Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintahan Belanda dan Jepang terhadap Pendidikan Islam


a. Kebijakan pemerintahan belanda terhadap pendidikan islam
1. Pada tahun 1882 pemerintah belanda membentuk suatu badan khusus
yang bertugas mengawasi beragama dan pendidikan islam yang
mereka sebut resterraden. Dari nasihat badan inilah, maka pada tahun
1905 pemerintah belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya
bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian agama islam
harus terlebih dahulu meminta izin kepada pemerintahan belanda.
2. Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan
agama islam yaitu bahwa tdak semua kiai bisa memberikan pelajaran
mengaji kecuali telah mendapat rekomendasi dari pemerintahan
belanda.
3. Pada tahun 1932 keluar peraturan yang isinya berupa wewenang untuk
memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izin,
atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah belanda
yang disebut ordonansi sekolah luar wide school ordonantie.
b. Kebijakan pemerintahan jepang terhadap pendidikan islam
1. Kantor urusan agama yang ada pada zaman Belanda yang dipimpin
oleh orang-orang orientalis Belanda, diubah oleh Jepang  menjadi
kantor sumubi yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari
2. Para ulama islam bekerjasama dengan pimpinan-pimpinan orientalis
di izinkan membentuk barisan pembela tanah air (PETA)
3. Umat islam di izinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut
majelis islam a’la indonesia (MIAI) yang bersifat kemasrayarakatan.
Namun pada bulan oktober 1943 MIAI di bubarkan dan diganti
dengan majelis sura muslimin indonesia (MASYUMI) Pondok
pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan
dari pemerintah Jepang
4. Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik
dengan ajaran agama
5. Pemerintah Jepang mengizinkan pembentukkan barisan hizbullah
untuk memberikan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam, barisan ini
dipimpin oleh K.H. Zainal Arifin
6. Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di
Jakarta yang dipimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir dan
Bung Hatta.

B. Kebijakan pemerintah RI terhadap pendidikan islam pada masa kemerdekaan


a. Orde lama
Pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional
mengalami proses yang panjang, meskipun secara historis pendidikan
Islam telah dipraktekkan jauh sebelum Indonesia Merdeka. Keberadaan
pendidikan Islam pada awal kemerdekaan semakin jelas, karena lembaga-
lembaga tersebut telah diakui bahkan dilindungi dan dikembangkan oleh
pemerintah.Selain itu, berdasarkan rapat Badan Pekerja Kamite Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) tanggal 22 Desember 1945 diantaranya
memutuskan bahwa dalam rangka memajukan pendidikan dan pengajaran
di negeri ini, pendidikan di langgar-langgar dan madrasah-madrasah
dianjurkan agar berjalan terus dan diperpesat. Pernyataan ini, kemudian
diikuti dengan keluarnya keputusan BPKNIP yang menyatakan agar
madrasah-madrasah itu mendapatkan perhatian dan bantuan dari
pemerintah.
Perkembangan pendidikan Islam pada masa ini erat-terkait dengan
peran Departemen Agama yang secara intensif memperjuangkan politik
pendidikan Islam.Orientasi Departemen Agama dalam bidang pendidikan
Islam berdasarkan aspirasi umat Islam adalah agar pendidikan agama
diajarkan di sekolah-sekolah di samping pengembangan madrasah itu
sendiri. Kebijakan pendidikan Islam semakin signifikan sejak Departemen
Agama mendapat tanggungjawab membina dan pengembangan
pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan, hal yang menjadi
pokok persoalan pemikiran pendidikan Islam
Menurut catatan sejarah, Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan (PP&K) yang pertama Ki Hadjar Dewantara menyatakan
dengan tegas bahwa pendidikan agama perlu dijalankan di sekolah-
sekolah negeri. Kemudian dalam rapat tertanggal 27 Desember 1945,
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) mengusulkan
kepada kementrian PP&K (dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara sendiri)
agar mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia
yang sesuai dengan rencana pokok usaha pendidikan dan pengajaran,
meliputi sepuluh persoalan; termasuk di dalamnya masalah pengajaran
agama, madrasah dan pondok pesantren. Akan tetapi usulan BP-KNIP ini
baru dapat terlaksana pada masa kementrian (PP&K) dipegang oleh MR.
Suwandi sekitar tanggal 2 Oktober 1946 sampai dengan 27 Juni 1947. Hal
ini disebabkan ketidaksetabilan pemerintahan yang baru berdiri dan akibat
gonta-ganti kabinet.
Sebagai usaha pembaharuan tersebut pemerintah membentuk panitia
dan menerbitkan Surat Keputusan Menteri PP&K, No. 104. Bhg. 0,
tertanggal 1 Maret 1946 yang di antara tugasnya terkait dengan
pendidikan agama (Islam) adalah:
1. Hendaknya pelajaran agama diberikan pada semua sekolah
dalam jam pelajaran dan di Sekolah Rakyat (SR) diajarkan
mulai kelas IV.
2. Guru agama disediakan oleh Kementrian Agama dan dibayar
oleh Pemerintah.
3. Guru agama harus mempunyai pengetahuan umum.
4. Pesantren dan madrasah harus dipertinggi mutunya.
5. Tidak perlu bahasa Arab
Kemudian pendidikan Islam menemukan eksistensinya ketika Tap
MPRS No. 2 tahun 1960 menetapkan bahwa: “Pemberian pelajaran agama
pada semua tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan
Perguruan Tinggi Negeri”.

b. Orde baru
1. Makna Orde Baru
Orde baru adalah masa pemerintahan di Indonesia sejak 11
Maret 1966 hingga terjadinya peralihan kepresidenan, dari presiden
Soeharto ke presiden Habibi pada 21 Mei 1998.Peralihan dari Orde
Lama ke Orde Baru membawa konsekuensi perubahan strategi politik
dan kebijakan pendidikan nasional. Pada dasarnya Orde Baru adalah
suatu korelasi total terhadap Orde Lama yang didominasi oleh PKI dan
dianggap telah menyelewengkan pancasila.
Orde Baru memberikan corak baru bagi kebijakan pendidikan
agama islam, karena beralihnya pengaruh komunisme ke arah
pemurnian pancasila melalui rencana pembangunan Nasional
berkelanjutan. Terjadilah pergeseran kebijakan, dari murid berhak
tidak ikut serta dalam pelajaran agama apabila mereka menyatakan
keberatannya, menjadi semua murid wajib mengikuti pendidkan
agama mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Sejak ditumpasnya peritiwa G. 30 S/PKI pada tanggal 1
Oktoger 1965. Bangsa Indonesia telah memasuki fase baru yang diberi
nama orde baru. orde baru adalah:
a. Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan
mengoreksi segala penyelewengan terhadap
pancasila dan UUD 1945.
b. Memperjuangkan adanya suatu masyarakat yang
adil dan makmur, baik material maupun spiritual
melalui pembangungan.
c. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat
dan melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.

Dengan demikian, orde baru bukanlah merupakan golongan


tertentu, sebab orde baru bukan berupa pengelompokan fisik.
Perubahan orde lama (sebelum 30 September 1965) menjadi orde baru
berlangsung melalui kerja sama erat antara pihak ABRI atau Tentara
dan Gerakan-Gerakan Pemuda, yang disebut Angkatan 1966.

Pada masa ini, kebijakan sistem pendidikan nasional


didasarkan pada Tap MPRS No.27, pasal 1 tanggal 5 Juli 1966; yang
menetapkan bahwa "Agama, pendidikan dan kebudayaan adalah unsur
mutlak dalam Nation and Character Building", dan sekaligus
menetapkan bahwa "Pendidikan agama menjadi mata pelajaran pokok
dan wajib diikuti oleh setiap murid/mahasiswa sesuai dengan
agamanya masing-masing".

Pada masa ini juga kebijakan pemerintah RI sudah meliputi hal-hhal


dibawah ini:
1. Madrasah mendapat perlakuan dan status yang sejajar dengan
sekolah umum.
2. Pesantren mendapat perhatian melalui subsidi dan pembinaan.
3. Berdirinya MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 1975.
4. Pelarangan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) mulai
tahun 1993 setelah berjalan sejak awal tahun 1980-an.
5. Pemerintah memberi izin pada pelajar Muslimah untuk memakai
rok panjang dan busana jilbab di sekolah-sekolah negeri sebagai
ganti seragam sekolah yang biasanya rok pendek dan kepala
terbuka.
6. Terbentuknya UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
7. Terbentuknya UU No. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama.
8. Adanya Kompilasi Hukum Islam (KHI).
9. Dukungan pemerintah terhadap pendirian Bank Islam, Bank
Muamalat Islam.
10. Pendirian BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan Sodaqoh).
11. Pemberlakuan label halal atau haram oleh MUI bagi produk
makanan dan minuman pada kemasannya, terutama bagi jenis
olahan.
12. Pemerintah memfasilitasi penyebaran da’i ke daerah terpencil dan
lahan transmigrasi.
13. Mengadakan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an).
14. Mengadakan peringatan hari besar Islam di Masjid Istiqlal.
15. Mencetak dan mengedarkan mushaf Al-Quran dan buku-buku
Agama Islam yang kemudian diberikan ke mesjid atau
perpustakaan Islam.
16. Terpusatnya jama’ah haji di asrama haji.
17. Penayangan pelajaran Bahasa Arab di TVRI.
18. Berdirinya MAN PK (Program Khusus).
19. Mengadakan pendidikan pascasarjana untuk Dosen IAIN baik ke
dalam maupun luar negeri. Khusus mengenai kebijakan ini,
Departemen Agama telah membuka program pascasarjana IAIN
sejak 1983 dan join cooperation dengan negara-negara Barat untuk
studi lanjut jenjang Magister maupun Doktor. Kurikulum Pendidik
2. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan di Indonesia
a. KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
Setelah kembalinya dari tanah suci Makkah cita-cita
pembaharuan keagamaannya makin mantap.Yang mula-mula
dilakukan Dahlan adalah dengan merubah arah kiblat. Untuk
memperluas jangkauan penyiaran ide-ide pembaruannya, Dahlan
masuk Budi Utomo pada tahun 1909 di organisasi ini Dahlan
mengajarkan agama islam.
Ide-ide pembaruannya tertuang dalam gerakan Muhammadiyah
yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 M. titik tekan
perjuangannya adalah pemurnian ajaran islam dan bidang pendidikan.
Muhammadiyah memiliki pengaruh yang berakar dalam upaya
pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul. Pengembangan ilmu
pengetahuan umum secara melebar dengan cara mendirikan
sekolahsekolah modern yang bersifat memiliki kelas, sarana belajar
yang lebih baik dan terpenting masuknya kurikulum umum dalam
madrasahmadrasah yang dikelola oleh Muhammadiyah. Para siswa
dapat bersama-sama bersekolah tanpa terikat jenis kelamin, artinya
siswa
dan siswi belajar dalam satu ruang walaupun tempat duduknya
terpisah. Madrasah dan sekolah Muhammadiyah juga sangat berperan
dalam menebarkan gagasan dan garis-garis pendiriannya.
b. K.H. Hasyim Asy’ari dan NU
KH. Hasyim Asy’ari lahir tanggal 14 Februari 1871, Ia adalah
seorang yang memiliki predikat kekiaian yang kental. Dalam sejarah
pendidikan islam tradisional, khususnya di Jawa, ia digelari Hadrat
Asy’Syaikh (Guru besar di lingkungan pesantren), karena peranannya
sangat besar dalam pembentukan kaderkader ulama pimpinan
pesantren, misalnya psantren Asem Bagus di Situbondo Jawa Timur,
pesantren Lirboyo Kediri dan lain-lain.
Nahdatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya pada tanggal 31
Januari 1926, yang mulanya hanya sebuah kepanitiaan yang disebut
Komite Merembuk Hijaz.Organisasi NU menganut pada salahsatu
mazhab dari empat mazhab yaitu Mazhab Syafi’i.NU banyak
mengadakan kegiatan keislaman yang bermanfaat bagi anggotanya,
seperti memperluas lapangan pendidikan dan mendirikan
sekolahsekolah serta pemeliharaan anak yatim.
c. Muhammad Amien Rais
Amien Rais lahir di Solo Jawa Tengah pada tanggal 26 April
1944. Pemikiran utamanya adalah mengenai pemurnian akidah islam.
Sedangkan kontribusinya dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari
karya-karyanya yang cukup banyak.Umumnya karya tulisnya
dituangkan dalam bentuk artikel, sebagai editor, dan kata pengantar di
berbagai buku.Ia menyatakan pembaruan dalam bidang pendidikan
suatu masalah yang sangat penting dalam kaitannya dalam masalah
pembaharuan Islam.
BAB II

ANALISIS

A. Relevansi
Pada awal kemerdekaan, Orde Lama dan Orde Baru sikap
diskriminatif terhadap pendidikan Islam (agama) sesungguhnya masih terasa.
Pada masa-masa tersebut pendidikan Islam seperti pesantren dan madrasah
belum mendapatkan kesetaraan sepenuhnya dari pemerintah.Hal ini dapat
dirasakan dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap lembaga-lembaga
pendidikan Islam, dan tidak sepenuhnya menjadikannya sebagai bagian dari
Sistem Pendidikan Nasional.Sehingga para tokoh-tokoh terdahulu
memperbarui pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah yang bukan hanya
mengajarkan tentang pendidikan islam tetapi mereka juga diajarkan
pengetahuan umum yang mana sampai sekarang masih diterapkan.
Harapan baru muncul pada masa reformasi dengan ditetapkannya
UUSPN nomor 20 tahun 2003 yang secara eksplisit menyebutkan peran dan
kedudukan pendidikan Islam serta menjadikan posisi pendidikan agama
(termasuk pendidikan Islam) sebagai bagian integral dari sistem pendidikan
nasional. Undang-undang tersebut dinilai sebagai titik awal kebangkitan
pendidikan Islam dalam bingkai kebijakan pendidikan yang berkesetaraan.

Anda mungkin juga menyukai