Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

“PENGEMBANGAN & PENGORGANISASIAN MASYARAKAT”

Disusun Oleh:

Mega Putri

STIKes PERINTIS SUMBAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


TAHUN AJARAAN 2019/2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

Latar belakang.........................................................................................1
Rumusan masalah...................................................................................2
Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

Pengertian Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat...............3


Teori dan Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat............................5
Konsep-Konsep dalam Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat..............................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................16
Kesimpulan...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang, oleh sebab itu kesehatan, baik individu,
kelompok maupun masyarakat merupakan asset yang harus di jaga, dilindungi bahkan harus
ditingkatkan.

Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (PPM) atau community organization or


comunity development (COCD) merupakan perencanaan, pengorganisasian, atau proyek dan atau
pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang tujuan
utamanya meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat. Sebagai suatu kegiatan
kolektif, PPM melibatkan beberapa aktor, seperti pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga
donor, serta instansi terkait yang saling bekerja sama mulai dari perancangan, pelaksanaan, samapai
evaluasi terhadap program atau proyek tersebut.

Tujuan utama dalam pengembangan masyarakat, yaitu pengembangan kemampuan


masyarakat, mengubah perilaku masyarakat dan mengorganisir masyarakat. Kemampuan
masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
mencari informasi, bertani dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang sedang
dihadapi oleh individu/masyarakat.

Pengembangan masyarakat adalah proses penguatan masyarakat secara aktif dan


berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerjasama yang setara.
Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, akuntabilitas,
kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar keberlanjutan.

Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat


tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya moderen seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban, adalah bagian pokok dari upaya
pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan
pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di
dalamnya.

PPM sangat memperhatikan keterpaduan antara sistem klien dengan lingkungannya. Sistem
klien bisa bervariasi, mulai dari individu, keluarga, RT, tempat kerja, rumah sakit dll. Dalam PPM,
pekerja sosial menempatkan masayarakat sebagai sistem klien dan sistem lingkungan sekaligus.
Karenanya pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh pekerja sosial yang akan terlibat
dalam PPM meliputi pengetahuan tentang masyarakat, organisasi sosial, perkembangan, perilaku
manusia, dinamika kelompok, program sosial dan pemasaran sosial.

Rumusan Masalah

Apa itu pengembangan dan pengorganisasian masyarakat?

Apa teori dan konsep dasar pengembangan masyarakat?

Bagaimana konsep-konsep dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat?

Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Secara umum penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
memperluas wawasan tentang teori dan konsep pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat serta diharapkan bisa menjadi bahan referensi dalam aplikasi ilmu ini di dunia kerja
nyata.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu:

Untuk mengetahui pengembangan dan pengorganisasian masyarakat.

Untuk mengetahui teori dan konsep dasar pengembangan masyarakat.


Untuk mengetahui konsep-konsep dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT.

Community Organization adalah suatu proses untuk memelihara keseimbangan antara


kebutuhan-kebutuhan sosial dengan sumber-sumber kesejahteraan sosial dari suatu masyarakat
tertentu atau suatu bidang kegiatan tertentu (Arthur Dunham, 1958).

Community Work adalah suatu proses membantu masyarakat untuk memperbaiki


masyarakatnya melalui kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama (Alan Twevetrees, 1993).

Masyarakat dalam konteks pengembangan dan pengorganisasian, diartikan sebagai sebuah


‘tempat bersama’ yakni sebuah wilayah geografi yang sama (Mayo, 1998), misalnya RT, RW,
kampung di pedesaan, perumahan di perkotaan.

Menurut Murray G. Ross, PPM adalah suatu proses ketika suatu masyarakat berusaha
menentukan kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-tujuannya, mengatur atau menyusun,
mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk memenuhinya, menentukan sumber-sumber (dari
dalam ataupun dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya ini, dan dalam pelaksanaan keseluruhannya, memperluas
dan mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik kooperatif dan kolaboratif di dalam
masyarakat.

Definisi tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Istilah ”proses” adalah serentetan tindakan mulai dari penentuan masalah atau tujuan sampai
pada pemecahan masalah atau tercapainya tujuan di dalam masyarakat. Berbagai proses dapat
ditemukan dalam penanggulangan masalah-masalah kemasyarakatan. Dalam kaitan ini proses
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar berfungsi sebagai satu
kesatuan yang terintegrasi. Kemampuan ini tumbuh dan berkembang secara bertahap sebagi
akibat upaya yang dilakukan masyarakat dalam menanggulangi masalah-masalahnya.

Istilah “masyarakat” menunjukkan dua macam pengelompokkan orang, yaitu:


Keseluruhan orang yang tinggal di suatu daerah geografis, misalnya: desa, kota, propinsi, negara atau
dunia.pada umumnya PPM dilaksanakan di daerah geografis yang sempit, tetapi juga dapat diterapkan
untuk daerah-daerah yang lebih luas.

Kelompok orang yang memiliki minat-minat atau fungsi yang sama, misalnya di bidang: kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, lingkungan dll.

Proses “menentukan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan ” berarti, cara yang dilakukan


warga masyarakat untuk menentukan dan memusatkan perhatian pada masalah yang
menganggu mereka serta menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Namun, dalam hal ini
tidak seluruh warga masyarakat dapat dilibatkan dalam penentuan kebutuhan-kebutuhan dan
tujuan-tujuan.

Menyusun atau mengatur kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan berarti, perlunya usaha


untuk menentukan prioritas.Diantara berbagai jenis masalah dan tujuan, beberapa diantaranya
berhubungan langsung dengan apa yang dirasakan, diyakini, dan ditanggapi oleh sebagian besar
warga masyarakat. Hal-hal seperti inilah yang perlu dijadikan perhatian utama.Pada tahap ini
petugas profesional dapat memberikan sumbangannya yang besar untuk proses pengungkapan
keinginan atau kebutuhan masyarakat.

Penemuan sumber-sumber (dari dalam atau dari luar masyarakat), mencakup upaya
menemukan peralatan-peralatan, orang-orang, tehnik-tehnik, bahan-bahan dan sebagainya
yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan.

Mengambil tindakan-tindakan yaitu melakukan rangkaian kegiatan yang telah disebutkan


sebelumnya. Proses ini harus mengarah pada tercapainya suatu hasil, meski hanya sebagian saja
dari keseluruhan hasil yang diingankan.

Memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik kooperatif dan kolaboratif di


dalam masyarakat. Ini berarti:

Pada saat proses berlangsung dan mengalami kemajuan, warga masyarakat akan memulai
memahami, menerima, dan saling bekerjasama.

Pada saat berlangsungnya proses penentuan dan penanggulangan masalah bersama,


kelompok-kelompok bersama para pemimpinnya akan berusaha saling bekerjasama dalam
kegiatan bersama, dan akan mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam
penanggulangan kesulitan-kesulitan dan konflik yang dihadapi masyarakat.

TEORI DAN KONSEP DASAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Teori dasar pengembangan masyarakat

Pengembangan masyarakat sebagai sebuah wacana dalam ilmu sosial pada umumnya
dan studi pembangunan pada khususnya, juga menempati arti tersendiri. Hal ini didasarkan atas
debat kontemporer mengenai proses pembangunan sejak dipertanyakannya perspektif
modernisasi dalam pembangunan yang sarat akan bias kepentingan Negara “maju ”.
Pengembangan masyarakat menjadi semacam spirit atas sebuah paradigma pembangunan yang
tidak lagi delivered di mana direncanakan oleh “atas” atau bahkan mengikuti pola “Barat ”, tetapi
sebagai sebuah pembangunan yang berwarna people centered. Dengan berkembangnya
gagasan-gagasan dalam teori dependensia (hubungan ketergantungan, ada pihak dominant dan
pihak dependen) yang ingin secara lebih mandiri dan kontekstual melakukan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Lebih dari itu, prinsip bottom-up menjadi sebuah kata yang sangat
menjanjikan atas dasar kegagalan berbagai Negara dalam menyejahterakan rakyatnya.

Robert Chambers dalam karyanya yang sangat kondang Putting The Last First (1983) lebih
menyemangati arah tersebut menjadi sebuah gerakan populis, kepada rakyat untuk rakyat dan
oleh rakyat. Secara filosofi, tentu saja bukan hanya Chambers yang mengawali gagasan ini.

Pengembangan masyarakat (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu


“pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan
merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan sosial-budaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu (Mayo,
1998:162):

Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama.
Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah
kampung di wilayah pedesaan.
Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan
kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis
minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti
halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat
phisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Istilah masyarakat dalam pengembangan masyarakat biasanya diterapkan terhadap


pelayanan-pelayanan sosial kemasyarakatan yang membedakannya dengan pelayanan-
pelayanan sosial kelembagaan. Pelayanan perawatan manula yang diberikan di rumah mereka
dan/atau di pusat-pusat pelayanan yang terletak di suatu masyarakat merupakan contoh
pelayanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan perawatan manula di sebuah rumah sakit khusus
manula adalah contoh pelayanan sosial kelembagaan. Istilah masyarakat juga sering
dikontraskan dengan “negara”. Misalnya, “sektor masyarakat ” sering diasosiasikan dengan
bentuk-bentuk pemberian pelayanan sosial yang kecil, informal dan bersifat bottom-up.
Sedangkan lawannya, yakni “sektor publik”, kerap diartikan sebagai bentuk-bentuk pelayanan
sosial yang relatif lebih besar dan lebih birokratis.

Pengembangan masyarakat yang berbasis masyarakat seringkali diartikan dengan


pelayanan sosial gratis dan swadaya yang biasanya muncul sebagai respon terhadap melebarnya
kesenjangan antara menurunnya jumlah pemberi pelayanan dengan meningkatnya jumlah
orang yang membutuhkan pelayanan. Pengembangan masyarakat juga umumnya diartikan
sebagai pelayanan yang menggunakan pendekatan-pendekatan yang lebih bernuansa
pemberdayaan (empowerment) yang memperhatikan keragaman pengguna dan pemberi
pelayanan.

Dengan demikian, Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metoda yang


memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar
pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993). Menurut
Twelvetrees (1991:1), pengembangan masyarakat adalah “the process of assisting ordinary
people to improve their own communities by undertaking collective actions. ” Secara khusus
pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang
tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi
berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.
Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat yang juga dikenal dengan pembangunan masyarakat,


menurut Dirjen Bangdes pada hakekatnya merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari
masyarakat untuk mewujudkan keinginan dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan
strategi menghindari kemungkinan tersudutnya masyarakat desa sebagai penanggung ekses dari
pembangunan regional atau nasional. Pengertian tersebut mengandung makna, betapa
pentingnya inisiatif lokal, partisipasi masyarakat sebagai bagian dari model-model pembangunan
yang dapat menyejahterakan masyarakat desa (Soelaiman, 1998:132). Program pembangunan
masyarakatini tidak berpusat pada birokrasi melainkan berpusat pada masyarakat atau
komunitasnya sendiri. Pemberian kekuasaan pada inisiatif lokal dan partisipasi masyarakat
menjadi kata kunci dalam pembangunan masyarakat.

Berkaitan dengan batasan pengertian di atas ada beberapa unsur dalam pengertian
pembangunan masyarakat, yaitu menitikberatkan pada komunitas sebagai suatu kesatuan,
mengutamakan prakarsa dan sumber daya setempat, sinergi antara sumber daya internal dan
eksternal serta terintegrasinya masyarakat lokal dan nasional. Pada arah tersebut,
pengembangan komunitas diarahkan pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam identifikasi
kebutuhan mereka, kapasitas mengidentifikasi sumber daya, peluang dan peningkatan kapasitas
dalam pengelolaan pembangunan. Peningkatan masyarakat diarahkan pada kemampuan
individu untuk memproses keseluruhan pengalaman sosialnya, termasuk pemahamannya
terhadap realitas di sekelilingnya dan merealisasikan gagasan, target atau proyeknya.

Essensi yang terkandung dalam pembangunan masyarakat pada hakekatnya tidak


sekedar membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi,
namun lebih dari itu pembangunan masyarakat merupakan usaha untuk membentuk
kemandirian mereka, sehingga dapat menghadapi permasalahannya sendiri. Implisit
didalamnya, manusia merupakan unsur pokok didalam proses pembangunan. Dengan demikian,
selain bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka secara ideal pembangunan
masyarakat juga mempersyaratkan adanya partisipasi, kreatifitas dan inisiatif dari masyarakat.
Pembagunan akan berhasil guna ketika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat di
dalamnya. Oleh karena itu, salah satu indikator keberhasilan pembangunan masyarakat juga
harus diukur dengan ada atau tidaknya partisipasi masyarakat di dalamnya. Peningkatan
kapasitas masyarakat menjadi titik sentral dalam pembangunan masyarakat.
Menurut David C. Korten (Moeljarto, 1987:44) konsep pembangunan masyarakat pada
hakekatnya memiliki beberapa aspek sebagai berikut :

Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibuat ditingkat lokal.

Fokus utama adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskin dalam mengawasi dan
mengerahkan asset-asset untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan potensi daerah
mereka sendiri.

Memiliki toleransi terhadap perbedaan dan mengakui arti penting pilihan nilai individu dan
pembuatan keputusan yang telah terdistribusi.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan social dilakukan proses belajar sosial di mana
individu berinteraksi satu sama lain menembus batas-batas organisatoris dan dituntun oleh
kesadaran kritis individual.

Budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur diri sendiri (adanya
unit-unit lokal) yang mengelola dirinya sendiri.

Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit local yang mengelola diri
sendiri, mencakup kelompok penerima manfaat lokal, organisasi pelayanan daerah,
pemerintah daerah, bank-bank pedesaan dan lain-lain akan menjadikan basis tindakan-
tindakan lokal yang diserahkan untuk memperkuat pengawasan lokal yang mempunyai
dasar luas atas sumber-sumber dan kemampuan lokal untuk mengelola sumber daya
mereka.

David C. Korten memberi makna terhadap pembangunan sebagai upaya memberikan


kontribusi pada aktualisasi potensi tertinggi kehidupan manusia. Menurutnya, pembangunan
selayaknya ditujukan untuk mencapai sebuah standar kehidupan ekonomi yang menjamin
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Kebutuhan dasar tidak dilihat dalam batasan-batasan minimum manusia, yaitu


kebutuhan akan makanan, tempat tinggal, pakaian dan kesehatan, tetapi juga sebagai
kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, mendapatkan penghormatan dan kesempatan untuk
bekerja secara fair, serta tentu saja aktualisasi spiritual. Konsepsi akan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya. Dalam perspektif agama agaknya cukup relevan dalam konteks ini.
Beberapa asumsi yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan semangat ini akan
dikemukakan sebagai berikut :

Pertama, pada intinya upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai


peletakan sebuah tatanan sosial di mana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan
usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga
kebutuhannya (material dan spiritual) dapat terpenuhi. Pengembangan masyarakat, oleh karena
itu, tidak berwujud tawaran sebuah proyek usaha kepada masyarakat, tetapi sebuah
pembenahan struktur sosial yang mengedepankan keadilan. Pengembangan masyarakat pada
dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan sosial yang berarti bagi peningkatan
kualitas kehidupan manusia.

Kedua, pengembangan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian dari
pihak yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki. Kerangka pemahaman ini akan
menjerumuskan kepada usaha-usaha yang sekadar memberikan kesenangan sesaat dan bersifat
tambal sulam. Misalnya, pemberian bantuan dana segar (fresh money) kepda masyarakat hanya
akan mengakibatkan hilangnya kemandirian dalam masyarakat tersebut atau timbulnya
ketergantungan. Akibat yang lebih buruk adalah tumbuhnya mental “meminta ”.

Ketiga, pengembangan masyarakat mesti dilihat sebagai sebuah proses pembelajaran


kepada masyarakat agar mereka dapat secara mandiri melakukan upaya-upaya perbaikan
kualitas kehidupannya. Menurut Soedjatmoko, ada suatu proses yang sering kali dilupakan
bahwa pembangunan adalah social learning. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat
sesungguhnya merupakan sebuah proses kolektif di mana kehidupan berkeluarga, bertetangga,
dan bernegara tidak sekadar menyiapkan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan sosial
yang mereka lalui, tetapi secara aktif mengarahkan peubahan tersebut pada terpenuhinya
kebutuhan bersama.

Keempat, pengembangan masyarakat, oleh karena itu, tidak mungkin dilaksanakan tanpa
keterlibatan secara penuh oleh masyarakat itu sendiri. Partisipasi bukan sekadar diartikan
sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja
pengembangan masyarakat, terutama dalam tahapan perumusan kebutuhan yang mesti
dipenuhi. Asumsinya, masyarakat yang paling tahu kebutuhan dan permasalahan yang mereka
hadapi.
Kelima, pengembangan masyarakat selalu ditengarai dengan adanya pemberdayaan
masyarakat. Tidak mungkin rasanya tuntutan akan keterlibatan masyarakat dalam suatu
program pembangunan tatkala masyarakat itu sendiri tidak memiliki daya ataupun bekal yang
cukup. Oleh karena itu, mesti ada suatu mekanisme dan sistem untuk memberdayakan
masyarakat. Masyarakat harus diberi suatu kepercayaan bahwa tanpa ada keterlibatan mereka
secara penuh, perbaikan kualitas kehidupan mereka tidak akan membawa hasil yang berarti.
Memang sering kali pemberdayaan masyarakat diawali dengan mengubah dahulu cara pandang
masyarakat dari nrimo ing pandum menjadi aktif partisipatif.

Dari asumsi dasar tersebut lahirlah hak, nilai, dan keyakinan dalam masyarakat yang
harus dihormati, antara lain :

Hak menentukan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka. Hak ini


akan muncul karena adanya keyakinan bahwa masyarakat memiliki kemampuan (viabilitas)
memecahkan masalahnya sendiri.

Masyarakat mempunyai hak untuk berusaha menciptakan lingkungan yang diinginkannya


dan menolak suatu lingkungan yang dipaksakan dari luar. Penciptaan lingkungan sesuai
keinginan ini tetap didasari ketenangan dan ketentraman lingkungan lainnya sehingga dalam
diri masyarakat terjadi interaksi sosial aktif dan adaptif. Oleh karena itu, proses
pembelajaran selalu lahir dan potensi sosial.

Masyarakat harus diyakini mampu bekerja sama secara rasional dalam bertindak untuk
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitasnya, serta bertindak dalam menggapai
tujuan secara bersama. Dengan demikian, dalam pembangunan masyarakat penting untuk
memperhatikan karakteristik komunitas dan masyarakat pada umumnya, terutama yang
berkaitan dengan penentuan kontribusi kekuasaan

KONSEP-KONSEP DALAM PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT
Pengorganisasian masyarakat adalah konsep yang sudah dikenal dan dipakai oleh para
pekerja sosial di Amerika pada akhir tahun 1800, sebagai upaya koordinatif memberikan
pelayanan kepada imigrasi, kelompok miskin yang baru datang (Garvin dan Cox).
Dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat terkandung tiga aspek
penting yaitu:
Proses
Aspek terpenting dari proses yaitu bahwa proses harus melibatkan masyarakat itu
sendiri sebagai bagian dari sistem. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa partisipasi
penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak
dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen pemerintah.
Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki,
dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri. Hal ini tidak selalu mudah dicapai,
karena orang-orang terbiasa dibebankan, dan menyesuaikan dengan pedoman dasar.
Namun tidak mungkin ada pengembangan masyarakat dengan memberikan pembebanan.
Setiap masyarakat memilik karakter yang berbeda-beda dilihat dari sisi sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Segala sesuatu yang berjalan dalam satu masyarakat, tidak akan
mungkin bisa sama dengan masyarakat lainnya karena perbedaan karakteristik tersebut.
Atau melakukan penerapan kegiatan dan cara intervensi yang sama. Proses dalam
pengembangan masyarakat membuat frustasi partisipannya.
Terkadang individu atau masyarakat itu menjalani proses itu sendiri karena:
Terjadi secara sadar, tetapi mungkin juga tidak.
Dalam proses ditemukan unsur-unsur kesukarelaa. Kesukarelaan timbul karena
keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa
untuk mengatasinya.
Kesukarelaan juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kelompok atau masyarakat.
Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukan pada
segelintir orang yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk
mengatasinya.
Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai :
Kelompok yang mempunyai batas-batas geografis: Desa, kelurahan, kecamatan, dst.
kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang
lebih besar.
Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan kelompok
yang lebih besar.
Kelompok yang secara bersama-sama mencoba mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhannya.
Stakeholders dalam pengembangan masyarakat:
Pemerintah berperan dalam menciptakan gambaran program, mencari sumber dana
dan menentukan pengalokasian dana, menyediakan pelayanan lansung kepada
masyarakat, membangun proyek, membuat kontrak dengan pihak lain untuk
membangun hubungan, membuat hukum, penciptaan regulasi sebagai bentuk
implementasi hukum yang dibuat, melakukan negosiasi dan persuasif guna
mendukung program yang telah direncanakan, memastikan semua pihak
mendapatkan hak yang sama didepan hukum kemuian membuat rancangan
pembanguan.
Organisasi sebagai salah satu indikator dalam mendukung pemerintah sebagai bentuk
upaya pengawasan terhadap kinerja pemerintahan.
Masyarakat adalah sebagai penerima manfaat dari upaya yang direncanakan oleh
pemerintah.
Berfungsinya Masyarakat.

Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai


berikut:

Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja untuk membentuk
kepanitiaan yang akan menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.

Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat.

Melakukan upaya penyebaran rencana atau kampanye untuk mensukseskan rencana


tersebut.

Ada tiga model yang dipergunakan dalam pengorganisasian masyarakat, yaitu:


Locality Development
Model ini lebih menekankan pada peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri.
Prinsipnya adalah keterlibatan langsung masyarakat, melayani sendiri, membantu diri
sendiri dalam penyelesaian masalah, dan mengembangkan keterampilan
individual/kelompok dalam proses pemecahan masalah. Peran perawat komunitas dalam
model ini adalah sebagai pendukung, fasilitator, dan pendidik (guru).
Social Planning
Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakaan
birokrasi. Kepuusan komunitas didasarkan pada fakta/data yang dikumpulkan, dibuat
keputusan secara rasional. Penekanan pada penyelesaian masalah bukan proses –
pengambilan keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan / hasil. Model ini
menggunakan pendekatan langsung (perintah) dalam rangka untuk megubah masyarakat,
dengan penekanan pada perencanaan. Peran perawat dalam model ini adalah sebagai
fasilitator, pengumpulan fakta/data, serta menganalisis dan melaksanakan program
implementasi.
Social Action
Model ini lebih fokus pada korban. Fokus pada model ini adalah mengubah
komunitas pada polarisasi /pemusatan isu yang ada di komunitas dengan menggunakan
konflik/konfrontasi antara penduduk dan pengambilan keputusan/kebijakan. Penekanan
pada proses atau tujuan fokus utamanya mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok.
Peran perawat sebagai aktivis, penggerak dan negosiator.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (PPM) PPM adalah suatu proses ketika
suatu masyarakat berusaha menentukan kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-tujuannya, mengatur
atau menyusun, mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk memenuhinya, menentukan
sumber-sumber (dari dalam ataupun dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan
sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya ini, dan dalam pelaksanaan
keseluruhannya, memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik kooperatif dan
kolaboratif di dalam masyarakat.

Pengembangan masyarakat (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu


“pengembangan” dan “masyarakat”. Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai
metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya.

konsep pembangunan masyarakat pada hakekatnya memiliki beberapa aspek sebagai


berikut: Keputusan dan inisiatif, Fokus utama, Memiliki toleransi terhadap perbedaan, berinteraksi
satu sama lain, Budaya kelembagaan, Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal.

Dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat terkandung tiga aspek


penting yaitu: Proses, Masyarakat, Berfungsinya Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap. A., 2010. “Chapter I”. [online],


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21219/5/Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 28 April
2015, pukul 16.30 wita.

Isbandi Rukminto A. 2012. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada.

Jim Ife. 2006. Community Development. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wikipedia, 2015. Pengembangan Masyarakat. [online],


http://id.wikipedia.org/wiki/Pengembangan_masyarakat, diakses tanggal 28 April 2015, pukul 17.15
wita.

Isbandi Rukminto A. 2012. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai