Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGOLAHAN BIJI BESI

Tugas Metalurgi

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Novri Yanti 1710024427032


Ruri Firmansyah 1710024427039
Eqi Aryanto 1710024427016
Roki Binola 1710024427038
Angga Desman Saputra 1610024427005
Rahmat Sholihin 1410024427118

TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa kiranya telah diberikan kesehatan
dan pembelajaran sehingga penyusunan makalah ini telah selesai berkat pertolongan
Tuhan dan kerja keras. Dan kepada Ibuk Dosen, saya mengucap syukur sebesar
besarnya kiranya telah diberikan pelajaran struktur data hingga saya dapat berpikir
dengan matang karena penyusunan makalah ini saya bisa bekerja sama antara sesama
mahasiswa hingga kami dapat berbagi ilmu.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa tanpa doa
teman-teman mungkin makalah ini belum selesai. Saya berterima kasih atas
bantuannya tanpa kalian mungkin makalah ini tidak selesai.
Mungkin makalah ini jauh diatas sempurna, jadi saya mohon maaf jika ada
kesalahan penulisan atau kurang berkenan dihati saudara saya mohon maaf atas
kesalahan tersebut. Dan semoga makalah ini membuat ilmu kita bertambah, saya
berterimakasih kepada Ibuk dosen beserta teman-teman mahasiswa.

Padang, Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................................
1.4 Manfaat ...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
2.1 Landasan Teori ..................................................................................................
2.2 Pengertian Bijih Besi ........................................................................................
2.3 Tipe Endapan Besi ............................................................................................
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................................
3.1 Pengolahan Bijih Besi .......................................................................................
3.2 Pengolahan Bijih Besi Dengan Reduksi langsung dan Reduksi Tidak
Langsung ...........................................................................................................
3.3 Pengolahan Bijih Besi Menjadi Besi Kasar (Ingot) .........................................
3.4 Proses Pengolahan Bijih Besi Dengan Alat Dapur Tinggi ...............................
3.5 Pembuatan Baja Dari Besi Kasar ......................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar.3.1 Bijih Besi .....................................................................................................


Gambar.3.2 Besi Kasar ...................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis .................................................


Tabel 1.2 Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya ...........................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bijih besi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan besi yang kemudian
besi tersebut diolah lagi menjadi baja. Baja pada dasarnya adalah paduan besi dan
carbon untuk mendapatkan baja tersebut ada dua proses yaitu proses reduksi lansung
dan reduksi tidak lansung, dimana pada reduksi langsung akan menghasilan sponge
iron dan reduksi tidak lansung menghasilkan pig iron. bijih besi yang masih berbentuk
oksida harus melalui tahapan reduksi agar bisa menjadi baja batangan.
Secara umum reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen pada suatu
senyawa. Konsep ini berlaku biasanya pada proses pembakaran dan pengambilan
oksidan dari logamnya. Untuk mendapatkatkan reaksi reduksi kita membutuhkan
pereduktor yang berfungsi sebagai sumber oksigen dan zat yang mengalami reduksi.
Reduksi bijih besi berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi. Pada proses
reduksi dibutuhkan bahan lain sebagai reduktor yang akan mengubah oksida besi
dengan muatan tinggi menjadi oksida besi dengan muatan yang lebih rendah atau
bahkan menjadi logam. Reduktor yang dapat digunakan dapat berupa C, CO atau H2.
Proses pengolahan bijih besi ini dapat di olah dengan beberapa macam jenis alat,
salah satu contohnya adalah dapur tinggi listrik. Dan dalam proses bijih besi menjadi
sebuah besi atau baja juga dikenal proses sinter.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana cara pengolahan bijih besi
2. Bagaimana cara reduksi pada pengolahan bijih besi
3. Bagaimana cara pengolahan bijih besi dengan menggunakan alat dapur tinggi.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui cara pengolahan bijih besi
2. Mengetahui cara pengolahan pada proses reduksi di bijih besi
3. Mengetahui cara penggunaan alat dapur tinggi di pengolahan bijih besi.
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah:
1. untuk mengetahui proses pengolahan bijih besi
2. Untuk mengetahui proses reduksi langsung maupun tidak langsung.
3. Untuk mengetahui cara pengolahan bijih besi dengan alat Dapur tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Landasan teori merupakan teori-teori Yang berhubungan dengan judul makalah
sebagai dasar acuan dalam melakukan pembuatan makalah. Teori-teori ini diambil dari
buku, jurnal, maupun arsip-arsip dari perusahaan tempat dilakukan suatu penelitian.
2.2 Pengertian Bijih Besi
Besi merupakan salah satu unsur pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan
besi dalam air tanah biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral
terutama oksida, sulfida karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam tersebut.
Bijih besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter
dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali
ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai
kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite, dan
Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral : Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan
Chamosite.
Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai
ekonomis antara lain ;
a. Magmatik : Magnetite dan Titaniferous Magnetite.
b. Metasomatik kontak : Magnetite dan Specularite.
c. Pergantian 1 replacement : Magnetite dan Hematite.
d. Sedimenasi I placer : Hematite, Limonite, dan Siderite.
e. Konsentrasi mekanik dan residual : Hematite, Magnetite dan Limonite.
f. Oksidasi : Limonite dan Hematite.
g. Letusan Gunung Api.
Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe
paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan
mineral bijih utama yang di butuhkan dalaln industri besi. Mineral-mineral pembawa
besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi
komersil dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis
Mineral Susunan kimia Kandungan Fe (%) Klasifikasi komersial
Magnetit FeO, FeO2O3 77,4 Magnetic atau bijih
hitam
Hematite Fe2O3 70,0 Bijih merah
Limonit Fe2O3. Nh2o 59-63 Bijih coklat
siderit FeCO3 48,2 Spathic, black band,
clay ironstone
Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Baferman, 1981; Economic Mineral
Deposits, P. 392.

Besi merupakan komponen kerak bumi yang persentasenya sekitar 5%. Besi
atau ferrum tergolong unsur logam dengan symbol Fe. Bentuk murninya berwarna
gelap, abu-abu keperakan dengan kilap logam. Logam ini sangat mudah bereaksi dan
mudah teroksidasi membentuk karat. Sifat magnetism besi sangat kuat, dan sifat
dalamnya malleable atau dapat ditempa. Tingkat kekerasan 4-5 dengan berat jenis 7,3-
7,S.Besi oksida pada tanah dan batuan menunjukkan warna merah, jingga, hingga
kekuningan. Besi bersama dengan nikel merupakan alloy pada inti bumil inner core.
Bijih besi utama terdiri dari hematit (Fe203). dan magnetit (Fe304).
2.3 Tipe Endapan Besi
a. Besi Primer (ore deposits)
Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya
peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur
sesar, struktur sesar ini merupakan zona lelnah yang memungkinkan terjadinya
magmatisme, yaitu intrusi magma lnenerobos batuan tua. Akibat adanya kontak
magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian
(replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal
dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga
membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga
melibatkan batuan samping seliingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan
magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
b. Besi Sekunder (endapan placer).
Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui
proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan
media cair, padat dan gas ti~dara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut
tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi
liingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya
para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer. Jenis
cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur
Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering
terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah
tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah di kerjakan dengan tanpa
penghancuran, dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobiledan relatif
murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda
penambangan termurah.
Tabel 1.2 Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:
Genesa Jenis
Terakumulasi in sifuselama Placer residual
pelapukan
Terkonsentrasi dalam media padat Placer eluvial
yang bergerak
Terkonsentrasi dalam media cair Placer aluvial atau sungai Placer
coastal
yang bergerak (air)
Terkonsentrasi dalam media gas/ Placer Aeolian Cjarang
udara yang bergerak

Placer residual. Partikel minerall bijih pembentuk cebakan terakumulasi


langsung diatas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang
telah mengalami pengrusakanl penghancuran kimiawi dan terpisa dari bahan-bahan
batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah
yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan
yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).
Placer eluvial. Partikel mineral1 bijih pernbentuk jenis cebakan ini di endapkan di
atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daeran ditemukan placer eluvial
dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada
kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar. Genesa Terakumulasi in
sifuselama pelapukan Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak Terkonsentrasi
dalam media cair yang bergerak (air) Terkonsentrasi dalam media gas/ udara yang
bergerak Jenis Placer residual Placer eluvial Placer aluvial atau sungai Placer coastal
Placer Aeolian Cjarang) Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama
yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan biji besi, dimana
konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel minerall bijih menjadi faktor-faktor penting
dalaln pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi moneral berat dalam cebakan ini
berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral
berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil
daripada mineral utama petnbentuk batuan. Kedua, pemilihan dan susunan endapan
sedimen di kendalikan oleh berat jenis dan ukuran pertikel (rasio hidraulik).
Placer coastal atau pantai. Cebakan ini terbetuk sepanjang garis pantai oleh
pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan
partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa
bahanbahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat
partikel akan diendapkanl terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai
batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari
ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus danl atau kaya akan
mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar danl atau sedikit
mengandung mineral berat. Placer pantai terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral
berat berada pada zona pasang surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel
mineral biji juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-
mineral terpenting yang di kandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas,
kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim, dan zirkon. Mineral ikutan dalam endapan
placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama
tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya
diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fel.,S), chamosit [Fe2AI2
SiOs(OH)4], i lmenit (FeTiO,), wol frami t [(Fe,Mn) W04], krom it (FeCr204); atau j
uga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiOz),
kasiterit (Sn02), monasit [Ce,La,Nd, Th(P04, SiOd)], intan, emas (Au), platinum (Pt),
xenotim (YP04), zirkon (ZrSi04) dan lain-lain.
c. Endapan Besi Laterit
Nikel Laterit Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel - tembaga berasal dari mineral
pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat
nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit.
Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan
induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah
larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan
mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan
konsentrasi sisa. Air permukaan yang mengandung C02 dari atmosfer dan terkayakan
kembali oleh material - material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan
tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat
fluktuasi ini air tanah yang kaya akan C02 akan kontak dengan zona saprolit yang
masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral - mineral yang tidak stabil
seperti olivin I serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai
dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral - mineral baru pada proses
pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt (1967), menyatakan bahwa proses
pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada
batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang
pada umumnya banyak mengandung 0.30 % nikel.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Bijih Besi


Bijih besi merupakan bahan baku pembuatan besi yang dapat berupa senyawa
oksida, karbonat, dan sulfida serta tercampur sengan unsur lain misalnya silikon. Bijih
besi diolah dalam tanur atau dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar. Besi kasar
adalah bahan baku untuk pembuatan besi cor (cast iron), besi tempa (wrought iron),
dan (baja (steel). Ketigaa macam bahan itu banyak dipakai dalam bidang teknik.
Baja adalah logam paduan antara besi dan karbon dengan kadar karbonnya
secara teoritis maksimum 1,7%. Besi cor adalah logam paduan antara besi dan karbon
yang kadarnya 1,7% sampai 3,5%. Besi tempa adalah baja yang mempunyai kadar
karbon rendah.Dilihat dari kegunaannya maka besi dan baja campuran merupakan
tulang punggung peradaban modern saat ini untuk peralatan transportasi, bangunan,
pertanian, dan peralatan mesin.
gambar 3.1 bijih besi

3.2 Pengolahan Bijih Besi Dengan Reduksi langsung dan Reduksi Tidak
Langsung
Sesuai dengan namanya logam-logam besi adalah logam atau Pengolahan Bijih
Besi biji besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan kotoran-
kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan biji besi tersebut terlebih paduan
yang mengandung besi sebagai unsur utamanya, sedangkan logam-logarn bukan besi
adalah logam yang tidak atau sedikit sekali mengandung besi. Logam-logam besi
terdiri atas :
a. besi tuang (cast iron).
b. baja karbon (carbon steel),
c. baja paduan (alloy steel),
d. baja spesial dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji
yang lebihtinggi (25 pecialty steel 40%).
Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode : crushing, screening, dan washing
(pencucian).
Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60 - 65%) serta memudahkan
dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikelhalus (serbuk).
2. Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkandari kotoran-kotoran dengan
cara pemisahan magnet (magnetic separator) atau metodel lainnya.
3. Serbuk biji besi selanjutnya dibentuk menjadi pellet berupabola-bola kecil
berdiameter antara l2,5 - 20 mm.
4. Terakhir, pellet biji besi dipanaskan melalui proses sinterl pemanasan hingga
temperature 1300 oC agar pellet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak
mudah rontok.
Proses Reduksi : Tujuan proses reduksi adalah untuk menghilangkan ikatan
oksigen dari biji besi. Proses reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti hidrogen atau
gas karbon monoksida (CO). Proses reduksi ini ada 2 macam yaitu proses reduksi
langsung dan proses reduksi tidak langsung.
- Proses Reduksi Langsung; Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet
menjadi besi spons (sponge iron) atau sering disebut: besi hasil reduksi langsung (direct
reduced iron). Gas reduktor yang dipakai biasanya berupa gas hidrogen atau gas CO
yang dapat dihasilkan melalui pemanasan gas alam cair (LNG) dengan uap air didalam
suatu reaktor yaitu melalui reaksi kimia berikut : CH4 + H 20 CO + 3H2(gas (uap air
panas) (gas redukt0r)Hidrokarbon) Dengan menggunakan gas CO atau hidrogen
daripersamaan diatas maka proses reduksi terhadappellet biji besi dapat dicapai melalui
reaksi kin~ia berikut ini : Fe203 + 3H2 2Fe + 3H20 (pellet) (gas hidrogen) ( besi (uap
air) spons ) Atau Fez03 + 3C0 2Fe + 3C02
- Proses Reduksi Tidak Langsung Proses ini dilakukan dengan menggunakan tungku
pelebur yang disebut juga tanur tinggi (blast furnace). Reduksi* Di dalain proses
reduksi langsung ini, bijih besi direaksikan dengan gas alam sehingga terbentuklah
butiran besi yang dinamakan besi spons. Besi spons kemudian diolah lebih lanjut di
dalain sebuah tungku yang bernama dapur listrik (Electric Arc Furnace). Di sini besi
spons akan dicampur dengan besi tua (scrap),'dan paduan fero untuk diubah menjadi
batangan baja, biasa disebut billet. Proses reduksi langsung ini salah satunya dipakai
oleh P.T. Karakatau Steel. Fungsi dari gas alam itu sendiri sebenarnya adakalah sebagai
gas reduktor, dimana gas alam mengandung CO dan H2, yang dapat bereaksi dengan
bijih menghasilkan besi murni (Fe).
Keuntungan dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah : Besi
spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast furnace. Zat
reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam, sehingga
tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal. Gambar sketsa sebuah
tungkulistrik dari jenis electric arc furnace (EAF). Pengolahan Besi Kasar. Besi kasar
(pig iron) yang dihasilkan melalui blast furnace atau reduksi langsung perlu pengolahan
yang lebih lanjut. Pengolahan tersebut ditujukan untuk mengurangi kadar karbon yang
terkandung dalam besi dengan mengontrol oksidasi. Di dalam istilah asing kita
menyebut proses ini dengan Steelmaking Processes.
Ada dua prinsip dalam steelmaking processes, yaitu: Basic-Oxygen, Furnace
Electric-arc, Furnace Inti dari steelmaking processes ini adalah pemurnian besi kasar
diiringi dengan perpaduan besi dengan berbagai unsur lainnya demi mendapatkail
suatu sifat yang diinginkan. logam cair yang telah dipanaskan dengan suhu yang cukup
tinggi +/- 1600 C dapat menyerap gas yang berasal dari uap-uap hasil proses produksi
sebelumnya. Laju oksida logam ini berbanding lurus dengan suhu pemanasannya. Oleh
karena itu pengaturan suhu harus dilakukan secara hati-hati.
-Proses Pengecoran: Proses pengecoran logam adalah membentuk suatu benda logam
dengan cara menuangkan logam cari ke dalaln suatu cetakan. Cetakan tersebut dapat
dibuat dari pasir, keramik, atau logam. Dalam memilih suatu teknik pengecoran kita
harus melihat produk seperti apa yang ingin kita hasilkan, bagaimana beban kerjanya,
apakah produk tersebut merupakan Inass product, dan pertimbangan harga jualnya.
Semua itu demi menjamin keefektifan dari pengecoran yang kita buat. Cetakan pasir
memiliki kelebihan dari proses pembuatan cetakan yang relatif lebih mudah dan murah,
namun menimbulkan beberapa resiko seperti masuknya butiran-butiran pasir ke dalam
campuran baja cair yang tentunya akan menyebabkan kerugian dalam hal properties
produknya. Kerugian lainnya dari pengecoran dengan cetakan pasir (sand casting)
adalah cetakannya yang bersifat sekali pakai, jadi setelah selesai digunakan untuk
rnengecor maka cetakan tersebut harus dihancurkan, tak dapat digunakan kembali.
Walaupun begitu proses ini masih tergolong murah mengingat harga pasir silika,
sebagai bahan cetakan, tidak terlalu tinggi. Pengecoran dengan cetakan.
Umumnya terdapat di alam Indonesia mempunyai kadar besi (Fe) sekitar 35% – 40%
berbentuk besi oksida hematit (Fe2O3) dan bercampur dengan material ikutan seperti
SIO2, Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan H2O.
3.3. Pengolahan Bijih Besi Menjadi Besi Kasar (Ingot)
Bahan utama untuk membuat besi kasar adalah bijih besi. Berbagai macam bijih
besi yang terdapat di dalam kulit bumi berupa oksid besi dan karbonat besi, diantaranya
yang terpenting adalah sebagai berikut :
a. Batu besi coklat (2Fe2O3 + 3H2O) dengan kandungan besi berkisar 40%.
b. Batu besi merah yang juga disebut hematit (Fe2O3) dengan kandungan besi
berkisar 50%.
c. Batu besi magnet (Fe2O4) berwarna hijau tua kehitaman, bersifat magnetis
dengan mengandung besi berkisar 60%.
d. Batu besi kalsit atau spat (FeCO3) yang juga disebut sferosiderit dengan
mengandung besi berkisar 40%.
Bijih besi itu dipanggang di dalam dapur panggang agar kering dan unsur-unsur
yang mudah menjadi gas keluar dari bijih kemudian dibawa ke dapur tinggi diolah
menjadi besi kasar. Dapur tinggi mempunyai bentuk dua buah kerucut yang berdiri satu
di atas yang lain pada alasnya. Pada bagian atas adalah tungkunya yang melebar ke
bawah, sehingga muatannya dengan mudah meluncur kebawah dan tidak terjadi
kemacetan.Bagian bawah melebar ke atas dengan maksud agar muatannya tetap berada
di bagian ini. Dapur tinggi dibuat dari susunan batu tahan api yang diberi selubung baja
pelat untuk memperkokoh konstruksinya. Dapur diisi dari atas dengan alat
pengisi.Berturut-turut dimasukkan kokas, bahan tambahan (batu kapur) dan bijih besi.
Kokas adalah arang batu bara yaitu batu bara yang sudah didestilasikan secara
kering dan mengandung belerang yang sangat rendah sekali. Kokas berfungsi sebagai
bahan bakarnya dan membutuhkan zat asam yang banyak sebagai pengembus. Agar
proses dapat berjalan dengan cepat udara pengembus itu perlu dipanaskan terlebih
dahulu di dalam dapur pemanas udara.
Besi cair di dalam dapur tinggi, kemudian dicerat dan dituang menjadi besi kasar,
dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran untuk
pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah), atau dalam keadaan cair dipindahkan
pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor atau dapur baja yang lain, misalnya
dapur Siemen Martin.
Batu kapur sebagai bahan tambahan gunanya untuk mengikat abu kokas dan
batu-batu ikutan hingga menjadi terak yang dengan mudah dapat dipisahkan dari besi
kasar. Terak itu sendiri di dalam proses berfungsi sebagai pelindung cairan besi kasar
dari oksida yang mungkin mengurangi hasil yang diperoleh karena terbakarnya besi
kasar cair itu. Batu kapur (CaCO3) terurai mengikat batu-batu ikutan dan unsur-unsur
lain.

gambar.3.2 besi kasar


3.4. Proses Pengolahan Bijih Besi Dengan Alat Dapur Tinggi
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat
karbon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suhu
tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi + 1800oC dengan udara panas, maka dihasilkan
suhu yang dapat menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi pembuntuan
karena proses berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan tambahan. Bahan
tambahan bersifat asam apabila bijih besinya mempunyai sifat basa dan sebaliknya
bahan tambahan diberikan yang bersifat basa apabila bijih besi bersifat asam.
Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan keluar melalui
bagian atas dan ke dalam pemanas udara.Terak yang menetes ke bawah melindungi
besi kasar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan, terak ini kemudian
dipisahkan. Proses reduksi di dalam dapur tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut:
1. Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi : C + O2 CO2 sebagian dari CO2
bersama dengan zat arang membentuk zat yang berada ditempat yang lebih atas
yaitu gas CO. CO2 + C → 2CO Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 3000
sampai 8000 C oksid besi yang lebih tinggi diubah menjadi oksid yang lebih
rendah oleh reduksi tidak langsung dengan CO tersebut menurut prinsip : Fe2O3
+ CO → 2FeO + CO2
2. Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi tidak
langsung menurut prinsip : FeO+CO FeO+CO2
3. Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi
melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. Sedangkan reduksi langsung
terjadi pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa
pengembus. Reduksi ini berlangsung sebagai berikut : FeO + C → Fe + CO.
4. CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak
langsung tadi. Setiap 4 sampai 6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan
teraknya dan baru kemudian besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi
kasar atau besi mentah yang digunakan untuk membuat baja pada dapur
pengolahan baja atau dituang menjadi balok-balok tuangan yang dikirimkan pada
pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai bahan baku. Besi cair dicerat dan dituang
menjadi besi kasar dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai
bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah) atau masih
dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja (dapur Siemen
Martin).

Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi bahan
pembuatan pasir terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai bahan
campuran semen. Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang
menjadi balok besin kasar sebagai bahan ancuran di pabrik penuangan, perlu dicampur
dahulu di dalam bak pencampur agar kualitas dan susunannya seragam. Dalam bak
pencampur dikumpulkan besi kasar cair dari bermacam-macam dapur tinggi yang ada
untuk mendapatkan besi kasar cair yang sama dan merata. Untuk menghasilkan besi
kasar yang sedikit mengandung belerang di dalam bak pencampur tersebut dipanaskan
lagi menggunakan gas dapur tinggi.
Proses produksi didalam dapur tinggi terdiri atas 4 tahap :
1. Proses Pemasukan Muatan
Yang dimaksud dengan muatan dapur tinggi adalah isi dari dapur tinggi yang terdiri
atas bahan bakar kokas, biji besi dan bahan tambah yang berupa batu kapur.
2. Proses Reduksi
Reduksi yaitu Oksid arang dan kokas serta zat arang C. Proses ini terjadi sangat
cepat. Pada proses reduksi terbagi menjadi 3 daerah, yaitu:
• Daerah pengeringan
Daerah paling atas, terdapat gas CO2
• Daerah reduksi
Muatan akan mulai melebur dan bergerak kebawah mendekati daerah pencairan
• Daerah pencairan
3. Proses Pencairan
Muatan dapur tinggi yang berisi kokas, biji besi dan batu kapur setelah mengalami
pemanasan akan bergerak kebawah. Dalam perjalanan dari atas ke bawah
mengalami proses reduksi.
4. Hasil produksi dapur tinggi
Besi kasar sebagai bahan dasar pembuatan baja, Terak, Gas dapur tinggi
3.5. Pembuatan Baja Dari Besi Kasar
Besi kasar sebagai hasil dari dapur tinggi masih banyak mengandung unsur-
unsur yang tidak cocok untuk bahan konstruksi, misalnya zat arang (karbon) yang
terlalu tinggi, fosfor, belerang, silisium dan sebagainya. Unsur-unsur ini harus serendah
mungkin dengan berbagai cara.
Untuk menurunkan kadar karbon dan unsur tambahan lainnya dari besi kasar
digunakan dengan cara sebagai berikut :
a. Proses Konvertor :
1. Proses Bessemer untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang rendah.
2. Proses Thomas untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang tinggi.
3. Proses Oksi, proses LD, Kaldo dan Oberhauser
b. Proses Martin (dapur Siemen Martin)
1. Proses Martin asam untuk besi kasar dengan kadar fosfor rendah.
2. Proses Martin basa untuk besi kasar dengan kadar fosfor tinggi.
c. Dapur Listrik untuk Baja Campuran
1. Dapur listrik busur nyala api.
2. Dapur listrik induksi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bijih besi adalah bahan tambang yang menjadi bahan dasar pembuatan besi yang
nantinya di olah menjadi baja,dan bahan lain nya. bijih besi ini dip roses dengan
pengolahan menggunakan produksi langsung dan tidak langsung serta menggunakan
alat dapur tinggi, sebelum di olah bijih besi ini di buat menjadi besi kasar, yang
nantinya mudah di psoses menjadi baja.

DAFTAR PUSTAKA
Anthoni J Floor. 2000. Oceanography: Dunes and Beaches (www. seafriends.
org.nz/oceano/beach.htm). Bambang N. W.2007.
M.I. Jensen & A. M. Bafeman.1981. Iron & Ferroalloy Metals in (ed)
Economic Mineral Deposits.

Anda mungkin juga menyukai