Digital - 2016-3 - 20405381-SP-Valery Ivanov Arwadi PDF
Digital - 2016-3 - 20405381-SP-Valery Ivanov Arwadi PDF
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Bedah
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Mei 2015
iii
Puji syukur kehadirat Allah Bapak di surga, didalam nama Tuhan Yesus Kristus,
atas semua anugerah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Yang mana tesis ini meruapakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Bedah pada Jurusan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Kami menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini bukan hanya dengan
kekuatan sendiri melainkan juga atas keterlibatan banyak pihak hingga dapat
selesai. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk, sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan penyusunan tesis ini;
2. Dr. Aria Kekalih, MTI, sebagai dosen pembimbing statistik yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan penyusunan tesis ini;
3. Dr. Riana P. Tamba, SpB,SpBA, selaku Ketua Program Studi Ilmu Bedah;
4. DR. Dr. Yefta Moenadjat, SpBP(K), sebagai Ketua Koordinator Penelitian;
5. Pihak Rekam Medis, Bidang Penelitian, dan Komite Etik FKUI dan
RSUPNCM yang telah membantu dalam proses penyusunan tesis ini;
6. Papi dan Mami tercinta, adik beserta keluarga terkasih, Papi (Alm) dan Mami
mertua serta saudara ipar beserta keluarga, yang telah memberikan dukungan
moral dan material serta dukungan doa;
7. Istri tercinta dr. Airine Hendrawan dan anak-anakku yang membanggakan
Samuel Jeremiah Arwadi, Darrell Jehezkiah Arwadi dan Samantha Jesselyn
Arwadi yang telah setia bersedia menemani dalam suka dan duka;
8. Sahabat, teman seangkatan bedah umum ungu, Faisal, Dhita, Tiko, Purnomo,
Putra dan Anshori; yang berjuang bersama dari awal sampai selesai, semoga kita
tetap kompak selamanya;
9. Senior dan junior; Mas Wahyu, Bang Adiel, Kang Irwan, Mba Yulinda, Awan,
Andrew, Brata, Mba Dina Dwi Mulia, Tia, Tiffy, Ciput, Aris, Ipang dan nama-
nama yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga segala kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan kebaikan
yang berlipat kali ganda oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga tesis ini bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan.
iv
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Mei 2015
Yang menyatakan
Latar belakang: tumor kelenjar liur merupakan tumor yang jarang pada keganasan kepala
leher. Histopatologinya sangat heterogen demikian juga kejadian dan klinik
epidemiologinya. Perbedaan karakteristik dari tumor parotis di banyak pusat kesehatan
memengaruhi survival rate.
Metode: penelitian ini adalah uji retrospektif analitik dengan uji kesintasan. Data
didapatkan dari rekam medik pasien tumor parotis ganas yang dirawat di RSUPNCM
periode Januari 2005 sampai Desember 2011.
Hasil: ada 75 kasus tumor parotis ganas. Laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan,
dengan umur rata-rata 50 tahun. Delapan puluh persen ditemukan dalam stadium klinis
lanjut. Mukoepidermoid karsinoma merupakan histopatologi yang paling sering
ditemukan. Pembedahan merupakan terapi pilihan utama. Enam puluh persen kasus
ditemukan penurunan indeks masa tubuh (IMT). Komplikasi tersering adalah paralisis
nervus fasialis sekitar 30,7%. Mortalitas dalam 1 tahun didapati sebesar 25,3%. Rekurensi
ditemukan sebesar 17,3%. Analisis bivariat antara tatalaksana dengan morbiditas
menunjukkan signifikan dengan nilai p=0.001, dan dalam hubungannya dengan
mortalitas didapati signifikan dengan tatalaksana, sedangkan stadium klinis dan
histopatologi tidak. Histopatologi signifikan dalam hubungannya dengan rekurensi. Pada
analisis multivariat antara stadium klinis I-II dengan status nutrisi dan mortalitas
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0.006. Terdapat hubungan
signifikan antara tatalaksana dengan survival rate, sedangkan untuk jenis kelamin, usia,
histopatologi dan stadium klinis tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Disease free
survival untuk kasus keganasan ini adalah 61,5%.
Kesimpulan: karakteristik tumor parotis ganas di RSUPNCM tidak berbeda dengan yang
ditemukan pada literatur, hubungan yang signifikan ditemukan antara histopatologi dan
tatalaksana sebagai faktor prognosis survival rate.
vi
Background: salivary gland tumor is a rare case found in head and neck tumor. The
histopathology is very heterogeneous, as well as the incident and clinical epidemiology.
Different characteristics of parotid gland tumor in many health centers affecting survival
rate.
Method: This is a survival study with retrospective analytical method. Data is obtained
from medical record in Cipto Mangunkusumo Hospital in period of January 2005 to
December 2011.
Results: There are 75 patients with malignant parotid gland tumor. Male is affected more
than female, the mean age is 50 years old. 80% of cases found are in late stage.
Mucoepidermoid carcinoma is the most frequent histopathology found. Surgery remains
the treatment of choice. 60% patients experienced a decreased of body mass index.
Postoperative complication such as facial nerve paralysis occurred in 30.7%. One year
mortality is found in 25.3% cases. Recurrence is found in 17,3%. Bivariate analysis
between clinical management and morbidity has a significant correlation with p=0,001,
and significant also found between clinical management with mortality but not for tumor
stage and histopathology. Histopathology found significant in correlation with recurrence.
Multivariate analysis between nutritional status and tumor stage showed significancy with
p = 0.006 in stage I-II. There is significant relationship between clinical management and
survival rate, but there is no significancy between sex, age, histopathology, and tumor
stage. Disease Free Survival is among 61,5%.
Conclusion: malignant parotid gland tumor in Cipto Mangunkusumo Hospital contributes
the same characteristics with those found in publications. There is significant relationship
between variables from survival analysis of prognostic factors.
Keywords: parotid gland carcinoma, prognostic factor, morbidity, mortality, survival rate.
vii
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian................................................................ 4
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................... 4
1.5 ManfaatPenelitian............................................................... 4
1.5.1 Bagi Pengembangan Penelitian ................................ 4
1.5.2 Bagi Keilmuan ......................................................... 5
1.5.3 Bagi Pasien dan Pelayanan....................................... 5
viii
ix
Tabel 4.5 Hubungan Stadium dengan Status Gizi pada Mortalitas ........... 36
Tabel 4.6 Sensitifitas dan spesifitas peningkatan IMT minimal 0,8 untuk
prognosis mortalitas 1 tahun ...................................................................... 37
xi
Gambar 4.21 Kurva ROC stadium dengan status gizi pada mortalitas ...... 36
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
2
Namun hal itu berkaitan dengan tingginya morbiditas tumor parotis ganas,
terutama gangguan konsumsi asupan makanan dan deformitas wajah.9
Dari beberapa studi, didapatkan hubungan antara karakteristik patologi
dan manifestasi klinis (usia, ukuran tumor, histopatologi, stadium tumor,
keterlibatan perineural, vaskular, kelenjar getah bening, dan metastasis jauh).
Disease Free Survival (DFS) 5 tahun mencapai 80,47% dari 376 kasus yang
menjalani reseksi karsinoma mukoepidermoid kelenjar liur. Grade stadium
histopatologi tumor juga berhubungan dengan metastasis kelenjar getah bening
(KGB).10
Studi yang dilakukan Iqbal dkk (2014) mendapati bahwa dalam 5 tahun,
DFS adalah 65% dan Overall Survival (OS) adalah 74%. DFS berbeda secara
signifikan dan berhubungan dengan ukuran tumor dan keterlibatan KGB. OS
berbeda secara signifikan dan berhubungan dengan usia, jenis kelamin, stadium,
ukuran, dan metastasis KGB. Stadium tumor secara klinis adalah satu-satunya
prediktor independen untuk DFS. Metastasis KGB adalah satu-satunya prediktor
independen untuk OS dan mortalitas meningkat pada kasus dengan metastasis
KGB.11
Karsinoma mukoepidermoid memiliki survival rate 10 tahun yang paling
baik, sedangkan karsinoma sel skuamosa memiliki survival rate 10 tahun yang
paling buruk.12 Diantara itu ada adenoid kistik karsinoma diurutan kedua terbaik,
disusul adenokarsinoma, malignant mixed tumour dan acinic cell carcinoma.
Ukuran tumor dan stadium klinis memengaruhi DFS secara signifikan.13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stodulski, Mikaszewski, dan
Stankiewcz (2011), prognosis dan hasil terapi paling dipengaruhi oleh invasi
tumor ke rongga parafaringeal dan paresis nervus fasialis. Prognosis dapat
memburuk hingga sepuluh kali lipat. Hasil terapi memburuk hingga 8,2 kali pada
tumor stadium lanjut dan 6,7 kali pada kasus yang mengalami metastasis KGB.
Selain faktor-faktor tersebut, yang juga memodifikasi prognosis kasus dengan
tumor parotis adalah perluasan tumor ke ekstraparenkim, batas bedah positif atau
tidak jelas, tumor primer yang terletak di lobus profundus atau melibatkan seluruh
jaringan kelenjar parotis, stadium klinis dan metastasis KGB leher, laki-laki, dan
usia lebih dari 60 tahun. Prognosis memburuk hingga 5,4-2,4 kali.14
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
3
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
4
penelitian di luar negeri sudah pernah membahas masalah ini. Perbedaan aspek
demografi, pendidikan, kultur budaya, sarana dan prasarana menjadi faktor
penting yang dapat memengaruhi survival rate di suatu tempat. Dengan demikian,
permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi
survival rate kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
5
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Keganasan pada kelenjar parotis sering ditemukan pada usia tua antara 55-
60 tahun, frekuensi laki-laki sedikit lebih banyak daripada wanita. Banyak kasus
datang dengan benjolan yang sulit dibedakan antara jinak atau ganas (65-80%).
Benjolan dicurigai ganas bila benjolan keras, terfiksasi, terdapat pembesaran
KGB, paralisis nervus fasialis dan perubahan ukuran yang cepat dalam waktu
singkat. Sekitar 10-15% nyeri berhubungan dengan keganasan dan memiliki
prognosis yang buruk. Paralisis nervus fasialis dapat bersifat parsial atau komplit
(10-20%), kehilangan sensoris 10% dan trismus 4%.20
Adenoma pleomorfik dapat berdegenerasi ke arah ganas sebanyak 5%,
biasanya timbul pada kasus yang dibiarkan lama.20
Menurut klasifikasi histopatologi World Health Organization (WHO)
tahun 1991, yang termasuk tumor parotis ganas adalah acinic cell carcinoma,
mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, polymorphous low grade,
epithelial myoepithelial carcinoma, basal cell adenocarcinoma, sebaceous
carcinoma, papillary cystadenoma, mucinous adenoma, oncocytic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant myoepithelioma, carcinoma of pleomorphic
adenoma, squamous cell carcinoma, small cell carcinoma, undifferentiated
carcinoma, other carcinoma.16,17
Yang akan dibahas adalah kelompok tumor parotis ganas yang paling
banyak ditemukan yaitu acinic cell carcinoma, mucoepidermoid carcinoma,
adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, dan squamous cell carcinoma.18
2.1.1 Tumor mukoepidermoid
Ditemukan sekitar 10% dari semua tumor parotis, insiden antara pria dan
wanita sama dan biasanya muncul pada dekade kelima. Tumor ini dapat dibagi
menjadi dua variasi yaitu tumor mukoepidermoid jinak (mukoepidermoid tingkat
rendah) dan mukoepidermoid ganas (karsinoma mukoepidermoid).4,16
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
7
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
8
2.1.4 Adenokarsinoma
Ditemukan sekitar 3% dari tumor parotis, perbandingan rasio antara pria
dan wanita sama, dapat terjadi pada kisaran usia yang luas. Adenokarsinoma
adalah tumor kelenjar liur yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Adenokarsinoma dapat berpresentasi sebagai massa yang simtomatik atau dengan
gambaran maligna yang tipikal. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari
50%.19
2.2 Diagnosis
Diagnosis pasti suatu keganasan adalah berdasarkan gambaran
histopatologi jaringannya. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa
heterogenitas histopatologi dari tumor parotis ganas sangat luas, maka keahlian
patolog sangat memegang peranan penting. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk penegakan diagnosis tumor parotis ganas adalah sebagai berikut:
1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah pemeriksaan biopsi jarum
untuk menentukan keganasan pada tumor parotis. Biopsi FNAB untuk
menentukan kelainan kelenjar liur sangat akurat, hal ini tergantung
keahlian patolog. Sensitivitas 60-95%, spesifisitas 70-90%. Negatif palsu
untuk keganasan sekitar 10-25%, positif palsu untuk keganasan jarang.
Bila FNAB menyatakan ganas, dapat dilakukan persiapan sesuai dengan
penanganan keganasan pada parotis21
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
9
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
10
*N2 metastasis kelenjar getah bening ipsilateral tunggal > 3-6 cm, atau
metastasis kelenjar getah bening ipsilateral multipel < 6 cm, atau
metastasis kelenjar getah bening bilateral atau kontralateral < 6 cm
*N2a metastasis kelenjar getah bening ipsilateral tunggal > 3-6 cm
*N2b metastasis kelenjar getah bening ipsilateral multipel < 6 cm
*N2c metastasiskelenjar getah bening bilateral atau kontralateral < 6 cm
*N3 metastasis kelenjar getah bening > 6 cm
Metastasis jauh (M)
MX metastasis jauh tak dapat ditentukan
M0 tidak ada metastasis jauh
M1 metastasis jauh
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
11
2.3 Tatalaksana
Pilihan terapi untuk semua tumor parotis adalah intervensi pembedahan.
Prinsip dari terapi pembedahan adalah untuk mengangkat seluruh massa tumor
dan jaringan parotis normal sekitarnya, dan untuk menyelamatkan saraf fasialis.24
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
12
bahwa untuk keganasan derajat rendah, diseksi leher dilakukan untuk nodus yang
dapat diraba dan mengandung sel-sel ganas, dan diseksi leher selektif
diindikasikan untuk tumor ganas derajat tinggi.24
2.3.5 Kemoterapi
Informasi mengenai kemoterapi pada terapi dari tumor parotis ganas
adalah sangat jarang. Hayes dan Cowakers melaporkan adanya respon signifikan
pada karsinoma adenoid kistik yang dilakukan terapi menggunakan metil CCNU
deksorubisin dan vinkristin.17 Obat anti tumor lainnya yang dilaporkan memiliki
efek ini adalah 5-FU, hidroksiurea, metotreksat, cisplatin, dan bleomisin.
2.4 Komplikasi
Berdasarkan anatomi dan lokasi topografik dari kelenjar parotis, serta dari
karakteristik dari tumor parotis itu sendiri, dapat dideteksi beberapa komplikasi
dari pembedahan parotis sebagai berikut:28
1. Kelumpuhan saraf fasialis (paresis atau paralisis) :
Paresis nervus fasialis atau neuropraksi nervus fasialis adalah komplikasi
yang terjadi karena adanya manipulasi tanpa transeksi dari nervus fasialis.
Keadaan ini akan membaik dalam jangka waktu tiga hingga enam bulan
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
13
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
14
2.5 Prognosis
Prognosis pada keganasan tumor parotis umumnya adalah baik, walaupun
menurut literatur sangat bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya.
Faktor-faktor itulah yang disebut sebagai prognostic factor. Ada banyak faktor
prognosis yang telah diteliti namun metastasis KGB dan ukuran tumor secara
klinis paling sering disebut sebagai faktor yang paling berpengaruh.14
Disease free survival adalah periode waktu setelah terapi yang berhasil di
mana tidak didapatkan gejala atau efek samping dari penyakit. Disease free
interval adalah periode waktu antara terapi primer dari suatu keganasan dan
munculnya tanda pertama dari rekurensi tumor. Overall survival adalah jarak
waktu dari diagnosis ditegakkan atau mulai terapi sampai kasus meninggal.11
Prognostic factor untuk keganasan parotis terdiri dari:
1. Tumor factor (stadium tumor, grading tumor/histopatologi, lokasi tumor,
ekstensi tumor, dan pola pertumbuhan tumor)
Karsinoma mukoepidermoid (MEC) lebih sering terjadi pada kelenjar liur
minor daripada mayor. Tumor paling sering berlokasi pada kelenjar parotis
dan palatum. Lokasi primer dan histopatologi tumor merupakan dua faktor
utama yang memengaruhi metastasis KGB leher.10
2. Patient factor (jenis kelamin, usia, komorbid)
Kasus berusia lebih dari 60 tahun dan jenis kelamin laki-laki memiliki
prognosis lebih buruk. Metastasis KGB lebih sering dialami laki-laki
dibandingkan perempuan.14
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
15
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
16
KGB leher yang operabel. Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas
kelenjar liur dengan kriteria:
1. High grade malignancy
2. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
3. Tumor menempel pada saraf (n. fasialis, n. lingualis, n. hipoglosus, n.
asesorius)
4. Setiap T3, T4
5. Karsinoma residif
6. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan. Radioterapi lokal
diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5
minggu. Radioterapi regional atau leher ipsilateral diberikan pada T3, T4 atau
high grade malignancy.
Pada tumor inoperabel, tatalaksana utama adalah radioterapi 65-70 Gy
dalam 7-8 minggu. Kemoterapi tambahan untuk jenis adenokarsinoma berupa
adriamisin 50 mg/m2 IV pada hari ke-1, 5-fluorourasil 500 mg/m2 IV pada hari
ke-1, dan cisplatin 100 mg/m2 IV pada hari ke-2 dan diulang setiap 3 minggu.
Pada karsinoma sel skuamosa, diberikan methotrexate 50 mg/m2 IV pada hari ke-
1 dan 7 dan cisplatin 100 mg/m2 IV pada hari ke-2 dan diulang setiap 3 minggu.
Jika ada metastasis KGB, tatalaksana utama untuk jenis operabel adalah RND.
Pada jenis inoperabel, diberikan radioterapi 40 Gy dengan atau kemoterapi
preoperatif. Jika menjadi operabel, dilakukan RND. Indikasi radioterapi adjuvant
pada leher setelah RND :
1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastasis > 1 buah
2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm
3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler
4. High grade malignancy
Jika tetap inoperabel, radioterapi dilanjutkan sampai 70 Gy. Tatalaksana
tambahan yang diberikan berupa radioterapi leher ipsilateral 40 Gy. Jika ada
metastasis jauh, tatalaksana paliatif yang diberikan adalah kemoterapi.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
17
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
18
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
19
9. Usia : umur kasus dalam tahun berdasarkan rekam medik saat kasus
masuk ruang rawat dan menjalani operasi
10. Stadium klinis III dan IV: klasifikasi derajat beratnya penyakit / keganasan
berdasarkan sistem TNM (AJCC-UICC, 2002)
11. Histopatologi anatomi : hasil pemeriksaan mikroskopik sesuai gambaran
histopatologi tumor parotis ganas yang dilakukan oleh bagian Departemen
Patologi Anatomi RSUPNCM/FKUI
12. Tatalaksana : tindakan pengobatan yang diberikan pada kasus baik berupa
tindakan operatif saja, atau non bedah yaitu campuran antara operasi dan
kemoterapi atau radiasi
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
20
BAB 3
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
21
Kriteria eksklusi
1. Hasil pemeriksaan histopatologi tidak sesuai dengan tumor parotis ganas
2. Kasus tidak kontrol kembali ke RSCM atau tidak dapat dihubungi
3. Kematian yang nyata dikarenakan oleh sebab lain
4. Kasus yang tidak mendapatkan tatalaksana di RSCM
5. Kasus yang mendapatkan terapi alternatif sesudah dilakukan terapi di
RSCM
6. Telah terjadi kelumpuhan saraf fasialis sebelum dilakukan terapi di RSCM
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
22
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
23
Tidak
Memenuhi kriteria tumor parotis ganas, Eksklusi
inklusi, dan eksklusi
Ya
Data :
Survival rate dengan Kaplan Meier method, univariat, bivariat dan
multivariat dengan log rank test dari Cox regresi
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
24
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
25
BAB IV
HASIL
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
26
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
27
Morbiditas Nilai
Faktor Prognosis
p
Ya Tidak
Usia :
- < 50 tahun 12 (28,6%) 30 (71,4%) .657
- > 50 tahun 11 (33,3%) 22 (66,7%)
Stadium:
- I-II 3 (20,0%) 12 (80,0%) .317
- III-IV 20 (33,3%) 40 (66,7%)
Tatalaksana:
- Parotidektomi Total 5 (13,9%) 31 (86,1%)
- Parotidektomi Superfisial 2 (18,2%) 9 (81,8%) .001
- Non bedah 16 (57,1%) 12 (42,9%)
Radiasi :
- Ya 8 ( 38,1%) 13 (61,9%) .384
- Tidak 15 (27,8%) 39 (72,2%)
Kemoterapi :
- Ya 13 (46,4%) 15 (53,6%) .022
- Tidak 10 (21,3%) 37 (78,7%)
Histopatologi :
- Mukoepidermoid 4 (19,0%) 17 (81,0%)
- Adenokarsinoma 5 (33,3%) 10 (66,7%) .585
- Asinik sel karsinoma 4 (33,3%) 8 (66,7%)
- Ganas lain 10 (37,0%) 17 (63,0%)
Jenis kelamin:
- Laki-laki 16 (37,2%) 27 (62,8%) .154
- Perempuan 7 (21,9%) 25 (78,1%)
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
28
tidak ya
Perempuan Laki-laki
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
29
tidak ya
1 2
3 4
tidak ya
ca mucoepidermoid adenocarcinoma
adenoid cystic acinic cell
ganas lain KSS
clear cell
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
30
tidak ya
tidak ya
tidak ya
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
31
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
32
tidak ya
Perempuan Laki-laki
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
33
tidak ya
1 2
3 4
tidak ya
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
34
tidak ya
ca mucoepidermoid adenocarcinoma
adenoid cystic acinic cell
ganas lain KSS
clear cell
tidak ya
tidak ya
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
35
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
36
ROC curve
Sensitivity
1 - Specificity
Gambar 4.21 Kurva ROC stadium dengan status gizi pada mortalitas
Untuk mengetahui sensitifitas dan spesifitas diambil patokan atau cut off 0,8.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
37
Tabel 4.6 Sensitifitas dan spesifitas peningkatan IMT minimal 0,8 untuk
prognosis mortalitas 1 tahun
Parameter Estimate Lower - Upper Method
95% CIs
Sensitivity 73.33% (48.05, 89.1¹ ) Wilson Score
Specificity 71.43% (35.89, 91.78¹ ) Wilson Score
Positive Predictive Value 84.62% (57.76, 95.67¹ ) Wilson Score
Negative Predictive 55.56% (26.66, 81.12¹ ) Wilson Score
Value
Diagnostic Accuracy 72.73% (51.85, 86.85¹ ) Wilson Score
Kemoterapi :
- Tidak 11.340 .327 10.699 11.981
- Ya 11.250 .443 10.381 12.119 .014
- Overall 11.307 .254 10.809 11.805
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
38
Survival Functions
Cum Survival
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
39
Survival Functions
Cum Survival
Survival
Survival Functions
Cum Survival
Survival
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
40
BAB 5
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
41
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
42
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
43
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
44
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
45
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
46
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
47
BAB 6
PENUTUP
6.1 Simpulan
1. Karakteristik kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM tidak berbeda
banyak dengan karakteristik yang ada di literatur.
2. Morbiditas dan mortalitas kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM juga
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan yang ada di literatur.
3. Tatalaksana utama kasus tumor parotis ganas adalah pembedahan
parotidektomi total.
4. Uji analisis faktor prognosis terhadap morbiditas ditemukan hubungan
yang signifikan antara tatalaksana dan kemoterapi dengan morbiditas.
5. Uji analisis faktor prognosis terhadap mortalitas ditemukan hubungan
yang signifikan antara tatalaksana dan kemoterapi dengan mortalitas.
6. Uji analisis faktor prognosis terhadap rekurensi ditemukan hubungan yang
signifikan antara histopatologi dengan rekurensi.
7. Uji survival dari faktor prognosis yang ada ditemukan hubungan yang
signifikan pada variabel tatalaksana dan kemoterapi serta antara hubungan
stadium klinis dengan status gizi dan mortalitas. Disease free survival
tumor parotis ganas pada penelitian ini sebesar 61,5%.
8. Sensitifitas dan spesifisitas prognosis mortalitas 1 tahun dalam hubungan
dengan perbedaan IMT sebesar 73.33% dan 71.43%.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor prognosis lain
seperti kadar albumin dan lainnya, yang dapat mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas tumor parotis ganas.
2. Besar sampel yang dilibatkan lebih banyak.
3. Waktu pengamatan yang lebih panjang.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Tullio A, Marchetti C, Sesenna E, Brusati R, Cocchi R, Eusebi V.
Treatment of carcinoma of the parotid gland: the results of a multicenter
study. J Oral Maxillofac Surg. 2001;59(3):263-70.
2. Ansari MH. Salivary gland tumors in an Iranian population: a
retrospective study of 130 cases. J Oral Maxillofac Surg.
2007;65(11):2187-94.
3. Tian Z, Li L, Wang L, Hu Y, Li J. Salivary gland neoplasms in oral and
maxillofacial regions: a 23-year retrospective study of 6982 cases in an
eastern Chinese population. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2010;39:235-42.
4. Speight PM, Barrett AW. Salivary gland tumours. Oral diseases.
2002;8(5):229-40.
5. Drivas EI, Skoulakis CE, Symvoulakis EK, Bizaki AG, Lachanas VA,
Bizakis JG. Pattern of parotid gland tumors on Crete, Greece: a
retrospective study of 131 cases. Med Sci Monit. 2007;13(3):CR136-40.
6. Fakhry N, Aldosari B, Michel J, Giorgi R, Collet C, Santini L, et al.
Clinical and oncological outcomes after surgical excision of parotid gland
tumours in patients aged over 80 years. Int. J. Oral Maxillofac. Surg.
2013;42:1385-90.
7. Shah SA, Riaz U, Zubair M, Saaiq M. Surgical presentation and outcome
of parotid gland tumours. J Coll Physicians Surg Pak. 2013;23(9):625-8.
8. Takahama Junior A, Almeida OP, Kowalski LP. Parotid neoplasms:
analysis of 600 patients attended at a single institution. Braz J
Otorhinolaryngol. 2009;75(4):497-01.
9. Ochicha O, Malami S, Mohammed A, Atanda A. A histopathologic study
of salivary gland tumors in Kano, northern Nigeria. Indian J Pathol
Microbiol. 2009;52(4):473-6.
10. Liu S, Ow A, Ruan M, Yang W, Zhang C, Wang L, et al. Prognostic
factors in primary salivary gland mucoepidermoid carcinoma: an analysis
of 376 cases in an Eastern Chinese population. Int. J. Oral Maxillofac.
Surg. 2014;43:667-73.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
49
11. Iqbal H, Bhatti AB, Hussain R, Jamshed A. Ten year experience with
surgery and radiation in the management of malignant major salivary
gland tumors. Asian Pac J Cancer Prev. 2014;15:2195-9.
12. Ma'aita JK, Al-Kaisi N, Al-Tamimi S, Wraikat A. Salivary gland tumors
in Jordan: a retrospective study of 221 patients. Croat Med J. 1999;40:539-
42.
13. Oliveira LR, Soave DF, Oliveira-Costa JP, Zorgetto VA, Ribeiro-Silva A.
Prognostic factors in patients with malignant salivary gland neoplasms in a
Brazilian population. Asian Pac J Cancer Prev. 2011;12:363-8.
14. Stodulski D, Mikaszewski B, Stankiewicz C. Are all prognostic factors in
parotid gland carcinoma well recognized? Eur Arch Otorhinolaryngol
2012;269:1019–25.
15. Suba Z, Barabas J, Szabo G, Takacs D, Ujpal M. Increased prevalence of
diabetes and obesity in patients with salivary gland tumors. Diabetes care.
2005;28(1):228.
16. Brandwein MS, Ferlito A, Bradley PJ, Hille JJ, Rinaldo A. Diagnosis and
classification of salivary neoplasms: pathologic challenges and relevance
to clinical outcomes. Acta Otolaryngol. 2002;122(7):758-64.
17. Ramli M, Albar ZA, Tjindarbumi D, Susilo B, Rhum M. Management of
parotid tumor at Department of Surgery, subdivision of surgical
oncology/HNB Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Faculty of Medicine
University of Indonesia. Jakarta: 1988.
18. Ungari C, Paparo F, Colangeli W, Iannetti G. Parotid glands tumours:
overview of a 10-year experience with 282 patients, focusing on 231
benign epithelial neoplasms. Eur Rev Med Pharmacol Sci.
2008;12(5):321-5.
19. Matsuba HM, Thawley SE, Simpson JR, Levine LA, Mauney M. Adenoid
cystic carcinoma of major and minor salivary gland origin. Laryngoscope.
1984;94(10):1316-8.
20. Malata CM, Camilleri IG, McLean NR, Piggot TA, Kelly CG,
Chippindale AJ, et al. Malignant tumours of the parotid gland: a 12-year
review. Br J Plast Surg. 1997;50(8):600-8.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
50
21. Cohen EG, Patel SG, Lin O, Boyle JO, Kraus DH, Singh B, et al. Fine-
needle aspiration biopsy of salivary gland lesions in a selected patient
population. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130(6):773-8.
22. Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M, Lukitto P, Reksoprawiro S, Handojo
D, et al. Protokol PERABOI edisi 1. Jakarta: Perhimpunan Ahli Bedah
Onkologi Indonesia; 2003.
23. Greene FL, Page DL, Fleming ID, Fritz AG, Balch CM, Haller DG,
Morrow M. AJCC Cancer Staging Manual 6th ed. Chicago: Springer.
2002;5(1)34-37.
24. Ali NS, Nawaz A, Rajput S, Ikram M. Parotidectomy: a review of 112
patients treated at a teaching hospital in Pakistan. Asian Pac J Cancer Prev.
2010;11(4):1111-3.
25. Baker HW. Tumors of the major and minor salivary gland. In: Pitch JH,
ed. Surgical Oncology 19th ed. USA: McGraw Hill. 1984;50(4):123-34.
26. Hugo NE, McKinney P, Griffith BH. Management of tumors of the parotid
gland. The Surg Clin North Am. 1973;53(1):105-11.
27. McEvedy MV, Ross WM. The treatment of mixed parotid tumours by
enucleation and radiotherapy. Br J Surg. 1976;63(5):341-2.
28. Boles R. Parotid neoplasms: surgical treatment and complications.
Otolaryngol Clin North Am. 1977;10(2):413-20.
29. Kurnia A. Tumor kelenjar liur. Dalam: Kurnia A, Ramli M, Albar ZA,
Panigoro SS, Kartini D, editor. Jakarta: BP FKUI.2008;32(5)68-70.
30. Conley J. Complication of head and neck surgery. Philadelphia: WB
Saunders.1979;78(6)453-69.
31. Beahrs OH, Woolner LB, Carveth SW, Devine KD. Surgical management
of parotid lesions. Review of seven hundred sixty cases. AMA Arch Surg.
1960;80:890-904.
32. Brunicardi FC, Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB et al.
Schwartz’s Principles of Surgery 9th ed. New York: The McGraw Hill;
2010, 18:507-9.
33. Conley J. The salivary glands management of the patient with cancer.
Philadelphia: WB Saunders.1976,(12):897-1015.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
51
34. Evans RW, Crockshank AH. Epithelial tumours of the salivary glands.
Vol A. Philadelphia: WB Saunders, p.12-23.
35. Karen JFUM, Liebel SA, Levine A, Friediander LM, Boles R, Philips TL.
Carcinoma of the major and minor salivary gland. Cancer. 40:2882-90,
1977.
36. Lawrence WJr, Terz JJ. Cancer management. New York: Grune &
Stratton.1977;11(2)786-91.
37. Lore JM. An atlas of head and neck surgery. Vol. II, Philadelphia: WB
Saunders.1973;6(2)67-69.
38. Marwowinoto MR. Tumor parotis: Diagnosis dan terapi. Dalam: Azis MF,
Roezin A, editor. Kanker dan penatalaksanaannya. Perhimpunan Ahli
Bedah Tumor; 1987, h.97-110.
39. Oh YS, Eiselle DW. Salivary Glands Neoplasm. In: Bailey BJ, Johnson
JT, Newlands SD, editors. Head & Neck Surgery – Otolaryngology 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006, p.1516-33.
Universitas Indonesia
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
Lampiran 1
TERAPI
JENIS Bedah
NO NAMA USIA RM DIAGNOSIS STADIUM HISTOPATOLOGI
KELAMIN Radiasi Kemoterapi
Parotidektomi superfisial Parotidektomi Total Extended / RND
Radikal parotidektomi +
1 SAS P 19 3773380 Ca parotis sin T4N0MX IV A Ca mucoepidermoid - - Rekonstruksi N. Fasialis sin - -
2 S P 75 3695530 Tumor parotis sin susp ganas T4N2cM0 IV A paraganglioma - - extended parotidektomi sin - -
3 S P 55 3772245 Ca parotis sin residif T1N0M1 IV C Ca mucoepidermoid V - - - -
4 S P 54 3364736 Tumor parotis dex susp ganas T1N0M0 I Schwanoma V - - - -
5 SL L 56 3775968 Tumor parotis sin susp jinak T3N0M0 III Adenocarcinoma - - - - V
6 S L 32 3721607 Tumor parotis sin susp ganas T4N0M0 IV A adenoma pleomorfik - V - - -
7 S P 48 3698248 susp Ca parotis sin T1N0M0 I mukoepidermoid V - - - -
debulking tumor,
8 VTA P 38 3205186 Adeno ca parotis post debulking tumor TXNXMX, post hemimandibulektomi IV A Adenocarcinoma - V hemimandibulektomi dex V -
9 WSS L 85 3778646 Tumor parotis sin susp ganas T4N1M0 IV A Acinic cell - - - V -
10 W L 49 3548255 Tumor parotis dex susp ganas T3N0M0 III adenoma pleomorfik - V - - -
11 AP L 63 3565622 Ca parotis dex T2N0M0 II Ca mucoepidermoid V - - - -
12 AS L 52 3287836 Adeno ca parotis T4N2M0 IV A Adenocarcinoma - - - V V
13 AS L 43 3143547 Adenoid cystic ca parotis sin T1N0M0 I Adenoid kistik V - - - -
14 AM L 62 3543225 tumor mandibula sin susp ca parotis maligna T4N0M0 IV A plasmasitoma - - - V -
15 BLG P 84 3546196 Tumor parotis dex susp ganas T2N1Mx III mukoepidermoid - V - - -
16 CB P 59 3245543 Adeno ca parotis T4N1M0 IV A Adenocarcinoma - - - V
17 D L 44 3805108 KSS lidah + anak sebar colli kiri II KSS - - - V
18 ETT L 57 3776377 Adenoid cystic ca parotis dex T4N2M0 IV A Adenoid kistik - - - - V
19 IM P 56 3525939 Acinic cell ca parotis sin T3N1M0 III Acinic cell - V - - -
20 KS L 74 3367844 Ca parotis sin T4N0MX IV A Ca mucoepidermoid - - - - V
21 M P 48 3540970 Tumor lidah susp ganas T4bN0M0 II KSS - - - - V
22 MN L 49 3316204 Tumor parotis dex susp ganas T4N2M0 IV B Adenocarcinoma - - - - V
23 MS L 61 3693549 Ca parotis sin T3N0M0 III Adenoid cyst - V - - -
24 NS L 47 3283103 Tumor parotis dex susp ganas T4N1M0 IV A Acinic cell - - - V -
25 NTI P 56 3341957 ca parotis dex T2N0M0 III Adenoid kistik - V - - -
26 RS L 68 3599979 Ca parotis sin T4N0M0 IV A Clear cell - - - - V
27 SM L 69 3310147 Tumor parotis sin susp ganas T2N0M0 II Ca mucoepidermoid V - - - -
28 YKG L 39 3547949 ca submandibula sin T3N2aM0 IV A Mukoepidermoid ca, derajat keganasan tinggi - - - V V
29 FH L 16 3397615 Susp. Ca Parotis Sin T2bN1M0 III Spindle cell sarcoma - V debulking tumor - -
30 YH L 58 3024415 Tumor parotis dex susp ganas T1N0M0 I Ca mucoepidermoid derajat rendah V - - - -
31 E P 41 3310488 Ca Parotis Sin T3N0M0 III Acinic cell V - - - -
subtotal mandibulektomi +
32 DR L 34 3445086 Susp. Ca Parotis dex residif T3N1M0 III Malignant Peripheral Nerve Sheat Tumor (MPNST) - V rekonstruksi plate & screw V -
33 D P 44 3501022 Carcinoma Mukoepidermoid regio Parotis T4N1M1 IV C Mukoepidermoid ca, derajat keganasan menengah - - - - V
34 J L 38 3598112 Tumor Parotis dex susp ganas T3N0Mx III Ca mucoepidermoid V - - - -
35 LY P 24 3576115 Ca parotis sin residif TxN0M0 III PA 1 : Ca mucoepidermoid, PA 2 : Adenoid kistik& PA 3 : acinic cell - V - - -
36 HA L 30 2356014 Tumor parotis dex susp ganas T4N0M0 IV A Tumor ganas kelenjar liur - V - - -
37 UR L 48 3425523 Ca parotis dex T4N2M0 IV A Limfoma Maligna non Hodgkin kemungkinan jenis Limfoblastik - - - - V
38 M P 50 3508141 Tumor parotis sinistra susp ganas T4aN2M0 IV A Acinic Cell - V V - -
39 MR L 65 3411567 Tumor parotis sinistra susp ganas T4bN3Mx IV B Ca mucoepidermoid - - - - V
40 WP L 19 3442393 Ca parotis dex TxN1M1 IV C Adenoid kistik - - - - V
41 ABC P 51 3441164 ca parotis sin post parotidektomi T4N0M0 IV A adenosquamous - V - V -
42 WBC P 39 3444494 Ca parotis dex T4aN2aM0 IV A KSS - - - - V
43 NBK L 41 3802116 ca parotis sin paska radiasi T4N0M0 IV A epitel-mesoepitel carcinoma - V Deltopectoral flap V V
44 UBT L 40 3482935 ca parotis sin T4aN2M0 IV KSS - - - - V
45 P P 44 3436496 ca parotis post parotidektomi T4aN1M0 IV A Acinic cell - V - V -
46 S L 76 3509223 ca parotis dex post parotidektomi T4aN0M0 IV A KSS - V - V -
47 AK P 22 3416416 ca parotis dex dgn defek N VII dex T3N0M0 III Adenoid kistik - V - V -
48 M L 33 3416495 ca parotis sin post parotidektomi T4N0M0 IV A mukoepidermoid - V - V -
49 K L 41 3698234 Ca Nasofaring tdk berdiff Tipe A derajat keganasan menengah dd/tumor parotis T3N0Mx III sialodenitis kronis non spesifik - - - - V
50 CRT L 43 3698093 Tumor parotis dex susp ganas T2N0M0 II Adenocarcinoma - V - - -
54 ES L 50 3779289 MPNST bucal kanan post radiasi TN2cM0 IV MPNST - - wide eksisi + rekonstruksi V -
55 E P 50 3776569 Tumor parotis sin susp ganas T4aN1M1 IV C Adenocarcinoma - - - - V
56 ER L 45 3549477 Ca mucoepidermoid parotis dex T4aN2cMx IV B Ca mucoepidermoid - - - - V
57 E P 50 3727299 Ca asinik kelenjar liur mandibula sin T4bN0M0 IV A Acinic cell - - - V -
58 FS L 77 3809987 Tumor parotis dex susp ganas T3N0M0 III Ca mucoepidermoid V - - - -
59 H P 52 3549551 clear cell ca maxilla T4aN0M0 IV A clear cell ca - - total maksilektomi sin - -
60 IR P 27 3598798 Adenokarsinoma parotis residif T4N2bM1 post kemoterapi IV Adenocarcinoma - - - - V
61 J L 54 3807098 Ca parotis dex post parotidektomi+ post radioterapi T3N1M0 III Acinic cell - V - V -
62 J L 45 3697285 Tumor mandibula sin susp maligna T4N2cMx IV A Acinic cell - - - V -
63 M L 46 3402550 Ca parotis dex residif T4N2M1 IV C salivary duct ca high grade - V - - V
64 M P 42 3729966 Ca parotis dextra T4aN0M0 IV A polymorphic low grade Adenocarcinoma - V Rekonstruksi nervus fasialis - V
65 M P 41 3547828 Tumor parotis dex susp ganas T3N2bM0 IV A kesan tumor jinak, tidak tampak tanda ganas - V - - -
66 N P 49 3810817 Ca parotis sin post eksisi + pectoral flap T4N1M0 IV A adenokarsinoma - V Flap Pektoral V V
67 N L 41 3802116 Acinic cell ca T2N0M0 II Epithelial myoepithelial ca - V - V V
68 P P 53 3681661 Ca parotis sin residif T2N0M0 II sarcoma ex adenoma pleomorfik - V - - -
69 R P 67 3772989 Ca parotis sin residif T4N0Mx IV A Adenoma pleomorfik - V - - -
70 S P 53 3364736 Tumor parotis dekstra susp ganas T3N0M0 III schwanoma V - - - -
71 D L 44 3805108 tumor submandibula susp ganas T2N0M0 II KSS - V - - -
72 M P 48 3540970 Tumor lidah susp ganas T4bN0M0 II KSS - - - - V
73 YKG L 39 3547949 ca submandibula sin T3N2aM0 I Mukoepidermoid ca, derajat keganasan tinggi - - - V V
74 H P 52 3549551 clear cell ca maxilla T4aN0M0 IV A clear cell ca - - wide eksisi + rekonstruksi - -
75 ABA L 60 3720630 Adenoid cystic ca residif TXN1MX III Adenoid kistik - V - - -
V Nyeri area operasi Tidak 12 Tidak 154 44 42 18,6 17,7 -0,8 -0,045 8811180956
- - - Tidak 12 155 45 47,5 18,7 19,8 1 0,056 87875665397
- - - Tidak 12 170 71 74 24,6 25,6 1 0,042 81316387616
- - - Tidak 12 ya 167 76 73 27,3 26,2 -1,1 -0,039 81949380004
- - - Tidak 12 150 50 53 22,2 23,6 1,3 0,06 0721-253024/081379456379
- - - Tidak 12 Tidak 147 51 49,5 23,6 22,9 -0,7 -0,029 46481911/081383656607/08158247233
- - - Tidak 12 ya 151 41 44,5 18 19,5 1,5 0,085 218862653
- - - Tidak 12 165 63 67 23,1 24,6 1,5 0,063 81213818448
- - - Tidak 12 145 43 40 20,5 19 -1,4 -0,07 81382462661
- - Baal area wajah kiri tidak 12 Tidak 155 45 48 18,7 20 1,2 0,067 08121036429/085287666064
- - - tidak 12 161 51 53 19,7 20,4 0,8 0,039 83874329034
- - Kadang nyeri bekas operasi tidak 12 Tidak 165 65 63 23,9 23,1 -0,7 -0,031 2195256933
- - - tidak 12 159 49 46 19,4 18,2 -1,2 -0,061 89888338687
- - Nyeri tidak 12 Ya 157 52 50 21,1 20,3 -0,8 -0,038 81284610630
V - - tidak 12 ya 172 62 64 21 21,6 0,7 0,032 8745301
- - - tidak 12 Tidak 168 58 60,5 20,5 21,4 0,9 0,043 94964669
V - - Tidak 12 Tidak 153 51,5 53 22 22,6 0,6 0,029 85277038706