Anda di halaman 1dari 17

BUKU PUTIH SANITASI

KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sektor pembangunan sanitasi merupakan salah satu urusan wajib yang telah
diserahkan Pemerintah Pusat kepada Daerah yaitu melalui Pemerintah Provinsi
yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat didaerah. Pemenuhan
layanan sanitasi merupakan upaya strategis dalam peningkatan kesejahteraan
dan status kesehatan masyarakat. Terpenuhinya layanan sanitasi yang layak akan
mengurangi beban biaya yang diakibatkan oleh penyakit berbasis air dan
menurunnya kualitas air tanah maupun air permukaan.

Pentingnya sektor sanitasi, telah tertuang dalam tujuan pembangunan millenium


dunia (Millenium Development Goal’s) yaitu pada tujuan ke-7 target nomor 10
yang menegaskan untuk menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak
memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi
dasar yang layak. Penetapan target tersebut di dasarkan pada fakta pada tahun
2002 masih terdapat 2,6 miliar penduduk tidak memiliki jamban yang layak.
Fakta lain bahwa lebih 17% penyebab kematian anak dibawah umur 5 tahun
diseluruh dunia dikarenakan penyakit diare. Berdasarkan target tersebut
diestimasikan pada tahun 2015 jumlah penduduk tanpa jamban akan menjadi
1,8 miliar. Pada saat ini diperkirakan masih terdapat lebih dari 75 juta penduduk
Indonesia belum memiliki akses terhadap layanan air minum yang aman.

Pemerintah pusat telah menetapkan sasaran pembangunan nasional bidang air


minum dan penyehatan lingkungan sebagaimana dituangkan dalam RPJMN tahun
2004-2009 yang dalam kenyataannya belum bisa tercapai dan tetap ditargetkan
dalam RPJMN tahun 2010-2014 sebagai berikut:
• Tersedianya akses air minum bagi 70 persen penduduk pada akhir tahun
2014, (perpipaan 32 % dan non-perpipaan 38%).
• Terciptanya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) tahun 2014.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-1
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2014
• Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah
tangga.
• Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.

Ketersediaan air minum di Kabupaten Kapuas sampai saat ini masih jauh dengan
apa yang diharapkan yaitu 65%. Dari data yang dapat dikumpulkan diketahui
hanya 33% rumah tangga yang dapat mengakses air minum. Masyarakat
Kabupaten Kapuas dalam mengatasi atau mengelola pembuangan air limbah juga
masih sangat rendah yaitu baru 15%.

Dalam upaya mencapai tujuan MDGs tersebut, Kabupaten Kapuas telah


melaksanakan program/ kegiatan melalui berbagai pendekatan yang dilakukan
oleh beberapa SKPD antara lain Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, BPMD,
Dinas Pendidikan Nasional, PDAM, Badan Lingkungan Hidup. Upaya tersebut
masih belum optimal karena adanya berbagai permasalahan yang dihadapi
antara lain seperti banyaknya sarana yang dibangun tidak berkelanjutan yang
diakibatkan oleh berbagai faktor, dan belum dipahaminya oleh sebagian
masyarakat bahwa sanitasi memiliki dampak yang sangat mendasar. Bisa dilihat
dari kesadaran masyarakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
masih rendah dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang belum tersedia.
Sehingga sektor ini belum ditempatkan sebagai program prioritas dalam
pembangunan di Kabupaten Kapuas.

Pemerintah termasuk Kabupaten Kapuas dalam menjalankan pembangunan


nasional terutama pembangunan sanitasi didaerah dari waktu ke waktu
bukannya dirasakan semakin ringan dan mudah, tetapi pada kenyataannya masih
dihadapkan kepada berbagai pergeseran keadaan dan kondisi yang semakin sulit,
kompleks dan dinamis serta tantangan yang semakin besar dan beranekaragam
sejalan dengan perkembangan tingkat kebutuhan, kesejahteraan dan kemauan
masyarakat.

Melihat kondisi di atas Pemerintah Kabupaten Kapuas menganggap perlu


mengambil sikap, sejalan dengan semangat program Kebijakan Nasional Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat untuk menyusun

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-2
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2014
Rencana Strategis berbasis masyarakat guna mendukung Pemerintah Indonesia
dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada
Johannesburg Summit pada tahun 2002.

Upaya pemenuhan layanan sanitasi dasar yang berkelanjutan menjadi tangggung


jawab bersama dan oleh karenanya perlu dilakukan serangkaian advokasi melalui
berbagai cara. Salah satunya dengan mendorong setiap daerah memiliki rencana
strategis sebagaimana yang diamanahkan dalam PP No 16 tahun 2005 dimana
setiap daerah diharuskan memiliki strategi penyelenggaraan pembangunan air
minum dan sanitasi. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah
dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsive
dan berkelanjutan. Dalam hal ini pemerintah mendorong kabupaten di Indonesia
untuk menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Untuk menghasilkan SSK,
kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Buku Putih
Sanitasi (BPS) merupakan pemetaan situasi sanitasi kabupaten berdasarkan
kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan non teknis yaitu
aspek kelembagaan, keuangan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih
dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan
secara lebih luas.

Penyusunan rencana strategis pembangunan sanitasi Kabupaten Kapuas


didasarkan pada upaya untuk mendorong percepatan dalam pemenuhan layanan
kebutuhan dasar di bidang air minum dan penyehatan lingkungan sebagai salah
satu kewajiban dalam kerangka otonomi daerah.

1.2. LANDASAN GERAK


1.2.1. Definisi Sanitasi
Sanitasi dipahami sebagai upaya membuang limbah cair domestik (termasuk
kotoran manusia) dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup
sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi
terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: i) air limbah; ii) persampahan; dan iii)
drainase tersier (Sumber: Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi).

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-3
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2014
1.2.2. Ruang Lingkup Sanitasi
Pengertian dasar dan ruang lingkup sanitasi di Kabupaten Kapuas adalah sebagai
berikut:
I. Sub Sektor Air Limbah
a. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang
berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Grey
water seringkali mengandung material organik karena buangan yang
berasal dari dapur. Material organik ini umumnya mudah mengurai
secara alamiah (easily biodegradable) dan sering dibuang ke drainase
tersier.
b. Black water dihasilkan dari WC (Water Closet) sebagai pembuangan
(user-interface). Dalam rumah tangga miskin, limbah ini sering dibuang
saja ke cubluk atau sebagian kecil ke septic tank.
Black water terdiri dari:
 Urine. Dalam konteks ini, urine adalah air kencing murniyang tidak
tercampur tinja atau air;
 Tinja – tanpa urine dan air pembersih;
 Air pembersih anus - air hasil bersih tubuh setelah buang air besar
dan/atau air kecil. Ini hanyalah air yangdihasilkan oleh pengguna
untuk membersihkan anus dan tidak termasuk materi kering seperti
kertas toilet/tisu, dan lain-lain.
 Materi pembersih dan materi lainnya dapat berupa kertas toilet,
kain lap, batu dan/ataumateri kering lainnya yang dipakai untuk
membersihkan anus (sebagai pengganti air). Tergantung
kepadasistemnya, materi pembersih kering mungkin dibuang ke
kloset atau dikumpulkan secara terpisah. Walausangat penting,
produk khusus untuk kebersihan seperti pembalut untuk haid tidak
termasuk di sini.
 Air guyur - air yang dipakai untuk menggelontor kotoran manusia
dari jamban (user interface). Air tawar, air hujan,air limbah rumah
tangga yang didaur ulang, atau kombinasi ketiganya bisa dipakai
sebagai sumber air guyur.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-4
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2014
c. Penanganan air limbah rumah tangga yaitu pengolahan air limbah
rumah tangga (domestik) dengan sistem :
a. Pengolahan On Site menggunakan sistem tangki septik atau cubluk
dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah
tangga.
b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang
dilakukan secara terpusat ataupun komunal.
II. Sub Sektor Persampahan
Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Produksi sampah rumah tangga bisa diperkirakan sebagai berikut (SNI
3242:2008):
 Rumah permanen (per orang/hari) : 2,5 L
 Rumah semi permanen (per orang/hari) : 2,25 L
 Rumah non permanen (per orang/hari) : 2,0 L
III. Sub Sektor Drainase
a. Penanganan drainase lingkungan adalah memfungsikan saluran drainase
sebagai penggelontor air kota dan mematuskan air permukaan.Padahal
pada kenyataannya, sistem drainase tersier sangat mempengaruhi
pelayanan perbaikan sanitasi. Ini terjadi karena ternyata drainase tersier
punya fungsi ganda, yaitu sebagai tempat pembuangan dan pengaliran
grey water dan bahkan black water sepanjang tahun; dan sebagai
penyaluran air hujan/limpasan saat musim hujan tiba.
b. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kabupaten Kapuas untuk
menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM
maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur
dalam.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-5
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2014
IV. PHBS (Promosi Hidup Bersih dan Sehat)
Merupakan aspek non teknis dari sanitasi meliputi promosi
kesehatan,perubahan perilaku dan sanitasi di rumah tangga ( 5 pilar STBM )

1.2.3. Kajian Wilayah Sanitasi


Kajian wilayah sanitasi di Kabupaten Kapuas berdasarkan kondisi eksisting dan
RTRW Kabupaten Kapuas yang meliputi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan di seluruh wilayah administrasi Kabupaten Kapuas yang meliputi 7
Kecamatan. Selain berdasarkan RTRW, wilayah kajian sanitasi itu juga
berdasarkan kesepakatan Pokja dengan kriteria kepadatan penduduk, angka
kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai dan daerah tergenang banjir yang
meliputi :
1. Kecamatan Selat yaitu Kelurahan Selat Hulu dan Desa Pulau Telo
2. Kecamatan Kapuas Hilir yaitu Kelurahan Mambulau dan Desa Bakungin
3. Kecamatan Pulau Petak yaitu Desa Teluk Palinget dan Desa Narahan
4. Kecamatan Kapuas Timur yaitu Desa Anjir Serapat Baru
5. Kecamatan Kapuas Tengah yaitu Desa Pujon
6. Kecamatan Kapuas Hulu Tengah yaitu Desa Sei Hanyo
7. Kecamatan Timpah yaitu Desa Timpah.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-6
Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas I-7
1.2.4. Visi dan Misi Kabupaten Kapuas
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Kapuas Tahun 2013-2018, maka Visi Pembangunan Daerah Kabupaten
Kapuas adalah TERWUJUDNYA KABUPATEN KAPUAS YANG LEBIH MAJU,
SEJAHTERA DAN MANDIRI MELALUI PEMBANGUNAN YANG ADIL DAN MERATA
SERTA BERKELANJUTAN.

Makna dari pernyataan Visi tersebut, yaitu:


Lebih Maju : memiliki arti percepatan pembangunan yang bergerak kedepan
menuju kondisi masyarakat yang sehat, cerdas dan memiliki daya beli.
Sejahtera : memiliki arti bahwa pembangunan diarahkan untuk peningkatan
indeks pembangunan manusia yang meliputi aspek kesejahteraan masyarakat,
aspek pelayanan umum dan aspek daya saing masyarakat didukung dengan
kondisi daerah yang aman.
Mandiri : memiliki arti pembangunan diarahkan kepada perwujudan kemandirian
daerah dengan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan dalam proses
pembangunan dalam pengelolaan sumber daya daerah.
Pembangunan yang Adil : memiliki arti bahwa pembangunan berimbang untuk
seluruh masyarakat.
Pembangunan yang Merata : memiliki arti bahwa pembangunan dilakukan
secara merata dan dinikmati oleh seluruh masyarakat di wilayah Kapuas.
Pembangunan yang Berkelanjutan : memiliki arti bahwa pembangunan
dilakukan secara menerus dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan
daya dukung wilayah.

Misi pembangunan Kabupaten Kapuas 2013-2018 terdiri dari 14 misi, sebagai


berikut:
MISI 1. Mempercepat pembangunan peningkatan jalan, jembatan, irigasi, jalan
desa, jalan usaha tani, pelabuhan, terminal, pasar, listrik, air bersih, perumahan
dan kawasan permukiman layak huni, jaringan komunikasi serta infrastruktur
lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian kerakyatan.
MISI 2. Meningkatkan usaha pertanian masyarakat yang meliputi tanaman
pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, dengan melibatkan

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-8
para petani lokal dan transmigrasi dengan semangat kebersamaan sesuai falsafah
Huma Betang.
MISI 3. Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dengan memberikan kemudahan kepada dunia usaha serta tetap
memperhatikan hak masyarakat.
MISI 4. Memberikan kepastian hukum bagi investor dalam berinvestasi.
MISI 5. Mengoptimalkan dan mewujudnyatakan kemitraan antara pemerintah,
pengusaha atau pihak ketiga dan masyarakat secara harmonis yang saling
menguntungkan.
MISI 6. Melindungi, menghargai dan mengakui tanah adat dan hak-hak adat di
atas tanah, bagi seluruh masyarakat Kabupaten Kapuas melalui kelembagaan
adat Dayak.
MISI 7. Meningkatkan peran perusahaan daerah untuk mendorong
perekonomian masyarakat dan daerah guna terwujudnya pertumbuhan ekonomi
untuk terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
MISI 8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar, sarana dan
prasarana pendidikan di semua jenjang untuk memberikan kesempatan kepada
semua golongan masyarakat memperoleh pendidikan bermutu dengan
menyelenggarakan pendidikan gratis 12 tahun pada tingkat SD/Madrasah
Ibtidaiyah, SLTP/Madrasah Tsanawiyah, SLTA/Madrasah Aliyah, baik negeri
maupun swasta serta memberikan beasiswa.
MISI 9. Mengembangkan dan mendorong peningkatan pendidikan keterampilan
bagi kaum wanita, kelompok pemuda, remaja putus sekolah, penyandang cacat
melalui kemitraan dan balai latihan kerja untuk meraih kehidupan yang lebih
baik.
MISI 10. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang mudah,
murah, adil dan merata serta pembangunan fasilitas kesehatan, penempatan
tenaga kesehatan, penyediaan obat-obatan, dan memberikan pelayanan
kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu.
MISI 11. Meningkatkan pembinaan kegiatan kepemudaan, kepramukaan, olah
raga, seni budaya serta pengembangan pariwisata.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I-9
MISI 12. Meningkatkan peran dan fungsi kepala desa, perangkat desa, RT/RW,
guru agama, guru ngaji, guru sekolah minggu, damang, mantir, basir, pemangku
agama hindu, pedanda serta memberikan insentif.
MISI 13. Meningkatkan kerukunan, kedamaian, keimanan tanpa memandang
perbedaan suku, agama, ras dan golongan dengan melibatkan peran tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, LSM serta komunitas
masyarakat lainnya.
MISI 14. Mempercepat reformasi birokrasi menuju pelayanan prima, dengan
semangat kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja berkualitas dan kerja
tuntas, dengan meningkatkan kesejahteraan PNS, tenaga kesehatan dan guru non
PNS, penyediaan fasilitas yang memadai dan berkualitas, serta pemberian
insentif.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN


Salah satu kebijakan nasional dalam penanganan sanitasi adalah dengan
melaksanakan program percepatan pembangunan sanitasi permukiman, dimana
untuk dapat menyusun prioritas penanganan, peningkatan pelayanan sanitasi
tersebut maka diperlukan informasi yang cukup baik diantaranya adalah
pemetaan kondisi sanitasi permukiman saat ini sehingga hal tersebut perlu
dituangkan dalam Buku Putih Sanitasi.

Maksud disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kapuas ini adalah untuk
menyediakan dasar dan acuan bagi dimulainya pekerjaan pengembangan sanitasi
yang lebih terintegrasi dan menjadi panduan kebijakan daerah dalam kegiatan
pengelolaan sanitasi, termasuk penetapan prioritas dalam pengembangan
sanitasi skala kota yang mencakup strategi sanitasi, rencana tindak serta
anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi.

Tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kapuas adalah sebagai


berikut :
1. Menyediakan data eksisting mengenai kondisi menyeluruh sanitasi yang
meliputi air limbah domestik, drainase lingkungan, persampahan, PHBS, air
bersih dan juga pengelolaan limbah medis untuk menjadi masukan penting
bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 10
2. Menyediakan pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten
Kapuas yang lebih jelas dan tepat sasaran;
3. Menyediakan acuan strategi sanitasi kota karena Buku Putih Sanitasi juga
menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK);
4. Sebagai rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya di
bidang air limbah domestik, drainase, persampahan dan PHBS;
5. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi;
6. Sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana pencapaian pembangunan
di bidang sanitasi;
7. Memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam
bersinergi dan menjalankan perannya untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sanitasi ke depan;
8. Memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan
sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang
disepakati bersama;
9. Bahan masukan untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten
Kapuas.

1.4. METODOLOGI
1.4.1. Metode Penyusunan BPS
Penyusunan BPS dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data sekunder,
kemudian diikuti pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder
dilakukan untuk memperoleh data sekunder teknis dan non teknis untuk
menyusun profil sanitasi yang meliputi data:
 Air Limbah Domestik,
 Persampahan,
 Drainase Lingkungan, Serta
 Promosi Higiene Dan Sanitasi

Data Sekunder dijadikan sebagai data dasar oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas
untuk menyusun profil umum wilayah, memetakan profil sanitasi, dan menganalisis
guna penentuan awal area berisiko Kabupaten Kapuas. Sumber data sekunder
diantaranya adalah dokumen Rancangan RTRW Kabupaten Kapuas, RPJMD

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 11
Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kapuas Dalam Angka, RPIJM, Renstra dan Renja SKPD,
laporan realisasi APBD Kabupaten Kapuas serta beberapa dokumen masterplan
perencanaan Kabupaten Kapuas. Sedangkan data primer didapatkan dari Studi
Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (EHRA = Environmental Health Risk
Assessment). Studi EHRA merupakan studi partisipatif untuk mengetahui kondisi
prasarana sanitasi di tingkatrumahtangga serta higinitas dan perilaku masyarakat
terkait sanitasi (misalnya cuci tangan pakaisabun/CTPS dan buang air besar
sembarangan/BABs) di KabupatenKotawaringin Barat. Studi EHRA merupakan dasar
Penetapan Area Berisiko Sanitasi sebagai dasar bagi Kabupaten Kapuas untuk
menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan arah pembangunan
sanitasi Kabupaten Kapuas di masa mendatang.

Data primer lainnya yang diperlukan adalah studi komunikasi dan pemetaan media,
studi pemberdayaan masyarakat dalam higiene sanitasi yang sensitif jender dan
kemiskinan (PMHSJK), studi penyedia layanan sanitasi (Sanitation Supply
Assessment/SSA), kajian kelembagaan dan kajian keuangan.

1.4.2. Tahapan Penyusunan BPS


Penyusunan BPS dilakukan sesuai tahapan dan outline BPS. Keterkaitan
pengumpulan data sekunder dan data primer serta proses analisisnya serta
tahapan penyusunan BPS Kabupaten Kapuas dijelaskan pada gambar berikut ini.

INTERNALISASI & PENILAIAN PROFIL PENETAPAN AREA FINALISASI BUKU


PENYIAPAN PERSEPSI SANITASI BERESIKO SANITASI PUTIH
Kick off meeting kab. Pemetaan sistem dan Penetepan awal area Penulisan ringkasan buku
Penyusunan RKTL tingkat layanan sanitasi beresiko putih
(Rencana Kerja Tindak Pelaksanaan studi EHRA Area beresiko data Advokasi ke seluruh SKPD
Lanjut) Penyepakatan tim studi sekunder dan penilaian terkait
Penyiapan Data Sekunder EHRA SKPD Konsultasi Publik
Pembentukan tim Penentuan Area Survei Area beresiko Finalisasi dan
penyusunan Buku Putih Lokalatih survey berdasarkan EHRA Pengesahan
Sanitasi EHRAanalisis, laporan Penetapan Awal
Pelaksanaan Verifikasi ke lapangan
survei/studi/kajian Konsultasi dengan SKPD
spesifik (survei SSA) terkait
Indentifikasi rencana Penetapan awal beresiko MASUKAN
P pembangunan sanitasi
PENYIAPAN PROFIL UNTUK
R (eksisting)
WILAYAH PENYUSUNAN
O
Penyepakatan wilayah DOKUMEN SSK
S
E kajian
Identifikasi Kebutuhan
S
data sekunder
Penyiapan data sekunder
Penyepakatan data
sekunder

1.5.PR DASAR HUKUM DAN KAITAN BUKU PUTIH


Bab 1 dan Bab 2 Bab 5
SANITASI DENGAN DOKUMEN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KAPUAS
Bab 3 dan Bab 4
O
D PERENCANAAN LAIN
U
K
1.5.1. Dasar Hukum

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 12
Kegiatan pengembangan sanitasi di Kabupaten Kapuas didasarkan pada
peraturan dan produk hukum yang meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria,
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alami Hayati dan Ekosistemnya,
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan,
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
11. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup,
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan,
14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman,
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman,
17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam,
18. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air,

19. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi,


20. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan,

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 13
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota,
22. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah,
23. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional,
24. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air,
25. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan,
26. Peraturan pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang,
27. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang,
28. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
29. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai,
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44),
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
32. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional
Pengeloaan Sumber Daya Air,
33. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1997 Tentang Kualitas Air
Bersih;
34. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum,

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 14
35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP),
36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Pemukiman (KSNP-SPALP)
37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pola Sumber Daya Air,
38. Permendagri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan,
39. Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4919/SJ, Tanggal
30 November 2012, Tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman Di Daerah,
40. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2010-2015 (Lembar Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2011 Nomor 1 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
Nomor 40),
41. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pokok-
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
42. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintah Kabupaten Kapuas,
43. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kapuas,
44. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013 – 2018,
45. Keputusan Bupati Kapuas Nomor : 375/PU Tahun2013 Tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Kapuas.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 15
1.5.2. Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

A. Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan RPJMD


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kapuas
mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan manajerial dalam
pelaksanaan pembangunan daerah untuk periode 5 tahun ke depan, yang
merupakan penjabaran kehendak masyarakat Kabupaten Kapuas yang
diwujudkan dalam Visi dan Misi dengan tetap memperhatikan arahan,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi (RPJM-Prov) Kalimantan
Tengah dan RPJPD Kabupaten Kapuas. RPJMD berfungsi sebagai arah serta
pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan,
dan pelayanan kepada masyarakat, bagi Pemerintah Kabupaten Kapuas,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pelaku bisnis dan sektor swasta serta
seluruh komponen masyarakat guna mewujudkan keserasian pembangunan,
pertumbuhan dan kemajuan wilayah di segala bidang. RPJMD sebagai
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dipergunakan
sebagai sumber dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi. Buku Putih
Sanitasi yang disusun merupakan penjabaran operasional dari RPJMD
khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas
sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep
dasar pemikiran RPJMD.

B. Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Renstra SKPD


Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunan Buku Putih
Sanitasi terutama pada bagian rencana pengembangan sanitasi. SKPD yang
terkait dengan penyusunan BPS adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Kapuas,
Bappeda Kabupaten Kapuas, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas, Dinas
Kesehatan Kabupaten Kapuas, Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas, dan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kapuas.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 16
C. Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kapuas
RTRW Kabupaten Kapuas dipergunakan sebagai dasar dalam penentuan
wilayah kajian. Hal ini berkaitan dengan pengembangan wilayah permukiman
perkotaan yang sangat memerlukan program dan rencana pengembangan
sanitasi. Pada RTRW juga ditetapkan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp)
yang merupakan pusat permukiman perkotaan dengan skala pelayanan
kecamatan (hirarki II) dengan orientasi kegiatan berupa pemerintahan,
perdagangan dan jasa, pelayanan masyarakat dan lain-lain. Pusat Kegiatan
Lokal promosi (PKLp) ini terletak di Pujon ibukota Kecamatan Kapuas Tengah,
yang mana kawasan ini diharapkan menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi
sebagai pusat produksi pertanian dan perkebunan (agropolitan area) dengan
skala pelayanan beberapa kecamatan serta penunjang Pusat pelayanan
pemerintahan kecamatan. Sedangkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
merupakan pusat permukiman/kegiatan dengan skala kecamatan atau
beberapa desa/kelurahan (hirarki III) dengan arahan pengembangan dan
pelayanan sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya. Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) meliputi Sei Pinang (Kecamatan Mandau Talawang), Sei Hanyo
(Kecamatan Kapuas Hulu), Jangkang (Kecamatan Pasak Talawang), Timpah
(Kecamatan Timpah), Mentangai (Kecamatan Mentangai), Dadahup
(Kecamatan Dadahup), Mandomai (Kecamatan Kapuas Barat), Palingkau
(Kecamatan Kapuas Murung), Sei Tatas (Kecamatan Pulau Petak), Basarang
(Kecamatan Basarang), Barimba (Kecamatan Kapuas Hilir), Anjir Serapat
(Kecamatan Kapuas Timur), Bataguh (Kecamatan Bataguh), Tamban Catur
(Kecamatan Tamban Catur), Lupak Dalam (Kecamatan Kapuas Kuala) kawasan
ini diharapkan menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat
produksi pertanian dan perkebunan (agropolitan area) dengan skala
pelayanan beberapa kecamatan serta menunjang kota dengan Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) dan mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana
pengembangan wilayah lebih rendah dari Pusat Kegiatan Lokal.

Pokja Sanitasi Kabupaten Kapuas


I - 17

Anda mungkin juga menyukai