Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KETIMPANGAN EKONOMI

MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015


Muhammad Ilham
ilham.korga02@gmail.com
Evita Hanie Pangaribowo
evitahp@ugm.ac.id
Abstract
Economic inequlaity in Indonesia have increased to the highest point ever reported by BPS. The
purpose of this study is ti analyze the economic inequality and explain effect of independent
variable to econoic inequality in Indonesia. Analysis of economis inequality is done based on
Entropy Theil equation, while the alaysis of variables affecting inequality is done based on panel
regression. Independent variable that used on this study is HDI (Human Development Index),
unemployment, contribution of sector agriculture and manufacture, and FDI (Foreign Direct
Investment) and DI (Domestic Investment). Based on the calculation of Entropy Theil, most
provinces in Indonesia belong to high inequality class (based on median Entropy Theil 34
provinces in Indonesia). Based on panel regression, it is known that the variable of HDI,
unemployment, and contribution of agriculture sector have significant effect ti economic
inequality in Indonesia.
Key word: economic inequality, Entropy Theil, panel regression, Indonesia
Intisari
Ketimpangan ekonomi di Indonesia telah mencapai titik tertinggi dari yang pernah dilaporkan
oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis ketimpangan
ekonomi di Indonesia dan mengetahui pengaruh variabel independen, IPM (Indeks
Pembangunan Manusia), TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka), kontribusi sektor pertanian dan
manufaktur, serta PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal
Asing) terhadap ketimpangan ekonomi di Indonesia. Analisis ketimpangan ekonomi dilakukan
dengan persamaan Entropy Theil, sedangkan analisis pengaruh variabel independen terhadap
ketimpangan dilakukan dengan regresi panel. Berdasarkan perhitungan Entropy Theil diketahui
bahwa sebagian besar provinsi di Indonesia tergolong ke dalam kelas ketimpangan ekonomi
tinggi (didasarkan pada nilai median dari 34 provinsi). Variabel IPM, TPT dan kontribusi sektor
manufaktur berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di Indonesia.
Kata kunci: ketimpangan ekonomi, Entropy Theil, regresi panel, Indonesia

PENDAHULUAN
Menurut Yusuf dkk (2013), Indonesia telah menurun dari 23.43%
ketimpangan telah mengalami peningkatan menjadi 11.47% dari tahun 1999 hingga
hingga mencapai titik tertinggi dari yang 2013 1. Kondisi tersebut tidak semata-semata
pernah dilaporkan oleh BPS (Badan Pusat menurunkan tingkat ketimpangan yang ada di
Statistik). Kondisi tersebut menjadikan Indonesia. Berdasarkan data statistik
ketimpangan ekonomi menjadi salah satu Indonesia, tingkat ketimpangan ekonomi di
perhatian pemerintah dalam menyusun Indonesia mengalami peningkatan yang
kebijakan publik. Berdasarkan data statistik cukup signifikan dari 0.31 menjadi 0.41 dari
Indonesia, persentase penduduk miskin di tahun 1999 hingga 2013 2. Ketimpangan

1 2
Sumber BPS Sumber BPS
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1494 https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/111
6

1
tersebut timbul sebagai akibat dari variabel yang berpengaruh terhadap
ketimpangan peluang, pekerjaan yang tidak ketimpangan ekonomi di Indonesia.
merata, tingginya konsentrasi kekayaan, dan
ketahanan ekonomi yang rendah (World METODE PENELITIAN
Bank, 2016). Pengumpulan Data
Ketimpangan ekonomi merupakan Data yang digunakan dalam melakukan
permasalahan yang kompleks karena analisis ketimpangan ekonomi di Indonesia
dipengaruhi oleh berbagai aspek (World merupakan data sekunder yang bersumber
Bank, 2016). Aspek yang mempengaruhi dari BPS Indonesia. Data yang digunakan
ketimpangan tidak hanya berasal dari aspek dalam melakukan analisis ketimpangan
manusia semata, melainkan juga dari aspek ekonomi berdasarkan Indeks Entropy Theil
alam seperti karakterisitik geografis dan ialah data PDRB per kapita dan jumlah
potensi sumberdaya alam. Ketidakmerataan penduduk masing-masing provinsi di
pembangunan antardaerah di Indonesia Indonesia, sedangkan data yang digunakan
menyebabkan ketimpangan ekonomi antara untuk menganalisis variabel yang
satu daerah dengan daerah lainnya (Angelia, berpengaruh terhadap ketimpangan ekonomi
2010). di Indonesia ialah data IPM, TPT, PDRB
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat berdasarkan harga konstan tahun 2010
diketahui bahwa ketimpangan ekonomi menurut lapangan usaha, dan investasi
merupakan permasalahan yang kompleks (PMDN dan PMA) menurut provinsi di
(World Bank, 2016). Ketimpangan ekonomi Indonesia.
tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor Pengolahan Data
semata, melainkan dipengaruhi oleh banyak Pengolahan data terbagi menjadi dua
faktor dan umumnya faktor tersebut saling bagian. Pertama, pengolahan data untuk
berkaitan satu sama lainnya. Faktor-faktor melakukan analisis ketimpangan ekonomi
tersebut di antaranya karakteristik geografis, berdasarkan Indeks Entropy Theil. Kedua,
kondisi sumberdaya alam, sumberdaya pengolahan data untuk menentukan variabel
manusia, dan sumberdaya ekonomi di suatu yang berpengaruh terhadap ketimpangan
daerah. Adanya perbedaan potensi ekonomi di Indonesia.
sumberdaya di masing-masing daerah di Mengacu pada Yuliani (2015), Indeks
Indonesia dan dengan mengetahui bahwa Entropi Theil yang digunakan sebagai berikut
𝑦𝑦𝑗𝑗
kondisi ketimpangan ekonomi yang terus 𝑦𝑦𝑦𝑦
meningkat, maka dibutuhkan adanya kajian 𝐼𝐼(𝑦𝑦) = ∑ � 𝑌𝑌 � 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 � 𝑥𝑥𝑥𝑥
𝑌𝑌
� .................. (1)
𝑋𝑋
yang serius terkait dengan bagaimana kondisi Keterangan
ketimpangan ekonomi menurut provinsi di I : Indeks Entropy Theil
Indonesia. Kondisi inilah yang mendasari yj : PDRB per kapita provinsi j
penelitian Analisis Ketimpangan Ekonomi Y : rata-rata PDRB per kapita Indonesia
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2011 – xj : jumlah penduduk provinsi
2015 dengan gambaran umum terkait dengan X : jumlah penduduk Indonesia
kondisi ketimpangan ekonomi menurut Variabel independen yang digunakan
provinsi di Indonesia dan faktor-faktor yang dalam analisis faktor yang mempengaruhi
berpengaruh terhadap ketimpangan. ketimpangan ekonomi menurut provinsi di
Tujuan penelitian ini ialah untuk Indonesia ialah investasi, TPT, kontribusi
menganalisis ketimpangan ekonomi menurut sektor pertanian dan manufaktur serta IPM.
provinsi di Indonesia dan menjelaskan Mengacu pada model yang digunakan
Kurniawan dan Sugiyanto (2013), persamaan

2
yang digunakan dalam analisis regresi panel mendeskripsikan atau menggambarka data
ialah yang telah terkumpul tanpa adanya maksud
𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌 = 𝛽𝛽0 + 𝛽𝛽1(𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖)𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝛽𝛽2(𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇)𝑖𝑖𝑖𝑖 + untuk melakukan generalisasi. Data hasil
𝛽𝛽3(𝑠𝑠𝑠𝑠)𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝛽𝛽4(𝑠𝑠𝑠𝑠)𝑖𝑖𝑖𝑖 + pengolahan disajikan dalam bentuk tabel,
𝛽𝛽5(𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼)𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝜀𝜀𝜀𝜀𝜀𝜀 ................. (2) grafik, dan peta.
Keterangan
Y it : ketimpangan ekonomi HASIL DAN PEMBAHASAN
β1 – β5 : koefisien regresi Analisis Ketimpangan Ekonomi
inv : investasi Berdasarkan Indeks Entropy Theil
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka Ketimpangan ekonomi muncul seiring
sp : kontribusi sektor pertanian dengan pembangunan ekonomi di Indonesia.
sm : kontribusi sektor manufaktur Ketimpangan terjadi karena pertumbuhan
IPM : Indeks Pebangunan Manusia dan pembangunan ekonomi yang terjadi
ε : error secara tidak merata di berbagai provinsi
Analisis Hasil (Kurniawan dan Sugiyanto, 2013). Indeks
Analisis hasil dilakukan dengan Entropy Theil merupakan salah satu indeks
metode statistik deskriptif. Menurut yang digunakan untuk melihat ketimpangan
Sugiyono (2006), statistik deskriptif antardaerah. Berikut merupakan peta rata-
merupakan analisis data statistik dengan cara rata Indeks Entropy Theil menurut provinsi
di Indonesia tahun 2011 - 2015

Gambar 1 Peta Rata-Rata Indeks Entropy Theil Indonesia Tahun 2011 – 2015
Sumber: output ArcGIS, 2017
Gambar 1 menjelaskan persebaran pada kelas ketimpangan tinggi. Kelas
kelas ketimpangan ekonomi menurut ketimpangan didasarkan pada nilai median,
provinsi di Indonesia. Berdasarkan rata-rata apabila Indeks Etropy Theil memiliki nilai
Entropy Theil dari tahun 2011 – 2015, lebih tinggi dari median (1,16) digolongkan
sebagian besar provinsi di Indonesia berada ke dalam kelas ketimpangan tinggi,

3
sedangkan kelas ketimpangan rendah Variabel yang Berpengaruh terhadap
memiliki Indeks Entropy Theil lebih rendah Ketimpangan Ekonomi di Indonesia
dibandingkan dengan median (1,16). Penentuan Model Estimasi
Provinsi Riau (4,45), DKI Jakarta (7,87), Bali Regresi panel dapat dilakukan dengan
(1,46), Kalimantan Timur (9,68), Sulawesi menggunakan beberapa model estimasi
Utara (1,54), dan Papua Barat (4,79) diantaranya CEM (Common Effect Model),
merupakan daerah dengan Indeks Entropy FEM (Fixced Effect Model), dan REM
Theil tertinggi di masing-masing koridor (Random Effect Model). Model estimasi yang
ekonomi Indonesia. digunakan ditentukan berdasarkan Uji Chow,
Mengacu pada persamaan yang Uji Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier.
digunakan, semakin tinggi jumlah PDRB per Berdasarkan Uji Chow diperoleh nilai
kapita provinsi akan menyebabkan Indeks cross section sebesar 0,0000 (< 0,05)
Entropy Theil juga akan semakin tinggi, sehingga model estimasi yang digunakan
terlebih apabila PDRB per kapita provinsi ialah FEM. Berdasarkan Uji Hausman
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata diperoleh nilai cross-section random sebesar
PDRB per kapita nasional. Contoh kasus 0,0002 (< 0,05) sehingga model estimasi
seperti Provinsi DKI Jakarta memiliki PDRB yang digunakan ialah FEM.
per kapita berkisar Rp124,331,344.41. Nilai Berdasarkan uji Chow dan Hausman
tersebut jauh melebihi rata-rata PDRB per diperoleh estimasi FEM. Berikut merupakan
kapita nasional yang berkisar hasil regresi panel dengan menggunakan
Rp33,656,623.96. estimasi FEM
Tabel 4 Estimasi FEM (Fixed Effect Model)
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob.
Konstanta 3.906945 0.503892 7.753539 0.0000
IPM -0.038706 0.006888 -5.619087 0.0000*
TPT -0.024222 0.006900 -3.510685 0.0006*
Kontribusi sektor pertanian -0.032007 0.070510 -0.453931 0.6507
Kontribusi sektor manufaktur 0.254598 0.036559 6.964049 0.0000*
PMDN 0.005142 0.004282 1.200918 0.2322
PMA 0.000155 0.006114 0.025432 0.9798
Keterangan : * probabilitas pada 𝛼𝛼 5%
Sumber: output Eviews 9, 2017
Variabel dikatakan berpengaruh Yit : estimator ketimpangan ekonomi
signifikan apabila nilai prob. kurang dari 𝛼𝛼 daerah ke-i dan tahun ke-t
(0.05). Berdasarkan Tabel 4 variabel yang X1 it : variabel Indeks Pembangunan
berpengaruh signifikan terhadap Manusia
ketimpangan ekonomi menurut provinsi di X2 it : variabel Tingkat Pengangguran
Indonesia dari tahun 2011 – 2015 ialah X1 Terbuka
(IPM), X2 (TPT), dan X4 (kontribusi sektor X4 it : variabel kontribusi sektor manufaktur
manufaktur). Berdasarkan hasil tersebut Berdasarkan hasil estimasi FEM,
diperoleh persamaan regresi panel sebagai variabel independen yang digunakan
berikut mempengaruhi variabel dependen sebesar
𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌 = 3,906945 − 0,038706 X1 it − 99.87%. Sisanya, 0.13% dipengaruhi oleh
0,024222 X2 it + 0,254598 X4 it variabel lain di luar variabel independen yang
Keterangan digunakan. Berikut merupakan hasil regresi
variabel independen (IPM, TPT, PMDN,

4
PMA, kontribusi sektor pertanian, dan Menurut World Bank (2016), sebagian besar
kontribusi sektor manufaktur) terhadap tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor
variabel dependen (ketimpangan ekonomi informal dengan penghasilan yang rendah.
berdasarkan Indeks Entropy Theil). Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pemerataan pendapatan masyarakat, akan
Berdasarkan hasil regresi data panel tetapi pemerataan tersebut berada pada kelas
IPM memiliki pengaruh negatif dan tidak perekonomian yang rendah. Mengacu pada
signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di pernyataan tersebut, dilihat dari segi
Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan pemerataan ekonomi masyarakat dengan
nilai probabilitas sebesar 0.0000 (kurang dari tingginya tingkat pengangguran akan
0.05 dinyatakan signifikan). Kenaikan 1% berdampak pada penurunan ketimpangan
IPM akan menurunkan ketimpangan ekonomi, akan tetapi dilihat dari segi
ekonomi sebesar 0.038706. kesejahteraan masyarakat hal tersebut sangat
Berdasarkan teori pertumbuhan bertolak belakang dengan tujuan
endogen (Ma’aruf dan Latri, 2008) dan pembangunan di Indonesia.
penelitian Putri dkk (2015) diketahui bahwa Kontribusi Sektor Pertanian
IPM yang tinggi mendorong terjadinya Berdasarkan regresi data panel
peningkatan ketimpangan ekonomi. Perlu kontribusi sektor pertanian berpengaruh
digarisbawahi bahwa dampak positif dari negatif dan tidak signifikan terhadap
adanya ketimpangan ialah memacu ketimpangan ekonomi di Indonesia. Hal
persaingan antardaerah menjadi lebih baik tersebut dibuktikan dengan nilai probabilitas
(World Bank, 2016). Adanya pemerataan kontribusi sektor pertanian sebesar 0.6507
IPM akan menciptakan pemerataan (lebih dari 0.05 dinyatakan tidak signifikan).
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus Kenaikan 1% kontribusi sektor pertanian
dapat menurunkan ketimpangan ekonomi di akan menurunkan ketimpangan ekonomi
Indonesia. sebesar 0.032007.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Hasil tersebut sejalan dengan
Berdasarkan hasil regresi data panel pernyataan Budiono dan Prayudi (2015) yang
TPT memiliki pengaruh yang negatif dan menyatakan bahwa penguatan sektor
signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di pertanian akan membawa dampak terhadap
Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan penurunan ketimpangan di Indonesia, akan
nilai probabilitas sebesar 0.0006 (kurang dari tetapi tidak berpengaruh secara signifikan
0.05 dinyatakan signifikan). Kenaikan 1% (Nguyen, 2010). Tidak signifikannya
TPT akan menurunkan ketimpangan pengaruh sektor pertanian terhadap
ekonomi sebesar 0.024222. ketimpangan ekonomi di Indonesia dapat
Hasil berbeda dalam penelitian disebabkan karena semakin dominannya
Lessman (2006) yang menyatakan bahwa pengaruh sektor non pertanian di Indonesia
tingkat pengangguran yang tinggi akan (Bantika dkk, 2015).
berdampak pada peningkatan ketimpangan Indonesia dikenal sebagai negara
ekonomi. Selain itu, semakin banyak jumlah agraris dengan sumberdaya alam yang
orang yang bekerja, maka tingkat kemiskinan berlimpah (OECD, 2015). Artinya Indonesia
akan semakin berkurang karena masyarakat memiliki kemampuan yang kuat di sektor
memiliki pendapatan untuk memenuhi pertanian. Dilihat dari kondisi sebenarnya,
kebutuhan hidup dan mencapai kesejahteraan produktivitas sektor pertanian masih lebih
(Yacoub, 2012). rendah dibandingkan dengan sektor lainnya.
Rendahnya produktivitas sektor pertanian

5
dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu antardaerah karena daerah dengan
pengaruh siklus iklim, khususnya kemarau sumberdaya yang tinggi mampu
panjang yang disebabkan oleh gejala El Nino menghasilkan produktivitas yang lebih baik
(Budiono, 2016). Karena memiliki dibandingkan dengan daerah dengan
produktivitas yang rendah, upah terhadap sumberdaya yang rendah.
tenaga kerja di sektor pertanian juga rendah Kementerian Perindustrian (2013)
(Budiono, 2016; World Bank, 2016), dan menyatakan bahwa sektor industri
berdampak pada rendahnya kesejahteraan manufaktur mampu memberikan kontribusi
masyarakat (Yacoub, 2012). yang signifikan terhadap perekonomian
Salah satu upaya yang dapat dilakukan nasional. Hal tersebut terlihat dari
guna memaksimalkan produktivitas pertumbuhan industri pengolahan yang terus
pertanian ialah penggunaan teknologi dan meningkat. Besarnya kontribusi sektor
adanya kerjasama antara petani lokal dengan manufaktur disebabkan karena output dari
perkebunan besar atau industri makanan. proses produksi merupakan barang yang
Menurut Grabowski (2013), produktivitas dapat diperdagangkan dan mampu
sektor pertanian dapat membantu menyediaan lapangan pekerjaan. Sifat dapat
pengembangan keunggulan potensi sektor diperdagangkan ini akan mampu
manufaktur, dan kondisi tersebut dapat menggerakkan rantai nilai dari produsen
terjadi dengan bantuan teknologi dalam hingga konsumen akhir, dan berimplikasi
berbagai kegiatan pertanian. Selain dapat pada penyediaan lapangan pekerjaan
meningkatkan produktivitas pertanian, (Silalahi, 2014).
adanya kerjasama petani dengan perkebunan Perbedaan yang cukup timpang dalam
besar atau industri makanan dapat kontribusi sektor manufaktur antardaerah
memperkecil kemungkinan kegagalan para dapat mendorong terjadinya ketimpangan
petani dalam mendistribusikan hasil ekonomi (Kurniawan & Sugiyanto, 2013).
pertanian, dan sekaligus dapat meningkatkan Kondisi tersebut disebabkan karena daerah
kesejahteraan petani di Indonesia (OECD, yang satu akan mengalami pertumbuhan
2015). ekonomi yang lebih pesat dibandingkan
Kontribusi Sektor Manufaktur dengan daerah lainnya. Guna meminimalisir
Berdasarkan hasil regresi data panel terjadinya ketimpangan ekonomi yang
kontribusi sektor manufaktur berpengaruh disebabkan karena perbedaan kontribusi
positif dan signifikan terhadap ketimpangan sektor manufaktur, pemerintah sedang
ekonomi di Indonesia. Hal tersebut mencanangkan program penyebaran sektor
dibuktikan dengan nilai probabilitas industri manufaktur ke luar Pulau Jawa.
kontribusi sektor manufaktur sebesar 0.0000 Menurut Kementerian Perindustrian (2013),
(kurang dari 0.05 dinyatakan signifikan). beberapa provinsi di luar Pulau Jawa dengan
Kenaikan 1% kontribusi sektor manufaktur pertumbuhan sektor manufaktur yang besar
akan meningkatkan ketimpangan ekonomi ialah Provinsi Sumatera Utara, Riau,
sebesar 0.254598. Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung,
Hasil tersebut sejalan dengan Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku.
penelitian Kurniawan dan Sugiyanto (2013) Adanya penyebaran sektor industri
yang menyatakan bahwa kontribusi sektor manufaktur diharapkan dapat mengurangi
manufaktur dapat meningkatkan ketimpangan antardaerah di Indonesia karena
ketimpangan ekonomi. Bonet (2006) juga masing-masing daerah mampu
menyatakan bahwa perbedaan sumberdaya meningkatkan potensi masing-masing
dapat meningkatkan ketimpangan daerah.

6
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Asing (PMA)
Berdasarkan hasil regresi data panel Berdasarkan hasil regresi data panel
PMDN memiliki pengaruh positif dan tidak PMA memiliki pangaruh positif dan
signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di
Indonesia. Pernyataan tersebut dibuktikan Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan
dengan nilai probabilitas sebesar 0.2322 nilai probabilitas sebesar 0.9798 (lebih dari
(lebih dari 0.05 dinyatakan tidak signifikan). 0.05 dinyatakan tidak signifikan). Kenaikan
Kenaikan 1% PMDN akan meningkatkan 1% PMA akan meningkatkan ketimpangan
ketimpangan sebesar 0.005142. ekonomi sebesar 0.000155.
Hasil tersebut sejalan dengan teori PMA memiliki dampak positif
Harrod-Domar yang menyatakan bahwa terhadap peningkatan keuntungan sebuah
investasi mampu meningkatkan kapasitas proses produksi, transfer teknologi dan
barang modal (Sukirno, 1996). Peningkatan pengenalan teknologi proses produksi baru,
kapasitas barang modal akan meningkatkan keahlian manajerial, pelatihan tenaga kerja,
perekonomian daerah dan sekaligus dan akses ke jaringan internasional (Effendi
meningkatkan ketimpangan ekonomi & Soemantri, 2003) dan memberikan efek
antardaerah. Berdasarkan teori dan penelitian multiplier yang tinggi dalam penyerapan
tersebut dapat dikatakan bahwa dengan tenaga kerja terampil dan tenaga ahli khusus
adanya investasi akan mendorong terjadinya (Latip, 2009; Prasaja, 2013). Kondisi tersebut
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sebab menyebabkan tingginya produktivitas
dengan adanya investasi akan mendorong ekonomi di daerah bersangkutan dan
produktivitas ekonomi dan penciptaan sekaligus mempercepat pertumbuhan
lapangan pekerjaan. Perbedaan investasi di ekonomi. Peningkatan pertumbuhan
masing-masing daerah di Indonesia akan ekonomi tersebut secara langsung dapat
meningkatkan ketimpangan ekonomi, akan menimbulkan ketimpangan yang tinggi
tetapi dalam jangka waktu yang panjang antardaerah di Indonesia (Kurniawan &
dengan adanya investasi akan dapat Sugiyanto, 2013; Yusuf dkk, 2013).
menurunkan tingkat ketimpangan apabila PMA umumnya berinvestasi pada
terjadi pemerataan investasi di masing- sektor yang padat karya seperti sektor
masing daerah di Indonesia. manufaktur dan jasa. Kedua sektor tersebut
Menurut Sadono (1994) dalam mampu memberikan upah yang tinggi
Krinantiya (2014) jumlah investasi terhadap tenaga kerja (Budiono, 2016; Putri
bergantung pada beberapa hal diantaranya dkk, 2015) sehingga menimbulkan
ialah besarnya keuntungan yang diperoleh ketimpangan antardaerah. Walaupun
dalam suatu kegiatan ekonomi, suku bunga, demikian, menurut Kholis (2012) Indonesia
tingkat keuntungan di masa depan, ramalan belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk
keadaan ekonomi di masa depan, dan menginvestasikan modal pada investor asing.
penggunaan teknologi. Pemerataan investasi Kondisi tersebut disebabkan banyaknya
akan tercapai apabila masing-masing hambatan masuk bagi investor asing,
pemerintah daerah mampu mengembangkan birokrasi yang kurang efisien, dan
potensi sumberdaya yang dimiliki. infrastruktur yang kurang mendukung.
Berdasarkan data yang ada, PMDN di Kondisi tersebut menyebabkan kurang
Indonesia masih bersifat fluktuatif dari tahun signifikannya pengaruh PMA terhadap
2011 – 2015, dan jumlah PMDN yang jauh ketimpangan ekonomi di Indonesia.
berbeda di masing-masing provinsi. Mengacu pada World Bank Group
(2017) Indonesia berada pada peringkat 151

7
pada tahun 2017 dalam hal kemudahan dalam Kep. Riau, DKI Jakarta, Kalimantan Timur,
memulai bisnis. Kemudahan dalam memulai Kalimantan Utara, dan Papua Barat dengan
bisnis tersebut sangat dipengaruhi oleh rentang indeks ketimpangan antara 4 – 9,
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sedangkan provinsi Jawa Barat, Jawa
seperti prosedur dalam memulai bisnis, biaya Tengah, dan Nusa Tenggara Timur tergolong
awal yang harus dikeluarkan, dan indikator ke dalam kelas ketimpangan rendah dengan
lainnya. Selain prosedur yang rumit, biaya indeks ketimpangan berkisar di bawah 0.5.
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan juga Variabel IPM dan TPT berpengaruh
cukup besar seperti dalam hal izin konstruksi, negatif signifikan terhadap ketimpangan
perusahaan harus mengeluarkan biaya 5.1% ekonomi di Indonesia, variabel kontribusi
dari warehouse value dan dalam hal sektor manufaktur berpengaruh positif
pendaftaran property perusahaan harus signifikan terhadap ketimpangan ekonomi,
mengeluarkan biaya sebesar 10.8% dari sedangkan variabel kontribusi sektor
property value. Kesulitan dalam memulai pertanian berpengaruh negatif tidak
bisnis tersebut akan berdampak pada signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di
rendahnya minat para investor untuk Indonesia dan variabel PMDN dan PMA
membuka perusahaan di Indonesia. Kondisi berpengaruh positif tidak berpengaruh
tersebut akan berdampak pada penurunan signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di
jumlah lapangan pekerjaan dan produktivitas Indonesia.
ekonomi.
Mengacu pada hipotesis Kusnetz yang DAFTAR PUSTAKA
menyatakan bahwa ketimpangan di awal Angelia, Yuki (2010). Analisis Ketimpangan
pertumbuhan ekonomi akan berada pada Pembangunan Wilayah di Provinsi
tingkat yang tinggi, akan tetapi seiring DKI Jakarta Tahun 1995-2008. Skripsi.
berjalannya waktu setelah mencapai titik Semarang: Fakultas Ekonomi
tertinggi ketimpangan akan mengalami Universitas Diponegoro.
penurunan pada pertumbuhan ekonomi Badan Pusat Statistik (2008). Indeks
selanjutnya (Caska & Riadi, 2008; Chang dan Pembangunan Manusia 2006 – 2007.
Rati, 2000; Mauliddiyah, 2014). Berdasarkan Jakarta: BPS.
hipotesis tersebut dapat dikatakan bahwa di Badan Pusat Statistik (2016). Statistik
awal pertumbuhan ekonomi ketimpangan Indonesia 2016. Jakarta: BPS.
memang akan terjadi dengan tingkat yang Bantika, Vredrich, Benu Olfie L. Suzana, dan
relatif tinggi, akan tetapi dengan adanya Gene H. M. Kapantow (2015). Faktor-
pemerataan dan kontiniutas pertumbuhan Faktor yang Mempengaruhi
ekonomi akan mendorong penurunan Ketimpangan Distribusi Pendapatan di
ketimpangan. Hal tersebut juga berlaku SulawesiUtara. Jurnal 6(17) (diakses
terhadap investasi di masing-masing provinsi dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.
di Indonesia. Apabila telah terjadi php/cocos/article/view/10460/10046
pemerataan investasi, maka dapat Rabu, 26 April 2017, pukul 20:57).
menurunkan tingkat ketimpangan. Budiono dan Prayudi S. Prabowo (2015).
Gambaran Umum Ketimpangan
KESIMPULAN Pendapatan di Indonesia dalam
Sebagian besar provinsi di Indonesia Persiapan Menuju Masyarakat
tergolong ke dalam kelas ketimpangan tinggi. Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal of
Adapun provinsi dengan Indeks Entropy Research in Economic and
Theil yang paling tinggi ialah Provinsi Riau, Management, 15(1), 182 – 189.

8
Caska dan RM Riadi (2008). Pertumbuhan Ketimpangan Wilayah Antar
dan Ketimpangan Pembangunan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun
Ekonomi Antar Daerah di Provinsi 2002 – 2010. Diponegoro Journal of
Riau. Jurnal. Economics, 2(1), 1 – 14.
Chang, Jih Y. dan Rati Ram (2000). Level of Latip, Dedi (2009). Analissa Pengaruh
Development, Rate of Economic Penanaman Modal Asing Langsung
Growth, and Income Inequality. (FDI) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Economic Development and Cultural Regional Provinsi Tahun 2000-2006.
Change, 48(4), 787 – 799. Tesis. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Effendi, Nury dan Femmy M. Soemantri Program Studi Magister Perencanaan
(2003). Foreign Direct Investment and dan Kebijakan Publik Universitas
Regional Economics Growth in Indonesia.
Indonesia: A Panel Data Study. Lessman, Christian (2006). Fiscal
Working Paper in Economics and Decentralization and Regional
Development Studies. Disparity: A Panel Data Approach for
Grabowski, Richard (2013). Agricultural OECD Countries. Ifo Working Paper
Productivity and Industrialization. (25).
Forum for Development Studies, 2013 Ma’aruf, Ahmad dan Latri Wihastuti (2008).
40(2), 309 – 325. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:
Hoelman, Mickael B., Bona Tua Determinan dan Prospeknya. Jurnal
Parlinggoman Parhusip, Sutoro Eko, Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol
Sugeng Bahagijo, dan Hamong 9, No. 1, April 2008: 44 – 55
Santono (2015). Panduan SDGs untuk Mauliddiyah, Alfiana (2014). Analisis
Pemerintah Daerah (Kota dan Disparitas Regional dan Pertumbuhan
Kabupaten) dan Pemangku Ekonomi (Studi Kasus di Kota Batu
Kepentingan Daerah. Jakarta: INFID. Tahun 2002-2012). Jurnal JESP, 6(2).
Kementerian Perindustrian (2013). Industri Nguyen Viet Cuong (2010). Does
Indonesia Berjaya di Pasar Lokal Agriculture Help Poverty and
Bersaing di Pasar Global Media Inequality Reduction? Evidence fro
Industri No. 05. Vietnam. Agriculture Economic
Kholis, Muhammad (2012). Dampak Foreign Review, 11(1).
Direct Investment terhadap OECD (2015). Survei Ekonomi OECD
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Indonesia Ikhtisar. OECD.
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Putri, Yosi Eka, Syamsul Amar, dan Hasdi
8(2), 111 – 120. Aimon (2015). Analisis Faktor-Faktor
Krinantiya, N. (2014). Faktor-Faktor yang yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mempengaruhi Ketimpangan Antar Ekonomi dan Ketimpangan
Wilayah di Provinsi Jawa Timur dan Pendapatan di Indonesia (diakses
D.I.Yogyakarta. Skripsi. Semarang: dari https://www.google.co.id/url?sa=t
Fakultas Ekonomika dan Bisnis &rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
Universitas Diponegoro. =1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEw
Kurniawan, Benedictus Riandoko Adi dan F. iTseHt26DPAhUBto8KHXP8CPkQFg
X. Sugiyanto (2013). Pengaruh gdMAA&url=http%3A%2F%2Fejour
Pertumbuhan Ekonomi, Share Sektor nal.unp.ac.id%2Findex.php%2Fekono
Industri dan Pertanian serta Tingkat mi%2Farticle%2Fdownload%2F5348
Jumlah Orang yang Bekerja Terhadap %2F4227&usg=AFQjCNHgLkDxUr0

9
UGTZll-ypK-
zeV1Zzmw&sig2=bbeFQFDJU7zshG
59ghrS5Q&bvm=bv.133387755,d.c2I
Rabu, 21 September 2016, pukul
21:59).
Prasaja, Mukti Hadi (2013). Pengaruh
Investasi Asing, Jumlah Penduduk dan
Inflasi terhadap Pengangguran
Terdidik di Jawa Tengah Periode
Tahun 1980-2011. Economic
Development Analysis Journal, 2(3),
ISSN 2252 – 6889.
Silalahi, Sahat Aditua F. (2014). Kondisi
Industri Manufaktur Indonesia dalam
Menghadapi Globalisasi. Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik, 5(1),1
– 13.
Sugiyono (2006). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono (1996). Pengantar Teori
Makroekonomi: Edisi Kedua. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
World Bank (2016). Ketimpangan yang
Semakin Lebar. Jakarta: World Bank.
World Bank Group (2017). Doing
Business2017 Equal Opportunity for
All Economy Profile 2017 Indonesia.
World Bank Group.
Yacoub, Yarlina (2012). Pengaruh Tingkat
Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
8(3), 176 – 185.
Yusuf, Arief Anshory, Andy Sumner, dan
Irlan Adiyatma Rum (2013). Twenty
Years of Expenditure Inequality in
Indonesia, 1993-2013. Working Paper
in Economic and Development Studies
No. 201314. Bandung: Departmen of
Economics Padjadjaran University.

10

Anda mungkin juga menyukai