Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“METODE PENGUJIAN POTENSI ANTIBIOTIKA”

DisusunOleh :

KELOMPOK 1

1. IVAN JULIO G 701 17 012


2. HERDA RESKIYANTI G 701 14 216
3. NURFAIZAH M. ALI G 701 17 133

JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
Nya kepada tim penulis makalah sehingga dapat terselesaikan tugas makalah pembuatan
makalah ilmu kependudukan.

Penulis berharap agar makalah ini dapat digunakan semestinya dan dapat membantu para
mahasiswa yang sedang belajar dijurusan farmasi khususnya yang menempuh mata kuliah
MIKROBIOLOGI

Pepatah berkata “Tidak ada gading yang tak retak” sehingga dalam penyususan makalah
ini pun juga banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Sehingga penyusun mohon kesedian dadi pembaca makalah agar menyampaikan
kritik dan sarannya kepada penulis sehingga dalam penyusun makalah selanjutnya dapat menjadi
lebih baik.

Tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terimah kasih kepada dosen pembibing
mikrobiologi yang senangtiasa membingbing kami dalam penyelesaian tugas penulisan makalah
ini. Semoga makalah dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan juga dapat memperkaya pengetahuan
pembaca pada umumnya.

Terima Kasih
Palu, 28 Oktober 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................

I.I LATAR BELAKANG..........................................................

I.2 RUMUSAN MASALAH...................................................

BAB II : ISI ............................................................................................

II.1 Pengertian antiobiotika dan cara pembuaatan antibiotika..................

II.2 Penentuan kadar atau potensi antibiotik...............................................

II.3 Tujuan uji potensi antibiotika...................................................................

II.4 Metode umum yang digunakan untuk uji potensi antibotika...............

BAB III : PENUTUP .........................................................................

III.I KESIMPULAN ............................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama fungi
dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak
bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay,
1978).
  Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain
dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi
berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat
(Tjay, 1978).
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat
kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak menuju
atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak menuju
kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-
bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimiab
peristiwa itu disebut chemotropis (soemarno, 1976).
Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa
suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang. Umumnya toksisitas
selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang pada
konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit (Tjay, 2003).

Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan yang


meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi) (Dwidjesoputro,
1994).
I.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian antiobiotika dan cara pembuaatan antibiotika?


2. Mengapa antibiotik perlu ditentukan kadar atau potensinya ?
3. Apa tujuan uji potensi antibiotika?
4. Apa saja metode umum yang digunakan untuk uji potensi antibotika?
BAB II

ISI

II.1 Pengertian antiobiotika dan cara pembuaatan antibiotika

 Pengertian Antibiotika

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai


efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan
pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga
digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja
seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja
targetnya adalah bakteri.
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang
dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat
mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.

Seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme,


hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara
kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak
wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun


seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa
melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau
nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan
berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram
positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada
lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

 cara pembuaatan antibiotika


 Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikro organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus.
Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna
mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi
setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan
aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini,
melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
 Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum
sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya
polimiksin B basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti,
nistatin.

II.2 Penentuan kadar atau potensi antibotik

Efek penggunaan antimikroba yang meningkat ,sehingga meningkatkan pula efek


resistensi berbagai mikroba patogen. Dimana mikroba patogen dan virus baru yaitu : HIV,
AVIAN dan Flu Virus . Sebagaiaman seperti yang diketahui evektifitas zat hambat atau daya
bunuh antimikroba sangat bergantung pada jumlah dan kekuatan zat aktif nya.

Pengertian Kadar dan Potensi

 Kadar => Jumlah per satuan berat/volume


 Potensi => Ukuran kekuatan /daya hambat atau daya bunuh zat aktif terhadap
mikroorganisme tertentu

(Respon mikroba terhadap antibiotik berbeda-beda ada yang spesifik dan ada juga yang
sensitif)

   Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba
oelh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup.
Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu (Ganiswara, 1995) :
  Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.
  Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.
  Inaktivasi obat oleh mikroba.
  Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh
antimikroba.
  Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan


mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin
melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi
berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan
biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman (Ditjen POM, 2001).

II.3 Tujuan uji potensi antibiotika

Tujuan uji potensi antibiotika yaitu sebagai standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktifitas (potensi) antibiotik terhadap efek daya hambatnya pada
mikroba
Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang
menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan
tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat
yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat
antiseptik atau zat bakteriostatik (Dwidjoseputro,1994).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan
bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk
bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi.
Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin
dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian
penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah
digunakan sehubungan dengan agen – agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme
khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke
yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh
tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi
(Volk dan Wheeler, 1993).

Adapun strategi dan rencana aksi bersama yang harus dilakukan secara bersinergi untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya resistensi antimikroba adalah:
 Penyusunan dan atau penyempurnaan pedoman dan peraturan penggunaan antimikroba.
 Penguatan dan peningkatan kapasitas laboratorium pengujian.
 Pembangunan dan penguatan jejaring surveilans antibiotika di masing-masing bidang
maupun antara bidang kesehatan hewan dan manusia; baik antara laboratorium dan unit
teknis terkait lainnya, pada sektor pemerintah maupun swasta, serta institusi pendidikan atau
perguruan tinggi.
 Penetapan program monitoring dan evaluasi yang lebih terencana dan berkelanjutan
terhadap proses perijinan, distribusi dan penggunaan antimikroba.
 Penelitian bersama antara bidang kesehatan hewan dan manusia, optimalisasi
pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian, dan peningkatan sistem kerjasama diseminasi
hasil berbagai kajian atau pertukaran informasi dan pengetahuan (knowledge exchange)
melalui lokakarya, konferensi, pembentukan forum komunikasi dan kelompok kerja lintas
sektoral.
 Penyebarluasan informasi dan peningkatan pemahaman dan kesadaran berbagai
pemangku kepentingan tentang pentingnya penggunaan antimikroba yang rasional untuk
mendorong perubahan pola pikir dan perilaku.
 Penyusunan roadmap nasional penanganan resistensi antimikroba yang melibatkan multi-
sektor.

II.4 Metode umum yang digunakan untuk uji potensi antibotika

Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring
(Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas saring menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida, bakterisida, dan
insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi, serta
dengan perlakuan biologi seperti menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis.
Metode d’Aubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam
bahan makanan sebagai bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).

Berdasarkan daya kerjanya, antibakteri dibagi dalam dua kelompok, yaitu


antibakteri  bakteriostatik  dan  antibakteri  bakterisidik.  Kelompok  pertama menghambat 
pertumbuhan  dan  perkembangan  bakteri,  kelompok  kedua  bekerja mematikan  bakteri 
tersebut.  Daya  kerja  ini  nampaknya  berkaitan  pula  dengan mekanisme kerja antibakteri
tersebut. Berdasarkan mekanisme kerjanya, dibagi dalam lima kelompok yaitu dengan
mengganggu metabolisme sel bakteri, menghambat sintesis dinding sel bakteri, mengganggu
keutuhan membran sel bakteri, menghambat sintesis protein sel bakteri dan menghambat
sintesis asam nukleat sel bakteri.

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
pengenceran.  Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter
zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.Syarat jumlah bakteri
untuk uji kepekaan /sensitivitasyaitu:105-108 cfu/mL.

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering  digunakan untuk uji aktivitas
antibakteri. Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode
lubang/sumuran dan metode cakram kertas.

1. Metode lubang/sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi
dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian
lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi,
pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling
lubang.

2. Metode lempeng silinder difusi antibiotik dari silinder yang tegak lurus pada  lapisan agar
padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada jumlah tertentu
sehingga mikroba dapat dihambat pertumbuhannya.

3. Metode difusi cakram prinsip kerjanya adalah bahan uji dijenuhkan ke dalam kertas
cakram (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung bahan tertentu ditanam pada
media perbenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian
diinkubasikan 350C selama 18-24 jam. Area (zona) jernih disekitar cakram kertas diamati
untuk menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan mikroba. Selama inkubasi, bahan uji
berdifusi dari kertas cakram ke dalam agar-agar itu, sebuah zona inhibisi dengan demikian
akan terbentuk. Diameter zona sebanding dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke
kertas cakram. Metode ini secara rutin digunakan untuk menguji sensitivitas antibiotik untuk
bakteri patogen.
Adapun metode umum yang digunakan untuk uji potensi antibotika
1. Lempeng (Silinder/kertas cakram)

Difusi antibiotik dari silinder yang dipasang


tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan
petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba
uji pada jumlah tertentu

Mikroba dihambat pertumbuhannya

2. Turbidimetri (Tabung)
o Hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik, Dalam
media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat
VALIDASI UJI POTENSI

       Validasi metoda analisis dapat dilkatakan sebagai suatu proses yang didokumentasikan
dan digunakan untuk pembuktian suatu metoda uji akan senantiasa memberikan hasil yang
diinginkan metode tersebut secara tetap dengan ketepatan dan ketelitian yang mamadai. Hal
ini juga berlaku bagi validasi uji potensi antibiotika. Validasi ini meliputi kualifikasi
peralatan, spesifikasi bahan pereaksi, kondisi pengujian dan tindakan pengaman yang
dianggap perlu. Pencatatan data dan hasil selama validasi dilakukan dalam lembaran prosedur
validasi dan disusun sedemukian rupa untuk mempermudah penggunaannya.

Kualifikasi Peralatan

         Peralatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan persyaratannya. Untuk validasi alat
yang berkalibrasi, secara berkala dilakukan kalibrasi atau bila mungkin setiap sebelum dan
sesudah pengujian, program kalibrasi instrumen dilakukan sesuai dengan yang tercantum
dalam buku CPOB yang disusun oleh Departemen Kesehatan.

       Beberapa peralatan yang memerlukan validasi dan kalibrasi dalam uji potensi antibiotika
antara lain :

A.    Sterilisator

Validasi dilakukan baik terhadap alat maupun proses sterilisasi.

Otoklaf :

-           Setiap kali proses sterilisasi, pada barang yang disterilkan dilekatkan pita kontrol.
Setelah proses sterilisasi pita kontrol harus memperlihatkan perubahan sesuai yang diinginkan
dan dilampirkan pada formulir prosedur validasi.

-           Setiap kali proses sterilisasi, dilakukan pencatatan tekanan dan suhu alat selama proses
berlangsung. Tekanan dan suhu harus sesuai dengan tekanan dan suhu sterilisasi yang
diinginkan.
  -   Setiap periode waktu tertentu, biasanya setiap satu bulan, dilakukan pemeriksaan proses
sterilisasi dengan bioindikator. Hasil pemeriksaan digunakan untuk sertifikasi alat.

Sterilisator kering (oven):

-   Setiap kali proses sterilisasi, dilakukan pengukuran suhu dengan termometer resisten.
Suhu di dalam oven harus sesuai dengan yang ditunjukkan oleh penunjuk suhu (termometer)
oven.

-         Setiap kali proses sterilisasi, dilakukan pencatatan suhu. Suhu harus sesuai dengan
yang diinginkan selama waktu proses sterilisasi berlangsung.

B.     Inkubator

Inkubator yang digunakan dalam uji potensi adalah inkubator udara biasa (cara difusi agar)
dan inkubator tangas air (cara turbidimetri)

Inkubator udara biasa:

-          Setiap kali proses inkubasi, dilakukan pengukuran suhu dengan termometer resisten,
untuk memeriksa keseragaman suhu udara di dalam ruang inkubator. Suhu didalam
inkubator harus sama dengan yang ditunjukkan oleh inkubator.

-          Setiap kali proses inkubasi, dilakukan pencatatan suhu. Suhu harus sesuai dengan yang
diinginkan selama masa inkubasi.

b. Inkubator tangas air :


-          Setiap kali proses inkubasi, dilakukan pengukuran suhu dan kecepatan sirkulasi air
pemanas. Suhu dan kecepatan sirkulasi harus sama dengan yang ditunjukkan oleh
alat.

-          Setiap kali prose inkubasi, dilakukan pencatatan suhu air pemanas. Suhu air
pemanas hrs sama dengan yang diinginkan selama masa inkubasi.

C.    Alat ukur daerah hambatan

          Alat ukur yang digunakan dapat berupa jangka sorong dan alat ukur yang menggunakan
sistem optik.

          Setiap kali proses pengukuran dengan sistem optik dilakukan pencatatan perbesaran
yang digunakan. Setiap perode waktu tertentu dilakukan kalibrasi terhadap perbesaran dan
ukuran. Perbesaran dan ukuran harus sesuai dengan alat kalibrasi yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat alat.

D.    pH-meter

          Setiap pagi hari dilakukan kalibrasi. Jarum penunjuk atau angka pengukuran harus
disesuaikan dengan pH larutan dapar kalibrasi.

          Setiap kali proses pengukuran pH larutan, dilakukan pencatatan dan pH larutan


harus  diatur sesuai dengan yang diinginkan. Dilakukan juga pencatatan penambahan larutan
asam atau basa yang digunakan untuk mengatur pH larutan.

E.     Spektrofotometer

           Setiap kali proses pengukuran dilakukan pencatatan panjang gelombang dan resapan.
Panjang gelombang harus sesuai dengan yang diinginkan.
           Setiap periode waktu tertentu dilakukan kalibrasi terhadap panjang gelombang dan
resapan. Panjang gelombang dan resapan harus sesuai dengan panjang gelombang dan
resapan larutan senyawa kalibrator.

Spesifikasi Bahan Pereaksi

            Yang termasuk sebagai bahan pereaksi dalam uji potensi antibiotika antara lain
adalah media, baku pembanding, pelarut dan pengencer.

A.  Media

Media yang digunakan dapat dibuat sendiri dari komponen-komponennya dan


media siap pakai.

a.      Media yang dibuat dari komponen-komponennya :

     Pada pembuatan diperiksa spesifikasi komponen-komponennya.Komponen-


komponen media harus memenuhi syarat untuk pengujian mikrobiologi.   Dilakukan
pencatatan banyaknya tiap komponen yang digunakan. Banyaknya tiap komponen
harus sesuai dengan yang diinginkan formula media. Pada proses sterilisasi
dilakukan pencatatan tekanan, suhu dan waktu sterilisasi. Tekanan, suhu dan waktu
sterilisasi harus sesuai dengan yang diinginkan.

      Media yang telah jadi dan steril, jika tidak langsung digunakan harus disimpan pada
kondisi sesuai dengan yang diinginkan, dicatat waktu penyimpanannya. Media jadi
yang steril harus disimpan selama waktu yang ditentukan dan tidak lagi memenuhi
syarat pemakaian jika waktu penyimpanan telah dilampaui.

b.            Media siap pakai :

       Pada pembuatan dicatat spesifikasi, harus memenuhi syarat untuk pengujian potensi
antibiotika.Diperiksa dan dicatat waktu kadaluarsanya, harus tidak melampaui batas
waktu kadaluarsa.Penyimpanan media yang telah jadi dan steril sama dengan media
yang dibuat dari komponen-komponennya.
B.    Baku pembanding

Baku pembanding antibiotika yang digunakan harus memenuhi syarat untuk pengujian
potensi. Pada penggunaan dicatat spesifikasinya, keharusan dikeringkan lebih dahulu atau
tidak dan sebagainya. Validasi baku pembanding ini sama dengan yang dilakukan dalam
validasi metode analisis.

C.  Pelarut dan Pengencer

Sebagai pelarut biasanya digunakan air, larutan dapar dan pelarut organik. Sebagai
pengencer biasanya digunakan air dan larutan dapar. Pelarut/pengencer yang berupa
larutan dapar dapat dibuat sendiri dari komponen-komponennya  atau menggunakan
larutan dapar siap pakai.

Komponen ini harus memenuhi syarat yang tercantum di dalam farmakope. Sebelum dan
sesudah disterilkan dilakukan pemeriksaan dan pencatatan pH. Larutan dapar ini harus
memiliki pH sesuai dengan yang diinginkan.

Pada pemakaian larutan dapar siap pakai harus dilakukan pemeriksaan dan pencatatan pH
larutan dapar siap pakai ini harus memiliki pH yang telah ditentukan sesuai dengan yang
diinginkan.

Kondisi Pengujian

           Validasi kondisi pengujian potensi antibiotika dalam tulisan ini dibatasi hanya pada
jasadrenik uji dan cara pengujian.

A.    Jasad renik uji

Jasad renik uji yang digunakan harus sesuai dengan yang ditentukan dalam farmakope atau
yang paling baik untuk suatu antibiotika setelah melalui serangkaian percobaan.
Jasadrenik uji yang diregenerasi secara berkala, diperksa kemurniaannya dengan cara
pewarnaan atau hasil pengujian biokimia lainnya. Kemurniaan jasadrenik harus sesuai
dengan yang diinginkan pada pewarnaan atau hasil pengujian biokimia.

Pada pembuatan suspensi jasadrenik uji yang digunakan untuk inokulum harus dilakukan
pencatatan galur, umur dan bentuknya. Galur jasad renik uji harus sesuai dengan yang
diinginkan , dengan bentuk vegetatif umur 24 jam, sedangkan bentuk spora umur 7 hari
atau lebih. Setiap menggunakan suspensi jasadrenik uji baru harus selalu dilakukan
percobaan pendahuluan dan dicatat jumlah suspensi yang digunakan serta kekeruhannya.

B.     Cara pengujian

Cara yang digunakan dalam pengujian potensi antibiotika harus sesuai dengan yang
tercantum dalam farmakope atau cara yang terbaik untuk suatu antibiotika setelah melalui
serangkaian percobaan.

Pada cara difusi agar dilakukan pencatatan jasadrenik uji, media, pelarut dan pengencer
yang digunakan. Jasadrenik uji, media, pelarut dan pengencer yang digunakan harus sesuai
denagn yang disebutkan di atas.Selain itu juga dilakukan pencatatan suhu dan lamanya
inkubasi. Suhu dan lamanya masa inkubasi harus sesuai dengan yang diinginkan. Pada cara
turbidimetri dilakukan pencatatan seperti pada cara difusi agar dan pencacatan panjang
gelombang dari spektrofotometer yang digunakan.         

Tindakan Pengaman yang Diperlukan

            Tindakan pengamanan yang diperlukan adalah dalam pencegahan kontaminasi


terhadap pekerjaan selama pengujian. Selain itu juga harus divalidasi tindakan pengamanan
terhadap sisa kerja seperti perbenihan jasadrenik uji, media yang telah digunakan dan
sebagainya.

            Pada pencegahan kontaminasi dilakukan pekerjaan secara aseptik di lemari bersih


(clean bench). Dilakukan pemeriksaan dan pencatatan kebersihan daerah kerja.
            Pengamanan sisa kerja dilakukan dengan destruksi menggunakan sterilisator yang
sesuai. Validasi dilakukan terhadap alat dan proses sterilisasi seperti yang telah diuraikan
di atas.

BAB IV

PENUTUP

VI.1 KESIMPULAN

1. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai


efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya
berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun
dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan
menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya
adalah bakteri.
2. Tujuan uji potensi antibiotika yaitu sebagai standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktifitas (potensi) antibiotik terhadap efek daya hambatnya
pada mikroba
3. Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring (Kirby
and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas saring menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida, bakterisida,
dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV, pemanasan yang
tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti menggunakan mikroorganisme lain
sebagai antagonis. Metode d’Aubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa
kadar anibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan pengawet (Ramona dkk.,
2007).
D A F T A R   P U S T A K A

Anonim, (1993), How to Investigate Drug Use in Health Facilities, World Health Organization,


Geneva

Quick, J.D. (EDITOR), (1997), Managing Drug Supply, 2nd Ed., bab III D.28. 422–437,
Kumarian Press, West Hartford

Zai, C., (2002), “Evaluasi Manajemen Obat: Penggunaan Obat yang Rasional dan Biaya
Pemakaian Obat di Puskesmas Kabupaten Nias, Tesis, 50–62, Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta

Butterworth D. Clavulanic acid. In: Biotechnology of Industrial


Antibiotics. Vandamme EJ led). New York : Marcell Dekker Inc. 1984 :
22536.

Fukagawa Y, Ishikura T. Carbapenem compounds. In : Biotechnology of


Industrial Antibiotics, Vandamme EJ (edi. New York; Marcell Dekker Inc,
1984 : 23758.

Perlman D. Microbial production of antibiotics. In : Microbial


Technology2nd. ed. vol. I. London : Academic Press, 1979: 24180.

Sermonti G. Genetics of AntibioticsProducing Microorganisms, Toronto :


Wiley Interscience, 1969 : 100 -43.
Vandamme EJ. Antibiotic Search & Production : An overview. In :
Biotechnology of Industrial Antibiotics, Vandamme EJ led). New York;
Marcell Dekker Inc. 1984 : 332.
Brooks, dkk., 1994, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
 
Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.
 
Fardiaz, S., 1992, Analisa mikrobiologi Pangan, Gramedia, Jakarta.
 
Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia,
Jakarta.
 
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
 
Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai