Anda di halaman 1dari 23

“PERAN PERAWAT SEBAGAI MOTIVATOR”

Disusun oleh
Kelompok VI – Kelas B :
1. Friskawaty S. Ahmad (Senior):C01418067
2. Nurain Tanua (Senior) :C01418123
3. Aldawati A. Husuna :C01419008
4. Azzahra Imansari Mahmud :C01419020
5. Endah Febrina Bachtiar :C01419035
6. Kezia :C01419053
7. Mohammad Ruslan Husain :C01419068
8. Priti H. Budu :C01419083
9. Sri Muliyani Rajawali :C01419116
10.Widyawati :C01419131

Mata Kuliah :
Pendidikan dan Promosi Kesehatan
Dosen : Ns. Fahmi Lihu M.kes

Prodi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR

Hanya kepada Allah Subhana wa Taala saja segala puji dan syukur
penulis tujukan, karena hanya atas ridho dan rahmatnya saja, maka penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah PENDIDIKAN ROMOSI KESEHATAN
yang berjudul PERAN PERAWAT SEBAGAI MOTIVATOR .

Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan banyak–


banyak terimakasih kepada Ibu Ns. Fahmi A. Lihu, M. Kes, sebagai dosen
pemimbing mata kuliah Pendidikan Romosi Kesehatan, yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama masa perkuliahan
kepada kami. Juga tak lupa penulis sampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan makalah


ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tentunya disebabkan karena
kemampuan dan keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis menerima
dengan tangan terbuka segala kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dan penulisan makalah di masa yang akan datang.

Pentadio, 16 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................Error! Bookmark not defined.

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................... II

1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH...............ERROR! BOOKMARK NOT


DEFINED.

BAB II PEMBAHASAN.............................Error! Bookmark not defined.

2.1. PERAN PERAWAT SEBAGAI MOTIVATOR...................................... II

2.1.1 Pengertian.................................................................................4

2.1.2 Model Teori Motivasi...............................................................6

2.1.3 Tehnik Memotivasi...................................................................9

2.1.4 Pengertian Perawat...................................................................9

2.1.5 Fungsi Perawat..........................................................................9

2.1.6 Peran Perawat Dalam Memotivasi..........................................10

2.1.7 Faktor Mempengaruhi Peran Tenaga Kesehatan....................10

BAB III PENUTUP.....................................................................................17

3.1 KESIMPULAN.................................................................................17

3.2 SARAN............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................Error! Bookmark not defined.

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai profesi dimanifestasikan melalui praktik
profesi yang diatur dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Kepmenkes
No.1239/Menkes/2001 tentang Registrasi dan praktik Keperawatan (revisi
Kepmenkes No.647/ Menkes/ 2000), sehingga diharapkan perlindungan
terhadap kepentingan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dan
praktik keperawatan sesuai dengan wewenang yang dimiliki, baik secara
mandiri maupun kolaborasi. Semua itu dapat dilaksanakan karena perawat
memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang mendasari praktik profesionalnya.

Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan


berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri, serta
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kewenangannya, terutama terkait dengan lingkungan praktik dan wewenang
perawat. Saat ini masyarakat menuntut pelayanan yang lebih baik, bermutu
dan biaya terjangkau. Sementara masalah lain dibidang kesehatan yang
dihadapi perawat komunitas semakin banyak dan kompleks. Sehingga
perawat harus memiliki kemampuan dalam menganalisis penyebab masalah.
Perawat juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, antara lain lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Fenomena yang terjadi mengenai penerapan peran perawat


Puskesmas yaitu menonjolnya peran sebagai care provider dan pendidik
kesehatan, sedangkan peran lainnya masih belum terlihat oleh masyarakat,
penerapan peran ini secara langsung maupun tidak langsung akan
membentuk persepsi masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas. Oleh
karena itu, salah satu cara mengetahui baik atau buruknya pelayanan
keperawatan di Puskesmas dapat diketahui melalui masyarakat sebagai
penerimaan pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang mendorong
masyarakat berobat ke Puskesmas adalah pandangan atau pendapat positif

1
terhadap pelayanan Puskesmas secara keseluruhan. Pandangan terhadap
kesehatan akan mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan yang
akan dilakukan.

Fenomena-fenomena dan fakta-fakta terhadap profesi dan


kemampuan kerja perawat di Puskesmas menjadi suatu hal yang menarik
untuk ditelusuri lebih jauh apakah fakta-fakta tersebut mempunyai
keterkaitan dengan terjadinya penurunan kinerja perawat di Puskesmas. Ada
banyak faktor yang terkait dengan beban kerja perawat terhadap motivasi
kerja perawat di Puskesmas, beberapa penelitian telah mencoba
menghubungkan faktor-faktor terkait dengan kinerja perawat, penelitian
yang pernah dilakukan terkait dengan motivasi kerja diantaranya.

Pendidikan dalam perawatan kesehatan dewasa ini, baik pendidikan


bagi pasien maupun pendidikan bagi staf dan mahasiswa keperawatan
merupakan topik yang paling diminati di setiap lingkungan tempat perawat
berpraktik. Tren terbaru dalam perawatan kesehatan menyatakan bahwa
pasien dan keluarganya harus siap memikul tanggung jawab untuk
pengelolaan perawatan diri dan bahwa perawat di tempat kerjanya harus
bertanggung gugat terhadap pemberian perawatan yang berkualitas tinggi.
Fokusnya baik berupa keberhasilan pasien dan keluarganya dalam
mempelajari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk perawatan diri,
maupun berupa keberhasilan perawat staf dan siswa keperawatan untuk
menguasai ketrampilan dan pengetahuan mutakhir sampai ke tingkat yang
kompeten.

Kebutuhan bahwa perawat harus dapat mengajar pihak lain akan


terus meningkat di era reformasi perawatan kesehatan ini. Perawat dalam
perannya sebagai pendidik perlu memahami cepatnya perubahan sains
kesehatan yang terjadi pada saat ini, maka perawat akan mendapatkan
dirinya pada posisi yang menuntut dan selalu berfluktuasi (Jorgensen,
1994).

Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan


kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita

2
sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi
oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk
itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang
lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku perawat.

Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang
klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya
dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan
etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik.

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri,


profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini
bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk
itu perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang
perawat profesional.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan


pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.

1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah penulis dapat


mengetahui dan memahami peran perawat sebagai profesional. Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui dan memahami peran perawat sebagai motivator

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERAN PERAWAT SEBAGAI MOTIVATOR
2.1.1 Pengertian
Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. Secara
umum motivasi mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang
menggerakkan kita untuk berprilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam
mempelajari motivasi akan sangat berhubungan dengan hasrat, keinginan,
dorongan dan tujuan. (Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,
2010). Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang. Termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman,1995 dalam Nursalam,
Manajemen Keperawatan, 2011) menurut bentuknya motivasi terdiri atas:
1) Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri
individu.

2) Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.

3) Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit


secara serentak dan menghentak dengan cepat sekali.

Seorang perawat juga harus bisa memberikan motivasi untuk pasien.


Hal ini dilakukan dengan memberikan semangat untuk kesembuhan pasien
dan juga menghibur pasien untuk mengurangi rasa sakit.
Teori motivasi menurut Abraham (1992) menyatakan bahwa
motivasi pada umumnya didasarkan atas tingkat kebutuhan yang disusun
menurut prioritas kekuatannya. Bila kebutuhan pada tingkat bawah telah
dipenuhi, maka kebutuhan ini akan menimbulkan kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Dengan begitu motivasi
mempengaruhi kinerja, dimana kinerja akan menjadi lebih baik apabila ada
motivasi yang baik dari pihak Rumah Sakit. Motivasi tersebut dapat berupa

4
pemberian insentif yang lebih baik, sehingga kinerja perawat akan semakin
terpacu dan lebih baik dengan adanya rangsangan pemberian insentif.
Motivasi adalah karateristik psikologis manusia yang memberikan
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam darah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 2009: 134).
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan
dan memelihara perilaku manusia. Selain itu, motivasi penting bagi manajer
karena dengan memahami orang-orang berperilaku tertentu, maka dapat
diarahkan untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
(Handoko, 2008:251).

Motivasi merupakan proses psikologi dasar yang dipelajari dalam


penelitian-penelitian yang berkaitan dengan bidang psikologi, sosial,
industri, ekonomi maupun organisasional. Secara tradisional model atau
teori motivasi dikategorikan sebagai teori kepuasan (content theory) yaitu
teori yang menjelaskan perilaku manusia dalam memuaskan kebutuhannya
dan teori proses (process theory) yaitu menerangkan dan menganalisa
bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dipertahankan dan dihentikan.

Motivasi atau dorongan dalam melakukan suatu pekerjaan itu


sangat besar pengaruhnya terhadap efektifitas kerja. Seseorang bersedia
melakukan sesuatu pekerjaan bilamana motivasi yang mendorongnya cukup
kuat yang pada dasarnya mendapat saingan atau tantangan dari motif lain
yang berlawanan. Demikian pula sebaliknya orang lain yang tidak didorong
oleh motivasi yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak
bergairah dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi


(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan
istilah motivasi, yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan. Berikut ini, dikemukakan beberapa model

5
motivasi yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian sumber daya
manusia atau perilaku manusia dalam organisasi.

2.1.2 Model Teori Motivasi


A. Model Maslow

Model Maslow ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan.

Menurut Maslow, pada umumnya terdapat lima hierarki kebutuhan manusia.

1. Kebutuhan fisiologis.

Meliputi makan, minum, perumahan, istirahat/tidur dan seks.


Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan pertama dan utama yang
wajib dipenuhi oleh tiap individu. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini maka
orang dapat mempertahankan hidup dari kematian. Kebutuhan utama inilah
yang mendorong setiap individu untuk melakukan pekerjaan apa saja karena
individu tersebut akan mendapatkan imbalan, baik berupa uang ataupun
barang yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama ini.

2. Kebutuhan rasa aman.

Tiap individu mendambakan keamanan bagi dirinya, termasuk


keluarganya. Setelah kebutuhan pertama dan utama terpenuhi, timbul
perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan memiliki rumah tinggal. Untuk
mendapatkan rasa aman dari gangguan penjahat, dibangun pagar
disekeliling rumah itu, apakah sekedar dari bambu, kayu, tembok, bahkan
mungkin ditambah dengan memelihara anjing galak atau menggaji satpam
(bagi orang yang mampu).

3. Kebutuhan social

tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama


manusia lain. Selama hidup manusia di dunia tidak mungkin lepas dari
bantuan orang lain. Walaupun sudah terpenuhi kebutuhan pertama dan
kedua, jika ia tidak dapat bergaul dengan pihak lain, maka pasti ia
merasakan sangat gelisah dalam hidupnya. Hal inilah salah satu tujuan

6
mengapa orang mencari pasangan hidup (istri atau suami) yang dicintai.
Selain karena pemenuhan kebutuhan biologis, sang istri atau sang suami
merupakan kawan hidup yang paling dekat unluk dapat mengutarakan
segala isi hati, baik senang maupun ketika susah. Hal inilah sangat berbeda
dengan hewan yang kawin hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
biologisnya dan agar tidak punah dari muka bumi ini.

4. Kebutuhan penghormatan dan penghargaan (atau sering juga disebut


dengan kebutuhan harga diri).

Sejelek-jeleknya kelakuan manusia, tetap mendambakan


penghormatan dan penghargaan. Itulah sebabnya orang berusaha melakukan
pekerjaan/kegiatan yang memungkinkan ia mendapat penghormatan dan
penghargaan masyarakat, misalnya dibidang tinju, main bola, tari-tarian dan
sebagainya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Suatu tipe kebutuhan yang senantiasa percaya kepada diri sendiri.


Inilah kebutuhan puncak yang paling tinggi sehingga seseorang ingin
mempertahankan prestasinya secara optimal.

Jadi, hal pertama yang harus dipenuhi dulu adalah kebutuhan fisik.
Jika telah terpenuhi maka kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan
keamanan. Demikianlah seterusnya sampai pada kebutuhan tertinggi yaitu
kebutuhan aktualisasi diri. Tetapi meskipun suatu kebutuhan telah
terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku dan tidak hilang,
hanya intensitasnya lebih kecil.

B. Model Hezberg’s

Dalam hal ini Hezberg, membagi kebutuhan manusia dengan


sebutan Two-factors View. Kepuasan manusia terdiri atas dua hal, yaitu puas
dan tidak puas. Untuk menguji konsep Hezberg ini, Team Universitas
Pittsburgh memulai penelitiannya dengan sebuah pertanyaan “What do
people want from their job?” (Robbins,2003:209) kemudian melahirkan
teori Two Factors, yaitu: Motivasi (faktor pemuas) yang disebutkan satisfier

7
atau intrinsic motivation dan Hygiene yang disebut juga disatisfier atau
ekstrinsic motivation.Dalam motivasi ada kepuasan kerja atau perasaan
positif.Sedangkan dalam hygiene ada perasaan negatif atau ketidakpuasan
kerja.

Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong


karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul
dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya
dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi
tempatnya bekerja.

Menurut Herzberg, faktor motivasi terhadap pegawai yakni yang


mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja secara baik, yang
terdiri dari achievement (keberhasilan pelaksana), recognition (pengakuan),
(pekerjaan itu sendiri yang menantang, kreatif), responsibilities (tanggung
jawab), advancement (pengembangan). Sedangkan faktor hygiene terdiri
dari kompensasi, kondisi kerja, status pekerjaan, supervisi, hubungan antar
manusia, keamanan kerja dan kebijaksaan perusahaan.

Dengan demikian, menurut teori ini bahwa faktor-faktor hygiene


sebagai faktor negatif (ekstrinsik) dapat mengurangi dan menghilangkan
ketidak puasan kerja dan menghindarkan masalah, tetapi tidak akan dapat
digunakan untuk memotivasi bawahan. Hanya faktor-faktor positiflah
“motivasi” (intrinsik), yang dapat memotivasi para karyawan untuk
melaksanakan tugas dan keinginan manajemen perusahaan.

Tabel berikut akan membandingkan kesamaan dalam kedua teori

Tersebut,

Tabel 1. Perbandingan Teori Motivasi

Maslow Herzberg
Pekerjaan
Aktualisasi Prestasi
Peluang berkembang
Kemajuan

8
Harga diri Pengakuan
Status
Kebutuhan social Hubungan antar pribadi
Supervise teknis
Rasa aman Kepastian kerja
Kondisi kerja
Kebutuhan fisiologis Kehidupan pribadi
Gaji

2.1.3 Tehnik Memotivasi


Wahjosumidjo (dalam Inayah, 2005) menyebutkan ada 5 macam
teknik yang dapat digunakan untuk memotivasi, yaitu:
1. Cara kekerasan (the strong approach) dilakukan dengan
memanfaatkan wewenang (pemimpin) yang dimiliki dengan teknik
memaksa dan ancaman, perintah apa yang harus dilakukan, tidak
pernah bosan mengingatkan aturan, dan sesedikit mungkin
memberikan kebebasan pada bawahan.
2. Pendekatan sikap baik (to be good approach), dapat dilakukan dengan
menciptakan iklim kerja yang kondusif dengan cara memberikan
kondisi kerja relatif bebas dan pengawasan yang bersahabat. Teknik
ini biasanya dapat membuat bawahan memiliki kepuasan dan dapat
meningkatkan semangat kerja.
3. Pendekatan transaksi, melalui kesepakatan antara atasan dan bawahan
terhadap hasil kerja yang harus dicapai dengan imbalan yang
diberikan oleh atasan.
4. Pendekatan kompetisi, dengan cara menciptakan persaingan antar
anggota/ bawahan untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin
dengan imbalan kenaikan gaji atau promosi kepada mereka yang
bekerja sangat baik.
5. Pendekatan Internalisasi, teknik ini dilakukan melalui rekayasa
lingkungan agar motivasi muncul dari dalam diri tanpa perasaan
tertekan. Misalnya, melalui perubahan pada situasi pekerjaan itu
sendiri dengan memperluas tanggung jawab (job enlargement), atau

9
dengan melakukan rotasi jabatan/ pekerjaan. Cara lain termasuk
pendekatan internalisasi adalah dengan mengembangkan suasana kerja
yang bersahabat dan rasa kebersamaan, serta gaya kepemimpinan
yang adaptif mempertimbangkan tingkat kematangan bawahan dan
situasi tugas.

2.1.4 Pengertian Perawat


Adalah menjadi tujuan dan tanggung jawab kita semua khususnya sebagai
tenaga kesehatan untuk membantu keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
akan kesehatannya serta dapat menanamkan perilaku sehat dalam anggota
keluarga. Perawat sebagai tenaga kesehatan terdepan yang memberikan
pelayanan di berbagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai nilai strategis
dalam upaya pembinaan keluarga sejahtera.
Beberapa istilah yang perlu diketahui :
 Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
formal, diakui berijazah, diberi tugas wewenang oleh badan resmi
dan bekerja sesuai dengan peran dan fumgsinya.
 Peran perawat : merupakan tingkah laku yang diharapkan baik oleh
individu, keluarga maupun masyarakat terhadap perawat sesuai
kedudukannya dalam sistem pelayanan kesehatan.
 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosiospiritual yang komprehensi£ ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Tenaga perawat sebagai anggota tim kesehatan dalam menjalankan peran
dan fungsinya bersifat mandiri, kolaboratif dan atau saling tergantung
dengan anggota tim kesehatan lain, untuk dapat berperan secara aktif dalam
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, diperlukan tenaga perawat yang
mampu berpikir kritis dan logis untuk mengambil keputusan yang tepat
dalam memecahkan masalah serta dapat memprakarsai perubahan. Oleh

10
karena itu tenaga perawat hares menguasai : Ilmu biomedik, ilmu perilaku,
ilmu sosial, ilmu dan kiat keperawatan serta kepemimpinan dan ketrampilan
manajemen.
2.1.5 Fungsi Perawat
Menurut Tyo (2008), fungsi perawat yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung
pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan tim
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya,
seperti dokter ataupun tenaga kesehataan lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial
dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,

11
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh daur kehidupan manusia.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada
kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat-
kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada
klien. Kiat-kiat itu adalah:
 Caring
 Sharing
 Laughing
 Crying
 Helping
 Believing in other
 Learning
 Respecting
 Listening
 Feeling
 Accepting
2.1.6 Peran Perawat Dalam Memotivasi
Sebagai seorang tenaga kesehatan peran sebagai motivator tidak
kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu
memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan meningkatkan kesadaran
pihak yang dimotivasi seperti; dukun, kader kesehatan, dan masyarakat,
untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan.
(Mubarak,2012). Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan
perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebuat salah satunya adalah motivasi
(Notoatmodjo, 2007). Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan tersebut di
wujudkan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Ciri-ciri tenaga kesehatan sebagai motivator adalah melakukan
pendampingan, menyadarkan,dan mendorong kelompok untuk mengenali

12
potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk
memecahkan masalah tersebut. (Novita dan Fransisca, 2011). Contohnya
dalam sosialisai imunisasi pentavalen adalah seorang tenaga kesehatan harus
mampu menyadarkan pada masyarakat betapa pentingnya imunisasi
pentavalen untuk bayi dan balita dengan memberikan contoh jika tidak di
imunisasi pentavalen, sehingga mereka akan tergerak dan berfikir ulang
masalah apa yang akan terjadi jika tidak di imunisasikan pentavalen.
Menurut Rini (Dosen Psikologi.com) pada umumnya setiap pasien
yang mengalami pengobatan di rumah sakit, tentu memiliki tingkatan stress
dan juga kecemasan yang amat tinggi. Salah satu peranan yang penting
untuk menumbuhkan mental dan psikologis pasien adalah dukungan moril
dan spritual baik oleh keluarga, dokter dan juga termasuk perawat.
Dalam hal ini perawatan yang perlu dilakukan berbeda, seperti
operasi, rawat jalan, kemoterapi atau medis lainnya. Setiap perawat
memiliki kode etik yang mengharuskan memberikan penanganan secara
optimal, ramah dan bersahabat kepada pasien. Berikut ini beberapa contoh
peran perawat dalam memberikan dukungan/ motivasi psikologis bagi
pasien:
A. Perawat Yang Memiliki Sikap Yang Andal
Sebuah peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis
kepada pasien harus mampu untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu,
ketersediaan. Hal ini seorang perawat mampu melayani setiap pasien sesuai
dengan waktu yang diperlukan. Pasien tidak menunggu lama dalam
kebutuhannya seperti jadwal obat, jadwal makanan, jadwal kebersihan, dan
masih banyak lagi.
B. Perawat Yang Peka Atau Tanggap Terhadap Pasien
Yaitu sebuah keinginan para perawat untuk membantu pasien dan
memberikan pelayanan itu dengan cepat tanggap terhadap kebutuhan
konsumen, cepat memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhannya.

13
C. Perawat Yang Peduli Dengan Kondisi Pasien Tanpa
Membedakan Status
Salah satu peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis
adalah dengan peduli terhadap kondisi pasien yang ditangani. Tidak semua
pasien memiliki riwayat penyakit yang sama dan tidak semua pasien berasal
dari kalangan mampu. Setidaknya perawat harus lebih peduli dan tidak
bersikap pilih kasih dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien.
D. Perawat Memiliki Sikap Sopan dan Santun
Dalam menangani pasien tentu harus memiliki modal sopan dan
santun, hal tersebut tercermin bagaimana seorang perawat dapat sabar, iklas,
telaten, teliti dan juga sopan dalam melayani pasien. Kebutuhan pasien
secara psikologis dapat terpenuhi dengan etika yang sopan santun.
E. Perawat Memiliki Sikap Yang Mudah Empati
Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis kepada
pasien adalah dengan memberikan kemudahan dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik.
Mampu memberikan bentuk pelayanan berupa perhatian, melayani
dengan sikap yang ramah, tulus, mampu menampung setiap keluh kesah
pasien, serta berkomunikasi secara bersahabat, santun dan bertutur kata
baik. Dengan sikap empati dan simpati membuat pasien menjadi lebih
tenang, nyaman dan termotivasi.
F. Perawat Yang Memiliki Sikap Penuh Kasih dan Perhatian
Salah satu dukungan moril dan psikologi seorang perawat kepada
pasien adalah dengan cara memberikan sikap penuh kasih dan perhatian.
Sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa setiao pasien. Hal ini tentu berdampak pada kenyamanan pasien,
tidak membedakan setiap pasien dari tingkat ekonomi, sosial, jabatan, suku,
agama, apakah pasien menggunakan asuransi maha atau pemerintah.
Perawat seharusnya menunjukkan sikap yang tulus menerima setiap
pasien secara utuh dan menjadikan merekan bagian keluarga dalam
perawatan di Rumah Sakit.

14
G. Perawat Yang Mampu Berkomunikasi, Tanggung Jawab dan
Kerjasama Yang Baik
Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologi kepada pasien
dengan memberikan etika dan sikap yang jujur, tekun dalam tugas serta
tanggungjawab, suka mencurahkan waktu dan perhatian, dan juga mampu
konsisten serta tepat dalam bertindak.
Memiliki cara berkomunikasi dan mampu kerjasama baik kepada
pasien dan juga keluarga pasien dengan cara yang sopan, beretika, santun
serta ramah. Sehingga menimbulkan efek nyaman, tenang, dan bahagi bagi
pasien dan keluarganya.
Selain hal di atas perawat juga dapat memberikan dukungan serta
kata – kata penyemangat kepada pasien agar psikologis mereka tetap terarah
kepada sikap dan mental yang posistif.

2.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Peran Tenaga kesehatan

Peran tenaga kesehatan juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor :


1. Usia
Berusia 36-45 berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara usia
dengan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi
pantavalen sebagai imunisasi dasar menunjukkan bahwa tenaga
kesehatan berperan baik pada semua indikator di usia 36-45
tahun yaitu dari 9 reponden yang berusia 36-45 tahun sebagian
besar responden 77,8% berperan baik sebagai advocator dan
66,7% sebagai fasilitator, seluruhnya 100% berperan sebagai
educator, serta hampir seluruhnya berperan sebagai motivator.
Menurut (Deprekes RI, 2009) pembagian usia menurut
kematangan psikologis adalah sebagai berikut; masa remaja
akhir usia 17-25 tahun, masa dewasa awal usia 26-35 tahun,
masa dewasa akhir 36-45 tahun, masa lansia awal 56-65 tahun.
Pada masa dewasa awal dan dewasa akhir seseorang mengalami
puncak kematangan psikologis. Menurut Haryamawan (2007)
menyatakan bahwa jika kematangan usia seseorang cukup tinggi

15
maka akan mempengaruhi pola berpikir serta emosi seseorang.
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian,
seperti marah, sedih, senang, dan akan dapat mempengaruhi
tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jika
dalam komunikasi seseorang ini berjalan dengan bagus maka
sosialisasi pun juga akan terjalin dengan baik.
2. Pendidikan
Selain faktor usia, pendidikan juga mempengaruhi peran
seseorang. Berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara
pendidikan dengan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi
imunisasi pantavalen sebagai imunisasi dasar menunjukan bahwa
terdapat keterikatan antara pendidikan tenaga kesehatan dalam
menjalankan perannya, yaitu 20 responden yang berpendidikan
D3 sebagian besar responden yaitu 75% berperan baik pada
advocator dan 60% sebagai fasilitator, seluruhnya dari responden
100% berperan baik sebagai educator, serta hampir seluruhnya
dari responden 90% berperan baik sebagai motivator.
3. Lama bekerja
Sebagian besar tenaga kesehatan memiliki lama bekerja lebih
dari 2 tahun. Berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara lama
bekerja dengan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi
imunisasi patavalen sebagai imunisasi dasar menunjukkan bahwa
peran tenaga kesehatan juga dipengaruhi oleh lama bekerja
mereka. Dari 13 responden yang memiliki lama bekerja lebih
dari 2 tahun hampir seluruhnya 84,6% berperan baik sebagai
advocator, 92,3% berperan baik sebagai motivator, dan 76,9%
berperan baik sebagai fasilitator, serta seluruhnya dari responden
100% berperan baik sebagai educator. Pengalaman seseorang
dalam menjalankan perannya dalam suatu pekerjaan, juga
dipengaruhi oleh lama kerja seseorang tersebut. Lama kerja
adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni

16
pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman
seseorang dalam menguasai bidang tugasnya.
KASUS
Ny.Rm berumur 34 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
keputihan yang tidak biasa,rasa nyeri saat berhubungan
intim,perdarahan diluar masa menstruasi,dan perdarahan pada
vagina setelah melakukan hubungan seksual. Selama beberapa
saat dokter melakukan pemeriksaan. Dan hasil pemeriksaan yang
ada Ny.Rm terkena penyakit kanker serviks stadium 2. kemudian
dokter memberitahukan kepada Ny.Rm penyakit yang
dideritanya. Tetapi,setelah mendengar apa yang disampaikan
oleh dokter Ny.Rm terpuruk menangsi memikirkan sesuatu. Dan
salah seorang perawat mencoba Mendekati Ny.Rm tersebut dan
berusaha menenangkan sembari menanyakan apa yang sedang
difikirkan oleh Ny.Rm. Kemudian Ny.Rm mengatakan apa yang ia
fikirkan yaitu ingin mengakhiri hubungannya dengan suaminya dan
mengakhiri hidupnya.
ANALISIS KASUS/PEMBAHASAN :
Sebagai seorang perawat kita bisa memberikan penjelasan kepada Ny.Rm
bahwa penyakit yang diderintanya bisa diobati karena masih stadium 2.
Perawat memotivasi atau memberikan dukungan kepada Ny.Rm saat
melakukan pengobatan yang nantinya akan dilakukan. Diantaranya:
operasi,kemo radiasi,dan terapi
Perawat dapat memotivasi Ny.Rm agar tidak patah semangat dari penyakit
yang dideritanya tanpa harus meninggalkan suaminya atau mengakhiri
hidupnya Perawat bisa membantu pasien berinteraksi dan jangan
mebiarkan pasien menyendiri,dan memberikan pujian jika pasien
melakukan hal positif

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri,
profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini
bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk
itu perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang
perawat profesional.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.

Perawat memiliki peran yang sangat penting, karena seorang perawat


profesional berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembuat
keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manager khusus,
rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, kolaborator, educator dan
konsultan pembaharu. Adapun fungsi perawat profesional adalah sebagai
fungsi independen, dependen dan interdependen.
3.2 SARAN
Sadar bahwa peran perawat sangatlah penting dalam peningkatan kesehatan
maka diperlukan peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan
dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat-kiat yang lebih difokuskan pada
kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat-kiat
tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien,
sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat
profesional dibidangnya.

18
Daftar Pustaka

Mubarak, W.I. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi


dalam Kebidanan. Jakarta: salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. S. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Rineka Cipta:


Jakarta

Nursalam, M Nurs (Honorous) 2002. Manajemen Keperawatan. Salemba


Medika

Novita dan Fransisca. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan


Kebidanan. Jakarta: salemba Medika

Novita dan Fransisca. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan


Kebidanan. Jakarta: salemba Medika

file:///C:/Users/Acer/Documents/peran_perawat_dalam_pembinaan.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai