net/publication/338262944
CITATIONS READS
0 886
4 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Fadhila Rachmat Windiarto on 31 December 2019.
JUSTICE)
Oleh :
PENDAHULUAN
Pada pertemuan teknis hukum laut yang dilakukan antara Indonesia dan
Malaysia yang diadakan pada tanggal 1967 merupakan awal mula munculnya
persengketaan antara kedua belah pihak, Disinilah titik sengketaan terhadap kedua
pulau Sipadan dan Ligitan antara dua belah pihak. Klaim dari pemerintah Indonesia
terlihat lemah karena dalam Perpu No. 4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
kedua Pulau Sipadan dan Ligitan tidak dicantumkan. 1 Sedangkan dari pihak
Malaysia sendiri tidak pernah mencantumkan pulau Sipadan dan Ligitan dalam
sebagai “status quo”, tetapi pengertian ini tangkap berbeda dari pihak Malaysia.
1
Boer Mauna (2005). Hukum Internasional : Perngertian, Peranan Dan Fungsi Dalam
memahami bahwa ditetapkannya “status quo” berarti kedua pulau Sipadan dan
sedangkan dari pihak Indonesia memahami bahwa status kepemilikan kedua pulau
ini tidak bukanlah kedaulatan dari kedua Negara bersengketa sampai kasus ini
selesai.
Berita akan kedua pulau ini lalu tiba-tiba tersebar kemana mana, gara-gara
terdapat cottage baru di dua pulau yang terleltak di laut Sulawesi ini. Di pulau
Sipadan, yang luasnya hanya 4km ini telah siap di datangi wisatawan dari
dibangun oleh Pegusaha dari Malaysia. Dari jumlah tersebut mungkin fasilitasnya
belum dapat dikatakan memadai. Protes dikirimkan ke pihak Malaysia dari pihak
Indonesia karena Indonesia juga merasa memiliki kedua pulau tersebut dan
pemiliknya. Lalu pada tahun 1968 Malaysia secara sepihak tiba-tiba memasukkan
2
Ika Wulan, “Sengketa Sipadan Dan Ligitan”, Diakses Dari
Https://Ikawulan30.Wordpress.Com/2013/04/07/Sengketa-Sipadan-Dan-Ligitan/ , Pada
dokumen. Ketersediaan antara Malaysia dan Indonesia agar menerima hasil dan
menerima keputusan secara final dan mengikat juga tercantum dalam “special
agreement”.3
for the submission to the International Court of Justice the dispute between
Indonesia and Malaysia concerning the soverignty over Pulau Sipadan and Pulau
menentukan siapa yang berdaulat atas kedua pulau tersebut berdasarkan perjanjian,
Argumen Indonesia tentang kedua pulau ini kurang disetujui oleh Mahkamah
Internasional sehingga tidak ada lagi yang dapat diandalkan oleh Indonesia.
Malaysia secara resmi memiliki daerah territorial dan juga bertambahnya luas
wilayah. Serta Malaysia juga dapat mengelola segala sumber daya alam yang
3
Ir Adi Sumardiman, S.H, “Sipadan Dan Ligitan”, Sk Kompas, Jakarta, 18 Desember
2002.
4
Wallensteen, Peter. 2002. Understanding Conflict Resolution. (London : Sage Publications), hal.96
Malaysia telah menunjukkan kedaulatannya di atas pulau Sipadan dan
Ligitan. Maka dalam paper ini kamu akan membahas konflik sengketa antara
PEMBAHASAN
Setelah itu kedua Negara ini sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan
sebagai status quo akan tetapi pengertian ini berbeda. Pihak Indonesia
menganggap bahwa dalam status quo ini berarti pulau Sipadan dan Ligitan ini
pihak Malaysia, memahami bahwa status quo ini pulau Sipadan dan Ligitan ini
Malaysia malah membangun resor pariwisata yang dikelola oleh pihak swasta
yang ada di Malaysia. Karena hal tersebut, pemerintah Indonesia tidak tinggal
5
Litbang Kompas, 2002, Kronologi Sengketa Pulau Sipadan-Ligitan, Jakarta
Setelah itu pada Oktober 1996 Presiden Soeharto dalam kunjungan ke
ini dengan cara hukum melalui ICJ di Den Haag. Alasan Presiden Soeharto yang
Malaysia bahwa secara billateralh masalah ini sangat sulit di selesaikan. Lalu
pengembangan bersama dua pula oleh kedua Negara, atau bahkan membagu
kedua pulau Sipadan dan Ligitan menjadi dua, satu untuk Indonesia dan satu lagi
untuk Malaysia. Proposal ini tidak dapat diterima di Malaysia. Beberapa orang
berpendapat bahwa bahkan setelah upaya mencari kompromi politik telah gagal,
sebelum memutuskan atau setuju untuk pergi ke ICJ. Mekanisme ini disebutkan
pengaturan regional, atau cara damai lainnya sesuai pilihan mereka. Meskipun
beberapa mekanisme ini telah dicoba, seperti negosiasi dan resor ke lembaga
1997 lalu disusul oleh Indonesia yang mengesahkan perjanjian tersebut pada
tanggal 29 Desember 1997 lewat Keputusan Presiden No. 49/19997, setelah itu
melakukan instrument ratifikasi dan berlaku pada tanggal 14 Mei 1998. Lalu
kedua Negara mengajukan surat bersama pada tanggal 30 September 1998, dan
mei 1997 ada beberapa hal terpenting dari Perjanjian tersebut adalah sebagai
berikut:
- Dalam Pasal 2 :
oleh para pihak, apakah kedaulatan atas Pulau Ligitan dan Pulau
oleh para pihak di Pengadilan yaitu guna menentukan perjanjian, dan bukti
lain diberikan oleh kedua pihak. Bahwa Indonesia atau Malaysia yang
memiliki kedua pulau tersebut. Dalam hal tersebut Pengadilan tidak dapat
dapat memutuskan suatu kasus apabila para pihak dapat meyetujui hal
- Pasal 5. Kedua belah pihak antara Indonesia dan Malaysia juga setuju agar
final. “revisi” keputusan bisa dilakukan jika terdapat fakta-fakta yang baru
dan tegas dapat megubah putusan sesuai dengan Pasal 61. Dalam pasal ini
Utara dari garis tersebut dialokasikan ke Malaysia dan sebelah garis selatan
6
Hasjim Djalal “Dispute Between Indonesia And Malaysia On The Sovereignty Over
Sipadan And Ligitan Islands” Jurnal Opinion Juris Vol.12 Januari-April 2013 Hal 16-
17
b. Niat Indonesia dan Malaysia ketika Konvensi 1891 tidak begitu jelas dalam
hal ini sulit disimpulkan mereka ingin membatasi garis laut atau ingin
tersebut letaknya lebih dari 40 mil dari Sebatik karenanya tidak bisa
c. Peta yang ditunjukkan oleh Indonesia terlampir pada proses ratifikasi oleh
Belanda dari Perjanjian 1891, tidak sejauh Sipadan dan Ligitan atau tidak
adalah kepemilikan dari Sultan Bulungan dari Kalimantan Timur, akan tetapi
hal tersebut tidak mempunyai bukti yang cukup kuat sehingga Pengadilan
Walaupun dari pihak Angkatan Laut Belanda dan pesawat sering berpatroli
”control efektif” yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dalam hal ini
dengan Malaysia
penuh atas pulau Sipadan dan pulau Ligitan, dalam putusannya Mahkamah
didasarkan atas salah satu dari atau kedua hal sebagai berikut:
(treaty-based argument)
Dalam hal ini para pihak yang bersengketa menggunakan dasar hak
wilayah sengketa tersebut, seringkali dalam hal seperti ini prinsip "chain of
title" atau "hak berantai" dikemukakan oleh para pihak. dalam arti Negara
7
Hasjim Djalal “Dispute Between Indonesia And Malaysia On The Soverignity Over
Sipadan And Ligitan” Jurnal Opinion Juris Vol.12 Januari-April 2013 Hal 17-18
Khususnya yang dilakukan oleh Negara yang bersengketa tersebut
penguasaan efektif.
wilayah tersebut.
Jika melihat sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan ini, yang menjadi
argumen dasar dari Indonesia ialah perjanjian yang pernah dibuat oleh Belanda
dan Inggris pada tahu 1891 atau disebut dengan perjanjian 1891, Berdasarkan
perjanjian ini Indonesia berargumen bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan masuk
dalam wilayah Belanda pada waktu dibuatnya perjanjian itu, dan kemudian
dari Pula Sipadan dan Pulau Ligitan, hubungan antar Negara di wilayah Pulau
Sipadan dan Ligitan antara tahun 18245 sampai 1969, mengenai perjanjian 1891
dan dalil-dalil dimana perjanjian 1981 dihormati oleh kedua Negara, situasi
perspektif Indonesia.
8
Adijaya Yusuf, Penerapan Prinsip Pendudukan Efektif Dalam Perolehan Wilayah: Perspektif Hukum
Internasional. jurnal Hukum dan Pembangunan, jurnal Nomor 1 Tahun XXXIII, hlm 122
Kemudian yang menjadi argumen dasar pihak Malaysia ialah
1. Hak atas kedua pulau tersebut berdasarkan pada beberapa transaksi (series of
Tersebut tersebut.
Ketakutan banyak negara untuk menanggung biaya saksi dan atau klaim
sumber daya yang cukup untuk menanggung beban penuntutan yang mahal. 9
dalam dua bentuk, yaitu Counter Memorial dan Reply dalam acara tertulis dan
dipertegas dalam acara lisan, yang pada pokoknya Indonesia Menurut Indonesia
Sultan Sulu tidak pernah memiliki kedua pulau tersebut, namun pernilik dari
9
Y Gunawan, 2012, Penegakan Hukum Terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional, Jurnal Media Hukum, Vol 25, No 1 (2018), Yogyakarta, FH UMY. Diakses juga pada
laman http://journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/1978/1959 pada tanggal 29 Desember 2019
Pukul 21.32 WIB
10
Hikmahanto Juwana , “Penyelesaian Sengketa Kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan” Jurnal Nomor
peta yang sah karena masih terdapat peta-peta lainnya yang justru mendukung
dilakukan oleh Indonesia maupun Malaysia atas Pulau Sipadan dan Ligitan
berdasarkan dalil “treaty based title” dan “chain of title”, karena keduanya tidak
masing. 11
dasar hukum yang kuat untuk membuktikan bahwa Pulau Sipadan dan Pulau
“effectivities” memiliki kedaulatan penuh atas pulau Sipadan dan pulau Ligitan
menolak.
11
Ratna Ningrum, “Sengketa Pulau Sipadan Dan Ligitan antara Indonesia-Malaysia serta Penyelesaiannya
Luar Negerilah yang paling bertanggung jawab atas lepasnya kedua pulau
yang dihadapi oleh Indonesia itu sendiri tidak hanya Sipadan dan Ligitan tetapi
masi terdapat pulau yang lainnya. Lain dari hal itu ini juga dapat membuat buruk
PENUTUP
Kesimpulan
12
Hikmahanto Juwana, “ Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan” Jurnal Hukum Internasional,
13
Kartodirdjo, Sartono 1993, Nasionalisme, Kesadaran dan Kebudayaan Nasional, Aditya Media,
Yogyakarta
14
Moh Burhan Tsani,1990, Hukum dan Hubungan Internasional.Liberty:Yogyakarta
Dalam kasus persengketaan perebutan pulau yang melibatkan Indonesia dan Malaysia
ini merupakan salah satu bukti Indonesia pernah melakukan perjanjian internasional,
yang dimana Indonesia mempertahankan kedua pulau tersebut yaitu pulau Sipadan dan
pulau Ligitan agar tidak berpindah ketangan kepada pihak Malaysia. Namun pada
atas dasar hukum sebelumnya yang pernah dibuat dalam perjanjian sebelumnya dan
REFERENSI
Dari Buku
“Mauna, Boer. 2005 Hukum Internasional : Perngertian, Peranan Dan Fungsi Dalam
Era Dinamika Global. PT Almuni : Bandung.”
Dari Jurnal
Juwana, Hikmahanto. 2003. Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan. Jurnal
Ningrum, Ratna. 2010. Sengketa Pulau Sipadan Dan Ligitan antara Indonesia-
UI.
Yusuf, Adijaya. Penerapan Prinsip Pendudukan Efektif Dalam Perolehan Wilayah: Perspektif Hukum
Djalal, Hasjim. 2013. Dispute Between Indonesia And Malaysia On The Sovereignty
Syahiirah Erwin, Sarah. Makalah Tentang Konflik Antara Indonesia Dengan Malaysia
Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional, Jurnal Media Hukum, Vol 25, No 1 (2018),
Https://Ikawulan30.Wordpress.Com/2013/04/07/Sengketa-Sipadan-Dan-Ligitan.
Presentase
No. Mahasiswa Nama Bekerja (0- UK 1 UK 2 UK 3
100)
20170610034 Risky Efriliani 80 Ya Ya Ya