Disusun oleh
Kelompok VI – Kelas B :
1. Friskawaty S. Ahmad (Senior):C01418067
2. Nurain Tanua (Senior) :C01418123
3. Aldawati A. Husuna :C01419008
4. Azzahra Imansari Mahmud :C01419020
5. Endah Febrina Bachtiar :C01419035
6. Kezia :C01419053
7. Mohammad Ruslan Husain :C01419068
8. Priti H. Budu :C01419083
9. Sri Muliyani Rajawali :C01419116
10.Widyawati :C01419131
Mata Kuliah :
Pendidikan dan Promosi Kesehatan
Dosen : Ns. Fahmi Lihu M.kes
Prodi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR
Hanya kepada Allah Subhana wa Taala saja segala puji dan syukur
penulis tujukan, karena hanya atas ridho dan rahmatnya saja, maka penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah PENDIDIKAN ROMOSI KESEHATAN
yang berjudul PERAN PERAWAT SEBAGAI MOTIVATOR .
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
2.1.1 Pengertian.................................................................................4
3.1 KESIMPULAN.................................................................................17
3.2 SARAN............................................................................................17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai profesi dimanifestasikan melalui praktik
profesi yang diatur dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Kepmenkes
No.1239/Menkes/2001 tentang Registrasi dan praktik Keperawatan (revisi
Kepmenkes No.647/ Menkes/ 2000), sehingga diharapkan perlindungan
terhadap kepentingan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dan
praktik keperawatan sesuai dengan wewenang yang dimiliki, baik secara
mandiri maupun kolaborasi. Semua itu dapat dilaksanakan karena perawat
memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang mendasari praktik profesionalnya.
1
terhadap pelayanan Puskesmas secara keseluruhan. Pandangan terhadap
kesehatan akan mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan yang
akan dilakukan.
2
sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi
oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk
itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang
lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku perawat.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang
klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya
dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan
etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERAN PERAWAT SEBAGAI MOTIVATOR
2.1.1 Pengertian
Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. Secara
umum motivasi mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang
menggerakkan kita untuk berprilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam
mempelajari motivasi akan sangat berhubungan dengan hasrat, keinginan,
dorongan dan tujuan. (Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,
2010). Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang. Termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman,1995 dalam Nursalam,
Manajemen Keperawatan, 2011) menurut bentuknya motivasi terdiri atas:
1) Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri
individu.
4
pemberian insentif yang lebih baik, sehingga kinerja perawat akan semakin
terpacu dan lebih baik dengan adanya rangsangan pemberian insentif.
Motivasi adalah karateristik psikologis manusia yang memberikan
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam darah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 2009: 134).
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan
dan memelihara perilaku manusia. Selain itu, motivasi penting bagi manajer
karena dengan memahami orang-orang berperilaku tertentu, maka dapat
diarahkan untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
(Handoko, 2008:251).
5
motivasi yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian sumber daya
manusia atau perilaku manusia dalam organisasi.
1. Kebutuhan fisiologis.
3. Kebutuhan social
6
mengapa orang mencari pasangan hidup (istri atau suami) yang dicintai.
Selain karena pemenuhan kebutuhan biologis, sang istri atau sang suami
merupakan kawan hidup yang paling dekat unluk dapat mengutarakan
segala isi hati, baik senang maupun ketika susah. Hal inilah sangat berbeda
dengan hewan yang kawin hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
biologisnya dan agar tidak punah dari muka bumi ini.
Jadi, hal pertama yang harus dipenuhi dulu adalah kebutuhan fisik.
Jika telah terpenuhi maka kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan
keamanan. Demikianlah seterusnya sampai pada kebutuhan tertinggi yaitu
kebutuhan aktualisasi diri. Tetapi meskipun suatu kebutuhan telah
terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku dan tidak hilang,
hanya intensitasnya lebih kecil.
B. Model Hezberg’s
7
atau intrinsic motivation dan Hygiene yang disebut juga disatisfier atau
ekstrinsic motivation.Dalam motivasi ada kepuasan kerja atau perasaan
positif.Sedangkan dalam hygiene ada perasaan negatif atau ketidakpuasan
kerja.
Tersebut,
Maslow Herzberg
Pekerjaan
Aktualisasi Prestasi
Peluang berkembang
Kemajuan
8
Harga diri Pengakuan
Status
Kebutuhan social Hubungan antar pribadi
Supervise teknis
Rasa aman Kepastian kerja
Kondisi kerja
Kebutuhan fisiologis Kehidupan pribadi
Gaji
9
dengan melakukan rotasi jabatan/ pekerjaan. Cara lain termasuk
pendekatan internalisasi adalah dengan mengembangkan suasana kerja
yang bersahabat dan rasa kebersamaan, serta gaya kepemimpinan
yang adaptif mempertimbangkan tingkat kematangan bawahan dan
situasi tugas.
10
karena itu tenaga perawat hares menguasai : Ilmu biomedik, ilmu perilaku,
ilmu sosial, ilmu dan kiat keperawatan serta kepemimpinan dan ketrampilan
manajemen.
2.1.5 Fungsi Perawat
Menurut Tyo (2008), fungsi perawat yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung
pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan tim
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya,
seperti dokter ataupun tenaga kesehataan lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial
dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
11
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh daur kehidupan manusia.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada
kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat-
kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada
klien. Kiat-kiat itu adalah:
Caring
Sharing
Laughing
Crying
Helping
Believing in other
Learning
Respecting
Listening
Feeling
Accepting
2.1.6 Peran Perawat Dalam Memotivasi
Sebagai seorang tenaga kesehatan peran sebagai motivator tidak
kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu
memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan meningkatkan kesadaran
pihak yang dimotivasi seperti; dukun, kader kesehatan, dan masyarakat,
untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan.
(Mubarak,2012). Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan
perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebuat salah satunya adalah motivasi
(Notoatmodjo, 2007). Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan tersebut di
wujudkan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Ciri-ciri tenaga kesehatan sebagai motivator adalah melakukan
pendampingan, menyadarkan,dan mendorong kelompok untuk mengenali
12
potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk
memecahkan masalah tersebut. (Novita dan Fransisca, 2011). Contohnya
dalam sosialisai imunisasi pentavalen adalah seorang tenaga kesehatan harus
mampu menyadarkan pada masyarakat betapa pentingnya imunisasi
pentavalen untuk bayi dan balita dengan memberikan contoh jika tidak di
imunisasi pentavalen, sehingga mereka akan tergerak dan berfikir ulang
masalah apa yang akan terjadi jika tidak di imunisasikan pentavalen.
Menurut Rini (Dosen Psikologi.com) pada umumnya setiap pasien
yang mengalami pengobatan di rumah sakit, tentu memiliki tingkatan stress
dan juga kecemasan yang amat tinggi. Salah satu peranan yang penting
untuk menumbuhkan mental dan psikologis pasien adalah dukungan moril
dan spritual baik oleh keluarga, dokter dan juga termasuk perawat.
Dalam hal ini perawatan yang perlu dilakukan berbeda, seperti
operasi, rawat jalan, kemoterapi atau medis lainnya. Setiap perawat
memiliki kode etik yang mengharuskan memberikan penanganan secara
optimal, ramah dan bersahabat kepada pasien. Berikut ini beberapa contoh
peran perawat dalam memberikan dukungan/ motivasi psikologis bagi
pasien:
A. Perawat Yang Memiliki Sikap Yang Andal
Sebuah peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis
kepada pasien harus mampu untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu,
ketersediaan. Hal ini seorang perawat mampu melayani setiap pasien sesuai
dengan waktu yang diperlukan. Pasien tidak menunggu lama dalam
kebutuhannya seperti jadwal obat, jadwal makanan, jadwal kebersihan, dan
masih banyak lagi.
B. Perawat Yang Peka Atau Tanggap Terhadap Pasien
Yaitu sebuah keinginan para perawat untuk membantu pasien dan
memberikan pelayanan itu dengan cepat tanggap terhadap kebutuhan
konsumen, cepat memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhannya.
13
C. Perawat Yang Peduli Dengan Kondisi Pasien Tanpa
Membedakan Status
Salah satu peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis
adalah dengan peduli terhadap kondisi pasien yang ditangani. Tidak semua
pasien memiliki riwayat penyakit yang sama dan tidak semua pasien berasal
dari kalangan mampu. Setidaknya perawat harus lebih peduli dan tidak
bersikap pilih kasih dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien.
D. Perawat Memiliki Sikap Sopan dan Santun
Dalam menangani pasien tentu harus memiliki modal sopan dan
santun, hal tersebut tercermin bagaimana seorang perawat dapat sabar, iklas,
telaten, teliti dan juga sopan dalam melayani pasien. Kebutuhan pasien
secara psikologis dapat terpenuhi dengan etika yang sopan santun.
E. Perawat Memiliki Sikap Yang Mudah Empati
Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis kepada
pasien adalah dengan memberikan kemudahan dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik.
Mampu memberikan bentuk pelayanan berupa perhatian, melayani
dengan sikap yang ramah, tulus, mampu menampung setiap keluh kesah
pasien, serta berkomunikasi secara bersahabat, santun dan bertutur kata
baik. Dengan sikap empati dan simpati membuat pasien menjadi lebih
tenang, nyaman dan termotivasi.
F. Perawat Yang Memiliki Sikap Penuh Kasih dan Perhatian
Salah satu dukungan moril dan psikologi seorang perawat kepada
pasien adalah dengan cara memberikan sikap penuh kasih dan perhatian.
Sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa setiao pasien. Hal ini tentu berdampak pada kenyamanan pasien,
tidak membedakan setiap pasien dari tingkat ekonomi, sosial, jabatan, suku,
agama, apakah pasien menggunakan asuransi maha atau pemerintah.
Perawat seharusnya menunjukkan sikap yang tulus menerima setiap
pasien secara utuh dan menjadikan merekan bagian keluarga dalam
perawatan di Rumah Sakit.
14
G. Perawat Yang Mampu Berkomunikasi, Tanggung Jawab dan
Kerjasama Yang Baik
Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologi kepada pasien
dengan memberikan etika dan sikap yang jujur, tekun dalam tugas serta
tanggungjawab, suka mencurahkan waktu dan perhatian, dan juga mampu
konsisten serta tepat dalam bertindak.
Memiliki cara berkomunikasi dan mampu kerjasama baik kepada
pasien dan juga keluarga pasien dengan cara yang sopan, beretika, santun
serta ramah. Sehingga menimbulkan efek nyaman, tenang, dan bahagi bagi
pasien dan keluarganya.
Selain hal di atas perawat juga dapat memberikan dukungan serta
kata – kata penyemangat kepada pasien agar psikologis mereka tetap terarah
kepada sikap dan mental yang posistif.
15
maka akan mempengaruhi pola berpikir serta emosi seseorang.
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian,
seperti marah, sedih, senang, dan akan dapat mempengaruhi
tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jika
dalam komunikasi seseorang ini berjalan dengan bagus maka
sosialisasi pun juga akan terjalin dengan baik.
2. Pendidikan
Selain faktor usia, pendidikan juga mempengaruhi peran
seseorang. Berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara
pendidikan dengan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi
imunisasi pantavalen sebagai imunisasi dasar menunjukan bahwa
terdapat keterikatan antara pendidikan tenaga kesehatan dalam
menjalankan perannya, yaitu 20 responden yang berpendidikan
D3 sebagian besar responden yaitu 75% berperan baik pada
advocator dan 60% sebagai fasilitator, seluruhnya dari responden
100% berperan baik sebagai educator, serta hampir seluruhnya
dari responden 90% berperan baik sebagai motivator.
3. Lama bekerja
Sebagian besar tenaga kesehatan memiliki lama bekerja lebih
dari 2 tahun. Berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara lama
bekerja dengan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi
imunisasi patavalen sebagai imunisasi dasar menunjukkan bahwa
peran tenaga kesehatan juga dipengaruhi oleh lama bekerja
mereka. Dari 13 responden yang memiliki lama bekerja lebih
dari 2 tahun hampir seluruhnya 84,6% berperan baik sebagai
advocator, 92,3% berperan baik sebagai motivator, dan 76,9%
berperan baik sebagai fasilitator, serta seluruhnya dari responden
100% berperan baik sebagai educator. Pengalaman seseorang
dalam menjalankan perannya dalam suatu pekerjaan, juga
dipengaruhi oleh lama kerja seseorang tersebut. Lama kerja
adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni
16
pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman
seseorang dalam menguasai bidang tugasnya.
KASUS
Ny.Rm berumur 34 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
keputihan yang tidak biasa,rasa nyeri saat berhubungan
intim,perdarahan diluar masa menstruasi,dan perdarahan pada
vagina setelah melakukan hubungan seksual. Selama beberapa
saat dokter melakukan pemeriksaan. Dan hasil pemeriksaan yang
ada Ny.Rm terkena penyakit kanker serviks stadium 2. kemudian
dokter memberitahukan kepada Ny.Rm penyakit yang
dideritanya. Tetapi,setelah mendengar apa yang disampaikan
oleh dokter Ny.Rm terpuruk menangsi memikirkan sesuatu. Dan
salah seorang perawat mencoba Mendekati Ny.Rm tersebut dan
berusaha menenangkan sembari menanyakan apa yang sedang
difikirkan oleh Ny.Rm. Kemudian Ny.Rm mengatakan apa yang ia
fikirkan yaitu ingin mengakhiri hubungannya dengan suaminya dan
mengakhiri hidupnya.
ANALISIS KASUS/PEMBAHASAN :
Sebagai seorang perawat kita bisa memberikan penjelasan kepada Ny.Rm
bahwa penyakit yang diderintanya bisa diobati karena masih stadium 2.
Perawat memotivasi atau memberikan dukungan kepada Ny.Rm saat
melakukan pengobatan yang nantinya akan dilakukan. Diantaranya:
operasi,kemo radiasi,dan terapi
Perawat dapat memotivasi Ny.Rm agar tidak patah semangat dari penyakit
yang dideritanya tanpa harus meninggalkan suaminya atau mengakhiri
hidupnya Perawat bisa membantu pasien berinteraksi dan jangan
mebiarkan pasien menyendiri,dan memberikan pujian jika pasien
melakukan hal positif
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri,
profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini
bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk
itu perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang
perawat profesional.
18
Daftar Pustaka
file:///C:/Users/Acer/Documents/peran_perawat_dalam_pembinaan.pdf
19