Anda di halaman 1dari 12

Inpeksi Visual Asam Asetat

(IVA)
disusun oleh:

Puskesmas Mutiara
Kecamatan Kisaran Timur
Kabupaten Asahan
Tahun
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut
rahim merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit
kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang
menyerang kaum perempuan. Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker
mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya
beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker.
Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat
menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang
tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada stadium lanjut) adalah perdarahan
di luar masa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan pada masa
menopause (setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau nanah
serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul,
gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.
Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation
(WHO), dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia.
Kejadian kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker
serviks baru setiap harinya. Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah
menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000
penduduk WUS. Berdasarkan AOGIN (2010) Angka ini mengalami peningkatan
sebesar 0,89% sejak tahun 2008.

Selain kaitan antara HPV dan penyakit kanker, ada bukti yang terus
berkembang bahwa penderita HPV yang melakukan hubungan melalui anal dapat

2
lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih (squamous
cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual, sekitar 60% yang
tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV, sementara hampir 95%
yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-pria tersebut terbukti
membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya jenis 16 dan 18) yang
menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya, perempuan dengan infeksi aktif
dapat menyebarkan virus tersebut kepada bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical).
Pada saat melahirkan yang dapat menyebabkan virus papilloma pada bayi baru
lahir dan kemungkinan terjadi laryngeal papilomatosis.
Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi,
seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus,
infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif
selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah
atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang
diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan.
Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih dari 40% perempuan
tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif.
Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan tersebut masih membawa virus
tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian tersebut, infeksi yang
berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang ganas dan terkait
dengan kanker.
Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear,
bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA memang
belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di Indonesia yang
merealisasikannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

IVA
1. Pengertian

IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan
asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata
langsung (mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah ,
murah dan informasi hasilnya langsung.
Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan
berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat
efek akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak
ada lesi putih.
Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan
mengoleskan asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi
perubahan yang terjadi, prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun
juga relatif murah. Selain prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak
memerlukan persiapan khusus dan juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien.
Letak kepraktisan penggunaan metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan
tidak memerlukan sarana khusus.
Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik
yaitu 60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam
waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang bisa
dicurigai sebagai lesi kanker.

2. Tujuan Test IVA

4
Untuk mengetahui adanya lesi pra kanker serviks.

3. Keunggulan Test IVA

a. Hasil segera diketahui saat itu juga


b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam
pemeriksaan, aman karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek
samping bagi ibu yang memeriksa, dan praktis
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat
kesehatan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja
d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih

4. Sasaran

Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai
49 tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah
juga menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara
30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun, frekwensinya masih meningkat
sampai kira – kira golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit
menurun kembali. Hal tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi
dini kanker serviks.

5. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA

Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1


tahun, kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat,
tidak dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh
suami.

5
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode
IVA adalah 1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut rahim
maka ada kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim. Hasil dari
pemeriksaan IVA dapat dibaca oleh
dokter, Bidan maupun petugas kesehatan yang terlatih saat itu juga, sehingga
mengurangi kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur. Jika hasil yang
di dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan dilakukan di
Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta diberikannya obat
antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek swasta maka akan langsung
diberikan antibiotik dan analgesik serta rujukan ke Rumah Sakit untuk melakukan
kryoterapi.

1. Biaya Test IVA

Biaya yang dikeluarkan dalam pemeriksaan IVA sangat bervariasi mulai


dari Rp.5000,00 sampai harga tertinggi Rp 50.000,00 atau tergantung dari tempat
pemeriksaan. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk pemeriksaan ini
digunakan untuk mengganti jasa
pelayanan pemreiksaan IVA, namun tidak jarang pula ada yang memungut biaya
sebagai pengganti penggunaan alat dan bahan untuk pemeriksaan IVA.

2. Prosedur dalam pemeriksaan IVA

Peralatan dan bahan lain :


IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana berikut ini:

a. Meja periksa
Meja periksa harus membuat petugas dapat memasukkan spekulum dan
melihat serviks.

6
b. Sumber cahaya/lampu
Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat serviks, maka
gunakan sumber cahaya, seperti lampu leher angsa atau senter, jika
tersedia. Cahaya harus cukup kuat agar petugas dapat melihat ujung vagina
dimana serviks berada. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika tidak
cukup cahaya untuk melihat seluruh serviks. Penting juga untuk menjaga
agar sumber cahaya tidak terlalu panas. Lampu yang terlalu panas bisa
membuat ibu/pasien dan petugas tidak nyaman. Senter berkualitas tinggi
dapat memberi cukup cahaya tanpa menghasilkan banyak panas. Selain
itu, senter tidak memerlukan sumber listrik, dapat dibawa-bawa dan
ditempatkan ddalam posisi apapun agar serviks dapat dengan jelas.
c. Bivalved speculum
Bivalve speculum lebih dianjurkan karena lebih efektif dalam
memperlihatkan serviks, tetapi baik Cusco atau Graves dapat diatur dan
dibiarkan terbuka saat serviks sedang diperiksa. Hal ini membuat tangan
petugas bebas mengoles serviks, mengatur sumber cahaya dan
memanipulasi serviks dan spekulum agar dapat melihat serviks
sepenuhnya. Speculum Simms tidak dianjurkan karena hanya mempunyai
satu bilah (blade) dan harus dipegang oleh seorang asisten.
Selain itu, jika krioterapi akan diberikan bersama dengan tes IVA,
pearalatan yang diperlukan untuk krioterapi harus siap dan tersedia.
d. Rak atau wadah peralatan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia ditempat :


1. Kapas lidi untuk swab
Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran keputihan
dari serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke serviks. Kapas lidi
terebut harus tertutup rata dengan kapas sehingga dapat mengoleskan asem
asetat secara merata dan tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas
lidi tidak harus steril. Bahan katun wall yang dibentuk seperti bola dan
dioleskan pada serviks juga dapat diterima.

7
2. Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah digunakan,
harus sudah di dekontaminasi, dibersihkan dan di DTT setiap kali selesai
digunakan. Sarung tangan steril tidak diperlukan. Gunakan sepasang
sarung tangan baru untuk setiap ibu.
3. Spatula dari kayu dan atau kondom
Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilas speculum. Gunakan spatula baru untuk tiap
perempuan. Cara lain, kondom dengan ujung yang dipotong dapat
dipasang pada bilas-bilas speculum untuk mencegah agar dinding vagina
tidak menekan kecelah diantara bilas speculum dan menghalangi
pandangan arah ke serviks.
4. Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat digunakan )
Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat 3-5%. Di
sebagian Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang dijual dipasar adalah
mengganti cuka sebenarnya adalah asam asetat. Jika asam asetat tidak
tersedia, ahli farmasi atau pemasok kimia setempat dapat mengencerkan
larutan asam asetat dengan rumus dibawah ini :

Total bagian (TB )air = % konsentrasi


% Larutan
5. Larutan klorin 0,5% untuk dekontanminasi peralatan dan sarung tangan
Larutan klorin 0,5% digunakan untuk mendekontaminasi speculum dan
sarung tangan bedah tiap kali selesai dipakai. Setelah dekontaminasi,
speculum baki atau wadah peralatan dan sarung tangan harus dicuci
dengan air sabun, bilas sampai bersih, di DTT atau sterilisasi.
6. Formulir catatan untuk mencatat penemuan

8
Tindakan umum :

Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada


serviks. Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi
serviks dengan menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan
menggunakan spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk
menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudaian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks, setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling jika
diperlukan dan tersedia.

Klasifikasi hasil

Temuan assesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku


sebagaimana terangkum dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2. klasifikasi IVA sesuai dengan temuan klinis

KLASIFIKASI IVA TEMUAN KLINIS


Hasil tes positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite
Hasil tes negative Permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu;ektropion,polip,servisitis,inflamasi,kist
a nabotian
Kanker Masa mirip kembang kola tau ulkus

9
10
11
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta : DEPKES RI
2. Hacker. 2001. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC
3. Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar
4. Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
5. Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC: 2004
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id.
7. Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta :
Sagung Seto
8. Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika
9. Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books
10. Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta
: Sagung Seto

12

Anda mungkin juga menyukai