2556-102017029-9082-Rancangan Tugas 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

RANCANGAN TUGAS 2

TUJUAN TUGAS :
1. Mahasiswa mampu Mengidentifikasi gejala gejala yang muncul pada pasien paliatif.
2. Mendeskripsikan patomekanisme muunculnya gejala.
3. Menjelaskan management nyeri kronik pada pasien paliatif
4. Menjelaskan manajemen gejala fisik (dyspnea, nausea, vomiting,konstipasi, diare, nutrisi,
gangguan tidur).

OBJEK GARAPAN TUGAS :


1. Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok
2. Setiap kelompok mengerjakan kasus yang ditentukan
kelompo Kasus Topik
k
1 1 Penanganan Nyeri pada kanker
2 2 Penanganan Mual muntah akibat kemoterapi
3 3 Penanganan Diare
4 4 Penanganan Konstipasi
5 5 Penanganan Gangguan istirahat tidur
6 6 Penanganan Sesak
7 7 Penanganan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kaheksia

3. Mengerjakan lembar kerja 2 pada pertemuan tanggal 13 Desember 2019


4. Penugasan dikumpulkan pada pertemuan tanggal 13 september 2019. Pukul 16.00
5. Hasil kerja kelompok di buat dalam bentuk rancangan asuhan keperawatan sesuai kasus.
*lembar rencana asuhan keperwatan (DX, NOC, NIC, beserta rasional dan pathway
patofisologi
6. uraian jawaban berbasis referensi jurnal dengan tahun maksimal 5 tahun ke belakang
( 2014 – 2019)
7. kelompok mempresentasikan hasil tugas dalam bentuk power point dengan waktu
presentasi 10 menit per kelompok ( maksimal 10 slide langsung slide analisa).

URAIAN TUGAS :
Kasus 1
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun di rawat di RSHS dengan diagnosis retinoblastoma
mata kiri stadium IV residif. Satu tahun sebelumnya, pasien sudah didiagnosis retinoblastoma
stadium II dan telah dilakukan operasi eksenterasi. Pasien kemudian mendapatkan kemoterapi
dan hanya menyelesaikan tiga siklus kemoterapi.Pasien kembali datang tujuh bulan kemudian
dengan keluhan adanya benjolan baru pada bekas eksenterasi sejak empat bulan sebelumnya.
Pada awalnya tumor sebesar kelereng di pelipis kiri, namun bertambah besar dan menjalar
hingga ke dagu, konsistensi kenyal, berbenjol-benjol, dan tidak nyeri.
Computed tomography scan menunjukkan adanya masa tumor luas di daerah periorbital, bukal,
frontotemporal dan retromandibular kiri disertai destruksi tulang dinding orbita kiri.
Pada pemeriksaan fisis, ditemukan pasien sadar, tanda vital dalam batas normal. Berat badan 16
kg, tinggi badan 99 cm, dan lingkar lengan atas 12,5 cm. Status gizi kurang, pada mata kiri
terdapat masa berukuran 10 x 10 x 8 cm yang berhubungan dengan masa di pipi berukuran 6 x 5
x 3 cm, konsistensi kenyal, berbenjol-benjol, tampak mengkilat dengan gambaran venektasi dan
hiperemis tanpa disertai rasa nyeri. Mata kanan tidak ada kelainan, hidung bagian kiri tampak
terangkat akibat desakan masa tumor. Pada leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening. Jantung dan paru dalam batas normal. Perut lemas, turgor cukup, tidak terdapat
pembesaran hati atau limpa, dan bising usus positif normal. Ekstremitas, akral hangat dan perfusi
perifer baik.
Direncanakan pemberian sitostatika yang terdiri dari ifosfamid 1500 mg/m2 ; vinkristin 1,5
mg/m 2 ; dan aktinomisin D 1500 ug/m2
Setelah pemberian sitostatika, masa tumor tidak mengecil dan pasien mulai mengeluh nyeri.
Pasien dikonsulkan ke Departemen Rehabilitasi Medik dan diberikan terapi natrium diklofenak
15 mg jika nyeri, parasetamol, dan mylanta® untuk mengantisipasi efek samping gangguan
saluran cerna. Obat diklofenak hanya diminum 1 kali dan tidak dilanjutkan karena pasien
muntah. Nyeri makin hebat, terutama pada malam hari dan menjalar sampai ke bahu sehingga
membuat tangan kiri sulit digerakkan. Pasien menjadi sangat rewel dan tidak ada nafsu makan,
kemudian diberikan tramadol supositoria jika sakit yang dirasakan cukup hebat dan natrium
diklofenak gel.Setelah pemberian obat-obatan tersebut keluhan nyeri mulai berkurang.
Pasien kembali dirawat untuk pemberian sito- statika namun masa tumor terlihat makin
membesar, meluas sampai ke mandibula kanan dengan konsis- tensi kenyal, dan terlihat
gambaran venektasi. Keluhan nyeri yang dirasakan semakin sering muncul, terutama malam hari,
sehingga pasien sukar tidur. Pasien mengalami nyeri kanker persisten sehingga diputuskan untuk
diberikan terapi paliatif peroral dengan morfin 3 x 2 mg oral, tramadol supositoria pada malam
hari jika terjadi nyeri dan diklofenak gel. Pasien juga disarankan untuk melakukan proper
positioning untuk mengurangi tightness pada otot leher bagian belakang.
Keluhan nyeri teratasi dengan obat-obat tersebut dan awitan nyeri berkurang maka diputuskan
dosis morfin tidak diturunkan secara bertahap karena dipikirkan kemungkinan nyeri akan
bertambah berat akibat masa tumor yang makin membesar. Jika awitan nyeri semakin sering
muncul, direncanakan untuk meningkatkan dosis morfin.

KAJIAN ;
Jelaskan peran perawat dalam mengatasi keluhan nyeri pasien diatas (buat analisad data dan
NCP)
KASUS 2 :
Seorang pasien , 45 tahun, terdiagnosa kanker payudara stadium ii, menjalani kemoterapi
Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV). Pasien sudah menjalani siklus ke 2
kemoterapi dan mengeluh mual muntah. Pasien mengalami penurunan nafsu makan karena setiap
diberikan makanan selalu muntah lagi.
Kajian :
1. Jelaskan intervensi yang epat pada pasien diatas

Kasus 3 :
Pasien laki-laki, 32 tahun, seorang ODHA teratur mengkonsumsi ARV. Pasien datang ke
poliklinik VCT dan mengeluh diare, sudah sangat lama sekali terkadang saat terbangun dari tidur
sudah menemukan sedikit feses cair yang keluar. Hasil pemeriksaan fisik : pasien tampak lemah,
mata cekung, turgor kulit tidak elastis. Tekanan darah 100/90 mm hg.
Kajian kelompok :
1. Jelaskan penanganan diare yang tepat pada pasien paliatif

Kasus 4 :
Pasien laki-laki, 37 tahun terdiagnosa kanker buli-buli stadium III , pasien mendapatkan terapi
anti nyeri tramadol 50 mg x 3 . pasien mengeluh kesulitan buang air besar sudah 1 minggu, hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tanda tanda vital tekanan darah 120/80 mmhg, Respirasi rate 18
x/menit, nadi 87 x/menit, suhu 36.5 C. Kondisi abdomen tampak cembung, palpasi abdomen
tidak teraba nyeri, bunyi perkusi abdomen hipertympani, bising usus 2 x/menit. Pasien mengeluh
perut terasa begah/kembung.
Kajian kelompok :
1. jelaskan penanganan gejala konstipasi yang tepat pada pasien paliatif.

Kasus 5 :
Pasien wanita, 34 tahun, terdiagnosa kanker payudara stadium III, pasien telah menjalani
kemoterapi FA Selama 4 siklus. Keluhan mual dan muntah sudah tidak ada, pasien tampak
lemah dan mengeluh mengalami kesulitan tidur, tekanan darah 100/90 mmhg. Pasien
mengatakan ‘ suster, kenapa ya siang tidak mengantuk, malam juga tida mengantuk”
Kajian :
1. Jelaskan penanganan kebutuhan istirahat tidur pada pasien paliatif

Kasus 6
Pasien laki-laki, 34 tahun, terdiagnosa limpoma stadium 4, pasien tidak menjalani kemoterapi
karena takut, pasien datang ke rumah sakit karena mengeluh sesak, pasien mengatakan terbiasa
menggunakan oksigen 3 lt/menit bila sesak. hasil pemeriksaan fisik RR 22 X/menit, tampak
penggunaan otot pernapasan tambahan, PCH (+), tampak ada perbesaran kelenjar di leher sampai
ke ketiak sebesar bola tenis.
Kajian :
1. Jelaskan penanganan sesak yang tepat pada pasien paliatif

Kasus 7
Pasien laki-laki, 34 tahun, terdiagnosa limpoma stadium 4, pasien tidak menjalani kemoterapi
karena takut, pasien mengalami penurunan berat badan secara dratis dalam 3 bulan terakhir.
Berat badan saat ini 45 kg dengan tinggi badan 165 cm. berat badan sebelum sakit 67 kg. pasien
mengalami penurunan nafsu makan dan bosan bila harus makanan yang kurang gurih. Keluarga
pasien mengatakan pasien terkadang suka memakan makanan dari luar rumah sakit seperti
gorengan dan bakso.
Kajian :
1. jelaskan manajemen nutrisi pada pasien di atas

Anda mungkin juga menyukai