Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STUDI AL-QUR’AN (AYAT EKONOMI)


AYAT EKONOMI TENTANG JUAL BELI

DOSEN PEMBIMBING: MUZDALIFAH MUHAMMADUN. Dr., M.Ag.


DISUSUN OLEH: KELOMPOK 8
NUR ASIA
MUH.IKBAL IDRIS
ARINDA PUTRI
SRI WAHYUNI. H

PRODI PERBANKAN SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PERE PARE
2019/2020
KATA PENGANTAR

‫س ِم هّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kami

rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul Ayat Ekonomi Tentang Jual Beli

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.Oleh karena itu,melalui

kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila

isi makalah ini ada kekurangan dan tulisan yang kami buat kurang tepat atau

menyinggung perasaan pembaca, serta kritik dan saran dari pembaca sangatlah

diharapkan, atas kritik dan saran kami ucapan banyak terima kasih.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima

kasih dan semoga Allah Swt memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan

mamfaat.

Pinrang, 10 April 2020

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan masalah.........................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Jual beli dalam islam....................................................................................................3

B. Ayat Al-Qur’an tentang jual beli dan terjemahannya...................................................6

C. Tafsir mufradat qur’an surah al-baqarah ayat 275........................................................7

D. Tafsir ayat al-qur’an tentang jual beli...........................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang artinya ia tidak

akan bisa terlepas dari kehidupan orang lain. Manusia tidak akan bisa

menyelesaikan persoalan hidupnya sendirian. Ketika lapar, butuh makan. Pada

saat bosan, butuh pergi.

Tatkala haus, butuh minum. Bisakah mereka lakukan sendiri?

Bukankah untuk bisa mendapatkan makanan mereka membutuhkan orang

yang membuatkan makanannya atau paling tidak yang membuat bahan untuk

makanannya. Bagaimanapun manusia tidak akan bisa terlepas dari peran

manusia lainnya.

Salah satu peran yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah

ketika mereka saling mencukupi kebutuhannya dengan cara melakukan

transaksi jual beli. Kegiatan jual beli ini pada umumnya telah dilakukan sejak

dahulu kala dengan berbagai macam sistem mulai dari barter, uang komoditas

hingga uang kertas sebagaimana yang lazim digunakan sekarang meskipun

pada akhirnya masyarakat telah masuk ke era cashless society.

Ini adalah era dimana uang kertas yang biasa dipegang dalam genggaman

tangan ataupun dalam saku tidak lagi terasa karena mereka telah berubah

1
menjadi bentuk digital. Maka alat pembayaran sekarang menjadi e-

payment seperti gopay, ovo, dana, link aja dan sebagainya.

Terlepas dari dinamika yang terjadi pada transaksi jual beli baik dari

segi metodenya maupun dari segi medianya,yang patut menjadi perhatian

adalah apakah jual beli yang sekarang sudah sesuai dengan syariat Islam. Pada

kali ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang jual beli dalam Islam.

B. Rumusan masalah

1. Apa defenisi jual beli?

2. Apa ayat yang menjelaskan tentang jual beli dalam al-qur’an?

3. Bagaimana mufradat ayat tentang jual beli?

4. Bagaimana penjelasan tafsir ayat tentang jual beli?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi jual beli.

2. Untuk mengetahui ayat al-qur’an tentang jual beli.

3. Untuk mengetahui tentang mufradat ayat tentang jual beli.

4. Untuk mengetahui tafsir ayat tentang jual beli.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jual beli dalam islam

a. Pengertian Jual Beli dalam Islam

Pembahasan terkait jual beli dalam islam terbagi menjadi 2 bagian

yaitu secara bahasa dan secara istilah. Secara bahasa, jual beli berasal dari

kata al-bay’u yang memiliki arti mengambil dan memberikan sesuatu.

Ada juga yang mengartikan sebagai aktivitas menukar harta dengan harta.

Kata al-bay’u adalah turunan/derivat dari kata al-bara yang memiliki

arti depa. Mengapa depa? Karena pada saat itu orang arab mengulurkan

depa mereka saat melakukan transaksi jual beli yang kemudian diiringi

dengan saling menepukkan tangan sebagai pertanda bahwa seluruh

transaksi/akad telah berjalan dengan lancar dan telah terjadi perpindahan

kepemilikian (taqabudh).

Adapun secara istilah, jual beli dalam Islam adalah transaksi tukar

menukar yang memiliki dampak yaitu bertukarnya

kepemilikan (taqabbudh) yang tidak akan bisa sah bila tidak dilakukan

beserta akad yang benar baik yang dilakukan dengan cara verbal/ucapan

maupun perbuatan. Pengertian ini dirujuk pada kitab Taudhihul Ahkam.

3
Selain itu, bila merujuk pada kitab fiqhus sunnah yang ditulis oleh

ulama Sayyid Sabiq maka pengertian jual beli dalam Islam menjadi

sebuah transaksi tukar menukar harta yang dilakukan suka sama suka atau

bisa juga disebut proses memindahkan hak kepemilikan kepada pihak lain

dengan adanya kompensasi tertentu yang harus sesuai dengan koridor

syariah.

Apa saja yang termasuk di dalam koridor syariah? Paling tidak ada dua

hal yang harus diperhatikan agar jual beli termasuk dalam koridor syariah

yaitu zat barangnya bukan merupakan barang haram dan cara

mendapatkannya juga bukan dengan cara yang haram.

b. Syarat Jual Beli dalam Islam

Syarat jual beli dalam Islam mengikut pada rukun yang disertakan

dalam jual beli. Rukun-rukun yang disebut sebelumnya akan sempurna

bila diiringi dengan syarat-syarat berikut.

Terkait dengan aqidain (2 orang yang berakad) maka yang perlu

diperhatikan diantaranya berakal dan dua orang yang berbeda. Jual beli

yang dilakukan oleh orang yang tidak waras maka jual beli itu tidak sah.

Untuk objek jual beli terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan

diantaranya,:

1. Keberadaan barang tersebut harus tampak,

2. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat,

4
3. Dimiliki sendiri oleh penjual, tidak diperkenankan menjual barang

yang bukan dimiliki oleh penjual.

4. Diserahkan langsung ketika akad.

Perlu diperhatikan juga bahwa syarat yang dijelaskan tersebut adalah

syarat jual beli pada umumnya. Adapun jual beli saat ini yang berlangsung

pada dunia online akan ada bahasannya pada sub bab berikutnya.

Dari segi shighat  yang perlu diperhatikan adalah adanya kerelaan

kedua belah pihak. Hal ini karena terdapat kaidah muamalah yaitu an

taradin minkum (suka sama suka/saling memiliki kerelaan).

Terakhir, terkait dengan nilai uang/nilai tukar barang yang dijual maka

ada lima hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

1. Suci (Tidak boleh barang najis),

2. Dapat diserahterimakan/dipindahkan,

3. Ada manfaatnya,

4. Dimiliki sendiri atau yang mewakilinya,

5. Diketahui oleh penjual dan pembeli.

5
B. Ayat Al-Qur’an tentang jual beli dan terjemahannya

Quran Surat Al-Baqarah Ayat 275

Terjemah Arti:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu

terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya

dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Q.S Al-Baqarah 2:275)

6
C. Tafsir mufradat qur’an surah al-baqarah ayat 275

7
D. Tafsir ayat al-qur’an tentang jual beli

a. Tafsir Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 275

"Orang-orang yang bertransaksi dan mengambil harta riba tidak bisa

berdiri dari kuburnya kelak pada hari kiamat kecuali seperti berdirinya orang

yang kesurupan setan. Ia bangkit dari kuburnya sambil sempoyongan seperti

orang kesurupan, jatuh-bangun. Hal itu karena mereka menghalalkan

memakan harta riba. Mereka tidak membedakan antara riba dengan hasil jual-

beli yang dihalalkan oleh Allah. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya jual-

beli itu seperti riba dalam hal kehalalannya. Karena keduanya sama-sama

menyebabkan adanya pertambahan dan pertumbuhan harta.” Lalu Allah

membantah ucapan mereka dan membatalkan kias mereka. Allah menjelaskan

bahwa Dia menghalalkan jual-beli karena di dalamnya terdapat keuntungan

yang umum dan khusus. Dan Allah mengharamkan riba karena di dalamnya

terdapat kezaliman dan tindakan memakan harta orang lain secara batil tanpa

8
imbalan apapun. Maka barangsiapa menerima nasihat dari Rabbnya yang

berisi larangan dan peringatan terhadap riba, lalu ia berhenti memungut riba

dan bertaubat kepada Allah dari perbuatan itu, maka ia boleh memiliki harta

riba yang telah diambilnya di masa lalu tanpa dosa, dan urusan masa

depannya sesudah itu diserahkan kepada Allah. Barangsiapa kembali

mengambil riba setelah ia mendengar adanya larangan dari Allah dan ia telah

mengetahui hujjah yang nyata, maka ia pantas masuk neraka dan kekal di

dalamnya. Yang dimaksud kekal di dalam neraka ialah orang yang

menghalalkan memakan riba itu, atau maksudnya adalah tinggal di sana dalam

waktu yang sangat lama. Karena tinggal di neraka untuk selama-lamanya

hanya berlaku bagi orang-orang kafir. Sedangkan orang-orang yang bertauhid

tidak akan kekal di dalamnya.

Awalnya, orang-orang yang suka mengambil riba mengatakan bahwa

jual beli itu sama dengan riba, “qalu innama al-bai’u mitslu ar-riba.” sekilas

praktik jual beli itu sama dengan riba memang hampir mirip karena sama-

sama adanya tambahan (ziyadah) yaitu nilai lebih pada pokoknya. Hanya saja,

jual beli disebut margin dalam pertukaran barang dengan uang. Sedangkan

riba adalah kelebihan dari pokok pinjaman uang atau nilai lebih dari

pertukaran barang ribawi. Ayat ini kemudian menegaskan bahwa allah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, “wa ahalla allah al-bai’a

waharrama ar-riba.” dengan pengertian bahwa pada jual beli ada pertukaran

atau pergantian yang seimbang yaitu barang dari pihak penjual kepada

9
pembeli. Sedangkan pada riba tidak ada penyeimbangan langsung kecuali

kesempatan pemanfaatan uang.

Sebagaimana dengan ayat-ayat yang lain, Allah memberikan solusi dari setiap

pelarangan. Misalnya, larangan khamar pada suatu ayat lalu memberikan

solusi minuman madu pada ayat yang lain. Pada ayat ini, larangan Allah

langsung disertai dengan solusinya yaitu larangan riba diberikan solusi jual

beli sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan materi.

Jual beli yang dimaksud sebagaimana dijelaskan juga pada proses

perniagaan pada QS an-Nisa ayat 29 yaitu ‘antaradhimminkum. Diperkuat

juga tentang proses jual beli dalam hak pilih (khiyar) yaitu hadis dari

Abdullah bin Umat ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “jika dua orang

saling berjual beli, maka masing-masing diantara keduanya mempunyai hak

pilih selagi keduanya belum berpisah, dan keduanya sama-sama mempunyai

hak, atau salah seorang diantara keduanya memberi pilihan kepada yang lain”.

Beliau bersabda, “jika salah seorang diantara keduanya memberi pilihan

kepada yang lain, lalu keduanya menetapkan jual beli atas dasar pilihan itu,

maka jual beli menjadi wajib”.

Ayat ini diakhiri dengan penegasan ulang bahwa sudah seharusnya

riba dihentikan karena orang-orang yang suka terlibat dengan transaksi riba

akan masuk ke dalam neraka, “waman ‘ada fa’ula’ika ashhabu an-nari hum

fiha khaliduna”. Sekali lagi, sebagai ganti riba supaya tidak termasuk dalam

penghuni neraka yaitu transaksi jual beli.

10
b. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, Di Bawah Pengawasan

Syaikh Dr. Shalih Bin Abdullah Bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Orang-orang yang bermuamalah dengan riba (yaitu tambahan dari

modal pokok), mereka itu tidaklah bangkit berdiri di akhirat kelak dari kubur-

kubur mereka, kecuali sebagaimana berdirinya orang-orang yang dirasuki

setan karena penyakit gila. Hal itu karena sesungguhnya mereka mengatakan,

“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan praktek ribawi dalam kehalalan

keduanya, karena masing-masing menyebabkan bertambahnya kekayaan.”

Maka Allah mendustakan mereka dan menjelaskan bahwa Dia menghalalkan

jual beli dan mengharamkan transaksi ribawi, karena dalam jual beli terdapat

manfaat bagi orang-orang secara individual dan masyarakat, dan karena dalam

praktek riba terkandung unsur pemanfaatan kesempatan dalam kesempitan,

hilangnya harta dan kehancuran. Maka siapa saja yang telah sampai padanya

larangan Allah terkait riba, lalu dia menghindarinya, maka baginya

keuntungan yang telah berlalu sebelum ketetapan pengaraman. Tidak ada dosa

atas dirinya padanya. Dan urusannya dikembalikan kepada Allah terkait apa

yang akan terjadi pada dirinya pada masa yang akan datang. Apabila dia

komitmen terus di atas taubatnya, maka Allah tidak akan menghilangkan

pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan barangsiapa kembali kepada

praktek riba dan menjalankannya setelah sampai kepadanya larangan Allah

tentang itu, maka sungguh dia pantas memperoleh siksaan dan hujjah telah

11
tegak nyata di hadapannya. Oleh sebab itu, Allah berfirman, “Maka mereka

itu adalah para penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

c. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Orang-orang yang bermuamalah dengan riba, yaitu tambahan diatas

harta pokok, tidak bangkit dari kubur mereka diakhirat kecuali seperti

seseorang yang berdiri dalam keadaan dirasuki oleh setan, sempoyongan

karena tekanan penyakit gila. Hal itu karena mereka berkata, "Sesungguhnya

jual beli itu tidak lain kecuali sama dengan riba." Yakni kedua-duanya halal

dan sama-sama menambah harta. Tetapi Allah membantah anggapan mereka.

Dia menjelaskan bahwa Dia menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,

karena jual beli mengandung manfaat bagi pribadi dan masyarakat dan karena

riba menyeret kepada eksploitasi, kebinasaan dan kesia-siaan. Barangsiapa

yang telah mengetahui larangan riba dari Allah lalu dia menghentikannya,

maka untuknya apa yang telah berlalu sebelum dia mengetahui larangan, tidak

ada dosa atasnya, sedangkan perkaranya yang akan datang kembali kepada

Allah. Bila ia tetap teguh diatas taubatnya, maka Allah tidak akan menyia-

nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Namun siapa yang kembali

kepada riba lalu dia tetap melakukannya padahal dia telah mengetahui

larangan Allah terhadapnya, maka dia berhak mendapatkan hukuman, karena

hujjah telah tegak atasnya. Karenanya Allah berfirman, "Mereka adalah

penghuni neraka, mereka kekal didalamnya".

12
d. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

orang-orang yang memakan riba yakni melakukan transaksi riba

dengan mengambil atau menerima kelebihan atas modal dari orang yang

butuh dengan mengeksploitasi atau memanfaatkan kebutuhannya, tidak dapat

berdiri, yakni melakukan aktivitas, melainkan seperti berdirinya orang yang

kemasukan syaitan karena gila. Mereka hidup dalam kegelisahan; tidak

tentramjiwanya, selalu bingung, dan berada dalam ketidakpastian, sebab

pikiran dan hati mereka selalu tertuju pada materi dan penambahannya. Itu

yang akan mereka alami di dunia, sedangkan di akhirat mereka akan

dibangkitkan dari kubur dalam keadaan sempoyongan, tidak tau arah yang

akan mereka tujudan akan mendapatkan azab yang pedih. Yang demikian itu

karena mereka berkata dengan bodohnya bahwa jual beli sama dengan riba

dengan logika bahwa keduanya sama-sama menghasilkan keuntungan.

Mereka beranggapan seperti itu, padahal Allah telah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba. Subtansi keduanya berbeda, sebab jual beli

menguntungkan kedua belah pihak (pembeli dan penjual), sedangkan riba

sangat merugikan salah satu pihak. Barang siapa mendapat peringatan dari

Tuhannya, setelah sebelumnya dia melakukan transaksi riba, lalu berhenti dan

tidak melakukannya lagi, maka apa yang diperolehnya dahulu sebelum datang

larangan menjadi miliknya, yakni riba yang sudah diambil atau diterima

13
sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan, dan urusannya kembali

kepada Allah. Barang siapa yang mengulangi transaksi riba setelah peringatan

itu datang maka mereka itu penghuni neraka.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ayat yang melarang riba ini bila disimak lebih jauh mengandung banyak

pengertian hukum, diantaranya : Dibolehkannya semua praktek jual beli yang

tidak ada larangan syar`i di dalamnya. Jual beli sendiri memiliki arti memiliki

harta dengan harta melalui ijab qabul dengan keridhaan keduanya. Jual beli

dalam ekonomi islam pertama, dihalalkan. Kedua, sebagai upaya untuk

mendapatkan keuntungan materi sekaligus pengganti dari praktik ribawi dan

ketiga, perniagaan tidak hanya berhenti pada keuntungan materi.

B.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suwiknyo, Dwi. 2010. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Referensi: https://tafsirweb.com/1041-quran-surat-al-baqarah-ayat-275.html

https://qazwa.id/blog/jual-beli-dalam-islam/

https://www.sakaran.com/2018/11/terjemah-per-kata-al-baqarah-ayat-

274.html

16

Anda mungkin juga menyukai