Anda di halaman 1dari 12

Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA DENGAN


MENGGUNAKAN GRADED RESPONSE MODELS DI SMA NEGERI 1 SAKTI

Junaidi1

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis Matematika siswa
dengan menggunakan Graded Response Models. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMA Negeri 1 Sakti tahun ajaran 2016-2017. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X MIA₁ yang berjumlah 24 siswa. Untuk memperoleh data tentang kemampuan berpikir kritis
Matematika siswa digunakan tes yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung. Tes terdiri
atas 5 butir soal yang disusun dengan mengacu pada indicator kemampuan berpikir kritis. Penyekoran
setiap butir soal terdiri atas 4 kategori bertingkat (graded), yaitu dari 5 - 20 (5 = jawaban benar jika
hanya sampai pada persoalan dasar; 10 = jawaban benar jika sampai pada persoalan menengah; 15 =
jawaban benar jika sampai pada persoalan akhir; 20 = jawaban benar sempurna). Untuk analisis data
dilakukan dengan menggunakan persentase yang dirumuskan oleh Arikunto. Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh keterangan 9 dari 18 siswa yang mengikuti tes memiliki kemampuan berpikir
kritis Matematika sangat tinggi, 1 dari 18 siswa yang mengikuti tes memiliki kemampuan berpikir
kritis Matematika tinggi, 2 dari 18 siswa yang mengikuti tes memiliki kemampuan berpikir kritis
Matematika rata-rata, dan 6 dari 18 siswa yang mengikuti tes memiliki kemampuan berpikir kritis
Matematika rendah, serta tidak ada satu pun siswa yang mengikuti tes memiliki kemampuan berpikir
kritis Matematika sangat rendah.

Kata kunci : Graded Response Models, kemampuan berpikir kritis.

1
Junaidi, Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jabal Ghafur Sigli. Email: Junaidi_ung@yahoo.com

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |14


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

PENDAHULUAN sekitarnya”. Karena itu proses pembelajaran


1. Latar Belakang Masalah dapat diartikan sebagai suatu proses terjadinya
Pendidikan pada dasarnya ditujukan interaksi antara pelajar dengan pengajar dalam
untuk menyiapkan manusia untuk menghadapi upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam
sebagai individu maupun secara kolektif jangka satuan waktu tertentu pula.
sebagai warga masyarakat, bangsa maupun Dalam kegiatan belajar, siswa sering
antar bangsa. Untuk mencapai maksud dihadapkan pada masalah yang harus
tersebut, sarana yang dibutuhkan adalah dipecahkan, khususnya menyelesaikan soal-
sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga soal. Pada mata pelajaran Matematika,
formal pendidikan beserta dengan jajaran umumnya siswa dihadapkan untuk
terkait lainnya seperti masyarakat dan orang menyelesaikan soal dan mencari
tua siswa memegang peranan penting dalam pemecahannya dengan teliti, teratur dan tepat.
mengembangkan potensi serta bakat manusia Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat
agar mampu menjalankan kehidupan maupun tinggi (high order thinking) yaitu berpikir
terhadap kepentingan masyarakat, bangsa dan logis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerja
negara. sama secara proaktif. Cara berpikir seperti ini
Sekolah sebagai suatu lembaga dapat dikembangkan melalui belajar
pendidikan formal, harus mampu matematika.
meningkatkan mutu pendidikan, dengan jalan Seperti yang dikemukakan oleh
meningkatkan prestasi belajar siswanya. Sumarmo (2010), bahwa pola berpikir pada
Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan baik aktivitas Matematika terbagi menjadi dua,
apabila adanya keinginan dari siswa itu yaitu berpikir tingkat rendah (low-order
sendiri, guru sebagai tenaga kerja mathematical thinking) dan berpikir tingkat
kependidikan disekolah, maupun orang tua tinggi (high-order mathematical thinking).
siswa dirumah. Berdasarkan Taksonomi Bloom, menghafal
Peningkatan prestasi belajar dan memanggil kembali informasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain dari diklasifikasikan sebagai berpikir tingkat
faktor guru yang profesional, juga dari peserta rendah sedangkan menganalisis, mensintesis,
didik atau siswa itu sendiri. Tugas utama dan mengevaluasi diklasifikasikan sebagai
seorang guru adalah membelajarkan siswa.Ini berpikir tingkat tinggi (Zohar dan Dori, 2003).
berarti bila guru bertindak mengajar, maka Berdasarkan observasi dengan guru di
diharapkan siswa belajar (Dimyati dan SMA Negeri 1 Sakti, setelah proses
Mudjiono, 2006 : 235). Menurut Rusefendi pembelajaran berlangsung, hampir semua
(2006 : 8) “Siswa sebagai individu yang siswa-siswi SMA Negeri 1 Sakti hanya bisa
potensial tidak dapat berkembang banyak menghafal dan mengingat kembali informasi
tanpa bantuan guru dan masyarakat yang diberikan guru, mereka tidak mampu

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |15


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

menganalisis serta mengembangkan informasi 4. Manfaat Penelitian


tersebut. Padahal untuk mencapai kategori Manfaat yang diharapkan dapat
berpikir matematis, khususnya berpikir kritis, dicapai dari hasil penelitian ini adalah:
hal yang diperlukan adalah menganalisis serta a. Sebagai masukan bagi guru
mengembangkan informasi yang diberikan matematika SMA untuk menerapkan
oleh guru. metode yang lebih efektif dalam
Atas dasar inilah penulis ingin pembelajaran matematika.
mengadakan suatu penelitian yang bertujuan b. Dalam rangka meningkatkan
untuk meneliti siswa-siswi di SMA Negeri 1 pengembangan dan pemahaman
Sakti. Penulis tertarik untuk meneliti dari apa kreatifitas siswa terhadap
yang telah dipaparkan di atas, yaitu permasalahan matematika secara
menganalisis kemampuan berpiki rkritis menyeluruh.
matematika siswa dengan menggunakan c. Khusus bagi peneliti, dengan
Graded Response Models. Selain itu penelitian melakukan penelitian ini dapat
ini penting dilakukan terhadap siswa, karena meningkatkan pengetahuan dan
untuk menganalisis tingkat berpikir kritis menambah wawasan penulis dalam
siswa dalam pembelajaran matematika. proses pembelajaran matematika, serta
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat menjadi masukan bagi penulis
penulis merumuskan judul dari penelitian ini bahwasanya penerapan metode
yaitu “Analisis kemampuan berpikir kritis pembelajaran bisa membantu siswa
matematika siswa dengan menggunakan untuk memahami materi-materi dalam
Graded Response Models di SMA Negeri 1 pembelajaran matematika.
Sakti”. LANDASAN TEORITIS
2. Rumusan Masalah 1. Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan uraian pada latar belakang Matematika
diatas, maka permasalahan yang dapat penulis Kemampuan berpikir merupakan hal
rumuskan adalah: bagaimana tingkat yang sangat penting dalam pembelajaran
kemampuan berpikir kritis matematika siswa matematika. Kemampuan berpikir atau yang
di SMA Negeri 1 Sakti? sering disebut dengan Thinking skill adalah
3. Tujuan Penelitian kemampuan yang merujuk pada pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah di atas, seseorang, pemikiran dalam menilai kebaikan
maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk suatu ide, buah pikiran, pandangan, dan dapat
mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis memberikan respon berdasarkan kepada bukti
matematika siswa dengan menggunakan dan sebab akibat.
Graded Response Models di SMA Negeri 1 Menurut Nurohman (2008:125)
Sakti. Thinking Skill adalah kemampuan seseorang
dalam mendayagunakan kemampuan

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |16


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

mentalnya untuk menyelesaikan berbagai membedakan (Compare and Contrast),


persoalan dalam kehidupan nyata. Thinking membuat kategori (Categorization),
Skill dapat dijabarkan menjadi beberapa menerangkan sebab akibat (Cause and Effect),
indikator, antara lain: kemampuan menggali meneliti bagian dan hubungan bagian yang
informasi, kemampuan mengelola informasi, kecil dengan keseluruhan, membuat andaian,
dan kemampuan memutuskan suatu masalah membuat ramalan dan inferensi (Iskandar,
berdasarkan informasi yang sudah diperoleh. 2009:88). Langrehr (2006:42) menyatakan
Thinking skill merupakan kemampuan bahwa berpikir kritis meliputi penggunaan
seseorang untuk menggunakan aktivitas kriteria yang relevan untuk menilai fitur
pikirannya secara terbatas dengan informasi, seperti keakuratannya,
mengkombinasikan pemikiran pada saat relevansinya, relialibitas, konsistensi, dan
berpikir. Kemampuan tersebut seperti biasnya. Berpikir kritis merupakan penilaian
mengingat sesuatu, membedakan antara terhadap sebuah informasi atau opini secara
sesuatu yang relevan dan tidak relevan, cermat, tepat, teliti, dan tidak menimbulkan
mengklasifikasi, memprediksi, menilai arti atau pemahaman yang berbeda.
kekuatan suatu tuntutan, menyatukan sesuatu, Menurut Faizah dalam
menarik kesimpulan dan membuat keputusan. (http://www.mbssd/buletin) pengertian
Kemampuan tersebut digunakan terus menerus berpikir kritis adalah sebagai berikut :
untuk memperoleh suatu pengertian atau 1. Secara etimologi, berpikir berasal dari
pengetahuan. bahasa Yunani yaitu Critical, Krinein,
Berpikir kritis adalah sebuah proses To Choose,To Judge.
sistematis dan terorganisasi yang 2. Meningkatkan ketidaksadaran kearah
memungkinkan siswa dapat merumuskan dan kesadaran.
mengevaluasi pendapat mereka sendiri atau 3. Melakukan analisis untuk dapat
berdasarkan bukti, asumsi, logika, dan bahasa membuat keputusan.
yang mendasari pendapat orang lain sehingga 4. Mengenali bahwa cara pandang kita
mereka mampu mengungkapkan pendapat adalah sebuah kenyataan yang dibentuk
mereka sendiri dengan penuh percaya diri. oleh pengalaman.
Berpikir kritis membantu siswa mencapai 5. Menjadi peduli dengan keberagaman
pemahaman yang mendalam dan dapat yang ada.
mengambil kesimpulan secara cerdas terhadap 6. Memahami sebab akibat (berkarena
sebuah informasi, sehingga mereka mampu maka berkejadian).
memecahkan masalah dengan menggunakan 7. Memandang dunia sebagai suatu sistem
pemikiran yang sistematis dan logis (Elaine B jaringan kerja yang bermakna.
Johnson, 2009:185) 8. Berpikir dengan “PATUT” untuk dapat
Adapun jenis-jenis pemikiran kritis mempertimbangkan dan memutuskan
antara lain adalah membandingkan dan berbagai kenyataan yang ada dalam

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |17


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

kehidupan sehari-hari dengan 13. Peka terhadap perasaan, tingkat


“BIJAKSANA”. pengetahuan, dan derajat kepuasan
Sedangkan menurut Reber dalam Syah dari orang lain (National Education
(2011:123), menyatakan bahwa berpikir kritis Association).
adalah siswa dituntut menggunakan strategi Dari berbagai pengertian dan konsep
kognitif tertentu yang tepat untuk menguji diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kendala gagasan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan
mengatasi kesalahan atau kekurangan. yang dimiliki seseorang untuk
Sedangkan menurut Ennis dalam Alma M. mendayagunakan dan mengembangkan
Swartz dalam National Education Association kemampuan yang dimilikinya sehingga
(2007:61) kemampuan berpikir kritis dapat mampu memecahkan masalah yang sedang
diklasifikasikan sebagai berikut: dihadapi, serta mampu menganalisis dan
1. Mencari penjelasan yang jelas dari suatu mengevaluasi informasi secara cermat, tepat,
pertanyaan. teliti tanpa menimbulkan pemahaman yang
2. Mencari suatu alasan. berbeda dalam usaha menyelesaikan masalah
3. Mencoba untuk peka terhadap yang berhubungan dengan kehidupan nyata
informasi. serta dapat mengatasi kesalahan dan
4. Menggunakan sumber terpercaya dan kekurangan yang sedang dihadapi. Selain itu
menyebutkannya. kemampuan berpikir kritis mendorong siswa
5. Mengambil keterangan dari seluruh dalam menanggapi sebuah informasi dan dapat
situasi. menyelesaikan permasalahan-permasalahan
6. Mencoba untuk tetap relevan pada inti praktis yang ada dalam kehidupan nyata.
utama. 2. Graded Response Models (Model
7. Mencoba untuk tetap pada pemikiran Penskoran Bertingkat)
dasar atau asli. Penskoran merupakan langkah
8. Mencari suatu alternatif. pertama dalam proses pengolahan hasil tes
9. Berpikir terbuka. pekerjaan siswa atau mahasiswa. Graded
10. Ambil posisi dan atau ubah posisi ketika Response Models merupakan sebuah metode
bukti dan alasan cukup untuk pembelajaran yang digunakan untuk mengukur
melakukannya. tingkat kemampuan berpikir kritis matematika
11. Mencari dengan secermat mungkin dari siswa. Lord dan Novick (2001)
objek. mendefenisikan pengukuran sama dengan
12. Bersepakat dalam sebuah cara yang rapi penskoran, menurut mereka pengukuran
melalui bagian-bagian dari keseluruhan sebagai suatu prosedur untuk memberikan
yang kompleks atau mengambil angka (biasanya disebut skor). Lebih spesifik
kesimpulan. Silverius mendefenisikan skor adalah angka
yang menunjukkan jumlah jawaban yang

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |18


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

benar dari sejumlah butir soal yang METODE PENELITIAN


membentuk tes. Dari defenisi di atas dapat 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
disimpulkan bahwa penskoran adalah sebuah Lokasi yang dijadikan sebagai tempat
proses pemberian angka atau penelitian yaitu SMA Negeri 1 Sakti yang
pengkuantifikasian tiap butir pada tes maupun beralamat di jalan Tangse – Beureunuen
kuisioner. Bila ditinjau dari bentuk-bentuk tes Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. Penelitian
dan kuisioner, maka proses penskoran pun dilaksanakan pada semester ganjil dari tanggal
akan berbeda untuk jenis tes maupun 11 s/d 12 Agustus tahun pelajaran 2016-2017.
kuisioner tertentu. Penskoran tes jenis objektif 2. Populasi dan Sampel Penelitian
akan berbeda dengan penskoran tes essay, Populasi adalah keseluruhan objek
demikian halnya dengan tes pilihan ganda dan yang digunakan dalam penelitian, penetapan
jawaban pendek. objek merupakan salah satu faktor yang perlu
Penskoran adalah suatu proses diperhatikan, karena penelitian ini bertujuan
pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi untuk mengambil kesimpulan secara
angka-angka. Angka-angka hasil penskoran itu keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini
kemudian diubah menjadi nilai-nilai suatu adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
proses pengolahan tertentu. Penggunaan Sakti yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah
simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada 235 siswa.
yang dengan angka, seperti angka dengan Sampel adalah sebagian yang diambil
rentang 0 - 10, 0 - 100 atau 0 - 4 dan ada pula dari populasi. Sampel dalam penelitian ini
yang dengan huruf a, b, c, d dan e. diambil dengan menggunakan metode purposif
Cara menskor hasil tes biasanya sampling. Menurut Arikunto (2002:38)
disesuaikan dengan bentuk-bentuk soal tes menyatakan bahwa: “Metode purposif
yang dipergunakan. Apakah tes objektif atau sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel
tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya yang berdasarkan pada pertimbangan dan
setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau
setiap jawaban yang salah diberi skor 0. Total sifat tertentu yang sudah diketahui
skor yang diperoleh dengan menjumlahkan sebelumnya”. Adapun yang menjadi sampel
skor yang diperoleh dari semua soal. Untuk dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
soal-soal essay dalam penskorannya biasanya MIA₁ yang terdiri dari 24 siswa. Peneliti
digunakan dengan cara memberi bobot kepada mengambil kelas X MIA₁ sebagai sampel
setiap soal menurut tingkat kesulitannya atau karena menurut keterangan guru setempat
banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat kelas X MIA₁ memiliki kemampuan berpikir
dalam jawaban yang dianggap paling baik. hampir sama.

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |19


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

3. Instrumen Penelitian menggunakan persentase yang dirumuskan


Instrumen penelitian adalah alat yang oleh Arikunto (1992 : 268) sebagai berikut:
digunakan untuk mengumpulkan data yang 𝑓
𝑃= 𝑥 100%
diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut 𝑛
Keterangan :
Arikunto (2006:34), instrumen penelitian
P = Persentase
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
f = Frekuensi jawaban siswa
oleh peneliti dalam kegiatan menyimpulkan
n = Jumlah skor keseluruhan (skor
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis.
maksimum)
Adapun yang menjadi instrumen dalam
100% = Angka tetap
penelitian ini adalah berupa soal tes.
Peneliti menganalisis data tersebut
Tes merupakan suatu alat yang
berdasarkan jawaban siswa dengan melihat
digunakan untuk mengetahui sesuatu dalam
jenis kemampuan berpikir kritis matematika
aturan-aturan yang telah ditentukan, dengan
siswa. Ada 5 tahap kemampuan berpikir kritis,
disesuaikan dengan kurikulum 2013. Tes
yaitu : Kemampuan berpikir kritis sangat
terdiri atas 5 butir soal yang disusun dengan
tinggi, tinggi, rata-rata, rendah, dan
mengacu pada indikator kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kritis sangat rendah.
kritis. Skor setiap soal bernilai 20 dengan
Setelah itu dihitung persentase jumlah siswa
waktu pelaksanaan 2 x 45 menit.
untuk jawaban benar dan jawaban salah dari
4. Teknik Pengumpulan Data
tes tersebut.
Untuk memperoleh data tentang
Adapun kriteria berpikir kritis adalah
kemampuan berpikir kritis matematika
sebagai berikut :
digunakan tes yang diberikan setelah proses
Sangat tinggi = 80% ˂ P ≤100%
pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data
Tinggi = 60% ˂ P ≤ 80%
dilakukan melalui tes tertulis dalam bentuk
Rata-rata = 40% ˂ p ≤ 60%
uraian (tes essay). Penyekoran setiap butir soal
Rendah = 20% ˂ P ≤ 40%
terdiri atas 4 kategori bertingkat (graded),
Sangat rendah = 0% ˂ P ≤ 20%
yaitu dari 5-20 (5=jawaban benar hanya
HASIL PENELITIAN
sampai pada persoalan dasar; 10=jawaban
Untuk melihat kemampuan berpikir
benar hanya sampai pada persoalan menengah;
kritis Matematika siswa kelas X MIA₁ SMA
15=jawaban benar hampir sampai pada
persoalan akhir; 20=jawaban benar sempurna). Negeri 1 Sakti dilakukan pengolahan data

5. Teknik Analisis Data kuantitatif. Data selengkapnya hasil tes yang

Setelah data diperoleh penulis diperoleh siswa pada setiap butir soal materi

mengolah dan menganalisanya serta Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di

mengambil kesimpulan yang berkenaan SMA Negeri 1 Sakti Tahun Pelajaran

dengan data tersebut. Data dari hasil tes yang 2016/2017 ditabulasikan dalam tabel 1 berikut

diperoleh kemudian diolah dengan :

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |20


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

Tabel 1. Distribusi skor hasil tes yang diperoleh siswa pada setiap butir soal
Nilai Siswa Tiap Butir
No. NAMA SISWA Soal Total Persent Kriteria
1 2 3 4 5 Nilai
1 SUBJEK 1 20 20 18 20 10 88 88% Sangat tinggi
2 SUBJEK 2 15 0 10 0 0 25 25% Rendah
3 SUBJEK 3 18 0 10 20 4 52 52% Rata-rata
4 SUBJEK 4 20 0 5 10 4 39 39% Rendah
5 SUBJEK 5 20 20 20 20 5 85 85% sangat tinggi
6 SUBJEK 6 15 0 10 0 4 29 29% Rendah
7 SUBJEK 7 20 20 20 20 10 90 90% Sangat tinggi
8 SUBJEK 8 15 0 10 0 4 29 29% Rendah
9 SUBJEK 9 10 5 10 0 0 25 25% Rendah
10 SUBJEK 10 20 20 18 20 10 88 88% Sangat tinggi
11 SUBJEK 11 20 13 10 20 4 67 67% Tinggi
12 SUBJEK 12 20 20 15 20 10 85 85% Sangat tinggi
13 SUBJEK 13 20 20 20 20 10 90 90% Sangat tinggi
14 SUBJEK 14 20 20 20 20 10 90 90% Sangat tinggi
15 SUBJEK 15 20 20 20 16 10 86 86% Sangat tinggi
16 SUBJEK 16 20 0 5 20 4 49 49% Rata-rata
17 SUBJEK 17 20 20 20 20 10 90 90% Sangat tinggi
18 SUBJEK 18 10 10 10 0 0 30 30% Rendah

Dari tabel 1 terlihat bahwa 9 siswa 2. Persentase siswa yang memiliki


memiliki kemampuan berpikir kritis kemampuan berpikir kritis Matematika
Matematika sangat tinggi, 1 siswa memiliki tinggi
kemampuan berpikir kritis Matematika tinggi, 1
𝑥 100% = 5,5%
2 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis 18

Matematika rata-rata, 6 siswa memiliki 3. Persentase siswa yang memiliki


kemampuan berpikir kritis Matematika rendah, kemampuan berpikir kritis Matematika
dan 0 (tidak ada) siswa yang memiliki rata-rata
kemampuan berpikir kritis Matematika sangat 2
𝑥 100% = 11,1%
rendah. 18
Bila dinyatakan dalam bentuk persen 4. Persentase siswa yang memiliki

diperoleh keterangan bahwa: kemampuan berpikir kritis Matematika

1. Persentase siswa yang memiliki rendah

kemampuan berpikir kritis Matematika 6


𝑥 100% = 33,3%
18
sangat tinggi
5. Persentase siswa yang memiliki
9
𝑥 100% = 50% kemampuan berpikir matematika sangat
18
rendah

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |21


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

0 1 Sakti yang mengikuti tes, sebagian (50%)


𝑥 100% = 0%
18 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis
Jika dilihat dari perhitungan
Matematika sangat tinggi, 5,5% siswa
persentase di atas, diperoleh keterangan bahwa
memiliki kemampuan berpikir kritis
sebagian (50%) dari 18 siswa yang mengikuti
Matematika tinggi, 11,1% siswa memiliki
tes memperoleh nilai ≥ 80. Ini berarti bahwa,
kemampuan berpikir kritis Matematika rata-
sebagian siswa kelas X MIA₁ yang mengikuti
rata, 33,3% siswa memiliki kemampuan
tes memiliki kemampuan berpikir kritis berpikir ktitis Matematika rendah, dan tidak
Matematika sangat tinggi. Dan tidak ada
ada siswa (0%) yang memiliki kemampuan
satupun siswa (0%) dari 18 siswa yang berpikir kritis Matematika sangat rendah.
mengikuti tes memperoleh nilai ≤ 20. Ini
2. Kemampuan Siswa Dalam
berarti bahwa tidak ada satupun siswa kelas X
Menyelesaikan Soal Sistem
MIA₁ yang mengikuti tes memiliki Persamaan Linear Dua Variabel
kemampuan berpikir kritis Matematika sangat Berdasarkan hasil tes, diperoleh
rendah. keterangan bahwa kemampuan siswa dalam
1. Kemampuan Berpikir Kritis menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear
Matematika Siswa Dua Variabel dapat dikategorikan sebagai
Berdasarkan hasil tes, diperoleh berikut:
keterangan bahwa dari 18 siswa SMA Negeri

Tabel 2. Persentase siswa yang mampu menyelesaikan soal Sistem


Persamaan Linear Dua Variabel

No
Indikator Jumlah siswa Persentase
soal

1 Mencari suatu alternatif 12 siswa 66,6 %

Keterampilan mengenal dan 9 siswa


2 50 %
memecahkan masalah

3 Keterampilan menganalisis 6 siswa 33,3 %

4 Keterampilan mensintesis 11 siswa 61,1 %

5 Keterampilan menyimpulkan 0 siswa 0%

Berdasarkan tabel 2. di atas, terlihat mencari suatu alternatif, 9 siswa mampu


bahwa dari 18 siswa kelas X MIA₁ SMA menyelesaikan soal yang indikatornya
Negeri 1 Sakti yang mengikuti tes, 12 siswa keterampilan mengenal dan memecahkan
mampu menyelesaikan soal yang indikatornya masalah, 6 siswa mampu menyelesaikan soal

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |22


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

yang indikatornya keterampilan menganalisis, rata, 33,3% siswa memiliki kemampuan


11 siswa mampu menyelesaikan soal yang berpikir ktitis Matematika rendah, dan tidak
indikatornya keterampilan mensintesis, dan ada siswa (0%) yang memiliki kemampuan
tidak ada satupun siswa yang mampu berpikir kritis Matematika sangat rendah. Jika
menyelesaikan soal yang indikatornya dilihat dari bentuk soal tes, diperoleh
keterampilan menyimpulkan. keterangan bahwa dari 18 siswa-siswi kelas X
3. Pembahasan Hasil Penelitian Mia₁ yang mengikuti tes, 12 siswa mampu
Dari hasil penelitian yang telah menyelesaikan soal yang indikatornya mencari
dilakukan, dapat diketahui dengan jelas bahwa suatu alternatif, 9 siswa mampu
siswa-siswi kelas X Mia₁ SMA Negeri 1 Sakti menyelesaikan soal yang indikatornya
sudah memiliki kemampuan berpikir kritis keterampilan mengenal dan memecahkan
Matematika. Hal ini dapat dilihat dari masalah, 6 siswa mampu menyelesaikan soal
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang indikatornya keterampilan menganalisis,
yang menjadi butir tes dalam penelitian. 11 siswa mampu menyelesaikan soal yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikatornya keterampilan mensintesis, dan
dari 18 siswa yang mengikuti tes diperoleh tidak ada satupun siswa yang mampu
keterangan 9 siswa memiliki kemampuan menyelesaikan soal yang indikatornya
berpikir kritis Matematika sangat tinggi, 1 keterampilan menyimpulkan.
siswa memiliki kemampuan berpikir kritis PENUTUP
Matematika tinggi, 2 siswa memiliki 1. Kesimpulan
kemampuan berpikir kritis Matematika rata- Berdasarkan hasil pengolahan data
rata, dan 6 siswa memiliki kemampuan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan
berpikir kritis Matematika rendah serta tidak bahwa :
ada satupun siswa yang memiliki kemampuan 1. 9 dari 18 siswa SMA Negeri 1 Sakti kelas
berpikir kritis Matematika sangat rendah. Hal X MIA₁ yang mengikuti tes memiliki
ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar kemampuan berpikir kritis Matematika
siswa-siswi kelas X Mia₁ SMA Negeri 1 Sakti sangat tinggi.
sudah memiliki kemampuan berpikir kritis 2. 1 dari 18 siswa SMA Negeri 1 Sakti kelas
Matematika. X MIA₁ yang mengikuti tes memilki
Jika dilihat dari hasil persentase kemampuan berpikir kritis Matematika
diperoleh keterangan bahwa sebagian (50%) tinggi.
siswa memiliki kemampuan berpikir kritis 3. 2 dari 18 siswa SMA Negeri 1 Sakti kelas
Matematika sangat tinggi, 5,5% siswa X MIA₁ yang mengikuti tes memiliki
memiliki kemampuan berpikir kritis kemampuan berpikir kritis Matematika
Matematika tinggi, 11,1% siswa memiliki rata-rata.
kemampuan berpikir kritis Matematika rata-

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |23


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

4. 6 dari 18 siswa SMA Negeri 1 Sakti kelas 1. Diharapkan kepada guru sebaiknya
X MIA₁ yang mengikuti tes memiliki menggunakan metode dan pendekatan
kemampuan berpikir kritis Matematika yang lebih efektif dalam proses
rendah. pembelajaran Matematika.
5. Tidak ada satupun siswa SMA Negeri 1 2. Diharapkan kepada siswa untuk giat
Sakti kelas X MIA₁ yang mengikuti tes belajar supaya dapat meningkatkan
memiliki kemampuan berpikir kritis kemampuan berpikir kritis Matematika.
Matematika sangat rendah. 3. Diharapkan kepada guru untuk
2. Saran memberikan soal-soal dalam bentuk tes
Sebagai tindak lanjut dari penelitian uraian yang dapat membantu
ini, peneliti memberikan saran-saran sebagai meningkatkan kemampuan berpikir
berikut : kritis Matematika siswa.

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |24


Junaidi, Analisis Kemampuan Berpikir…

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Model Silabus Mata Pelajaran Matematika, Jakarta:
Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassoubah, Z. I. 2004. Develoving Creative & Critical Thinking Skills (cara berpikir kreatif
dan kritis). Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Hudojo. 2005. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Murdilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Instruksional
Sains.

Rohaeti, E. E. (2008). Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi untuk Mengembangkan


Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Disertai Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.

Sabandar, J. 2008. Pembelajaran Matematika Sekolah dan Permasalahan Ketuntasan Belajar


Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematika: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan
Pada Peserta Didik. Jurnal FMIPA UPI.

Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica.

Suherman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.

Suwarma, D. M. 2009. Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika.


Jakarta: Cakrawala Mahakarya.

Zohar dan Dori. 2003. Higher Order Thinking Skill and Low Achieving Student: Are They Mutually
Exclusive. The Jurnal of The Learning Science.

ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 | |25

Anda mungkin juga menyukai