PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pasien yang masuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
berhak mendapatkan pelayanan yang aman dan bermutu. Salah satu upaya
agar pasien aman adalah dengan menerapkan Patient safety, hal ini sesuai
undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. (HIPPII pusat, 2017).
1
2
procedure or body fluid exposure risk) yang artinya setelah prosedur atau
risiko pajanan cairan tubuh, Moment 4 (after touching a patient) yang artinya
pasien.
seluruh dunia setiap tahun. Salah satu implementasi dari patient safety adalah
infeksi yang didapat di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
pada saat masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk
infeksi didapat di rumah sakit muncul setelah pasien pulang, juga infeksi bisa
(75,5%) dan perilaku kepatuhan perawat five moment for hand hygiene
dengan uji Spearman Rank diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05. Kesimpulan
lima saat mencuci tangan hanya beberapa saat 3 setelah menyentuh cairan
tubuh pasien yang beresiko dan saat-4 setelah menyentuh pasien semua
perawat mencuci tangan mereka dengan lebih dari 75% cuci perawat tangan
tidak prosedur operasi standart yang tepat dan saat mencuci tangan yang
yang baik sebanyak 23 perawat atau 67,6%, sedangkan pada perawat yang
dengan penerapan cuci tangan yang cukup baik sebanyak 3 perawat atau
penerapan cuci tangan yang cukup baik sebanyak 4 perawat atau 11,8%.
Berdasarkan hasil uji statistik antara dua variabel diperoleh nilai p=0,019,
4
yang berarti nilai p lebih besar dari alpha (0,05), dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat
Yogyakarta.
Kebersihan tangan dianggap penting sebagai cara yang mudah dan efektif
untuk mencegah HAIs (Shinde & Mohide, 2014). Tangan petugas kesehatan
(Allegranzi & Pittet, 2009). Sebuah studi menyatakan bahwa dengan mencuci
tangan itu sendiri belum mendapat respon yang baik. Di negara berkembang,
masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65%. Sama halnya dengan
sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan
cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal ini dapat menjadi tantangan yang cukup
5
program cuci tangan ini (Perdalin, 2010 dalam Dewi, JK, 2017).
infeksi terkait perawatan kesehatan. Lebih dari setengah dari infeksi dapat
Infeksi yang terjadi akibat perawatan kesehatan ini biasanya terjadi ketika
pasien. Dari 100 pasien rawat inap, setidaknya 7 di Negara maju dan 10 di
kesehatan. Diantara pasien sakit kritis dan rentan di unit perawatan intensive,
angka itu meningkat menjadi sekitar 30/100 (WHO, 2013 dalam Rundiyati,
Endah 2015).
Dari Hasil penelitian Safiya, FI & Ardia Putra 2019 didapatkan nilai
mean dari pengetahuan 11,6 dan nilai mean sikap 16,3. Nilai P-Valueantara
pengetahuan dengan sikap adalah 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hygiene.
yang dilakukan oleh petugas pelayanan kesehatan. Saya mendapati pada saat
praktik klinik di RSU Cut Nyak Dhien Langsa. Pada Saat melakukan survey
observasi kepada perawat tersebut mereka masih belum patuh terhadap cuci
tangan, mereka hanya mencuci tangan setelah kontak dengan pasien dan tidak
penerapan manajemen yang patuh akan penerapan Cuci Tangan yang benar.
Maka dari penjelasan dan berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk
Tangan Yang Benar Pada Five Moments Di Ruang Rawat Inap RSU CND
B. Rumusan Masalah
mereka masih belum patuh terhadap cuci tangan, mereka hanya mencuci
tangan setelah kontak dengan pasien dan tidak melaksanakan five Moments
Benar Pada Five Moments Di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa
Tahun 2020”.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tentang Cuci Tangan Yang Benar Pada Five Moments Di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
Dhien Langsa.
benar pada five moment di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Langsa.
D. Manfaat Penelitian
five moment perawat di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Langsa
dengan penelitian ini dan dapat menjadi sumber referensi pada penelitian
selanjutnya.