Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Reproduksi Pria Dan Wanita yang penyusun sajikan berdasarkan berbagai
informasi dan referensi. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penyusun sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pengampu, penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
penyusun di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.
Baso, Juni 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manausia untuk mengahasilkan
keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau
sexual. Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia , maka harus
mengetahui terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses
yang berlangsung di dalamnya.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria
testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon
testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-
tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih
besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot,
dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar.
Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel
telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi
mempengaruhi timbulnya tandatanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit
menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan
pinggul membesar.
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan
hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ
reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse
tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah
manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini
diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam
tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.
Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya
tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila
makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk
hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan
(anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Sexualitas adalah sesuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara
manusia laki-laki dan perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu
system yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung-menyambung
sehingga existensi manusia itu tidak punah. Banyak peristiwa bahagia dan
hidup gairah oleh adanya sex, tetapi tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih,
malapetaka dan kehancuran disebabkan oleh sex pula.
Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia
sehingga ada pendapat ahli yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku
manusia pada hakekatnya dimotifasi dan didorong oleh sex. Maka tidaklah
mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa
kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya
gangguan pola perkembangan kehidupan Psikosexualnya.
Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa dan
bagaimana itu sex dalam system reproduksi kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja system reproduksi pria?
2. Apa saja macam-macam kelainan system reproduksi pria?
3. Apa saja system reproduksi wanita?
4. Apa saja macam-macam kelainan system reproduksi wanita?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui system reproduksi pria
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja macam-macam kelainan system
reproduksi pria
3. Untuk mengetahui dan memahami system reproduksi wanita
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja macam-macam kelainan system
reproduksi wanita
BAB II
PEMBAHASAN
3) Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi
penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar
asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis,
kelenjar prostat dan kelenjar Cowper .
a) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b) Kelenjar prostate
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak
di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan
getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang
berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
c) Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium.
Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia=jamak) atau sel indung
telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis
membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam
kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan.
Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah
secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak
dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang
mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat
(dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya
mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak
perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan
oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami
perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis
tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua
sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang
berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis
kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan
sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak
terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika
ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan
dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel
besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua
(polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan
tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel
telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi
ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit.
Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer
menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul
pertama kali untuk menyelubungi oosit primer.
Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel
sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel
tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit
sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum.
Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus
albikan.
3. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan
perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria.
Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam
siklus menstruasi.
a. Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari
uterus yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika
ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari.
Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut
ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan
ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-
hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi,
patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi.
Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode
atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14
terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-
ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
1) Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma,
sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon
estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal
(endometrium).
Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau
meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada
endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan
terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya
berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-
rata sekitar 50mL.
2) Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu
oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari
ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf
dengan ovum di dalamnya.
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon
estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali
(proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium.
Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga
mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa.
Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada
serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3) Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14
terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen
selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH.
LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya
ovulasi terjadi pada hari ke-14.
4) Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh
oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan
berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi
estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi
estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu
pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen)
tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot
pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari
ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan
memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah,
sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH
dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung
kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
b. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang
mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi
segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma
dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus
berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang
disebut korona radiata.
Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona
radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah
dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder. Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma
maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa
tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan :
1) Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona
radiata.
2) Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3) Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada
oosit sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu,
yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
a) Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b) Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c) Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
c. Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus.
Dalam perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali.
Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya,
dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.
Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini
disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel
(blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian
dalam.
1) Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang
akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas
membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi
sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik
yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium.
Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor
secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.
Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah
(berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai
membran kehamilan.
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk
membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi
penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya
lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan
mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
a) Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk
kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan
endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus
merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-
pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi
dengan trofoblas membentuk korion.
b) Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh
melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion (jonjot-jonjot)
di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio
yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak
terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan
endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ
pemberi nutrisi bagi embrio.
c) Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi
embrio dalam satu ruang yang berisi cairan amnion (ketuban).
Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion
berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan
bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis
serta guncangan dari luar.
d) Alantois
Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-
ari). Tali pusar menghubungkan embrio dengan plasenta pada
endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh
darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan
mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea
untuk dibuang oleh ibu.
d. Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan,
uterus secara perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi
secara berkala hingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan
dan aktifitas uterus sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-
faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus,
yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
1) Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat
pada saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
2) Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi
untuk kontraksi uterus.
3) Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin
berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
4) Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta.
Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan
melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
e. Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan
susu dari ibu. Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar
susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari
jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu
dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang
oleh mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan
dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga
sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta,
sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan
bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak
disekitarnya juga bertambah besar.
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan
fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua
hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya,
hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan
sekresi air susu.
Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan
konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan
sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar
somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik
ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
A. Kesimpulan
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria
memiliki penis dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel
sperma di tandai dengan mimpi basah pada usia pubertas Pada system
reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan ovum.
Kematangan sel telur atu ovum ditandai menarche pada usia antara 13-16
tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi
kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.
B. Saran
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua
orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan
dapat menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa
mengatahui dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami,
tepat sasaran, dan tidak menyesatkan.
Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari
luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA