pada subunit 50S ribosom mikroba dengan
13 25,6 S 9,1 R tempat ikatan, aktivitas antibakteri dan cara
14 26,3 S 8,3 R kerjanya seperti makrolid. Mutasi pada
15 27,1 S 9,1 R kromosom menimbulkan resistensi karena

41
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

tidak terjadi ikatan pada subunit 50S DAFTAR PUSTAKA


ribosom (sugiarto, 2009). Bresson,W. dan Borges, M.T. 2004.
Delivery Methods for Introducing
Endophitic Bacteria into Maize.
KESIMPULAN Biocontrol. 49: 315-322.
Berdasarkan penelitian yang telah Clinical dan Laboratory Standart Institute.
dilakukan, Bakteri yang teridentifikasi dari 2016. Performance Standart for
Antimicrobial Suspenceblity
plak gigi pasien dengan tumpatan amalgam
Tessting : Seventeenth
di puskesmas Tikala Baru Manado adalah Informational Supplement. M100-
jenis bakteri Staphylococcus sp., Brucella S17. 27(1) : 35
sp., dan Phenylobacterium sp., dan Bakteri Fatimawali, 2016. Toksikologi: Detoksifikasi
yang sensitif terhadap Cefixime adalah Merkuri. Unsrat Press, Manado
Staphylococcus sp., Brucella sp., Jawetz, Melnick, dan Adelbergs. 2004.
Phenylobacterium sp., dan tidak terdapat Mikrobiologi Kedokteran Ed 23.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
bakeri yang resisten ataupun intermediet
EGC page 233, 235, Jakarta.
terhadap cefixime. Bakteri yang resisten Katzung, B. G. 2007. Basic & Clinical
terhadap linkomisin adalah Staphylococcus Pharmacology, Tenth Edition.
sp., dan Phenylobacterium sp., intermediet United States : Lange Medical
terhadap linkomisin adalah Brucella sp., dan Publications.
Phenylobacterium sp., dan tidak terdapat Kumala, S., D.A.M. Pasanema, dan
bakteri yang sensitif terhadap linkomisin. Mardiastuti. 2010. Pola Resistensi
Antibiotik Terhadap Isolat Bakteri
Sputum Penderita Tersangka Infeksi
SARAN Saluran Nafas Bawah. Jurnal
Farmasi Indonesia. 5: 24-32.
1. Berdasarkan penelitian yang telah
Ortez, J.H. 2005. Disk Diffusion Testing in
dilakukan, perlu di pertimbangkan Manual of Antimicrobial
kembali penggunaan linkomisin pada Susceptibility Testing. American
infeksi di dalam mulut terutama pa gigi Society For Microbiology, America.
karena ada beberapa bakteri seperti Putri, A. 2012. Hubungan Tingkat
Staphylococcus sp., dan Pendidikan Ibu, Pendapatan
Keluarga,
Phenylobacterium sp., yag telah resisten
Kecukupan Protein dan Zinc dengan
terhadap antibiotik tersebut. Stunting (Pendek) pada Balita Usia
2. Perlu dilakukan penelitian kembali 6-
dengan menggunakan antibiotik yang 35 Bulan di Kecamatan Tembalang
berbeda dan sampel yang lebih banyak Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
untuk mengetahui antibiotik yang tepat Masyarakat (JKM). Volume 1,
digunakan sebagai terapi antibiotik pada Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 617
– 626.
masalah plak gigi.
Pratiwi,S. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Erlangga, Jakarta.
Ramadhan. 2010. Serba-serbi Kesehatan
Gigi dan Mulut. Bukune, Jakarta.

42
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Tjay, T.H., dan K. Rahardja. 2007. Obat-


obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke
VI. PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Vandepitte. J,, 2005. Prosedur
Laboratorium Dasar Untuk
Bakteriologis Klinis. Edisi 2.Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai