1
Mahasiawa DIII Prodi Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2009). Walaupun penderita gizi antara lain: (1) Upaya pemenuhan
buruk dan kurang semakin menurun persediaan pangan nasional terutama
persentasenya akan tetapi masih melalui peningkatan produksi
banyak Balita yang menderita gizi beraneka ragam pangan, (2)
kurang dan buruk. Kondisi tersebut Peningkatan usaha perbaikan gizi
cukup memprihatinkan mengingat keluarga (UPGK) yang diarahkan
selain berdampak pada pertumbuhan pada pemberdayaan keluarga untuk
dan perkembangan anak, kekurangan meningkatkan ketahanan pangan
gizi juga termasuk salah satu tingkat rumah tangga, (3)
penyebab utama kematian balita Peningkatan upaya pelayanan gizi
(www.depkes.go.id, 2008). terpadu dan sistem rujukan di mulai
Masalah kurang gizi pada dari tingkat posyandu, hingga
Balita juga dapat berdampak puskesmas dan rumah sakit.
terhadap pertumbuhan fisik, Berdasarkan studi
pembentukan saraf dan simpul- pendahuluan di Posyandu Sawi
simpul saraf terganggu sehingga Deresan Ringinharjo Bantul data
mengakibatkan retardasi mental dan penimbangan pada bulan Februari
tidak dapat diperbaiki lagi (Suhardjo, 2010 terdapat 51 Batita terdapat 3
2003:87). Batita (5,89%) mengalami gizi
Beberapa penelitian kurang atau yang berat badannya ada
menjelaskan, dampak jangka pendek dibawah garis merah. Dan dari
gizi kurang terhadap perkembangan wawancara kepada ibu-ibu yang
anak adalah anak menjadi apatis, mempunyai Batita pada bulan Maret
mengalami gangguan bicara dan terdapat 51 Batita (100%) yang
gangguan perkembangan yang lain. belum pernah dilakukan pemeriksaan
Sedangkan dampak jangka panjang perkembangan namun terdapat
adalah penurunan skor tes IQ, laporan orang tua Batita terdapat 1
penurunan perkembangan kognitif, Batita (1,96%) yang
penurunan integrasi sensori, perkembanganya terlambat tidak
gangguan pemusatan perhatian, sesuai dengan perkembangan pada
gangguan penurunan rasa percaya umurnya tersebut.
diri dan tentu saja merosotnya
prestasi akademik di sekolah. METODE PENELITIAN
Peran bidan disini melakukan Jenis penelitian ini adalah
pemantauan tumbuh kembang Balita penelitian deskriptif. Metode
untuk meningkatkan kualitas tumbuh pendekatan waktu menggunakan
kembang anak melalui deteksi dini cross sectional.
dan stimulasi tumbuh kembang Populasi yang digunakan
Balita (Keputusan Menteri penelitian ini adalah ibu-ibu yang
Kesehatan Republik Indonesia mempunyai anak Batita yang
NOMOR menimbangkan anaknya di Posyandu
900/MENKES/SK/VII/2002 pasal 16 Sawi Deresan Ringinharjo Bantul
ayat 2). sebanyak 33 Batita. Cara
Upaya pemerintah dalam pengambilan sampel dalam
penanggulangan masalah gizi kurang penelitian ini menggunakan teknik
yang dilakukan secara terpadu total sampling.
Alat yangg digunnakan
(instrumenn) : Timbanngan berat badan
b 1
dan penggukur tingggi badan untuk
u 7 (3,03)
mengukurr status gizi Batita sebbagai (21,21)) Baik
25
pengukuraan pertum mbuhan anak,a (75,76) Kuraang
lembar DD DST (Denvver Developpment Lebihh
Screeningg Test) unttuk mengeetahui
perkembanngan Batitaa sesuai deengan Sumber: Data
D Primer Bulan
B Juli
umurnya. 2010
HASIL PENELIITIAN D
DAN Gambar 2. Distriibusi Frek kuensi
PEMBAH HASAN Status Gizzi Batita Dii Posyandu Sawi
Penelitian inni dilakukaan di Deresan Ringginharjo Bantul
B
posyandu sawi di pedukkuhan Yogyakarrta Tahun 20010.
deresan, kelurahann ringinhharjo, Daari Gambarr 2. dapat dilihat
d
kecamatann banntul, kabuppaten bahwa dari 33 Batita yang
bantul Yoogyakarta. Pedukuhann ini melakukaan penimbangan di
terdiri darri terdapat 8 RT. Proogram Posyanduu Sawi dan dilak kukan
masyarakaat yang terlaksanaa di pemeriksaaan status gizi terdapat 25
Pedukuhann ini addalah posyyandu Batita atau
a 75,766% mempu unyai
balita, posyandu lannsia arisan PKK status gizzi baik dann hanya 1 Batita
B
rutin, dan pengajian atau 3,033% yang mengalami gizi
Penelitian ini dilakukan pada lebih.
awal bulaan Juli 20110 di Posyyandu
Sawi Derresan Ringginharjo BantulB Gambarann perkem mbangan Batita
B
Yogyakartta. Responnden peneelitian dapat dipperlihatkann pada gaambar
ini adalah ibu – ibu beserta
b Batittanya berikut:
yang beruumur 1-3 tahhun yang daatang
pada saat penimbanggan rutin setiaps
bulan di Posyandu Sawi berjuumlah
120 Batitaa, tetapi yaang berumuur 1-3
tahun berjumlah 33 Batita.
B
Pengambilan data tenntang
pertumbuhhan p
pada B
Batita
menggunaakan data seekunder yanng di
peroleh pada
p hasill penimbaangan
pada saatt dilakukann posyanduu dan
untuk mendapaatkan data
Gambar 3. Distriibusi Frek kuensi
perkembanngan Batita deengan
Interpretaasi hasil tesst DDST II pada
pemeriksaaan DDSST II yang
Batita Dii Posyanduu Sawi Deeresan
dilakukan saat kunjunngan rumahh.
Ringinharrjo Bantuul Yogyaakarta
Tahun 2010.
Gambarann status giizi Batita dapat
d
Dari gammbar 3. dapaat dilihat bahwa
b
diperlihatkkan pada gaambar berikkut:
dari 33 Batita yyang dilak kukan
pemeriksaaan DDST II terdapaat 31
Batita atau 94% Batita
B
perkembangannya sesuai dengan bermacam-macam, diantaranya : 1)
umurnya dan hanya 2 Batita atau 6% Kurang mendapat asupan gizi yang
yang tidak dapat di uji. seimbang dalam waktu yang cukup
lama, 2) Pola asuh yang kurang
GAMBARAN STATUS GIZI memadai, 3) Minimnya pengetahuan
BATITA ibu tentang gizi keluarga dll.
Status gizi adalah keadaan (www.litbang.depkes.go.id, 2009).
tubuh sebagai akibat konsumsi Masalah kurang gizi pada
makanan dan penggunaan zat-zat Balita juga dapat berdampak
gizi. Dibedakan antara status gizi terhadap pertumbuhan fisik,
baik, kurang, buruk, dan lebih. pembentukan saraf dan simpul-
Konsumsi makanan berpengaruh simpul saraf terganggu sehingga
terhadap status gizi seseorang mengakibatkan retardasi mental dan
(Almatsier, 2002:3-9). Makanan tidak dapat diperbaiki lagi (Suhardjo,
memegang peranan penting dalam 2003:87).
tumbuh kembang anak, karena anak Berdasarkan penelitian ini di
sedang tumbuh sehingga dapatkan 1 Batita atau 3,03% yang
kebutuhannya berbeda dengan orang mengalami gizi lebih ini bisa
dewasa. disebabkan kesalahan cara
Batita yang sebagian besar pengasuhan maupun, pola pemberian
mempunyai status gizi baik terdapat makanan, faktor kejiwaan seperti
25 Batita atau 75,76% dapat gangguan emosional biasanya pada
disebabkan karena kemampuan anak yang lebih besar baginya
dalam penyediaan makanan yang makanan merupakan pengganti untuk
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mencapai kepuasaan dalam
perkembangan Batita terpenuhi. memperoleh kasih sayang.
Kemampuan penyediaan makanan
dipengaruhi oleh penghasilan dan GAMBARAN PERKEMBANGAN
status ekonomi, pendapatan keluarga, BATITA
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, Periode penting dalam
tingkat pendidikan ibu. Menurut tumbuh kembang anak adalah pada
Almatsier (2002:3), konsumsi masa Balita. Karena pada masa ini
makanan berpengaruh pada status pertumbuhan dasar yang akan
gizi seseorang, status gizi yang baik mempengaruhi dan menentukan
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan anak selajutnya.
perkembangan otak, kemampuan Dari hasil penelitian
kerja dan kesehatan pada tingkat didapatkan 31 Batita atau 94% Batita
yang optimal. dengan hasil perkembangan normal.
Hasil penelitian menunjukan Kualitas tumbuh kembang batita
bahwa terdapat 7 Batita atau 21,21% dapat dipengaruhi oleh gizi, status
yang mengalami gizi kurang. Batita sosial ekonomi, pendidikan ayah atau
dengan status gizi kurang dapat ibu, pola pengasuhan serta stimulasi
disebabkan oleh banyak faktor dalam tumbuh kembang. Pedidikan
seperti asupan makanan dan penyakit orang tua merupakan salah satu
yang dialami Batita. Adapun faktor- faktor yang penting dalam tumbuh
faktor penyebab gizi kurang kembang anak, karena dengan
pendidikan yang baik, maka orang perkembangan normal, tidak terdapat
tua dapat menerima segala informasi batita yang diduga perkembanganya
dari luar terutama cara pengasuhan tidak sesuai umurnya namun terdapat
anak yang baik, bagaimana menjaga 2 batita atau 6% yang tidak dapat di
kesehatan anaknya. uji.
Usia paling kritis adalah
sampai dengan usia anak lima tahun, Saran
dikatakan kritis karena usia tersebut Bagi Tenaga Kesehatan
merupakan suatu masa atau tahapan (Bidan), untuk meningkatkan
umur yang menentukan kualitas kualitas pelayanan kesehatan
manusia pada usia selanjutnya. khususnya memberikan informasi,
Golden Age berada pada masa paling konseling atau saran kepada ibu
kritis yaitu usia 0 sampai 3 tahun, tentang tumbuh kembang dan dapat
karena 80% pertumbuhan otak membentuk bina keluarga balita.
terjadi pada masa usia emas tersebut, Bagi Ibu Balita,
disebut sebagai Usia Emas sebab meningkatkan ketrampilan ibu dan
apabila pada usia 0 – 3 tahun tidak anggota keluarga lain dalam
ada penanganan yang baik maka mengusahakan tumbuh kembang
pada usia selanjutnya tidak bisa anak secara optimal antara lain
diperbaiki terutama pada kerusakan dengan stimulasi mental dengan
otak (Nikmawati, 2008). permainan tradisional. Serta
Dari hasil penelitian terdapat memperhatikan status gizi batita
2 Batita atau 6% yang tidak dapat tersebut.
diuji dikarenakan beberapa faktor Bagi Kader Posyandu,
seperti anak sudah capek, bosan, dan meningkatkan pelayanan pada saat
tidak mau melakukan perintah yang posyandu berlangsung bahwa
harus dilakukan di item pemeriksaan pentingnya melakukan deteksi dini
sebelah kiri. Pemantauan tumbuh kembang pada batita dan
perkembangan anak sangat penting, pemantauan status gizi batita dengan
karena dengan pemantauan yang memvariasi makanan tambahan saat
baik maka dapat dilakukan deteksi posyandu berlangsung.
dini kelainan perkembangan anak. Bagi Peneliti, bagi peneliti
Sehingga intervensi dini dapat selanjutnya dapat lebih menggali
dilakukan dan tumbuh kembang anak tentang pentingnya pemeriksaan
dapat lebih optimal sesuai dengan tumbuh kembang bagi anak Batita,
kemampuan genetiknya. serta pentingnya melakukan
pemantauan status gizi pada Batita
KESIMPULAN DAN SARAN karena dari penelitian ini
Kesimpulan menggambarkan bahwa pentingnya
Pertama, di dapatkan hasil 25 memantau status gizi pada Batita
batita atau 75,76% yang mempunyai karena dapat mempengaruhi tumbuh
status gizi baik, 7 batita atau 21,21% kembang anak.
mengalami gizi kurang serta 1 batita
atau 3,03% mengalami gizi lebih. DAFTAR PUSTAKA
Kedua, di dapatkan hasil 31 Andarwati, D. 2007. faktor-faktor
batita atau 94% batita dengan hasil yang berhubungan
dengan status gizi balita Hidayat, Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan
pada Anak Untuk Pendidikan
keluarga petani Kebidanan, Salemba
didesa purwojati Medika: Jakarta
kecamatan kertek IDAI. 2005. Tumbuh Kembang
kabupaten wonosobo, Anak Dan Remaja,
Skripsi sarjana kesehatan Jakarta.Edisi Pertama
masyarakat universitas 2002
negeri semarang. KEPMENKES RI. 2002. NOMOR
Arikunto, S. 2006. Prosedur 900/MENKES/SK/VII
Penelitian Suatu Tentang Registrasi dan
Pendekatan Praktek, Praktik Bidan,
Rineka Cipta: Jakarta Khusnal & Rokhanawati. 2009. Buku
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Panduan Praktikum
Dasar Ilmu Gizi, PT Asuhan Neonatus, Bayi,
Gramedia Pustaka Utama: Dan Anak Balita I, II:
Jakarta Stikes ‘Aisyiyah
Chadori, D. 19 Maret 2009. Balita Yogyakarta
Gizi Buruk capai 1.399 di Nikmawati, Elis. 2008. The Growth
DIY, and Development
http://fapertagama80.wordpress.com/ Stimulation on Early
2009/03/20/balita-gizi- Childhood,
buruk-capai-1399-di-diy/ http://file.upi.edu/Direkto
Dangi. 4 Maret 2009. Agka Kematian ri/pdf.com
Ibu dan Balita , Nugraheni, Safitri. 2008. Hubungan
www.mitra–dialog.com Status Gizi Dengan
DEPKES RI. 11 Maret 2009. KSM Perkembangan Balita Usia 1-
Tunas Bangsa Dukung 4 Tahun Di Kampung
Peningkatan Gizi, Margoyasan Kelurahan
www.depkes.go.id Gunungketur Pakualaman,
__________, 2006. Pedoman STIKES Aisyiyah
Pelaksanaan Stimulasi, Yogyakarta
Deteksi Dan Intervensi Nurdiyanti, Nunung. 2004.
Dini Tumbuh Kembang Hubungan tingkat
Anak Ditingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pelayanan Kesehatan Tumbuh Kembang Dengan
Dasar: Jakarta Parilaku Stimulasi
Febriyanti, Rahayu. 2007. Hubungan Perkembangan Anak Usia 0-
tingkat Pengetahuan Ibu 3 Tahun Di Posyandu Gotong
Tentang Stimulasi Dengan Royong Desa Windu Aji
Perkembangan Motorik Kecamatan Paguyangan
Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Kabupaten Brebes, STIKES
Di TK Atau Playgroup Aisyiyah Yogyakarta
Nur’Aini ,STIKES Aisyiyah Paath, E.F., Rumdasih, Y., Heryati.
Yogyakarta 2005. Gizi Dalam
Kesehatn Reproduksi,
Cetakan Pertama, Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Positive Deviance Resource Centre.
2008. Gizi Buruk
Ancaman Generasi Yang
Hilang
http://www.pdrc.or.id/ind
ex.php?option=com_cont
ent&task=view&id=110&
Itemid=39
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian, CV Alvabeta:
Bandung
Suhardjo. 2003. Perencanaan
Pangan dan Gizi, Bumi
Aksara: Jakarta
Widodo, J. 8 juni 2005. Tampilan
Klinis Dan Komplikasi
KEP,www.pdpersi.co.id
Anonim, Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, 28
januari 2010
www.depkes.go.id
______, www.litbang.depkes.go.id,,
diakses 5 Maret 2009