Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK I
“ATRAUMATIC CARE”
.Dosen : Ayu Puspita, Ners, M.Kep

Di Susun Oleh:
Mahasiswa
Tingkat II B/Semester IV

Armeliati
2018.C.10a.0959

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap Makalah tentang “Atraumatic Care” ini akan berguna
bagi pembaca dan mahasiswa terutama yang berada di STIKES Eka Harap
Palangka Raya sehingga diharapkan dengan makalah ini mahasiswa maupun
lainnya mendapatkan tambahan pengetahuan.
Saya menyadari bahwa Makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, Saya mengharapkan saran dan masukan yang
dapat membangun dan juga bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 24 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan………………………………..……………………………….2

ii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Atraumatic Care…...................................................................…..3
2.2 Manfaat Atraumatic Care.............................................................................4
2.3 Tujuan Atraumatic Care …………,….……………….…………..…......…5
2.4 Prinsip Atraumatic Care ……………………………………..….....………5
2.5 Intervensi Atraumatic Care ………………………………..……..….….....6
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Atraumatic Care Di Rumah Sakit…….…..15
BAB 3 PENUTUP………………………………….………………..…….…….17
3.1 Kesimpulan……… ………………………………………….........………17
3.2 Saran……………………………………………………………….….......17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak-anak merupakan masa lucu-lucunya anak sekaligus yang melelahkan
bagi orangtua. Banyak hal perlu diketahui orangtua selama masa perkembangan

iii
ini. Tingkah laku anak amat beragam, seperti berperilaku agresif,menarik
rambut,banyak kemauan, berbohong, dan tindakan lain. Apabila orangtua salah
menyikapinya, akan berdampak tidak baik bagi si anak dalam perkembangan
selanjutnya. Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu
membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan
yang dapat menghiburnya.
Atraumatic care adalah asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena
bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk
perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan
kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik
maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic
care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan
perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan
pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun
psikologis.  dirawat dirumah sakit
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yaitu


1.1.1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Atraumatic Care?
1.1.2. Menjelaskan apa saja manfaat dari Atraumatic Care ?
1.1.3. Menjelaskan tujuan dari Atraumatic Care ?
1.1.4. Menjelaskan apa saja prinsip dari Atraumatic Care ?
1.1.5. Menjelaskan apa saja intervensi dari Atraumatic Care ?
1.1.6. Menjelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksaan
Atraumatic Care di Rumah Sakit ?

2
1

1.3 Tujuan umum

iv
Untuk mengetahui gambaran dari Atraumatic Care
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan“Atraumatic Care” yaitu :
1) Bagi Pendidikan/Institusi
Sebagai salah satu referensi bagi pengajar maupun mahasiswa dalam
mempelajari materi tentang “Atraumatic Care”
2) Bagi Pembaca/ Mahasiswa
Sebagai salah satu referensi dan membantu mahasiswa dalam memahami
“Asuhan Keperawatan Dengan Neonatal” mengetahui dan menambah
wawasan tentang “Atraumatic Care”
3) Bagi Penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapat serta sebagai
acuan dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik.

v
BAB 2

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Definisi atraumatic care

Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan,

oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau

memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan (Wong, et al., 2009). Atraumatic

care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan

dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang

dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak

maupun orang tua (Supartini, 2014).

Asuhan terapeutik tersebut mencakup pencegahan, diagnosis, atau

penyembuhan kondisi akut atau kronis. Intervensi berkisar dari pendekatan

psikologis berupa menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaaan, sampai

pada intervensi fisik seperti menyediakan ruangan untuk orang tua tinggal

bersama anak dalam satu kamar (rooming in). Distres psikologis meliputi

kecemasan, ketakutan, kemarahan, kekecewaaan, kesedihan, malu, atau rasa

bersalah. Sedangkan distres fisik dapat berkisar dari kesulitan tidur dan

immobilisasi sampai pengalaman stimulus sensori yang mengganggu seperti rasa

sakit (nyeri), temperatur ekstrem, bunyi keras, cahaya yang dapat menyilaukan

atau kegelapan (Wong, et al., 2009).

vi
4

Atraumatic care berkaitan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, dan

bagaimana setiap prosedur dilakukan pada anak untuk mencegah atau meminimalkan

stress fisik dan psikologis (Wong, 1989, dalam Wong, et al., 2009). Maka dapat

disimpulkan, atraumatic care adalah pelaksanaan perawatan terapeutik pada anak dan

keluarga oleh perawat atau tenaga kesehatan lain dengan intervensi meminimalkan atau

mencegah timbulnya distres fisik maupun psikologis dalam sistem pelayanan kesehatan.

Gambar 1.1. Atraumatic care

2.2 Manfaat atraumatic care

Anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang perlu perhatian

lebih, karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Berbagai peristiwa

yang dialami anak, seperti sakit atau hospitalisasi akan menimbulkan trauma pada anak

seperti cemas, marah, nyeri, dan lain-lain. Kondisi tersebut jika tidak ditangani dengan

baik, akan menimbulkan masalah psikologis pada anak yang akan mengganggu

perkembangan anak. Oleh karena itu, manfaat atraumatic care adalah mencegah

masalah psikologis (kecemasan) pada anak, serta mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak (Hidayat, 2012). Beberapa penelitian juga telah membuktikan

bahwa penerapan atraumatic care memiliki pengaruh atau hubungan terhadap

penurunan respon kecemasan pada anak yang di hospitalisasi (Bolin, 2011 & Breving, et

al., 2015).
5

2.3 Tujuan atraumatic care

Atraumatic care sebagai asuhan terapeutik memiliki beberapa tujuan, yait

a. Jangan melukai, hal tersebut dinyatakan Wong dan koleganya (2009)

sebagai tujuan utama dari atraumatic care.

b. Mencegah dan mengurangi stres fisik (Supartini, 2014).

c. Mencegah dan mengurangi stres psikologis (Supartini, 2014).

Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa prinsip atraumatic care

sebagai kerangka kerjanya (Wong, et al., 2009).

2.4 Prinsip atraumatic care

Supartini (2014) menyatakan bahwa prinsip atraumatic care dibedakan menjadi

empat, yaitu: mencegah atau menurunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak

dengan menggunakan pendekatan family centered, meningkatkan kemampuan orang tua

dalam mengontrol perawatan anaknya, mencegah atau meminimalkan cedera fisik

maupun psikologis (nyeri) serta memodifikasi lingkungan fisik ruang perawatan anak.

a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan bagi keluarga, anak mengalami gangguan

psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang.

Gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2012).

b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan

anak

Perawat berperan penting dalam meningkatkan kemampuan orang tua

dalam merawat anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya

keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya di rumah sakit. Orang tua
6

dipandang sebagai subjek yang mempunyai potensi untuk melaksanakan

perawatan pada anaknya (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995,

dalam Wong, et al., 2009).

c. Mencegah atau menurunkan cedera fisik maupun psikologis (nyeri)

Nyeri sering dihubungkan dengan rasa takut, cemas, dan stres.

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam

keperawatan anak. Proses pengurangan nyeri sering tidak dapat

dihilangkan tetapi dapat dikurangi melalui teknik farmakologi dan teknik

nonfarmakologi (Wong, et al., 2009).

d. Modifikasi lingkungan fisik

Modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan

keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga

anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya (Hidayat,

2012).

2.5 Intervensi atraumatic care


Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan, memegang posisi kunci untuk

membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan

anaknya di rumah sakit karena perawat berada di samping pasien selama 24 jam dan

fokus asuhan adalah peningkatan kesehatan anak. Asuhan yang berpusat pada keluarga

dan atraumatic care merupakan falsafah utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

anak. Oleh karena itu, upaya dalam mengatasi masalah yang timbul baik pada anak

maupun orang tuanya selama


7

dalam masa perawatan berfokus pada intervensi atraumatic care yang

berlandaskan pada prinsip atraumatic care (Supartini, 2014).

a. Intervensi menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari

keluarga.

Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan pada anak dapat

dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam

perawatan anak (Supartini, 2014), yaitu:

1) Memperbolehkan orang tua untuk tinggal bersama anak selama 24

jam (rooming in) atau jika tidak memungkinkan untuk rooming in

maka berikan kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat

dengan maksud untuk mempertahankan kontak antara mereka.

2) Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang

rawat seperti di rumah.

3) Pempertahankan kontak dengan memfasilitasi pertemuan dengan

guru, teman sekolah dan berhubungan dengan siapa saja yang anak

inginkan.

4) Libatkan orang tua untuk berpartisipasi dalam merawat anak yang

sakit (Susilaningrum, et al., 2013).

b. Intervensi meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol

perawatan anak

Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan

anak untuk membantu orang tua dengan cara memberikan informasi

sehubungan dengan penyakit, prosedur pengobatan, prognosis serta


8

perawatan yang dapat dilakukan orang tua, dan reaksi emosional anak

terhadap sakit dan hospitalisasi (Wong, et al., 2009).

Perawat dapat juga menginformasikan kepada orang tua mainan yang

boleh dibawa ke rumah sakit, membuatkan keluarga jadwal untuk anak,

serta penting untuk perawat mempersiapkan anak dan orang tuanya

sebelum dirawat di rumah sakit melalui kegiatan pendidikan kesehatan

pada orang tua. Sehingga selama perawatan di rumah sakit orang tua

diharapkan dapat belajar dalam hal peningkatan pengetahuan maupun

keterampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit anaknya (Supartini,

2014).

c. Intervensi mencegah atau menurunkan cedera fisik maupun psikologis

(nyeri)

Pengkajian nyeri merupakan komponen penting dalam proses

keperawatan terkait mengurangi atau mencegah dampak nyeri. Dalam

pengkajian nyeri penting bagi perawat menggunakan definisi operasional

nyeri yang diungkapkan oleh McCaffery dan Pasero (1999) dalam Wong

dan koleganya (2009) yaitu nyeri adalah apapun yang dikatakan oleh orang

yang mengalaminya, ada pada saat orang tersebut mengatakan itu terjadi.

Wong dan koleganya (2009) juga menyatakan bahwa prinsip

pengkajian nyeri pada anak-anak adalah QUESTT yaitu question the child

(tanyakan pada anak), use a pain rating scale (gunakan skala nyeri),

evaluate behavioral and physiologic changes (evaluasi perubahan-

perubahan sikap dan fisiologis), secure parent’s involvement (pastikan


9

keterlibatan orang tua), take the cause of pain into account (pertimbangkan

penyebab nyeri), dan take action and evaluate results (lakukan tindakan

dan evaluasi hasilnya).

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan dua teknik. Pertama,

teknik nonfarmakologi dapat dilaksanakan melalui distraksi, relaksasi,

imajinasi terbimbing, stimulasi kutaneus, memberikan strategi koping

yang dapat mengurangi persepsi nyeri dengan cara bicara hal yang positif

pada diri, berhenti berfikir tentang hal menyakitkan, dan kontrak perilaku

(Wong, et al., 2009). Kedua, teknik farmakologis dilakukan dengan cara

meningkatkan efektivitas dari pemberian obat melalui penggunaan prinsip

enam benar, meliputi: benar klien, benar obat, benar dosis, benar cara,

benar waktu, benar dokumentasi (Rusy dan Weisman, 2000 dalam Utami,

2012).

Untuk prosedur yang menimbulkan nyeri, anak harus menerima

analgesik dan sedasi yang cukup untuk meminimalkan nyeri dan

kebutuhan restrein yang berlebihan. Untuk anestesi lokal gunakan

lidokain yang dibufer untuk mengurangi sensasi sakit atau berikan EMLA

(Extectic Mixture of Local Anesthetics) secara topikal sebelum dilakukan

injeksi parenteral (Wong, 2013). Apabila tindakan pencegahan tidak

dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak

sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat,

2012).
10

Supartini (2014) menyatakan bahwa meminimalkan rasa takut

terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu:

1) Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan

prosedur yang menimbulkan rasa nyeri

Persiapan ini dilakukan perawat dengan cara menjelaskan apa yang

akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang tua

(Supartini, 2014). Persiapan anak-anak untuk menghadapi prosedur

yang menakutkan dapat menurunkan ketakutan mereka, serta

memanipulasi teknik prosedural untuk anak-anak di setiap kelompok

umur juga meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh (Wong, et al.,

2009).

2) Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan

fisik anak

Permainan yang bisa dilakukan diantaranya bercerita, menggambar,

menonton video kaset dengan cerita yang berkaitan dengan tindakan

atau prosedur yang akan dilakukan pada anak (Supartini, 2014).

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah

satu alat paling efektif untuk penatalaksanaan stres, serta bermain juga

sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan sosial anak

(Wong, et al., 2009).

Kebutuhan bermain bagi anak sama halnya dengan kebutuhan

perkembangan anak, tidak berhenti saat anak sakit atau di hospitalisasi.


11

Bermain di rumah sakit memberikan banyak manfaat pada anak yaitu

memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi, membantu anak

merasa lebih nyaman di lingkungan yang asing, membantu mengurangi

stres akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, sebagai alat untuk

melepas ketegangan dan ungkapan perasaan, meningkatkan interaksi

dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain, sebagai alat

ekspresi ide-ide dan minat, sebagai alat untuk mencapai tujuan

terapeutik, dan menempatkan anak pada peran aktif dan memberi

kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan dan merasa

mengendalikannya (Wong, et al., 2009).

Supartini (2014) mengemukakan bahwa dalam melakukan aktivitas

bermain perawat hendaknya memperhatikan prinsip permainan pada

anak di rumah sakit, yaitu:

a) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang

sedang dijalankan pada anak

Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang

dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain

dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang

rawat. Misalnya, sambil tiduran di tempat tidurnya anak dapat

dibacakan buku cerita atau diberi buku komik anak-anak, mobil-

mobilan yang tidak menggunakan remote control, robot-robotan, dan

permainan lain yang dapat dimainkan anak sambil tiduran.


12

b) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat, dan

sederhana

Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan

alat permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan.

Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana

agar tidak melelahkan anak. Misalnya, menggambar atau mewarnai,

bermain boneka, dan membaca buku cerita.

c) Permainan yang harus mempertimbangkan keamanan anak

Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak

merangsang anak untuk berlari-lari, dan bergerak secara berlebihan.

d) Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama

Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara

berkelompok, permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang

sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.

e) Melibatkan orang tua

Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban

untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada

anak walaupun sedang dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas

bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga

apabila permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat

secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai

mengevaluasi hasil permainan anak bersama dengan perawat dan orang

tua anak lainnya.


13

3) Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua

Pada saat anak dilakukan tindakan atau prosedur yang

menimbulkan rasa nyeri apabila orang tua tidak dapat menahan diri,

bahkan menangis bila melihatnya. Maka, perlu dipertimbangkan untuk

menghadirkan orang tua. Sebaiknya dalam kondisi ini tawarkan pada

anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai

pendamping anak selama prosedur tindakan (Supartini, 2014).

4) Tunjukkan sikap empati

Menunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam

mengurangi rasa takut akibat prosedur yang menyakitkan. Empati

merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima realita

seseorang, merasakan perasaan dengan tepat, dan mengkomunikasikan

pengertian kepada pihak lain. Untuk mengekspresikan empati, perawat

memperlihatkan pengertian atas kepentingan pesan berdasarkan tingkat

perasaan. Teknik ini mengharuskan perawat untuk sensitif dan

imajinatif, terutama jika perawat tidak memiliki pengalaman terdahulu.

Empati merupakan tujuan yang penting, kunci untuk menyelesaikan

masalah, dan mendukung komunikasi. Pernyataan yang menunjukkan

empati sangat efektif karena memperlihatkan perhatian perawat atas

kandungan perasaan dan fakta dari komunikasi. Pernyataan empati

bersifat netral, tidak menuduh, dan membantu pembentukan

kepercayaan dalam situasi yang sulit (Potter & Perry, 2009).


14

5) Lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya pada tindakan

pembedahan elektif (apabila memungkinkan)

Persiapan khusus yang dapat dilakukan misalnya, dengan

mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan, dan

petugas yang akan menangani anak melalui cerita, gambar, atau

menonton film video yang menggambarkan kegiatan operasi tersebut.

Terlebih dahulu lakukan pengkajian yang akurat tentang kemampuan

psikologis anak dan orang tua untuk menerima informasi ini dengan

terbuka. Lakukan pula relaksasi pada fase sebelum operasi sebagai

persiapan untuk perawatan pasca operasi (Supartini, 2014).

d. Intervensi modifikasi lingkungan fisik

Modifikasi lingkungan bernuansa anak dapat dilakukan dengan

penataan atau dekorasi menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga

atau binatang lucu, hiasan dinding bergambar dunia binatang atau fauna,

papan nama pasien bergambar lucu, dinding berwarna dan penggunaan

warna yang cerah di ruangan, serta tangga dicat warna-warni (Supartini,

2014).

Penggunaan Pakaian seragam tim kesehatan yang berwarna putih pun

bisa menjadi stresor bagi anak, layaknya lingkungan rumah sakit yang

asing bagi anak dan orang tua (Supartini, 2014). Sehingga penggunaan

pakaian multi warna nonkonvensional pada perawat lebih disukai oleh

anak-anak dan orang tua yang anaknya dirawat di rumah sakit. Selain itu,

seragam perawat yang berwarna mampu meningkatkan persepsi orang tua


15

tentang keandalan perawat dimana penggunaan pakaian perawat

nonkonvensional dapat berkontribusi untuk meningkatkan hubungan anak

dan perawat (Festini, et al., 2008 dalam Utami, 2012).

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah

sakit

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam melaksanakan

atraumatic care di rumah sakit. Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa ada dua faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal.

2.6.1 Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang menjadi

rasional untuk seseorang berperilaku terdiri dari persepsi, Pengetahuan, keyakinan,

keinginan, motivasi, niat, dan sikap


16

2.6.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mendukung

seseorang untuk bertindak (berperilaku) atau mencapai tujuan yang diinginkan, seperti

pengalaman, fasilitas, dan sosiobudaya (Notoadmodjo, 2010). Fasilitas atau sarana di

rumah sakit sangat diperlukan untuk mewujudkan sikap perawat agar menjadi tindakan,

seperti tersedianya ruang bermain atau alat-alat permainan untuk melakukan intervensi

bermain pada anak, tersedianya tirai bergambar bunga atau binatang lucu, hiasan

dinding bergambar dunia binatang atau fauna, papan nama pasien bergambar lucu, dan

tersedianya pakaian berwarna warni untuk perawat di ruang anak (Supartini, 2014).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma
pada anak dan keluarganya dan merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan
sebagai therapi pada anak.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang
dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang
tuanya. Atraumatic care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi
memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur
dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun
psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak.
Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif
dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya maka
alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu sangat
diharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang bersifat membangun agar
kedepan penulis dapat menyempurnakan makalah ini.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Bolin Novita. (2011). Hubungan Penerapan Atraumatik Care Dalam Pemasangan


Infus Terhadap Respon Kecemasan Pada Anak Yang Mengalami Hospitalisasi
di Irna D Anak Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010. Skripsi,
Padang; Universitas Andalas.
Hidayat, Azis Alimul A. (2008). Pengantar ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :
Salemba Medika.
Ibung, Dian. (2008). Stres Pada Anak (usia 6-12 Tahun). Jakarta: Gramedia.
Jurnal Kesehatan Almuslim, Vol.INo.2Pebruari 2016.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta : EGC.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC.
Widyastudi, Papuli. (2003). Manajemen Stres.Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai