Anda di halaman 1dari 14

Kompetensi Pendukung

A. Dasar- dasar Pendidikan


1. Hakekat Manusia dan Pendidikan
Manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan
makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip
adanya” (principede’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang
memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek- aspek hakikat manusia, antara
lain berkenaan dengan asal- usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur
metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan- ruh), serta karakteristik dan makna
eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk
sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakikat
kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya.
Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal,
mengerti, dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya. Dengan adanya
pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki sebagai makhluk yang
berpikir. Potensi yang dimaksud adalah potensi ruhaniyah (spiritual), nafsiyah (jiwa), aqliyah
(pikiran), dan jasmaniyah (tubuh). Dengan melakukan proses berpikir manusia akan menemukan
eksistensi kehadirannya sebagai makhluk yang telah diberi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pengertian dan unsur- unsur pendidikan
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempelajari pertumbuhan individu, suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Unsur-unsur pendidikan,
proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1) Subyek yang dibimbing (peserta didik), Peserta didik berstatus sebagai subyek didik.
Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah
subyek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
2) Orang yang membimbing (pendidik), orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat.
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), Komunikasi timbal
balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
4) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya.
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat
melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya.
3. Landasan dan Asas pendidikan
a) Landasan
1) Landasan Filosofis bersumber dari pandangan- pandangan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
2) Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional dalam pasal 2 UU RI
No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
3) Landasan Sosiologis, dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masayarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses
sosial dan pola- pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:
a) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
b) Hubungan kemanusiaan.
c) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
d) Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
4) Landasan Kultural, kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik,
sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara
formal maupun informal.
5) Landasan Psikologis, dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan
perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan
dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena
itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada
setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-
garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
6) Landasan Ilmiah dan Teknologi, kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung
memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsi teknologi dari berbagai bidang teknologi ke 
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses
penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan
ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK
tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu.
Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan
pengembangan iptek tersebut.
7) Landasan Hukum, kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.
Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan mendapatkan
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan
peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan –
kegiatan tertentu, dalam hal kegiatan pendidikan.
b) Asas
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia,
terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1) Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi,
yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan
tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di
depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi
dukungan dan semangat), dan Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).
2) Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan di implementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal (tingkatan sekolah) dan horisontal (pengalaman belajar di dalam dan luar sekolah).
3) Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk mengulur
tangan bila diperlukan.
4. Aliran-aliran Pendidikan
1) Nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Aliran Nativisme bertolak
dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan
dan perkembangan anak.
2) Empirisme berdasarkan pada pengalaman bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulasi eksternal dalam perkmbangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan.vPengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari- hari di didapat
dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan- stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam
bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
3) Konvergensi diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh kembang manusia. Karena aliran ini merupakan perpaduan dari aliran
sebelumnya, yaitu nativisme dan empirisme. Seorang tokoh pendidikan Jerman bernama
William Stern (1871-1939) berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk, sedangkan perkembangan anak
selanjunya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan
sama- sama berperan penting.
5. Landasan agama dalam pendidikan
1) Indonesia memiliki 5 agama dimana setiap agama mengajarkan kebaikan dan memiliki
landasan masing-masing.
2) Pendidikan sebagai aspek kehidupan yang sangat penting bagi kita sangat berpedoman
kepada ajaran agama yang terdapat dalam kitab- kitab setiap agama masing- masing atau
As- Sunnah, pendapat para sahabat serta ulama Islam, ‘Uruf, ijtihad dan kemaslahatan
umat.
3) Semua agama memuat nilai- nilai normative yang dapat menjadi acuan dalam pendidikan
yang mampu menjadi tolok ukur tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
6. Pendidikan sebagai suatu sistem
Sistem merupakan suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan dari komponen-
komponen yang saling berinteraksi atau interdependensi dalam mencapai tujuan. Unsur-unsur
Sistem Pendidikan:
1) Raw input: Individu dengan karakteristik tertentu yang akan mengalami proses
pendidikan.
2) Instrumental input: Segala sesuatu yang sengaja diadakan atau dirancang untuk
keperluan pendidikan (kurikulum, program, pendidik, dan sebagainya).
3) Environmental input: Berupa lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.
4) Output: Peserta didik yang telah mengikuti proses pendidikan dalam waktu tertentu dan
telah mengalami perubahan tingkah laku dengan kualifikasi tertentu (tujuan pendidikan).
B. Ilmu Pendidikan Islam
1. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita- cita dan nilai- nilai Islam yang telah menjiwai dan
mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah
sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi
maupun ukhrawi.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
a) Al- Quran , menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang diungkapkan oleh Subhi
Shaleh, Al-Qur’an berarti bacaan, yang merupakan kata turunan (masdar) dari fiil
madhi qara’a dengan arti ism al-maful yaitu maqru’ yang artinya dibaca.
b) Assunah, merupakan perkataan, perbuatan apapun pengakuan Rasulullah SAW, yang
dimaksud dengan pengakuan itu adalah perbuatan orang lain yang diketahui oleh
Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian itu berjalan.
Tujuan Pendidikan Islam
Menciptakan pemimpin-pemimpin yang selalu amar ma’ruf nahi munkar. Sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah surat Al- Baqarah ayat 30 yaitu: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi"
(QS. Al- Baqarah: 30).
3. Objek dan Fungsi Imu Pendidikan Islam
Sebagaimana layaknya ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan Islam memiliki dua jenis objek
yakni objek material dan objek formal. Secara material ilmu pendidikan Islam adalah perilaku
muslim dalam pergaulan sesama. Pergaulan itu berlangsung sangat panjang, sepanjang usaha-
usahanya dalam mencapai kematangan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dari proses ini dengan
sendirinya terbentuk lembaga- lembaga sebagai wujud dari pergaulan yang di bangun atas dasar
nilai, semangat dan tujuan yanhg sama bertolak dari ajaran Islam. Krech menyatakan bahwa
perilaku manusia merupakan pencerminan keinginan dan tujuan manusia yang bersangkutan.
Secara formal, objek pendidikan Islam adalah situasi pendidikan yang menampilkan beberapa
unsur terpadu: Tujuan pendidikan, Pendidik, Peserta didik, Metode, Materi, Penilaian (Evaluasi)
dan Konteks Sosio-kultural.
Fungsi pendidikan Islam merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al-insya yang
artinya menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi. Pendidikan berusaha untuk
menampakkan atau mengaktualisasikan potensi- potensi laten yang dimiliki oleh setiap peserta
didik.
4. Tanggung Jawab dalam Pendidikan Islam
Tanggung Jawab orang tua dalam pendidikan Islam sekurang- kurangnya harus
dilaksanakan dalam rangka: Memelihara dan membesarkan anak, Melindungi dan menjamin
kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, Memberi pengajaran dan Membahagiakan anak.
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi (mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil
kreasinya), mu’allim (menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan
fungsinya dalam kehidupan), mu’addib (mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung
jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas), mudarris (memiliki kepekaan intelektual
dan informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan), dan
mursyid (menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan
konsultan bagi peserta didiknya).
5. Aliran- aliran dalam Pendidikan Islam
Para pemikir Islam telah merumuskan aliran konvergensi walaupun tidak disebut sebagai
teori konvergensi jauh sebelum Sterm. Ibn Mizkawaih misalnya dalam bukunya Tahzib akhlak
berpendapat bahwa tiap benda itu mempunyai form atau bentuknya masing-masing sehingga
tidak bisa menerima bentuk lain, Ibn Sina salah seorang tokoh filosof muslim berpendapat bahwa
seorang anak telah mempunyai kemampuan- kemampuan alamiah, akan tetapi mengandalkan
kemampuan tersebut tidak cukup untuk mendidik seseorang dan harus ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi, Al-Gazali, anak yang lahir telah membawa fitrahnya sendiri,
kecenderungan- kecenderungan serta warisan dari orang tuanya. Kesemuanya itu perlu diberi
pendidikan.
6. Sistem Pendidikan Islam
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/ murid di bawah
pengawasan guru, Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keIslaman, dan
Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat seorang kiai
(pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta adanya pemondokan atau asrama
sebagai tempat tinggal para santri.
7. Pendekatan dan metode dalam pendidikan Islam
Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam
kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan lebih
bisa menunjukkan keberhasilan pendidikan anak didik yang berdasarkan skill yang dimilikinya,
pendekatannya yaitu:
1) pendekatan psikologis yang tekanannya diutamakan pada dorongan- dorongan yang
bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya
kognitif (menciptakan hal- hal baru), konotatif (daya untuk berkemauan keras), dan
afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional).
2) pendekatan sosial- kultural yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi
dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan
hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban.
3) pendekatan religi, yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan
keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif, intensif dan
ekstensif (mendalam dan meluas).
4) pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap
dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
5) pendekatan komparatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan
suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan
siatuasi dan zamannya.
6) pendekatan filosofis, yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan
falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan
memakai akal atau rasio.
Metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian
tujuan pendidikan Islam, macam- macam metodenya:
1) metode dialog Qur’ani dan nabawi, adalah pendidikan dengan cara berdiskusi
sebagaimana yang digunakan oleh Al Qur’an dan hadits- hadits nabi.
2) metode kisah qur’ani dan nabawi metode kisah disebut juga metode cerita yakni cara
mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan
menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam, yakin Al- Qur’an dan Hadits.
3) metode perumpamaan metode ini, disebut pula metode “amsal” yakni cara mendidik
dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep.
Perumpamaan yang diungkapkan Al- Qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang
ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
4) metode keteladanan metode ini, disebut juga metode meniru yakni suatu metode
pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik
kepada anak didik.
5) metode ibrah dan mau’izhah metode ini disebut juga metode “nasehat” yakni suatu
metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberi motivasi.
6) metode targhib dan tarhib metode ini, disebut pula metode “ancaman” dan atau
“intimidasi” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik
memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik.

C. Metodologi Penelitian Kualitatif


1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi
penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan.
2. Data Sekunder dan Data Primer
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), Contoh data primer adalah
data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus dan panel, atau juga data
hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Sementara data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau
dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan
pemerintah, data yang diperolehdari majalah, dan lain sebagainya.
3. Sumber Data
` Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2007) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata- kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain- lain.
4. Penyajian Data
Untuk memberikan gambaran data hasil penelitian maka dilakukan prosedur sebagai berikut:
1) Tahap penyajian data: Data disajikan dalam bentuk deskripsi yang terintegrasi.
2) Tahap komparasi: Merupakan proses membandingkan hasil analisis data yang telah
deskripsikan dengan interprestasi data untuk menjawab masalah yang diteliti. Data
yang diperoleh dari hasil deskripsi akan dibandingkan dan dibahas berdasarkan
landasan teori, yang dikemukakan pada bab.
3) Tahap penyajian hasil penelitian: Tahap ini dilakukan setelah tahap komparasi, yang
kemudian dirangkum dan diarahkan pada kesimpulan untuk menjawab masalah yang
telah dikemukakan peneliti.
5. Triangulasi Data
Triangulasi sumber data adalah pengumpulan data dari beragam sumber yang saling
berbeda dengan menggunakan suatu metode yang sama.
6. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup reduksi data,
analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan.berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan:
1) Reduksi data (merangkum) diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.
2) Penyajian data dalam bentuk uraian singkat, bagan hubunga antar kategori, dan
lainnya yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif.
3) Penarikan kesimpulan adalah temuan baru yang sebelumnya belum ada, berupa
deskripsi suatu objek yang masih remeng menjadi jelas.
D. Metodologi Penelitian Kuantitatif
1. Variabel Penelitian
Jenis variabel penelitian sosial dalam konteks riset kuantitatif, yaitu:
1) Variabel nominal, variabel ini biasa disebut juga variabel deskrit atau variebel kategori.
Variabel deskrit hanya dapat dikategorisasikan menjadi dua kutub. Contoh variabel
deskrit atau nominal adalah jenis kelamin. Jenis kelamin dalam banyak penelitian
dikategorisasikan menjadi dua kutub: pria dan wanita.
2) Variabel kontinum, terdiri dari tiga variabel sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
a. Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan. Sebagai contoh,
kebahagiaan yang bisa ditingkatkan menjadi sangat bahagia, bahagia, dan tidak
bahagia.
b. Variabel interval, yaitu variabel berupa jarak yang dapat diketahui melalui
pengukuran. Sebagai contoh, saya ke anda 5 meter, anda ke mereka 5 meter, maka
saya ke mereka 10 meter.
c. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Misalnya, masuk kepolisian butuh uang
sogokan 100 juta rupiah, jadi satpam butuh uang sogokan 50 juta. Maka uang sogokan
untuk jadi polisi 2 kali lipat uang sogokan untuk jadi satpam.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel. Populasi bagi suatu penelitian harus di bedakan ke dalam sifat berikut:
1) Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang
sama, sehingga tidak perlu di persoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang
dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes
darah saja. Dokter itu tidak perlu mengambil satu botol darah, karena baik setetes
maupun satu botol hasilnya akan sama saja.
2) Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala
dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen
Pertimbangan pengambilan sampel adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan
biaya) dan masalah ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi
ketelitian karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti.
3. Data Penelitian
Data kuantitatif merupakan data numerik yang menunjukkan hasil pengukuran variabel
dan digunakan untuk keperluan penelitian. Penelitian kuantitatif selalu menggunakan data
kuantitatif.
4. Tabulasi Data
Merupakan proses memasukan skor instrumen angket yang telah dijawab responden
menjadi satu kelompok sebagai satu kesatuan data untuk tiap- tiap variabel, dilakukan 2 cara
yaitu: Uji validitas (suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen) dan reablititas instrumen.
5. Deskripsi Data
1) Mean adalah nilai rata- rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan dengan
membagi jumlah data dengan banyaknya data.
2) Median menentukan letak tengah data setelah data disusun menurut urutan  nilainya. Bisa
juga nilai tengah dari data-data yang terurut.
3) Modus adalah nilai yang sering muncul. Jika kita tertarik pada data frekuensi, jumlah dari
suatu nilai dari kumpulan data, maka kita menggunakan modus.
4) Standar Deviasi dan Varaian, satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan
homogenitas kelompok. Varaian merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai- nilai
individual terhadap rata- rata kelompok. Sedangkan akar dari varaian disebut dengan
standar deviasi atau simpangan baku. Standar Deviasi dan Varaian simpangan baku
merupakan varaian sebaran data. Semakin kecil nilai sebarannya berarti variasi nilai data
makin sama Jika sebarannya bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin
besar nilai sebarannya berarti data semakin bervariasi.
6. Analisis Inferensian
Digunakan untuk mengolah data kuantitatif dengan tujuan untuk menguji kebenaran suatu
teori baru yang diajukan peneliti yang dikenal dengan hipotesis.
1) Pengujian Normalitas Data, adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data
tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan
data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.
2) Analisis Korelasi, Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk
mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih. Dalam analisi
skorelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian, Variabel bebas (Independent
Variable) yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain dan
Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi
oleh variabel yang lain.
3) Regresi, adalah analisis lanjutan dari korelasi menguji sejauh mana pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen setelah diketahui ada hubungan antara variabel
tersebut data harus interval/ rasio data berdistribusi normal.
4) Komparasi, adalah teknik analisis statistik yang bertujuan untuk membandingkan antara
kondisi dua buah kelompok atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai