PENDAHULUAN
1
melek huruf dan tingkat pendidikan), dan hidup sejahtera (terukur dengan tingkat
pendapatan per kapita yang cukup memadai atau bebas kemiskinan).2
Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah
pembangunan di masa yang akan datang. Keterlambatan dalam memberikan
pelayanan gizi akan berakibat kerusakan yang sulit dan bahkan mungkin tidak
dapat ditolong. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama harus
ditujukan pada bayi atau anak balita dan ibu hamil. Bayi pada masa kini adalah
pemimpin, ilmuwan, cendikiawan, serta pekerja di masa yang akan datang.
Mereka adalah generasi penerus nusa dan bangsa.
Anak balita sedang melakukan proses pertumbuhan kesehatan sewaktu masa
balita. Perkembangan dan pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan
setelah menjadi dewasa, sangat ditentukan oleh pertumbuhan sejak balita.
Kekurangan gizi pada fase pertumbuhan akan menghasilkan manusia dewasa
dengan sifat-sifat berkualitas inferior. Jadi anak balita haruslah diberi jatah utama
dalam distribusi makanan keluarga, bukan mendapat sisa-sisa konsumsi keluarga.
Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini
akan berakibat buruk pada kehidupan giat, sehingga memerlukan zat-zat makanan
yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan
setelah menjadi manusia dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan
berikutnya yang sulit diperbaiki.3
Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita)
mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta
mengambil sendiri mana yang disukainya. Untuk dapat menyusun menu yang
adekuat, seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan
dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan
pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu.4
Pengetahuan ibu dalam penyediaan makanan dalam tingkat rumah
tangga sangatpenting untuk mendukung perbaikan gizi. Pengetahuan ibu
tentang memasak, dalam memberi makanan anak, bagaimana sayur dapat masuk
ke mulut anak dan bagaimana keragaman bahan dan jenis makanan dapat
mempengaruhi kebosanan, keragaman bahan dan jenis masakan dapat dipakai
sebagai ukuran kualitatif masalah gizi.5
2
Penyediaan makanan di tingkat keluarga dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap dan perilaku terutama ibu tentang gizi dan kesehatan.
Cara seseorang berpikir atau berpengetahuan dan berpandangan tentang
makanan, akan dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan.
Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi dan kesehatan diharapkan dapat
mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menyediakan dan
mendistribusikan makanan dalam keluarganya yang dapat mempengaruhi
konsumsi makan sehari harinya dan dampak lebih lanjutnya adalah pada
status gizi, khususnya golongan rawan gizi.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi
status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Khumaidi (1994) menyatakan bahwa dari segi gizi, kebiasaan makan ada
yang baik atau dapat menunjang terpenuhinya kecukupan gizi dan ada yang buruk
(dapat menghambat terpenuhinya kecukupan gizi), seperti adanya pantangan atau
tabu yang berlawanan dengan konsep-konsep gizi.
Menurut Williams (1993), masalah yang menyebabkan malnutrisi adalah
tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan
makan yang baik. Kebiasaan makan dalam rumah tangga penting untuk
diperhatikan, karena kebiasaan makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan
pangan dan selanjutnya mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan rumah
tangga.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan pada orang tua,
khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada
balita. Keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan banyak mempengaruhi pola
makan di daerah pedesaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya anak
kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan
juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung.6
Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan
sangat berpengaruh terhadap status gizi balitanya dan akan sukar untuk memilih
3
makanan yang bergizi untuk anaknya dan keluarganya. Gizi yang baik adalah gizi
yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gizi kurang pada anak di usia balita membawa dampak pertumbuhan otak
dan tingkat kecerdasan terganggu, hal ini disebabkan karena kurangnya
mengkonsumsi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan dan
pengetahuan juga sikap ibu sangat penting untuk mencegah terjadinya malnutrisi
pada anak.
Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik,terutama
dalam hal makanan. Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita)
mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta
mengambil sendiri mana yang disukainya.7
Untuk dapat menyusun menu yang adekuat, seseorang perlu memiliki
pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang
serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya.Umumnya menu disusun oleh
ibu.8
Menurut hasil Riskesdas (2013) diketahui bahwa gizi kurang di Indonesia
sebesar 19,6% dan di Provinsi Sulawesi Tenggara angka gizi kurang ini lebih
besar yakni sebesar 23,9%. Sedangkan dalam riset yang sama prevalensi di
Kabupaten Konawe Seletan sebesar 17,9%.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Puskesmas Lameuru jumlah ibu
yang mempunyai balita tahun 2016 sebanyak 235 orang. Dari hasil pengambilan
data awal tersebut jumlah balita gizi kurang sampai bulan November 2016 adalah
sebanyak 35 balita dan balita bawah garis merah (BGM) sebanyak 5 balita.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan
Status Gizi pada Balita di Desa Pondok Jaya Kecamatan Cipayung Tahun 2019”.
4
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pada penelitian ini hal-hal pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian
adalah apakah ada pengaruh dari tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan
pengaruh dari pola makan yang diberikan ibu kepada balita terhadap statuz gizi
balita.
1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi pada balita di desa pondok jaya kecamatan cipayung tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang gizi balita desa
pondok jaya kecamatan tahun 2019
b. Untuk mengetahui distribusi pola makan balita di desa pondok jaya
kecamatan cipayung tahun 2019
c. Untuk mengetahui distribusi status gizi balita di desa pondok jaya
kecamatan cipayung tahun 2019
d. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita
dengan status gizi balita di desa pondok jaya kecamatan cipayung
tahun 2019
e. Untuk menganalisis hubungan pola makan balita dengan status gizi
balita di desa pondok jaya kecamatan cipayung tahun 2019
5
2. Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan kebijakan dan perencanaan
program penanggulangan kelainan gizi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin.
c. Gizi kurang (Under Weight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat-zat esensial.
d. Gizi buruk (Severe PCM)
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya
berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa
protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang
Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak
dijumpai pada balita.
Menurut Depkes RI (2005) Paremeter BB/U berdasarkan Z-Score
diklasifikasikan menjadi:
1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD
2) Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD
3) Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD
8
pembangunan nasional di suatu negeri. Secara global, tercapainya
keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan
salah satu tujuan utama Millennium Develpoment Goals (MDGs) 2015
yang dicanangkan oleh UNICEF.11
Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia dalam Wahyuningsih 2011, PGS
memperhatikan 4 prinsip, yaitu:
a. Variasi makanan;
b. Pedoman pola hidup sehat;
c. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga;
d. Memantau berat badan ideal.
9
pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan
sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei
gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, berat badan (BB),
tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling
dikenal.12
b. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaaan tubuh seperti kelenjar
tiroid. Penggunaan untuk survei klinis secara cepat.
c. Biokimia
Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan anatara lain:
darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot. Penggunaan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
d. Biofisik
Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat
perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness).
e. Survei konsumsi makanan
Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan dengan
pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi barbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu.
f. Statistic vital
Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi.
10
Penggunaan sebagai bahan indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.
11
diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur (U) secara
sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan
kombinasi antara ketiganya, sebagai berikut :
a. Indikator BB/U
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah berubah. Kelebihan indikator BB/U adalah Dapat
dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum; Sensitif
untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan
Dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BB/U
adalah interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat
pembengkakan atau oedem; data umur yang akurat sering sulit diperoleh
terutama di Negara-negara yang sedang berkembang; kesalahan pada saat
pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/ dikoreksi dan anak
bergerak terus; masalah social budaya setempat yang mempengaruhi
orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti
barang dagangan.14
b. Indikator TB/U
Panjang badan pada kelompok usia balita; tidak dapat menggambarkan
keadaan gizi saat kini; memerlukan data umur yang akurat yang sering
sulit diperoleh di negara-negara berkembang; kesalahan sering dijumpai
pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-
profesional.
c. Indikator BB/TB
Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi
saat ini. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya
dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti
pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.Adapu kelebihan
indikator BB/TB adalah independen terhadap umur dan ras; dapat
menilai status “kurus” dan “gemuk”; dan keadaan marasmus atau KEP
berat lain. Sedangkan kelemahannya adalah kesalahan pada saat
pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/ dikoreksi dan anak
bergerak terus; masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi
12
orang tua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti
barang dagangan; kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau
tinggi badan pada kelompok usia balita; kesalahan sering dijumpai pada
pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-
profesional; tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut
pendek, normal dan jangkung.
13
e. Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dalam
penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oleh seorang
ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi,
hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan
bahan makanan yang bergizi. Kondisi status gizi yang baik dapat
dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat zat gizi yang akan
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk
mencapai tingkat kesehatan optimal. Tingkat konsumsi ditentukan
oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam
susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain
(Soegeng dan Anne, 1999). Awam yang tidak mempunyai cukup
pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik
pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan
gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan
pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Achmad Djaeni
Sedioetama, 2000). Dengan pengetahuan tentang gizi yang baik,
seorang ibu dapat memilih dan memberikan makan bagi balita baik
dari segi kualitas maupun kuantitas yang memenuhi angka
kecukupan gizi.
7. Pola Makan
Pengertian Pola Makan adalah suatu kebiasaan menetap dalam
hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan
makanan makanan pokok, sumber protein, sayur, buah, dan berdasarkan
14
frekuensi:harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam
hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia,
selera pribadi, kebiasaan, budaya dan sosial ekonomi. Pola makan adalah
berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola
makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan adalah
informasi tentang macam-macam dan jumlah zat-zat gizi dalam bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang.
Keterangan :
15
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan suatu operasional yang diberikan untuk
mengukur variabel tersebut.15
16
< 100%
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
ditelitidan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebagian ibu balita yang bertempat tinggal di desa
Pondok Jaya kecamatan Cipayung. Dengan kriteria memiliki balita berumur
1-5 tahun, dapat membaca dan menulis, orang tua mengasuh anaknya sendiri,
dan bersedia menjadi responden.
17
n = Besar minimal sampel
Z1-α/2 = Tingkat kepercayaan penelitian (99%=2.58; 95%=1.96;
90%=1.64)
P = Proporsi kasus (prevalensi)
d = 1 s/d 10%
1 = Nilai maksimal probabilitas
N = Populasi
sehingga, ada 57 sampel ibu yang memiliki balita yang diambil untuk
penelitian .
18
1) Karakteristik responden (nama, umur, alamat, pendidikan dan
pekerjaan).
2) Karakteristik anak (umur dan jenis kelamin).
3) Data pengetahuan, sikap dan perilaku diperoleh dengan
menggunakan kuesioner yang di isi oleh responden.
4) Data pola makan balita diperoleh dengan metode recall 1x24
jam
5) Penimbangan berat badan balita.
2. Data Sekunder
Meliputi gambaran umum puskesmas dan data anak balita yang
ada di Puskesmas desa X.
19
3.4 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
A. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan tahap
pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program statistik komputer dengan langkah sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh
kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisian.
2. Coding
Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu pada tiap
data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisa data.
3. Processing
Prosesing proses pengetikan data dari koesioner ke program komputer agar
dapat dianalisis.
4. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang di entri kedalam
program komputer agar tidak terdapat kesalahan.
B. Analisis Data
Dibawah ini merupakan analisis data yang meliputi analisis univariat dan
bivariat, yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk memperolah gambaran
dari variabel yang diteliti. Analisis univariat pada penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu dengan status
gizi balita, dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan
derajat kepercayaan 95% dan alpha (α) 5% dan ά < 0,05. Jika p value ≤ 0,05,
20
artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima dan jika p
Value > 0,05 tidak ada hubungan secara statistik atau Ha di tolak.
Untuk uji statistik analisis uji chi square digunakan karena data
yang digunakan merupakan skala variabel kategorik tidak berpasangan.
Dalam penelitian ini uji chi square yang digunakan tidak memenuhi syarat
sehingga digunakan uji alternatifnya yaitu uji mutlak fisher. Berikut ini
merupakan rumus Chi-Square :
Keterangan :
x² = Chi-square
ƒo = Frekuensi yang diobservasi
ƒһ = Frekuensi yang diharapkan
Dari hasil uji chi-square (x²) nilai tingkat kemaknaan (p value)
dibandingkan nilai tingkat kesalahan alfa (α), dengan nilai α=0.05, maka
pengambilan keputusan yaitu ada hubungan jika p < α (0,05) dan tidak ada
hubungan jika nilai p . α (0,05).
21
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I.
Jakarta : Dian rakyat
Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman, MB., 2007. Gizi Daur Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sjahmien Moehji. 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar ilmu Gizi). Jakarta : PT.
Bhratara
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
22
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Pada
Balita di Desa Pondok Jaya Kecamatan Cipayung Tahun 2019
Peneliti,
Hani Pratiwi
23
Identitas Responden
24
c. memberi daya tahan tubuh terhadap penyakit
25
8. Zat yang dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K adalah .....
a. karbohidrat b. lemak c. protein
9. Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan sumber ......
a. vitamin dan mineralb. mineral dan air c. protein dan vitamin
10. Bahan pangan di bawah ini yang banyak mengandung karoten/pro
vitamin A adalah .....
a. cumi-cumi, udang, ikan
b. tahu, tempe kedelai, bakso
c. pepaya, labu kuning dan brokoli
11. Asam lemak esensial omega-3 yang baik untuk perkembangan otak
anak-anak banyak terdapat pada...
a. ikan, sayuran berwarna kuning dan merah
b. minyak ikan, kacang-kacangan dan vitamin B kompleks
c. minyak kelapa, buah-buahan dan vitamin C
12. Berapakah berat badan ideal untuk anak usia 1 tahun?
a. 8 kg b. 11 kg c.15 kg
13. Berapa banyak susu sebaiknya diberikan kepada anak balita dalam sehari?
a. 2 gelas b. 5 gelas c. 7 gelas
14. Merebus sayuran terlalu lama akan menyebabkan hilangnya vitamin
dalam sayuran terutama .....
a. vitamin A dan vitamin D
b. vitamin B dan vitamin C
c. vitamin E dan vitamin K
15. Sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning, merah, dan hijau tua
sangat baik dikonsumsi untuk anak-anak karena banyak mengandung ....
a. retinol b. vitamin C c. karoten
16. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi hilangnya
vitamin larut dalam air saat proses pengolahan adalah .....
a. mencuci bahan makanan setelah dipotong
b. memasak bahan dalam keadaan utuh lalu dipotong sesaat sebelum disajikan
c. memasukkan bahan yang akan dimasak sebelum cairan mendidih
17. Kekurangan vitamin D pada anak dapat menyebabkan ......
a. tulang dan gigi keropos
b. rabun senja
c. kulit kusam
18. Sumber zat besi dapat ditemukan pada bahan pangan berikut, kecuali.....
a. telur, hati, daging b. bayam, kangkung, seledri c. tomat, pepaya, wortel
19. Jenis mineral yang sangat berperan dalam pertumbuhan tulang
dan gigi adalah....
a. zat besi b. iodium c. fosfor
20. Kekurangan protein pada anak-anak dalam jangka waktu lama
akan menyebabkan penyakit...
a. kwashiokor b. beri – beri c. marasmus
26
Instrumen Pola Pemberian Makanan Balita
a. Sikap Ibu
Berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan untuk pernyataan di bawah ini
sesuai dengan yang anda lakukan!
KADANG- TIDAK
NO. PERNYATAAN SELALU SERING
KADANG PERNAH
A. Penyusunan Menu
1. Saya menyusun menu untuk anak mengikuti pola
menu keluarga
2. Saya memperhatikan komposisi zat gizi dan variasi
menu dalam menyusun menu untuk anak
3. Penyusunan menu untuk anak berdasarkan pada
makanan yang saya senangi
4. Saya mengikutsertakan anak dalam menentukan
menu makanan yang hendak dimakannya
5. Sebelum menentukan jumlah dan jenis bahan makanan
sehari yang diberikan kepada anak, saya
menghitung kebutuhan zat gizi anak terlebih dahulu
B. Pengolahan
Saya menggunakan bahan makanan yang masih segar
7.
dan berkualitas baik dalam mengolah
makanan untuk anak
8. Cara pengolahan yang saya lakukan dalam mengolah
makanan untuk anak bervariasi
(misal : direbus, diungkep atau dikukus)
9. Saya menggunakan bumbu yang merangsang dan
beraroma tajam dalam mengolah makanan untuk anak
10. Pada waktu membuat sayur untuk anak, bahan sayur saya
potong-potong terlebih dahulu sebelum dicuci kemudian
saya masukkan bahan sayur yang akan dimasak tersebut
sebelum kuah sayur
mendidih.
27
KADANG- TIDAK
NO. PERNYATAAN SELALU SERING
KADANG PERNAH
C. Penyajian
11. Dalam menyajikan makanan untuk anak, saya
membentuk makanan dan memberi hiasan yang
menarik
12. Makanan yang saya sajikan untuk anak mempunyai
komposisi warna yang sama
13. Saya memberikan makan untuk anak langsung
dalam porsi banyak
14. Saya menggunakan alat makan yang menarik dalam
menyajikan makanan untuk anak
(misal:bentuk badut, ikan dll.)
Saya membuat variasi penyajian makanan untuk
15. anak meskipun dari bahan yang sama
D. Cara Pemberian Makanan untuk Anak Pola
makan anak yang diterapkan dalam sehari terdiri
16. dari 3 kali makan utama (pagi, siang dan
malam) serta 2 kali makanan selingan
17. Pemberian makanan untuk anak dilakukan secara
teratur sesuai dengan jadwal makan
18. Saya dibantu oleh anggota keluarga yang lain dalam
memberikan makanan kepada anak
19. Saya memberikan makanan yang nilai gizinya baik
meskipun saya tidak menyukainya
20. Saya memberikan susu atau makanan selingan
kepada anak dekat dengan waktu makan utama
21. Saya melarang anak mengambil makanan sendiri
karena sering tumpah dan berceceran
22. Saya memaksa anak untuk menghabiskan porsi
makanan yang saya siapkan
23. Pada waktu memberikan makanan, saya
mengajaknya makan sambil bermain dan jalan-jalan di
luar rumah
24. Saya mengawasi dan mendampingi anak ketika
makan
28
DATA ANTROPOMETRI BALITA
Nama Anak
Alamat : ......................................................
3. Status Gizi
(Z-skor WHO-NCHS)
4. Pwawancara/Petugas Pemantau
29
Lampiran 2. Penjelasan Sebelum Persetujuan untuk Mengikuti Penelitian
(PSP)
30
menerapkan sehingga menimbulkan status gizi balita yang baik. kemudian
saudara/Ibu mendapatkan bingkisan sebagai ucapan terimakasih.
Seandainya saudara/Ibu tidak menyetujui cara ini maka anda dapat
memilih cara lain yaitu mengundurkan diriatau anda boleh tidak mengikuti
penelitian ini sama sekali. Untuk itu anda tidak akan dikenakan sanksi apapun.
Nama dan jati diri saudara/ibu serta semua data/informasi yang kami
peroleh akan saya jamin kerahasiaannya. Jika anda memerlukan
informasi/bantuan yang terkait dengan penelitian ini, silahkan menghubungi
saya : Hani Pratiwi (082210726819) sebagai peneliti. Jika saudara/Ibu setuju
untuk berpartisipasi, diharapkan menandatangani formulir persetujuan mengikuti
penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Identitas Peneliti :
Nama : Hani Pratiwi
Alamat : Jl. Mandor RT 05 RW 05 No.80 Depok
Telepon : 082210726819
Peneliti,
Hani Pratiwi
31
Lampiran 3. Formulir Persetujuan Subjek
Nama :
Alamat :
Umur :
Telepon :
( )
32
Lampiran 4. Tabel Dummy
Dummy Table 1. Jumlah Ibu balita di desa Pondok Jaya Kecamatan Cipayung
berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2019
33