Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
dr. Erviana Agustiani
Narasumber :
dr. Agustina Parmayanti, Sp.PD
1
Berita Acara Presentasi Kasus Kematian
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Narasumber Pendamping
2
No. ID dan Nama Peserta : dr. Amalia Nur Hikmawati Presenter : dr. Amalia Nur
Hikmawati
No. ID & Nama Wahana: RSUD dr. R. Soetijono Blora Pendamping : dr. Ken Mardyanah
TOPIK : Perempuan 74 tahun dengan hematemesis melena ec variceal bleeding dd
nonvaricealbleeding,ACS,hipertensi,presumtifTB,anemia,anorexiageriatri,azotemiaec
AKI dd/ akut on CKD, vesicolithiasis, sepsis
Tanggal (kasus) : 20 Oktober 2019
NamaPasien : Ny. S / 74th No. RM : 413044
TanggalPresentasi : 9 Januari2020 Pendamping : dr. Ken Mardyanah/dr.
Rizkiyah Prabawanti
TempatPresentasi : RSUD dr. R. SoetijonoBlora
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen o Masalah o Istimewa
oNeonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa √ Lansia o Bumil
o Deskripsi :
pasien datang dengan keluhan muntah warna hitam seperti kopi sejak 7 hari SMRS.
Muntah lebih dari 5x dalam 1 hari, sekali muntah sampai setengah gelas blimbing. Pasien
juga mengeluhkan BAB kehitaman sejak 6 hari SMRS. BAB hitam seperti petis. Mual
(+), lemas (+), perut terasa kembung. Pasien mengeluhkan tidak ada napsu makan
beberapa hari terakhir, makan sedikit, 3x dalam 1 hari, hanya 2 atau 3 sendok sekali
makan, minum sedikit, tidak sampai 1 botol aqua ukuran sedang. Pasien juga
mengeluhkan sesak nafas sejak 1 bulan terakhir dan memberat 3 hari ini, batuk lamalebih
dari 3 bulan, batuk berdahak (+), berwarna kuning kehijauan, batuk darah (-).
o Tujuan:
1. Mengetahui etiologi kematian padapasien
2. Mengetahuietiologi,patogenesis,penatalaksanaanhematemesismelenaecvariceal
bleeding dd nonvariceal bleeding, ACS, hipertensi, presumtif TB, anemia, anorexia
geriatri, azotemia ec AKI dd/ akut on CKD, vesicolithiasis, sepsis
Bahan Bahasan √ Tinjauan Pustaka o Riset √ Kasus o Audit
Cara Membahas o Diskusi √ Presentasi o E-mail o Pos
dan Diskusi
DATA PASIEN Nama : Ny. S No Registrasi : 413044
Nama klinik : ICU, ruang isolasi Telp : - Terdaftar sejak : -
TB
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis : hematemesis melena ec variceal bleeding dd/ non variceal bleeding,
dypsneu ec suspek TB paru, anorexia geriatri
Gambaran Klinis : Ny. S, 74 tahun dibawa keluarganya pukul 11.15 ke RSUD Blora
dengan keluhan muntah dan BAB warna hitam, lemas, sesak nafas. Keluarga pasien
mengatakan Ny. S muntah dan BAB hitam sejak ± 1 minggu, lemas, sesak nafas ± 1
bulan,batukberdahak>3bulan,nafasberat,batukberdahakkental.BAKsedikit,
mual(+).Pasienjugamengeluhkannapsumakanmenurunsehinggamakansedikit,
3
kemudian keluarga membawa pasien ke RSUD Blora.
2. Riwayat Pengobatan : (-)
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien tidak pernah periksa
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah ibu rumah tangga
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama 2 anak & 2 orang cucu
6. Lain-lain : (-)
DAFTAR PUSTAKA:
1. Marik PE, Taeb AM. 2017. SIRS, qSOFA and new sepsis definition. J Thorac
Dis;9(4):943-5
2. McLymont N, Glover GW. 2016. Scoring systems for the characterization of sepsis
and associated outcomes. Ann Transl Med; 4(24):527
3. Putra, I Made Prema. 2018. Laporan Kasus Pendekatan Sepsis dengan Skor SOFA.
CDK-267;45:8
4. Seymour CW, Liu VX, Iwashyana TJ, Brunkhorst FM, Rea TD, Scherag A, et al.
2016. Assessment of clinical kriteria for sepsis: For the third internasional consensus
definitions for sepsis and septic shock (Sepsis-3). JAMA; 315:762-74
5. Infan, Febyan, Suprapto. 2018. Sepsis and treatment based on the newest guideline.
Jurnal anetesiologi indonesia; 10:1
6. Djumhana, Ali. 2011. Perdarahan akut saluran cerna bagian atas. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam – RS Dr HasanSadikin.
7. PDHI. 2019. Konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019. Available
athttp://www.inash.or.id/upload/pdf/article_Update_konsensus_201939.pdf.
8. Muhadi.2016.JNC8:evidence-basedguidelinepenangananpasienhipertensi
dewasa. CKD-236/vol 46 : 1
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Pengetahuan tentang etiologi kematian padapasien
2. Pengetahuantentangetiologi,patogenesis,penatalaksanaanhematemesismelenaec
variceal bleeding dd nonvariceal bleeding, ACS, hipertensi, presumtif TB, anemia,
anorexia geriatri, azotemia ec AKI dd/ akut on CKD, vesicolithiasis, sepsis
1. SUBJEKTIF
Alloanamnesa
RPS : Ny. S, 74 tahun dibawa keluarganya pukul 01.45 ke RSUD Blora dengan
keluhan muntah dan BAB warna hitam, lemas, sesak nafas. Keluarga pasien
mengatakan Ny. S muntah dan BAB hitam sejak ± 1 minggu, lemas, sesak nafas ± 1
bulan, batuk berdahak > 3 bulan, nafas berat, batuk berdahak kental. BAK sedikit, mual
(+). Pasien juga mengeluhkan napsu makan menurun sehingga makan sedikit, kemudian
keluarga membawa pasien ke RSUDBlora.
Saat di IGD pasien muntah 1x sebanyak 1 gelas blimbing, beberapa saat
4
kemudian pasien sangat lemas dan mulai tidak sadarkan diri.
2. OBJEKTIF
Keadaan Umum/Kesadaran : tampak lemas, sesak / GCS : E4M6V5 E3M5V4
Tandavital
o Tekanan darah : 180/100mmHg
o Nadi : 96 x/menit
o Nafas : 30 x/ menit
o Suhu : 36,8oC
o SpO2 83% O2 3 lpm NK 98%
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Hidung : discharge(-)
Mulut : gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), bibir kering (+), bibir pecah-
pecah (+) sianosis(-)
Leher : simetris, pembesaran limfonodi leher (-)
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : sela iga melebar (+), ketinggalan gerak (-/+)
Palpasi : Fokal fremitus kanan >kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangparu
Auskultasi : suara bronkial, ronkhi basah kasar (+/+)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidaktampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VLMCS
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1-S2 regular, bising jantung(-)
Abdomen Inspeksi : dinding perut datar
Auskultasi : Bising usus (+)normal
Perkusi : Timpani (+), pekak alih pekak sisi(-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar/ lien tidak
teraba , undulasi tes(-)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT > 2 detik, edema(-/-)
3. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi 20/10/2019 Satuan Rujukan
Leukosit 7,6 103µL 4,0-11,0
Hemoglobin 7,2 g/dL 12,3-15,3
Hematokrit 22,7 % 37,0-47,0
Trombosit 277 103µL 150-500
5
Limfosit 7 25-40
MID 3 2-8
Granulosit 90 50-70
GDS 146 mg/dL 70-180
Ureum 109 mg/dL 10-50
Creatinin 1,59 mg/dL 0,50-1,20
SGOT 16 U/L <31
SGPT 24 U/L <32
HbsAg Negatif Negatif
Sreening B20 Negatif Negatif
Natrium 139 ml/mol 135-155
Kalium 4,94 ml/mol 3,6-5,5
Clorida 102 ml/mol 95-108
CT 6 menit 2-6
BT 3 menit 1-3
b. Pemeriksaan Ro Thorax
c. Pemeriksaan EKG
6
d. Pemeriksaan ro abdomen 2 posisi
4. ASESSMENT
1. Penurunankesadaran
2. Hematemesis melena ec variceal bleeding dd/ non varicealbleeding
3. Hipertensi stage II
4. ACS
5. Anemia
6. Dypsneu ec susp TBparu
7. Azotemia ec AKI dd/ akut onCKD
8. Anorexiageriatri
5. PLAN
a. IGD
1. O2 3 lpm NK
2. Inf NaCl 0,9% 20tpm
3. Inj OMZ 40mg
4. Inj asam tranexamat 500mg
5. Inj Vit K 1 amp
7
6. PasangDC
7. Pasang NGThitam
8. Edukasikeluarga
b. Konsul Interna, Advis:
1. Bed resttotal
2. O2 3 lpmNK
3. Puasasementara
4. NGTdialirkan
5. Infus NaCl 0,9% 20tpm
6. Sp OMZ 80 mg dalam 50 cc NaCl 0,9% kecepatan 5 cc/jam
7. Inj asam traneksamat 500 mg/ 8jam
8. Inj Vit K 1 gram/8 jam
9. Inj Metoclorpramid 10 mg/ 8jam
10. Pro transfusi PRC 3 kolf (1 kolf/12jam)
11. Edukasikeluarga
12. Tunggu pembacaan ro thorax, roabdomen
13. TesTCM
9. PROGNOSIS
- Quoad Vitam : ad malam
- QuoadSanationam : admalam
- QuoadFunctionam : admalam
FOLLOW UP ICU
21 Oktober 2019
O :
KU : cukup baik, GCS E5M6V5
TD 163/ 66 mmHg
HR 105 x/menit
RR 20 x/ menit
T 36 ºC
Thorax : I: ketinggalan gerak -/+
P: Fremitus kanan > kiri
P: Sonor kedua lapang paru
A: Ronkhi basah kasar +/+
Extremitas:akral dingin (-/-), CRT <2 detik, oedem -/-
- pembacaan rothorax
Kesan : TB paru lesi luas, Cor dbn
- pembacaan ro abdomen
Kesan:
8
Vesicolithiasis
Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum
A:
1. Hematemesis melena ec variceal bleeding dd/ non variceal bleeding
(perbaikan)
2. Hipertensi stage II
3. ACS
4. Anemia(perbaikan)
5. PresumtifTB
6. Vesikolithiasis
7. Azotemia ec AKI dd/ akut onCKD
8. Anorexiageriatri
P :
1. Bed resttotal
2. O2 3 lpm
3. Mulai diet cair 1200 kkal bertahap ke diet lunaksaring
4. Inf RL 20tpm
5. Sp OMZ 80 mg dalam 50 cc NaCl 0,9% kecepatan 5 cc/jam
6. Inj asam tranexamatk/p
7. Inj metoclopramid 10 mg/ 8jam
8. NAC 3x1 tab
9. Salbutamol 3x4mg
Plan : pindah ruang isolasi TB,
FOLLOW UP BANGSAL ISOLASI TB
22 Oktober 2019
9
O:
KU : tampak lemas, GCS E5M6V5
TD 180/ 80 mmHg
HR 95 x/menit
RR 22 x/ menit
T 37 ºC
Thorax : I: ketinggalan gerak -/+
P: Fremitus kanan > kiri
P: Redup kedua lapang paru
A: Ronkhi basah kasar +/+, ronkhi basah halus -/-
Extremitas:akral dingin (+/+), CRT <2 detik, oedem -/-
A:
1. Hematemesis melena ec variceal bleeding dd/ non variceal bleeding
(perbaikan)
2. Hipertensi stage II
3. ACS
4. Anemia(perbaikan)
5. PresumtifTB
6. Vesikolithiasis
7. Azotemia ec AKI dd/ akut onCKD
8. Anorexiageriatri
P:
1. Bed resttotal
2. O2 3 lpm
3. Mulai diet sonde 1200kkal
4. Inf NaCl 0,9% 20tpm
5. Inf Kidmin 1 fl/ 24 jam
6. Inj OMZ 40 mg/ 12jam
7. Inj asam tranexamatk/p
8. Candesartan 1x 16mg
9. NAC 3x1 tab
Perjalanan kematian
10
Thorax : Pupil midriasis maksimal +/+
I: ketinggalan gerak -/+
P: Fremitus kanan > kiri Extremitas:akral dingin (+/+)
P: Sonor kedua lapang paru
A: Ronkhi basah kasar +/+
Edukasi keluarga
11
Etiologi Kematian
Gagal Napas ec Sepsis
12
TINJAUAN PUSTAKA
I. Sepsis
1. Definisi
Pada pertemuan internasional tahun 2016 Society of Critical Care Medicine
(SCCM) dan European Society of Intensive Care Medicine (ESICM) mengajukan
definisi sepsis yang baru sebagai disfungsi organ yang mengancam nyawa (life-
threatening) yang disebabkan oleh disregulasi respons tubuh terhadap adanya
infeksi. Sedangkan syok septik adalah bagian dari sepsis dimana terjadi
abnormalitas sirkulasi dan metabolisme seluler yang dapat meningkatkan
mortalitas.
2. Etiologi
Sebelum pemakaian antibiotika secara luas, bakteri gram positif merupakan
organisme utama penyebab utama sepsis. Pada dekade terakhir, bakteri gram
negatif merupakan organisme utama penyebab sepsis, yaitu sekitar 40%, diikuti
gram positif (30 %), infeksi polimikroba (16 %), dan jamur khususnya candida
(6%). Patogen penyebab sepsis pada infeksi saluran nafas bawah umumnya
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae,
Staphylococcus aureus, E. Coli, Legionella sp, Haemophillus sp, anaerobes, gram
negative dan fungi.
3. Kriteria
Disfungsi organ dapat diidentifikasi sebagai perubahan akut skor total SOFA
(Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assessment) ≥2 sebagai konsekuensi
dari adanya infeksi. Skoring SOFA dapat dinilai berkala dengan melihat
peningkatan atau penurunan skornya. Variabel parameter penilaian dikatakan
ideal untuk menggambarkan disfungsi atau kegagalan organ.
13
Tabel 1.1. Sequential organ failure assessment (SOFA) score
14
Gambar 1.1. Alur Kriteria Klinis Pasien Sepsis dan Syok Sepsis
4. Penatalaksanaan
Prinsip resusitasi pada pasien hipoperfusi yang diinduksi sepsis (sepsis
induced hypoperfusion), seharusnya mengacu pada target yang jelas dan
dikerjakan sedini mungkin. Penundaan dalam melakukan resusitasi awal serta
keterlambatan dalam mencapai target terapi akan berdampak terhadap klinis
pasien. Dua hal penting yang ditekankan saat melakukan resusitasi awal pada
sepsis induced hypoperfusion,adalah:
- Bagaimana tatalaksana resusitasi cairan yang tepat untuk memperbaiki,
hipoperfusi?
- Bagaimana tatalaksana lanjutan untuk mencapai target MAP 65 mmHg
sesegera mungkin, setelah pemberian cairan dianggap cukupadekuat?
Tatalaksana resusitasi cairan:
15
- Resusitasi cairan awal sebaiknya segera dilakukan saat diagnose hipoperfusi
atau hipotensi yang diinduksi oleh sepsis telahditegakkan.
- Tatalaksana resusitasi cairan dimulai dengan pemberian kristaloid 30cc/kgBB
intravena (dalam 3 jam pertama). Pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada
kasus Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang perlu hemodialisis, gagal jantung
kongestif, atau pada keadaan di mana pasien berpotensi mengalami gagal
napas namun belum terintubasi, maka pemberian cairan harus dilakukan lebih
hati-hati. Oksigenasi harus dipantau secara ketat dan penilaian responsivitas
cairan (fluid responsiveness) dianjurkan dalam keadaan-keadaantersebut.
- Setelah resusitasi cairan awal dilakukan,maka keputusan untuk memberikan
cairan tambahan sebaiknya didasarkan atas penilaian status hemodinamik yang
dilakukan secaraberkala.
- Penilaian tersebut meliputi pemeriksaan klinis dan evaluasi variabel
fisiologis,mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih,
tergantung dari fasilitas dan sumber daya yang dimiliki oleh setiap institusi.
Parameter-parameter hemodinamik yang dapat digunakan untuk menentukan
status hemodinamik pasien antara lainadalah:
1. Tekanan darah (non-invasif atauinvasif)
2. Saturasi oksigen arteri (pulseoxymetri)
3. Nadi
4. Capillary fillingtime
5. Mottling score (Gambar1.2)
6. Frekuensinapas
7. Suhu
8. Produksi urin,maupun
9. Monitoring cardiac output (non invasif, semi invasif maupun invasif) yang
canggih.
16
Gambar 1.2. Mottling Score
17
responder. Metode ini memiliki spesifisitas dan sensitivitas lebih rendah
dibanding dengan penilaian curah jantung (gambar 1.3)
.
Gambar 1.3. Prosedur PLR untuk menilai responsitivitas cairan
18
Gambar 1.4. Algoritma penilaian CVP sebagai pemandu resusitasi cairan
pada pasien kritis
19
Beberapa studi menunjukkan bahwa MAP yang tinggi berhubungan
pula dengan cardiac index yang lebih tinggi, penetapan target MAP yang
lebih tinggi (85 mmHg dibandingkan 65 mmHg) justru meningkatkan
risiko aritmia. Target MAP lebih tinggi mungkin perlu dipertimbangkan
pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi kronis.
Norepinefrin direkomendasi sebagai vasopresor lini pertama.
Penambahan vasopressin (sampai 0,03 U/menit) atau epinefrin untuk
mencapai target MAP dapat dilakukan. Penambahan vasopressin lebih dini
dapat dipertimbangkan untuk mengurangi dosis norepinefrin. Penggunaan
dopamin sebagai vasopresor alternatif dari norepinefrin hanya
direkomendasi untuk pasien tertentu, misalnya pada pasien yang berisiko
rendah mengalami takiaritmia dan mengalami bradikardi absolut/relatif.
Dobutamin disarankan untuk diberikan pada pasien yang menunjukkan
hipoperfusi menetap meskipun sudah diberikan cairan yang adekuat dan
vasopresor.
2. Laktat
Laktat merupakan tes laboratorium standar dengan teknik pengukuran
yang sudah baku, maka nilai penggunaan laktat sebagai penanda perfusi
jaringan dianggap lebih objektif dibandingkan pemeriksaan fisik atau
produksi urin. Keberhasilan resusitasi pada pasien sepsis dapat dinilai
dengan memantau penurunan kadar laktat, terutama pada pasien yang
mengalami peningkatan kadar laktat pada awalnya.
3. Evaluasi menggunakan ekokardiografi dengan Tekanan Vena Sentral
(CVP) dan Saturasi Vena Sentral( SvO2)
20
Gambar 1.5 . Panduan Tata Laksana Resusitasi Cairan Pada Syok Septik
21
Gambar 1.6. Panduan Tata Laksana Penggunaan Vasopressor Pada Syok Septik
II. HematemesisMelena
1. Definisi
Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami perdarahan.
Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber perdarahannya
berasal dari esofagus,gaster dan duodenum, jejunum proximal, saluran cerna diatas
22
ligamtum treitz. Hematemesis merupakan muntah darah berwarna hitam seperti bubuk
kopi. Melena merupakan buang air besar berwarna hitam seperti ter atau aspal.
2. Diagnosis
a. Anamnesis
Perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit hati kronis, riwayat dispepsia, riwayat
mengkonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol, jamu –jamuan, obat untuk penyakit
jantung, obat stroke. Kemudian ditanya riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit
paru dan adanya perdarahan ditempat lainnya. Riwayat muntah-muntah sebelum
terjadinya hematemesis sangat mendukung kemungkinan adanya sindroma
Mallory Weiss.
b. Pemeriksaanfisik
Pertama dilakukan adalah penilaian ABC, pasien dengan hematemesis yang masif
dapat mengalami aspirasi atau sumbatan jalan nafas, sering dijumpai pada pasien
usia tua dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Khusus untuk
penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi) perlu dilakukan evaluasi jumlah
perdarahan.
- Perdarahan < 8% hemodinamikstabil
- Perdarahan 8%-15% hipotensiortostatik
- Perdarahan 15-25%syok
- Perdarahan 25%-40% syok + penurunankesadaran
- Perdarahan >40%morbiditas
Pemeriksaan fisik lainnya yang penting yaitu mencari stigmata penyakit hati
kronis ( ikterus, spider nevi, asites, splenomegali, eritema palmaris, edema
tungkai), masa abdomen, nyeri abdomen, rangsangan peritoneum, penyakit paru,
penyakit jantung, penyakit rematik dll. Pemeriksaan yang tidak boleh dilupakan
adalah colok dubur.Warna feses ini mempunyai nilai prognostik.
Aspirat dari Naso Gastric Tube (NGT) berwarna putih keruh menandakan
perdarahan tidak aktif, aspirat berwarna merah marun menandakan perdarahan
masif sangat mungkin perdarahan arteri. Seperti halnya warna feses maka warna
aspiratpun dapat memprediksi mortalitas pasien.
c. Pemeriksaanpenunjang
- Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal ginjal, gula darah,
elektrolit , golongandarah
- Foto radiologithorax
23
- Elektrokardiografi.
- Endoskopi merupakan goldstandard
Tindakan endoskopi selain untuk diagnostik dapat dipakai pula untuk terapi.
Perlu dilakukan segera, dapat dilakukan dalam kurun waktu 12 - 24 jam
setelah pasien masuk dan keadaan hemodinamik stabil. Endoskopi dapat
ditentukan lokasi perdarahan dan penyebab perdarahannya.
Pasien-pasien bukan risiko tinggi dapat diberikan diit segera setelah endoskopi
sedangkan pasien dengan risiko tinggi perlu puasa antara 24-48 jam , kemudian
baru diberikan makanan secara bertahap.
26
2. Penilaian resiko penyakitkardiovaskular
Penyakit kardiovaskular (PKV) memiliki faktor risiko multipel. Dalam kuantifikasi
risiko PKV pada pasien hipertensi, perlu diperhitungkan efek berbagai faktor risiko
lain yang dimiliki pasien. Tabel 4 di bawah dapat memudahkan klinisi dalam
klasifikasi risiko hipertensi. Bila klasifikasi didapatkan risiko rendah atau sedang,
dapat dilanjutkan dengan stratifikasi risiko lanjutan dengan sistem SCORE
(Systematic COronary Risk Evaluation). Pada individu dengan kategori risiko tinggi
dan sangat tinggi, hipertensi dengan komorbidnya perlu langsung diobati.
Tabel 3.2. Klasifikasi Risiko Hipertensi Berdasarkan Derajat Tekanan Darah,
Faktor Risiko Kardiovaskular, HMOD atau Komorbiditas.
27
28
Tabel 3.4 Kategori Risiko PKV dalam 10 tahun (SCORE system)
3. Penatalaksaan
a. Intervensi polahidup
- Membatasi konsumsi garam (maks 2 gram/ hari = 1 sendokteh)
- Perubahan pola makan (sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk
susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutamaminyak
zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemakjenuh.)
29
- Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9
kg/m2) dengan lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada
perempuan
- Olahraga teratur (aerobik, jalan, joging, bersepeda, berenang, minimal 30
menit 5-7hari/minggu)
- Berhentimerokok
b. Algoritma penanganan hipertensi JNC8
30
IV. Anemia
1. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb <
12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita.
2. Etiologi
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi
tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino,
serta gangguan pada sumsumtulang.
b. Perdarahan Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total
sel darah merah dalamsirkulasi.
c. Hemolisis Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
3. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis
anemia:
a. Anemia normositiknormokromik
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31
pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
31
b. Anemia makrositikhiperkromik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom
karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak
MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia
megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-
megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)
c. Anemia mikrositikhipokromik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
1. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia danHemoglobinopati.
3. Berkurangnya sintesis heme: AnemiaSideroblastik.
32
PEMBAHASAN
Pasien awalnya memiliki keluhan muntah dan BAB warna hitam sejak 1 minggu
SMRS. Kondisi pasien semakin memburuk dan disertai batuk lama lebih dari 3 bulan, sesak
nafas dan tidak mau makan minum beberapa hari terakhir sehingga kemudian dibawa ke
RSUD dr. R. Soetijono Blora.
Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan sesak nafas yaitu 30x/menit. Pasien juga
demam dengan suhu 36.8 C. Pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva anemis yang
menunjukan kemungkinan Hb turun, pada pemeriksaan paru terdapat ketertinggalan gerak
sebelah kiri dan suara tambahan ronkhi basah kasar yang menunjukan ada cairan pada paru.
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan leukosit awal normal (7,6) dan meningkat
menjadi 12,75 menunjukkan adanya peningkatan infeksi. Hasil laboratorium untuk faal ginjal
ditemukan ureum meningkat (109) dan creatinin juga meningkat (1,59) menunjukan sudah
berlangsung kerusaan di ginjal. Dari gambaran radiologi paru didapatkan kesan TB paru lesi
luas dan radiologi abdomen didapatkan vesikolithiasis.
Sejak datang ke IGD, pasien sudah mengalami lemas, sesak nafasdanpenurunan
kesadaran, pasien mendapatkan terapi oksigen 3 liter per menit menggunakansungkupkanul.
Pasien kemudian dimasukkan ke bangsal ICU dimana pasienmendapatkanterapi
lanjutandandipindahkankebangsalisolasiTBberdasarkanhasilradiologiparu.Hariperawatanketi
gapasienmuntahdarahlagisetelah2haritidakmuntahdarahdandilaporkan
keluarganyakondisisemakinmenurunsampaidiamsajadantanparespon,naditidakteraba, pupil
midriasis maksimal, dan akral dingin, pasien dinyatakan meninggaldengan
kemungkinan syok sepsis yang tidak terpantau atau cardiorespi arrest.
33
ALUR KEMATIAN
Anemia TB paru
Hipertensi AKI
Sepsis
hipersturasi vesikolithiasis
Multi organ
failure
Gagal nafas
34