Anda di halaman 1dari 6

TEORI DASAR

Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat melalui berbagai proses
pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Pulp sendiri terdiri dari seray-serat (selulosa dan
hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas. Kayu yang dibutuhkan adalah berbagai jenis kayu,
diutamakan yang berserat pendek (kurang dari 2mm), seperti Pinus merkusii, Agathis
loranthiafolia, shorea spp, Eucalyptus deglupta. Proses pembuatan pulp secara mekanis yaitu
dengan pengikisan menggunakan alay seperti gerinda. Proses ini biasa disebut PGW (Pine
Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Sedangkan proses kimia merupakan kombinasi antara
mekanis dan kimia, yang termasuk dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo
Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh
pulp yang memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp
dengan proses mekanis. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia disebut juga kraft, karena
pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan
semikimia, akan tetapi 6 rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena
komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral).

Pulp merupakan bahan setengah jadi, apabila diolah lebih lanjut akan menghasilkan kertas, serat
rayon dan lain - lain. Bahan baku utama untuk pembuatan pulp ini adalah selulosa. Selulosa dapat
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan berserat. Unsur utama tumbuhan berserat ada tiga, yaitu :

- selulosa = 45,80 %

- Pentosan = 25,90 %

- lignin = 22,60 %

Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen antara lain :
Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang merupakan komponen
paling disukai dalampembuatan kertas karena panjang, dan kuat.  Hemiselulosa, tersusun atas
glukosa rantai pendek dan bercabang. Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya
dihilangkan dalam proses pulping.  Lignin, adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang
berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadikaku. Pulping kimia dan proses pemutihan
akanmenghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan.  Ekstraktif, meliputi
hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi
kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam effluent industri kertas.

Kertas dibuat dari bahan yang bernama pulp. Sebelum menjadi pulp, kayu dipotong-potong kecil
atau disebut chip. Pulp sendiri adalah jalinan serat yang telah diolah sedemikian rupa sehingga
membentuk lembaran. Pulp berasal dari serat tumbuhan yang bisa diambil dari kayu, bambu,
padi, bagas dan tumbuhan lain yang mengandung serat, tetapi bahan baku yang sering sekali
digunakan untuk pembuatan kertas adalah kayu. Setelah kayu ditebang kemudian diolah dan yang
pertama dilakukan adalah memotong kayu tersebut sehingga menjadi chip. Kemudian kayu
tersebut dimasak untuk tujuan penghilangan getah yang ada didalam kayu sehingga yang tersisa
adalah serat. Adapun proses pemasakannya dengan menggunakan proses Sulfat (menggunakan
bahan kimia sulfat untuk melepas getah kayu) atau Sulfit. Setelah mengalami proses pemasakan,
kemudian serat tersebut diputihkan atau bleaching dengan menggunakan Chlorine, senyawa yang
mengandung chlor atau bahan kimia kain selain chlor seperti peroksida. Setelah proses bleaching
ini selesai kemudian dibentuk lembaran yang siap pakai untuk membuat kertas.

Proses pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku, dengan cara mengambil dari
hutan tanam industri kemudian disimpan dengan tujuan untuk pelapukan dan persediaan
bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log. Kemudian log di kupas
kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum barker.

Setelah itu log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi untuk
membuang batu yang menempel pada log), setelah itu log dicuci.

Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-potongan kecil yang di sebut
dengan chip. Chip kemudian dikirim ke penyaringan utama untuk memisahkan chip yang
bisa dipakai (ukuran standar 25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang standar
disimpan ditempat penampungan.

Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak (digester).
Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian baru
dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan cairan pemasak yang
disebut dengan cooking liquor.

Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian dicuci dengan tujuan untuk
memisahkan cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor


yang dapat mengurangi kualitas pulp. Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu
penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan berada pada sand
removal cyclones yang berfungsi untuk memisahkan pasir dari pulp.

Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH) di
dalam delignification tower sebelum di cuci didalam washer. Tujuan dari pencampuran ini
adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap pengelantangan
(bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta memutihkan pulp.

Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleacing) dengan bahan kimia di dalam proses
bleacing untuk mencapai derajat keputihan sesuai standar ISO. Pulp kemudian disimpan
atau dikirim ke paper machine untuk diolah menjadi kertas.

1). Wood Preparation :  Proses ini merupakan tahap awal persiapan kayu sebagai
bahan baku yang akan dijadikan serpihan kayu (chip). Potongan kayu dari Hutan
Tanaman Industri (HTI) dengan panjang 2-3 meter dan diameter sekitar 30 cm
diangkut dan ditumpuk ditempat penumpukan kayu sementara (log yard) sekitar
tiga bulan. Log kayu selanjutnya dikirim ke Conveyor belt menuju alat pengupas
kulit (debarker), proses ini dinamakan Debarking. Kayu yang telah dikuliti lalu
diumpankan ke Chipper yang berfungsi memotong kayu menjadi serpihan kayu
(chip). Chip selanjutnya akan dikirim ke Penyaringan utama (main screening) untuk
memisahkan accept, oversize, dan pin chips. Chip yang berukuran standar akan
dibawa Conveyor untuk ditumpuk ke tempat penumpukkan chip (chip yard)
sebelum digunakan sebagai bahan baku di Unit Pembuatan Pulp.

2).  Cooking : Proses Cooking ini adalah proses terpenting yang bertujuan
melarutkan komponen lignin dalam kayu  dengan menggunakan chemicals dan
panas. Untuk mendapatkan keseragaman kualitas pulp cooking, diperlukan
kualitas chip yang baik dan seragam. Pada Industri pulp umumnya menggunakan
Proses Alkali atau dikenal dengan Proses Kraft. Proses Cooking ini berlangsung di
dalam vessel besar bertekanan yang bernama Digester. Chips akan masuk ke
dalam Digester, bersamaan dengan chemicals serta steam. Dalam proses ini
variabel suhu, waktu, rasio, dan konsentrasi chemicals harus
diperhatikan.  Chemicals yang digunakan dalam Pulping Kraft dikenal dengan
nama “white liquor” yang mengandung NaOH dan Na2S. “White liquor” ini akan
melarutkan lignin sehingga didapat fiber yang diinginkan. Lignin yang terlarut
dalam “white liquor” tadi dinamakan “black liquor” karena visualnya memang
berwarna hitam. Kemudian “black liquor” ini akan dikirim ke Chemical Recovery
untuk di-recovery menjadi “white liquor” kembali.

3). Washing :  Setelah Proses Cooking tentunya pulp yang dihasilkan belum


sepenuhnya bersih dari lignin yang terlarut tadi, sehingga dilakukan Washing
menggunakan washer diffuser atau press wash, setiap industri memiliki tipe
washer yang berbeda.

4). Screening :  Setelah Washing maka perlu dilakukan Screening yang secara


selektif memisahkan zat-zat terlarut dari pulp. Bahan-bahan yang dipisahkan  pada
screening adalah Knot (mata kayu), Shives (bundel dari dua atau lebih
berat), Dirt (kotoran), plastik. Partikel yang dipisahkan dikonsentrasikan pada
sebuah aliran sehingga mereka dapat dibuang.

5). Oxygen Delignification :  Setelah Proses Washing dan Screening maka dilakukan


proses Oxygen Delignificationyang bertujuan untuk membersihkan lignin yang
masih tersisa dari pulping, sehingga dapat mengurangi jumlah lignin yang masuk
proses selanjutnya. Selain itu proses ini juga dapat mengurangi konsumsi bahan
kimia di dalam proses Bleaching serta mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkan dari proses dari proses Bleaching.

6). Bleaching :  Tujuan dari proses Bleaching adalah


meningkatkan Brightness (kecerahan) pulp, meningkatkan kebersihan pulp, serta
mengeluarkan kotoran. Prinsip dari Bleaching ini adalah mngeluarkan sisa lignin
untuk mendapatkan kecerahan pulp yang tinggi. Bleaching memiliki beberapa
urutan proses (sequences) yang berbeda tergantung dari kecerahan yang
diinginkan. Selain itu juga tiap tahap menggunakan chemicals yang berbeda.
Berikut beberapa chemicals yang dapat dipakai:

 Chlorine gas (C) – Chlorination;


 NaOH (E) – Ekstraksi;
 ClO2 (D) – Chlorine dioxida;
 NaClO / Ca(ClO)2 (H) – Hypo chloride;
 O2 (O) – Oksigen;
 H2O2 (P) – Peroxide;
 O3 (Z) – Ozone;
 EDTA (Q) – Chelating agent;
 Enzyme (X).

Sedikit catatan bahwa tidak semua pulp itu dilakukan Bleaching, tergantung jenis
pulp yang akan diproduksi. Contohnya untuk pulp yang digunakan untuk
pembuatan kertas kantong semen maka tidak diperlukan Bleaching. Pulp yng
melalui proses bleaching disebut “bleached pulp”, sedangkan yang tidak melalui
proses bleaching disebut “unbleached pulp”.
Untuk beberapa Industri menerapkan Integrated Mill, sehingga setelah proses
Bleaching akan dilanjutkan ke proses pembuatan kertas. Jika Industri kertas yang
tidak terintegrasi maka pulp yang telah di-bleaching tadi akan dilakukan proses
pembentukkan lembaran pulp yang siap dikirim ke tiap pabrik kertas.

Faktor faktor yang mempengaruhi proses pembuatan pulp

1. Konsentrasi larutan pemasak

Dengan konsentrasi larutan pemasak yang makin besar, maka jumlah larutan
pemasak yang bereaksi dengan lignin semakin banyak. Akan tetapi, pemakaian larutan
pemasak yang berlebihan tidak terlalu baik karena akan menyebabkan selulosa
terdegradasi. Asam asetat yang bisa digunakan sebagai larutan pemasak sampai dengan
konsentrasi 100%.

2. Suhu

Dengan meningkatnya suhu, maka akan meningkat laju delignifikasi (penghilang lignin).
Namun, jika suhu di atas 160 ⁰C menyebabkan terjadinya degradasi selulosa.

3. Waktu pemasakan

Dengan semakin lamanya waktu pemasakan akan mengakibatkan reaksi hidrolisis lignin
makin meningkat. Namun, waktu pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan selulosa
terhidrolisis,sehingga hal ini akan menurunkan kualitas pulp. Waktu pemasakan yang dilakukan 1
jam sebelum pulp terbentuk. Untuk waktu pemasakan diatas 5 jam selulosa akan terdegradasi.

4. Ukuran bahan baku.

Ukuran bahan baku yang berbeda menyebabkan luas kontak antar bahan baku
dengan larutan pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan menyebabkan
luas kontak antara bahan baku dengan larutan pemasak semakin luas sehingga reaksi lebih
baik.

5. Kecepatan pengadukan

Pengadukan berfungsi untuk memperbesar tumbukan antara zat-zat yang bereaksi


sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik.

Proses sulfat atau kraft dan proses soda merupakan dua teknik pokok pembuatan pulp
alkalis dan merupakan dasar untuk sejumlah proses alkalis yang dimodifikasi. Pada proses
sulfat digunakan Natrium Hidroksida dan Natrium Sulfida sebagai larutan pemasak dan
biasanya proses sulfat mengikuti bagan proses yang relative seragam meskipun terdapat
sejumlah variasi dalam peralatan khusus dam kondisi pemasakan. Pada dasarnya kayu
dimasukkan ke dalam bejana pemasak dalam bentuk serpih-serpih bersama-sama dengan
lindi pemasak yang segar (lindi putih) dari alur pemulihan bahan kimia.

Keuntungan utama pembuatan pulp secara sulfat adalah

a. Tuntutan yang rendah terhadap spesies kayu dan kualitas kayu


b. Waktu pemasakan yang pendek
c. Pengolahan limbah cairan pemasak yang telah mantap, termasuk pemulihan
bahan-bahan kimia dalam pembuatan pulp
d. Sifat-sifat kekuatan pulp yang sangat baik

Sedangkan kekurangan utama dari dari pembuatan pulp sulfat adalah persoalan bau
rendemen yang lebih rendah daripada pembuatan pulp sulfit (biasanya 45-50%), warna
yang gelap dari pulp yang tidak dikelentang dan akhirnya biaya yang besar untuk
pemasangan pabrik baru.

Sedangkan dalam pembuatan pulp soda lindi pemasak terutama terdiri atas Natrium
Hidroksida (80-85%) dan sejumlah kecil Natrium Karbonat (15-20%) yang berasal dari
reaksi kaustisisasi tak sempurna untuk memperoleh Natrium Hidroksida. Lindi pemasak
dalam pembuatan pulp sulfat lebih banyak komponen. Di samping Natrium Hidroksida dan
Natrium Karbonat , Natrium Sulfida adalah bahan kimia pokok pembuatan pulp.
Banyaknya alkali yang digunakan merupakan factor penting dalam pembuatan pulp.
DAFTAR PUSTAKA

Fengel, D. 1995. Kayu Kimia Ultra Struktur Reaksi. Yogyakarta : Gajah Mada
University press.

Harjadi,W.1993.ILMU Kimia Analitik Dasar.PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Sibuea,H,.2003. recausticizing/klin/effluent. Tim Training dan Development centre.


Porsea : PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

Sirait ,S, 2000. Bleaching plant. Training and Developement Centre. Porsea: PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk.

Tjahjono,Yudi.1998.Proses Pembuatan Pulp. Balai Besar Pulp dan Pengembangan Industri Selulosa
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai