Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Temesi Desa Temesi merupakan

salah satu wilayah kerja dari Puskesmas I Gianyar. Banjar Temesi memiliki luas

wilayah 544 hektar dengan curah hujan yang cukup sedang dan suhu rata-rata

29°C. Jumlah penduduk 1.510 jiwa dan 327 kepala keluarga. Adapun upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan lansia yang telah dilaksanakan di Banjar Temesi

dengan membentuk posyandu lansia yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali

dengan kegiatan antara lain pemeriksaan kesehatan, senam lansia dan jalan santai.

Dalam melaksanakan kegiatan ini dibantu oleh 4 kader lansia dan setiap bulanya

akan didampingi oleh petugas dari puskesmas. Pelaksanaan posyandu lansia

belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para lansia di Banjar Temesi. Rata-rata

kunjungan lansia ke posyandu sebanyak 50% dari lansia yang ada.

Salah satu keluhan yang dialami lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

adalah Insomnia yaitu sebanyak 23 orang. Upaya yang dilakukan oleh lansia

untuk mengatasi insomnia yang selama ini dilakukan hanya dengan minum obat

yang diberikan di Puskesmas. Upaya lain yang dilakukan lansia meliputi

membaca, menonton televisi, mejejahitan, mendengarkan musik tradisional Bali

dan olah raga jalan kaki.


4.1.2 Karakteristik subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah lansia yang mengalami Insomnia di Banjar

Temesi Desa Temesi yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil selama

penelitian dan pemberian perlakuan yaitu mulai tanggal 17 oktober sampai

dengan 30 oktober 2019. Adapun karakteristik subyek penelitian yang telah

diteliti dan didistribusikan ke dalam table distribusi adalah sebagai berikut:

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur lansia yang mengalami
insomnia di Banjar Temesi Desa Temesi tahun 2019
Umur Frekuensi Persentase
Responden (n) (%)
60-74 13 86,7
75-90 2 13,3
Total 15 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 data yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa

responden dalam penelitian ini yaitu dari 15 responden (100%) dengan usia 60-74

tahun sebanyak 13 responden (86,7%) dan usia 75-90 sebanyak 2 responden

(13,3%).

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin lansia yang mengalami
insomnia di Banjar Temesi Desa Temesi tahun 2019
Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin (n) (%)
Perempuan 4 26,7
Laki-Laki 11 73,3
Total 15 100,0

51
Berdasarkan tabel 4.2 data yang didapatkan dalam penelitian ini diketahui

dari 15 responden (100%) sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 11 responden (73,3%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 4

responden (26,7%).

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan lansia yang
mengalami insomnia di Banjar Temesi Desa Temesi tahun 2019

Tingkat Frekuensi Persentase


Pendidikan (n) (%)
Tidak Sekolah 9 60,0
SD 4 26,7
SMP 2 13,3
Total 15 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 data yang didapatkan dalam penelitian ini diketahui

dari 15 responden (100%) tingkat pendidikan yang paling banyak tidak sekolah

yaitu sebanyak 9 responden (60,0%), SD sebanyak 4 responden (26,7%), SMP

sebanyak 2 responden (13,3%).

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan lansia yang mengalami
insomnia di Banjar Temesi Desa Temesi tahun 2019
Status Frekuensi Persentase
Perkawinan (n) (%)
Petani 10 66,7
Tidak Bekerja 5 33,3
Total 15 100,0

52
Berdasarkan tabel 4.4 data yang didapatkan dalam penelitian ini diketahui

dari 15 responden sebagian bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 10 responden

(66,7%) dan sebanyak 5 responden tidak bekerja sebanyak 5 responden (33,3%).

4.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian Berdasarkan Variabel

Penelitian

Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah insomnia pada lansia

sebelum dan sesudah diberikan Massage kaki. Hasil penelitian sebagai

berikut:

4.1.3.1 Hasil Indentifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

sebelum diberiakan Massage kaki.

Hasil Indentifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

sebelum diberiakan Massage kaki akan dijelaskan seperti pada tabel 4.5

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Identifikasi insomnia pada lansia di Banjar
Temesi Desa Temesi sebelum diberiakan Massage kaki.

Insomnia sebelum Frekuensi Persentase


diberikan Massage kaki (n) (%)
Insomnia Rendah 6 40,0
Insomnia Sedang 9 60,0
Total 15 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 data yang di dapatkan dalam penelitian ini dari

15 responden (100%) sebagian besar orang mengalami insomnia sedang yaitu

sebanyak 9 (60%) dan mengalami insomnia rendah sebanyak 6 responden

(40%).

4.1.3.2 Hasil Indentifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

setelah diberiakan Massage kaki.

53
Hasil Indentifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

sebelum diberiakan Massage kaki akan dijelaskan seperti pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Identifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi
Desa Temesi setelah diberiakan Massage kaki
Insomnia setelah diberikan Frekuensi Persentase
Massage kaki (n) (%)
Tidak insomnia 2 13,3
Insomnia rendah 13 86,7
Total 15 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 data yang didapat dalam penelitian ini dari

15 responden (100%) sebagian besar mengalami insomnia rendah yaitu

sebanyak 13 (86,7%) dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 2

responden (13,3%).

4.1.2.3 Hasil analisa data pengaruh Massage kaki terhadap Penurunan Insomnia di

Banjar Temesi Desa Temesi Gianyar sebelum dan sesudah diberikan Massage

kaki

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti mendapatkan

data yang dapat dilihat pada table 4.7

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi analisa Pengaruh Massage kaki Terhadap Penurunan
Insomnia pada Lansia di Banjar Temesi Desa Temesi Kabupaten Gianyar.

Hasil Pre Test Hasil Post Test


Kategori Insomnia Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase (%) P Value
(%)
Tidak Insomnia 0 0,0 2 13,3 0.001
Insomnia Rendah 6 40,0 13 86,7
Insomnia Sedang 9 60,0 0 0,0
Total 15 100,0 15 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa sebelum diberikan

aromaterapi lavender, sebagian besar responden mengalami insomnia sedang

sebanyak 9 responden (60%), sedangkan setelah diberikan Massage kaki terjadi


54
penurunan insomnia yaitu sebanyak 13 responden (86,7%) mengalami Insomnia

ringan.

Untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian Massage kaki terhadap

penurunan insomnia, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji

Wilxocon Sign Rank Test dimana diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05) maka

Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh Massage kaki

terhadap penurunan insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

Kabupaten Gianyar.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasilnya, selanjutnya peneliti

membahas hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya, yang pada akhirnya

nanti akan menjawab tujuan dari penelitian ini dilakukan.

4.2.1 Hasil Indentifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

sebelum diberiakan Massage kaki

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan insomnia pada lansia sebelum

diberikan massage kaki, dimana yang mengalami insomnia sedang sebanyak 9

responden (60%), dan lansia yang mengalami insomnia ringan sebanyak 6

responden (40%). Hasil penelitian ini menunjukan sebagain besar lansia

mengalami insomnia sedang. Hal ini sesuai dengan jawaban responden pada

kuesioner insomnia rating scale.

Insomnia merupakan gangguan tidur paling sering pada usia lanjut, yang

ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengawali tidur, mempertahankan tidur,

bangun terlalu dini atau tidur yang tidak menyegarkan. Insomnia pada lansia

55
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor status kesehatan, penggunaan

obat-obatan, kondisi lingkungan, stres psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup

menyumbangkan insomnia pada usia lanjut. Insomnia pada usia lanjut

dihubungkan dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan perubahan

kinerja fungsional. Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan

pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa menurun dan

meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi

tidur karena seringnya terbangun (Darmojo, 2015).

Menurut Gunawan (2015) insomnia sedang adalah insomnia yang

berhubungan dengan kecemasan, misalnya akan menghadapi ujian atau

wawancara pekerjaan. Insomnia jenis ini juga berhubungan dengan stress

situasional seperti duka cita, kehilangan orang yang dicintai, atauhampir semua

perubahan dalam kehidupan. Insomnia ini terjadi antara 2-4 minggu.

Metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk penurunan insomnia yaitu

dengan menggunakan massage kaki. Massage kaki adalah stimulasi pada kulit dan

jaringan dibawahnya dengan menggunakan berbagai tingkatan tekanan tangan

untuk mengurangi nyeri, membuat rileks atau meningkatkan sirkulasi. Massage

merupakan salah satu terapi alternative dan komplementer yang menggabungkan

berbagai teknik dalam keperawatan seperti sentuhan, teknik relaksasi dan teknik

distraksi (Closky & Bulechek, 2015).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Sudiyanto, Henry. & Wahid, Abdul (2017), yang melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh terapi musik terhadap insomnia pada pasien hospitalisasi di RS

56
Islam Sakinah Mojokerto. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Hasil penelitian

menunjukan data skor insomnia pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah

diberikan terapi musik menunjukan penurunan insomnia dengan hasil yang tidak

signifikan, sebaliknya pada kelompok perlakuan menunjukan penurunan yang

signifikan. Persamaan penelitian Sudiyanto, Henry. & Wahid, Abdul dengan

penelitian yang dilakuakan peneliti adalah variabel terikat yaitu penurunan

insomnia. Perbedaan dari penelitian Sudiyanto, Henry. & Wahid, Abdul dengan

yang dilakukan peneliti adalah peneliti Sudiyanto, Henry. & Wahid, Abdul

menggunakan kelompok kontrol dan perlakuan sedangkan peneliti hanya

menggunakan kelompok perlakuan saja, jumlah sampel yang digunakan juga

berbeda penelitian Sudiyanto, Henry. & Wahid, Abdul menggunakan jumlah

sampel sebanyak 30 responden sedangkan jumlah sampel yang digunakan peneliti

sebanyak 15 responden.

Peneliti berpendapat kemampuan responden dalam mengatasi insomnia

belum efektif sehingga insomnia yang dialami responden sebagian besar masih

dalam kategori sedang. Dalam penelitian ini sebagian besar yang mengalami

insomnia dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 responden dari 15

responden. Sebagian besar lansia yang menjadi responden bekerja sebagai petani

yaitu sebanyak 10 orang dan yang tidak bekerja sebanyak 5 orang. lansia yang

bekerja sebagai petani memang kurang mendapatkan waktu istirahat karena dari

pagi lansia yang bekerja sebagai petani harus pergi ke sawah dan siang hari

mereka kembali ke rumah untuk makan siang. Sore hari mereka kembali ke sawah

untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Dari pekerjaan itu mereka akan cepat

57
merasakan lelah dan capek sehingga kebutuhan istirahat juga meningkat, namun

karena rasa capek dan letih tersebut juga dapat menyebabkan lansia sulit untuk

tidur karena tubuh yang merasa sakit akibat dari pekerjaannya. Jika insomnia

dibiarkan terus menerus juga akan berdampak pada kesehatan lansia dalam

melakukan aktivitas sehari hari. Dalam hal ini membutuhkan upaya yang mudah

dan efektif dalam penurunan insomnia pada lansia. Salah satu cara

nonfarmakologi yang bisa digunakan untuk menurukan insomnia dengan cara

menggunakan massage kaki.

4.2.3 Hasil Indentifikasi insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi

setelah diberiakan Massage kaki

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan insomnia pada lansia setelah

diberikan massage kaki, dimana yang mengalami insomnia rendah sebanyak 13

responden (86,7%), dan lansia yang mengalami tidak insomnia sebanyak 2

responden (13,3%). Hasil penelitian ini menunjukan sebagain besar lansia setelah

diberikan massage kaki mengalami insomnia ringan. Hal ini sesuai dengan

jawaban responden pada kuesioner insomnia rating scale.

Massage adalah terapi dengan menggunakan tangan dimana otot dan

jaringan lunak lain tubuh dimanipulasi untuk meningkatkan kesehatan. Massage

bervariasi dari mengurut dengan lembut sampai kneading otot dan jaringan lunak

sampai teknik manual yang lebih dalam. Massage telah dipraktekkan sebagai

terapi penyembuhan sejak berabad-abad yang lalu di seluruh dunia. (Hawkins,

2015).

58
Massage memberikan rangsangan berupa tekanan pada saraf pada telapak

kaki. Rangsangan tersebut diterima oleh reseptor saraf (saraf penerima 5

rangsangan). Rangsangan yang diterima ini akan diubah oleh tubuh menjadi aliran

listrik, kemudian aliran listrik tersebut langsung dikirim ke otak. Sinyal yang

dikirim langsung ke otak dapat melepaskan ketegangan dan memulihkan

keseimbangan ke seluruh tubuh (Dewi & Hartati, 2015)

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wening (2014) dengan judul

pengaruh massage kaki terhadap Intensitas nyeri pasca sectio caesaria di ruang

bougenfil RSUD Dr. Adhyatma MPH. Institusi: Poliklinik Kebidanan Kemenkes

RI, Semarang dengan jumlah sampel 32 orang. Hasil penelitian menunjukan

bahwa sebelum dilakukan pemberian inhalasi aromaterapi lavender rata-rata

intesitas nyeri pada skala 5,44 (Kisaran 2-9). Persamaan yang terdapat dalam

penelitian Wening dengan peneliti terdapat pada variabel bebas yaitu pengaruh

massage kaki. Perbedaan yang didapat dalam penelitian Wening dengan yang

peneliti lakukan adalah jumlah responden yang digunakan penelitian Wening

menggunakan 32 responden sedangkan yang peneliti ambil sebanyak 15

responden.

Peneliti berpendapat bahwa setelah diberikan massage kaki kepada

responden terjadi penurunan insomnia dari insomnia sedang terjadi penurunan ke

insomnia rendah sebanyak 13 responden (86,7%) sedangkan dari insomnia rendah

menjadi tidak insomnia sebanyak 2 responden (13,3%). Lansia yang tidak

mengangalami penurunan insomnia itu mengalami insomnia rendah. Sebagian

besar responden bekerja sebagai petani. Tentu dalam hal ini pemberian massage

59
kaki sangat cocok diberikan kepada responden mengingat responden sudah lanjut

usia dan pasi sering mengeluh pegal dan sakit. Responden sangat suka saat

diberikan massage kaki karena responden merasa nyaman setelah di berikan

massage kaki. Tidak ada penolakan dalam pemberian massage kaki karena

responden sangat ingin mengetahui bagimana penanganan yang bisa dilakukan

untuk menurunakan insomnia supaya bisa diterapkan jika responden mengalami

insomnia. Jika massage kaki secara tepat akan berdampak positif terutama dalam

menurunkan insomnia.

4.2.4 Analisis pengaruh massage kaki terhadap penurunan insomnia pada

lansia di Banjar Temesi Desa Temesi Kabupaten Gianyar

Setelah diberikan massage kaki selama 2 minggu yaitu pada tanggal 17

oktober – 30 oktober pada sore hari maka dilakukanlah pengukuran kembali

(posttest) dengan menggunakan kuesioner insomnia rating scale, dari hasil

pengukuran tersebut menunjukkan bahwa sebagian lansia mengalami insomnia

ringan sebanyak 13 (86,7%) dan tidak insomnia sebanyak 2 (13,3%). Disini

terlihat lansia mengalami penurunan insomnia yang signifikan yaitu dari nilai

awal terdapat 9 (60%) mengalami insomnia sedang dan insomnia ringan sebanyak

5 (40%). Sehingga sebagian besar lansia mengalami penurunan insomnia.

Berdasarkan hasil penelitian, lansia yang mengalami insomnia sesudah

diberikan massage kaki mengalami penurunan dari sebelum diberikan massage

kaki. Hasil uji analisis dan statistik menggunakan uji wilcoxon didapatkan hasil

bahwa nilai P – value = 0,001 yang berarti P < α (0,05) maka H0 dinyatakan

60
ditolak. Hal ini menunjukan ada pengaruh massage kaki terhadap penurunan

insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Gunawan (2015), tekanan titik

saraf pada telapak kaki memberikan rangsangan bioelektrik yang dapat

melancarkan sirkulasi aliran darah dan cairan tubuh untuk menyalurkan nutrisi

serta oksigen ke sel-sel tubuh menjadi lancar yang akan memberikan efek

relaksasi, dalam keadaan rileks inilah yang dapat memberikan stimulus ke

Reticular Activating System (RAS) yang berlokasi di batang otak teratas yang

dapat mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Keadaan rileks ini stimulus

pada RAS akan semakin menurun. Dengan demikian akan diambil alih oleh

batang otak yang lain yang disebut Bulbar Synchronizing Region (BSR). BSR

akan melepaskan serum serotonin yang dapat memberikan efek mengantuk

sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Wening (2014) tentang pengaruh

massage kaki terhadap Intensitas nyeri pasca sectio caesaria di ruang bougenfil

RSUD Dr. Adhyatma MPH. Institusi: Poliklinik Kebidanan Kemenkes RI, Semarang.

Hasil penelitian diperoleh nilai p=0,001 (p velue<0,05) menunjukan adanya

perbedaan hasil sebelum dan sesudah diberikan massage kaki.

Menurut pendapat peneliti, pemberian massage kaki efektif dalam

menurunkan insomnia. hal ini disebabkan massage kaki bisa membuat seseorang

menjadi tenang dan rileks. Jadi dapat peneliti simpulkan ada pengaruh yang

signifikan pemberian massage kaki terhadap penurunan insomnia sebelum dan

sesudah diberikan massage kaki pada Lansia dengan p value 0,001 <α = 0,05.

61
4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini tidak luput dari kelemahan atau keterbatasan

dalam pelaksanaannya. kelemahan penelitian ini antara lain:

1. Peneliti tidak menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan insomnia pada

lansia.

2. Pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol sehingga hasil dari

penelitian ini tidak dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan

perlakuan.

3. Peneliti tidak menganulir yang menggunakan farmakologi.

62
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dari hasil penelitian pengaruh massage kaki

terhadap penurunan insomnia pada lansia maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut.

1. Insomnia pada lansia sebelum diberikan massage kaki sebagian besar

mengalami insomnia sedang yaitu sebanyak 9 orang (60%).

2. Insomnia pada lansia setelah diberikan massage kaki sebagian besar

mengalami insomnia rendah yaitu sebanyak 13 orang (86,7%).

3. Ada pengaruh yang signifikan pemberian massage kaki terhadap penurunan

insomnia sebelum dan sesudah diberikan massage kaki pada Lansia dengan p

value 0,001 <α = 0,05.

5.2 Saran

Pada penelitian ini dapat dibuktikan ada pengaruh yang signifikan massage

kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia di Banjar Temesi Desa Temesi.

Dengan demikian dapat disarankan beberapa hal yaitu kepada:

1. Bagi Lansia di Banjar Temesi Desa Temesi.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan oleh penelitian bahwa terdapat

pengaruh signifikan massage kaki terhadap penurunan insomnia maka

63
disarankan lansia dapat menggunakan teknik massage kaki sebagai terapi

nonfarmakologi untuk menurunkan insomnia.

2. Keluarga lansia di Banjar Temesi Desa Temesi.

Dengan didapatkan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh massage kaki

terhadap penurunan insomnia diharapkan pihak keluarga dapat mendampingi

dan memfasilitasi perlengkapan atau bahan dari terapi massage kaki pada saat

lansia mengalami insomnia.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya bisa menganalisis faktor-faktor yang

menyebabkan insomnia dan peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan

kelompok kontrol sehingga dapat membandingkan antara yang diberikan

perlakuan dan tidak diberi perlakuan dan lebih menganalisa responden yang

memiliki nyeri.

64

Anda mungkin juga menyukai