Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ REPRODUKSI PRIA DAN WANITA ”

Disusun Oleh : KLP 1


MUHAMMAD AGING NES
EMIZAR
MULIA ELYUMI
MULYA
MEGA PUTRI
GERRY RIVALDO

STIKes PERINTIS SUMBAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Reproduksi Pria Dan Wanita” yang penyusun sajikan berdasarkan berbagai
informasi dan referensi. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penyusun sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pengampu, penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
penyusun di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

Baso, Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................

C. Tujuan...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Sistem Reproduksi Pria.....................................................................................

B. Gangguan Sistem Reproduksi Pria...................................................................

C. Sistem Reproduksi Wanita...............................................................................

D. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita..............................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manausia untuk mengahasilkan
keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau
sexual. Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia , maka harus
mengetahui terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses
yang berlangsung di dalamnya.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria
testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon
testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-
tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih
besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot,
dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar.
Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel
telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi
mempengaruhi timbulnya tandatanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit
menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan
pinggul membesar.
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan
hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ
reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse
tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah
manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini
diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam
tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.
Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya
tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila
makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk
hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan
(anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Sexualitas adalah sesuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara
manusia laki-laki dan perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu
system yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung-menyambung
sehingga existensi manusia itu tidak punah. Banyak peristiwa bahagia dan
hidup gairah oleh adanya sex, tetapi tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih,
malapetaka dan kehancuran disebabkan oleh sex pula.
Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia
sehingga ada pendapat ahli yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku
manusia pada hakekatnya dimotifasi dan didorong oleh sex. Maka tidaklah
mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa
kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya
gangguan pola perkembangan kehidupan Psikosexualnya.
Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa dan
bagaimana itu sex dalam system reproduksi kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja system reproduksi pria?
2. Apa saja macam-macam kelainan system reproduksi pria?
3. Apa saja system reproduksi wanita?
4. Apa saja macam-macam kelainan system reproduksi wanita?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui system reproduksi pria
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja macam-macam kelainan system
reproduksi pria
3. Untuk mengetahui dan memahami system reproduksi wanita
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja macam-macam kelainan system
reproduksi wanita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Reproduksi Pria


Meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.
1. Organ Reproduksi
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
a. Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan
kelenjar asesoris.
1) Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam
kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes=jamak).
Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan
kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan
otot polos.Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk
memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut
testoteron.
2) Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri
dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
a) Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam
skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di
sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang
dan bergerak menuju vas deferens.
b) Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens)
merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan
lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis
dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas
deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari
epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula
seminalis).
c) Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang
menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini
berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
d) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di
dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal
dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung
kemih.

3) Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi
penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar
asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis,
kelenjar prostat dan kelenjar Cowper .
a) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b) Kelenjar prostate
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak
di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan
getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang
berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
c) Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

b. Organ Reproduksi Luar


Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
1) Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua
rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus
kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa
jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra.
Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung
saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi
penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang
(ereksi).
2) Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya
berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan
skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh
sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot
dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat
mengerut dan mengendur.
Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal
dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster.
Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar
kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis)
membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah
daripada suhu tubuh.
2. Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada
tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel
germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana
bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan
epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat
spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis).
Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus
seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih)
yang disebut spermatogonia (spermatogonium=tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri,
sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.Pada tahap pertama
spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung
23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal
yang disebut spermatogonia tipe A.
Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel
ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah
melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara
meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk
empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum
memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang
tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi
spermatozoa (sperma).
Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika
spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel
epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan
terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit
sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan
pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian
tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang
berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel
sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan
mengatur proses spermatogenesis.

3. Hormon pada Pria


Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu
estoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone),
estrogen dan hormon pertumbuhan.
a. Estoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel
germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk
membentuk spermatosit sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan
berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan
spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam
cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk
pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan
pembelahan awal pada spermatogenesis.

B. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria


1. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron.
Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-
tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk
turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut
dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin
untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan
pembedahan.
a. Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada
penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering
menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.
b. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa
bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.
c. Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan
Chlamydia.
3. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus
parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas

C. Sistem Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis, hormon pada
wanita, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan laktasi.
1. Organ Reproduksi
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
a. Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran
reproduksi (saluran kelamin).
1) Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval
dengan panjang 3-4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di
daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum
setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke
saluran reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel
telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
2) Saluran reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus
dan vagina.
3) Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di
kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian
pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada
infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi
menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang
ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk
berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
4) Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga
pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan
bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus
manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi
fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang
tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium.
Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel
epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan
banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan
menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan
meluruh pada saat menstruasi.
5) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi
bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina
memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa
selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian
terdalam berupa jaringan ikat berserat.
Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir
pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh
kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat
elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan
dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin
dikeluarkan.

b. Organ reproduksi luar


Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan
celah paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons
pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari
vulva yang banyak menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut. Di bawah mons pubis terdapat
lipatan labium mayor (bibir besar) yang berjumlah sepasang.
Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil)
yang juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor
berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium
minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut
klitoris.
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan
penis pada pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis
dengan penis, namun klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada
klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran
kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung
vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen merupakan selaput
mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.

2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium.
Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia=jamak) atau sel indung
telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis
membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam
kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan.
Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah
secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak
dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang
mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat
(dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya
mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak
perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan
oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami
perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis
tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua
sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang
berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis
kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan
sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak
terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika
ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan
dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel
besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua
(polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan
tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel
telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi
ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit.
Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer
menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul
pertama kali untuk menyelubungi oosit primer.
Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel
sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel
tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit
sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum.
Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus
albikan.
3. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan
perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria.
Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam
siklus menstruasi.
a. Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari
uterus yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika
ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari.
Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut
ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan
ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-
hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi,
patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi.
Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode
atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14
terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-
ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
1) Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma,
sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon
estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal
(endometrium).
Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau
meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada
endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan
terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya
berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-
rata sekitar 50mL.
2) Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu
oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari
ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf
dengan ovum di dalamnya.
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon
estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali
(proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium.
Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga
mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa.
Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada
serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3) Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14
terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen
selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH.
LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya
ovulasi terjadi pada hari ke-14.
4) Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh
oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan
berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi
estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi
estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu
pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen)
tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot
pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari
ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan
memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah,
sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH
dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung
kembali dengan fase menstruasi berikutnya.

b. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang
mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi
segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma
dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus
berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang
disebut korona radiata.
Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona
radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah
dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder. Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma
maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa
tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan :
1) Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona
radiata.
2) Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3) Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada
oosit sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu,
yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
a) Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b) Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c) Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel


granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa
tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh
sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang
penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh
proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan
polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus)
pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan
berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23
kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom
(haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang
kromosom (2n) atau 46 kromosom.

c. Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus.
Dalam perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali.
Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya,
dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.
Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini
disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel
(blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian
dalam.
1) Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang
akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas
membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi
sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik
yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium.
Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor
secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.
Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah
(berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai
membran kehamilan.
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk
membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi
penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya
lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan
mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
a) Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk
kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan
endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus
merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-
pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi
dengan trofoblas membentuk korion.
b) Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh
melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion (jonjot-jonjot)
di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio
yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak
terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan
endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ
pemberi nutrisi bagi embrio.
c) Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi
embrio dalam satu ruang yang berisi cairan amnion (ketuban).
Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion
berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan
bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis
serta guncangan dari luar.
d) Alantois
Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-
ari). Tali pusar menghubungkan embrio dengan plasenta pada
endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh
darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan
mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea
untuk dibuang oleh ibu.

2) Sel-sel bagian dalam blastosit


Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal
embrio (embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar
yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam
(endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga
membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan
tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis)
pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8.
Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung.
Mesoderm akan membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah,
ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan membentuk organ-
organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan
pernapasan.
Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum
kelahiran, terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan
tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.

d. Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan,
uterus secara perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi
secara berkala hingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan
dan aktifitas uterus sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-
faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus,
yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
1) Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat
pada saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
2) Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi
untuk kontraksi uterus.
3) Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin
berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
4) Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta.
Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan
melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.

e. Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan
susu dari ibu. Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar
susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari
jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu
dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang
oleh mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan
dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga
sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta,
sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan
bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak
disekitarnya juga bertambah besar.
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan
fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua
hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya,
hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan
sekresi air susu.
Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan
konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan
sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar
somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik
ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.

D. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita


1) Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak
terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya
menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami
siklus menstruasi.
2) Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan
ovarium.
3) Kanker vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan
terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya
antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.
4) Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di
seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan
mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan
kelenjar limfe panggul.
5) Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa
berat pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami
pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan
pembedahan dan kemoterapi.
6) Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat
di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di
luar uterus, misalnya di paru-paru. Gejala endometriosis berupa nyeri perut,
pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi.
Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi
kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi atau bedah laser.
7) Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal.
Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain
akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau
bakteri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria
memiliki penis dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel
sperma di tandai dengan mimpi basah pada usia pubertas Pada system
reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan ovum.
Kematangan sel telur atu ovum ditandai menarche pada usia antara 13-16
tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi
kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.

B. Saran
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua
orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan
dapat menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa
mengatahui dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami,
tepat sasaran, dan tidak menyesatkan.
Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari
luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira : Jakarta


Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98. Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga :
Jakarta.
Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa
Mega : Jakarta.
Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa
Mega : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai