Anda di halaman 1dari 1

CUKUPKAH UANG NEGARA HADAPI DAMPAK CORONA

Virus Corona yang lebih dikenal dengan sebutan covid-19 ini semakin
merajalela di negara tercinta kita Indonesia, akibatnya banyak dari perusahaan,
sekolah, maupun universitas yang meliburkan para karyawan, siswa/siswi dan
mahasiswa/mahasiswinya untuk diperkejakan dan dibelajar rumahkan.
Sampai saat ini tidak ada satu negarapun yang mengetahui kapan covid-19
ini berakhir, bisa saja berakhir dalam enam bulan, Sembilan bulan, atau dua belas
bulan, makanya setiap negara berharap akan adanya anti virus. Dan kalau
situasinya dalam kondisi kePHKan ini kemudian menyebabkan kegiatan ekonomi
merosot tajam maka setiap negara harus menghadapi konsekuensi ini.
Pandemi Corona di Indonesia saat ini membuat kondisi ekonomi atau
keuangan negara menurun hingga 5%, hal ini disebabkan karena dana negara yang
dikeluarkan untuk menangani pandemic Corona yang semakin merajelala. Akan
tetapi banyak spekulasi yang menyatakan apakah uang yang dimiliki negara
cukup untuk menangani atau menghadapi dampak dari pandemic Corona.
Menurut kementrian keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati bahwa jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot ke 2,3% kita bisa tahu bahwa jumlah
pengangguran akan naik sekitar 4 setengah juta, dan jika ekonomi negara turun
mendekati 0 atau bahkan sedikit di bawah 0 seperti 0,4, 0,5% itu bisa jumlah
PHKnya bisa diatas 5 JT, ini merupakan ancaman nyata bagi perusahaan,
masyarakat.
“jika kemungkinan deficit lebih besar, banyak orang yang bertanya
pembiayaannya dari mana? Jika dulu deficit kita di 1,76% yang tadinya kita mau
hal tersebut di tahun 2020, sekarang melonjok ke 5 % itu berarti bertambah
sekitar lebih 500 triliun sendiri, jadi orang bertanya ada uangnya nggak? Nah,
begitu kita antisipasi bahwa deficitnya meningkat karena kebutuhan belanja naik
dan penerimaan kita turun, kita pembiyaannya mencari apa ini, yaitu yang
pertama kita menggunakan semua dana yang dimiliki pemerintah sendiri yaitu
sisa anggaran yang masih ada di Indonesia, kita menggunakan dana-dana abadi,
yang dimana kalau dana abadi dipakai bukan berarti hilang, maksudnya kita
pakaipinjam untuk membiayai atau membeli surat berharga negara, dan dana
abadinya itu tetap, kemudian kita juga menggunakan dana-dana yang ada dalam
resort, kita kemudian ada pinjaman dari Australia, jepang, prancis, kemudian kita
menggunakan dari lembaga multilandral, Kemudian apalagi kita mengisyut surat
utang dipasar baik yang domestic maupun yang di global, didalam negeri jika
pasar kita sekarang surat berharganya sedang daam proses kompetisi maka jika
akan mengisyut surat utang mandate tdk bisa mengabsor maka bank Indonesia
bisa membeli surat berharga negara di pasar perdana dia ikut dalam brifieng
secara transparan” ujar Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati.

Anda mungkin juga menyukai