Anda di halaman 1dari 18

askep stroke

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak
yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen
tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan
pada orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua
pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke
inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat
adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke
ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua . Pertama stroke non
hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua
stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis,
penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum
(otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da
dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok
vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis
superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan
menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat
menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari yang menjadi
penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi
momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita
stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan
mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur,
dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita
perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme,
manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada
pasien stroke.

1.2.  Tujuan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa mampu :
a.         Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.
b.         Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.
c.         Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien stroke.
1.3.  Manfaat.
1.    Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke.
2.    Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi informasi kepada
para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).
Menurut ( Marilyn E, Doenges : 2000) stroke / penyakit serebrovaskuler menunjukkan
adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak.
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung
dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan
penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat
mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat
mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada
daerah otak yang di pengaruhi.
2.2.  Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1.    Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari semua kasus stroke
yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan lokal
dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.
2.    Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang
dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.
3.    Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak). (Smeltzer C. Suzanne, 2002)
4.    Hemoragi
Perdarahan intracranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang subaracnoid
atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi
infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.

2.3.  Faktor resiko pada stroke :


1.    Hipertensi
2.    Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit
jantung kongestif)
3.    Kolesterol tinggi
4.    Obesitas
5.    Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6.    Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
7.    Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8.    Penyalahgunaan obat ( kokain)
9.    Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

2.4.  Tanda dan gejala


Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit
neurologik,bergantung pada lokasi lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan
gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain :
1.    Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu  sisi) karena lesi pada sesi otak yang
berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
2.    kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif atau
kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya).
3.    Gangguan perse psi : disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual spasial,kehilangan
sensori.
4.    Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
5.    Disfungsi kandung kemih.

2.5.  Patofisiologi
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark
pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang
cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya
dinding pembuluh darah oleh emboli.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak

2.6.  Woc

2.7.  Klasifikasi
Klasifikasi dari stroke ada dua macam, menurut Lanny Sustiani, Syamsir Alam dan Iwan
Hadibroto (2003), adalah :
1.    Stroke Non Haemorragic
Stroke disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.    Menumpuknya lemak pada pembuluh darah yang menyebabkan mulai terjadinya pembekuan
darah.
b.    Benda asing dalam pembuluh darah jantung
c.    Adanya lubang pada pembuluh darah sehingga darah bocor yang mengakibatkan aliran darah ke
otak berkurang.
2.    Stroke Haemorragic
Stroke ini disebabkan karena salah satu pembuluh darah di otak bocor atau pecah sehingga darah
mengisi ruang sel-sel otak.
a.    Darah tinggi yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah
b.    Peleburan pada pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah pecah.
c.    Tumor pada pembuluh darah

2.8.  Manifestasi klinis


1.    Stroke Hemoragik
a.    Perdarahan Intraserebral
-  Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.
-  Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktifitas, dan emosi atau marah.
-  Mual atau muntah pada permulaan serangan.
-  Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan.
-  Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65 % terjadi < ½ jam-2 jam, < 2 % terjadi
setelah 2 jam-19 hari).
b.    Perdarahan Subaracnoid
-  Nyeri kepala hebat dan mendadak.
-  Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.
-  Ada gejala atau tanda meningeal.
-  Papiledema terjadi bila ada perdarahan subaracnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikan anterior atau arteri karotis interna.
2.    Stroke non hemoragik
a.       Kesadaran umumnya baik.
b.      Terjadi pada usia > 50 tahun.
c.       Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya.
d.      Defisit neurologis mendadak, didahulu gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau
bangun pagi.

2.9.  Pemeriksaan penunjang


a.    Pemeriksaan radiologi
1.      CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993).
2.      MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000).
3.      Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler. (Satyanegara, 1998).
4.      Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf
Misbach, 1999)
b.    Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu
hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998).
c.    Pemeriksaan darah rutin
d.   Pemeriksaan kimia darah.
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999).
e.    Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja,
1993)

2.10.   Komplikasi
1.    Hipoksia Serebral.
2.    Aliran darah serebral.
3.    Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung postetik.
4.    Herniasi otak
5.    Koma
6.    Kematian

2.11.   Penatalaksanaan
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas
melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia,
selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa
prinsip:
a.    Penatalaksanaan Medis
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1.    Penanganan suportif imun
-       Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
-       Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
-       Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
2.    Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)
-       Elevasi tekanan darah
-       Intervensi bedah
-       Ekspansi volume intra vaskuler
-       Anti koagulan
3.    Pengontrolan tekanan intracranial
-       Obat anti edema serebri steroid
-       Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang digunakan :
1.    Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2.    Obat anti koagulasi : heparin.
3.    Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus).
4.    Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
b.    Penatalaksanaan Keperawatan
-       Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai
mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
-       Tanda-tanda vital diusahakan stabil
-       Bed rest
-       Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK
-       Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada
gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
-       Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggota gerak secara
pasif seluas geraknya.
-       Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
c.    Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah
Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga dirumah
sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan penuh kesabaran dan jangan
lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat
lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level
fungsional yang cukup baik (Pambudi, 2010).
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga menganggap
pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk
bahkan dehiderasi yang dapat mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan
sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil.
Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan
dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan.

BAB III
Asuhan Keperawatan Teoritis
3.1  Pengkajian
3.1.1.      Indensitas
Nama, TTL, agama, status perkawinan, alamat, jenis kelamin, pendidikan, no. MR,
diagnosa medis.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendididkan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat.
3.1.2.      Keluhan utama.
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999).
3.1.3.      Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti
Rochani, 2000)
3.1.4.      Riwayat penyakit dahulu
Biasanya ada riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)

3.1.5.      Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
(Hendro Susilo, 2000).

3.1.6.      Data psikososial


Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

3.1.7.      Data ekonomi


Biasanya dapat meenyerang kalangan ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah.
3.1.8.      Pola aktivitas
Biasanya ada kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
3.1.9.      Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan umum
1.    Kesadaran : pada umumnya mengelami penurunan kesadaran
2.    Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
3.    Tanda-tanda vital : biasanya tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b.    Pemeriksaan integumen
1.    Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit biasanya akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jele.
2.    Kuku : perlu dilihat biasanya ada clubbing finger, cyanosis
3.    Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c.    Pemeriksaan kepala dan leher


1.    Kepala : biasanya bentuk normocephalik
2.    Muka : biasanya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3.    Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d.   Pemeriksaan dada
Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e.    Pemeriksaan abdomen
Biasanya didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
f.     Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Biasanya terdapat incontinensia atau retensio urine
g.    Pemeriksaan ekstremitas
Biasanya didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h.    Pemeriksaan neurologi
1.    Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2.    Pemeriksaan motorik.
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
3.    Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
4.    Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999).

3.2.  Diagnosa keperawatassn

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas


2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan
penglihatan
5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan
otot mengunyah dan menelan
3.3     Intervensi
1.      Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas
Tujuan: masalah pola nafas tidak efektif teatasi
Kreteria hasil:
         Klien mengatakan tidak sesak lagi
         Tidak menggunakan alat bantu nafas
Intervensi
1.      I/ Monitor bunyi nafas
R/ Indikasi menentukan gangguan pernafasan
2.      I/ Pertahankan intek cairan
R/ Membantu mengercerkan secret
3.      I/ Mobilisasi klen
R/ Mempertahankan sirkulasi
4.      I/ Berikan pendidikan keshatan
R/ Mencegah komplikasi paru
5.      I/ Kalobarasi dalam pemberian oksigen
R/ Mempertahankan oksigen
2.      Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral.
Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil :
-          Klien tidak gelisah
-          Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
-          GCS 15
-          Pupil isokor, reflek cahaya (+)
-          Tanda-tanda vital
Intervensi dan Rasional
1.      I/ Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan
akibatnya.
R/ Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
2.      I/ Anjurkan kepada klien untuk bed rest.
R/ Untuk mencegah perdarahan ulang.
3.      I/ Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial
R/ Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan
tindakan yang tepat.
4.      I/ Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis).
R/ Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi
serebral.
5.      I/ Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.
6.      I/ Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
R/ Memperbaiki sel yang masih viabel

3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan :
-          Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
a.    Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot
b.    Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi dan Rasional
1.      I/ Ubah posisi klien tiap 2 jam
R/ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah
yang tertekan
2.      I/ Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernapasan
3.      I/ Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih digerakkan.
4.      I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
R/ untuk menjaga kekakuan otot.

4.      Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan


penglihatan

Tujuan :
         Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.

Kriteria hasil :
-          Adanya perubahan kemampuan yang nyata
-          Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang
Intervensi dan Rasional
1.      I/ Tentukan kondisi patologis klien.
R/ Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana
tindakan
2.      I/ Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
R/ Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien
3.      I/ Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
R/ Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi
4.      I/ Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat
R/ Untuk mengetahui keadaan emosi klien
5.      I/ Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek
R/ Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti.
5.      Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
Tujuan
-          Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil
-          Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
-          Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat.
Intervensi dan Rasional
1.      I/ Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isyarat
R/ Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
2.      I/ Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
R/ Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
3.      I/ Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau
“tidak”
R/ Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi
4.      I/ Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
R/ Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
5.      I/ Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
R/ Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
6.      I/ Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
R/ Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar
6.      Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
-          Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
-          Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
-          Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
Intervensi Dan Rasional
1.      I/ Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
R/Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2.      I/ Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap
sungguh.
R/Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3.      I/ Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
R/ Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat.
4.      I/ Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya.
R/Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha
secara kontinyu
5.      I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
R/Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
7.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan
otot mengunyah dan menelan
Tujuan
-          Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
-          Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
-          Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi dan Rasional
1.      I/ Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
R/ Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
2.      I/ Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah makan.
R/ Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
3.      I/ Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan
diatas bibir/dibawah gagu jika dibutuhkan.
R/ Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
4.      I/ Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
R/ Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan
terjadinya aspirasi
5.      I/ Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat
menelan air.
R/ Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
6.      I/ Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui
selang.
R/ Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak
mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.
3.4     Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan,tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.

3.5     Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik
terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung
dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan
penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat
mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat
mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada
daerah otak yang di pengaruhi.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun
oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak
besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 %
curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
4.2  Saran
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan
saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan STROKE
Daftar Pustaka
Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddhart. vol 2.
Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-cva-stroke.html
http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke
http://id.scribd.com/doc/52590982/ASKEP-STROKE
http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan-stroke.html

Anda mungkin juga menyukai