759 1485 1 SM PDF
759 1485 1 SM PDF
1
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjran
2
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
ABSTRAK
Perkembangan balita adalah hal yang sangat penting dalam perkembangan seorang
anak.Pencegahan masalah perkembangan pada balita dapat dimulai dengan penyuluhan
kepada orang tua serta deteksi dini terhadap perkembangan balita oleh kader posyandu.
Oleh karena itu, pengetahuan kader posyandu sangat penting untuk pedoman utama bagi
kader itu sendiri dalam melakukan perannya dalam meningkatkan perkembangan
balita.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan kader di
posyandu desa cipacing tentang perkembangan. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif,dengan pengambilan sampel penelitian menggunakan total sampling
dari kader yang aktif di posyandu desa cipacing yang berjumlah 84 responden.Pengambilan
data atau instrument penelitian berupa kuesioner.Kemudian dianalisis menggunakan
porsentase.Hasil penelitian menunjukkan 5 responden (6%) memiliki pengetahuan baik, 39
responden (44%)memiliki pengetahuan cukup dan 44 responden (50%) memiliki
pengetahuan kurang. Pengetahuan kader tentang perkembangan balita secara umum masih
kurang. Untuk itu diharapkan adanya upaya dari puskesmas untuk meningkatkan
pengetahuan kader melalui penyuluhan tentang perkembangan balita.
Kata kunci : perkembangan balita, kader, posyandu.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2010). Namun menurut sejarah, minat akan ilmu
perkembangan anak masih kurang. Dalam perkembangan terdapat berbagai tahapan penting
Tahapan yang terpenting adalah pada usia 0-5 tahun, karena pada 5 tahun pertama
(Narendra, dkk, 2002). Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
pertama, kesehatan dan kesejahteraan. Kedua, keluarga dan pengasuhan anak. Ketiga,
pendidikan anak yang merupakan dimensi yang sangat penting dari kehidupan anak, ada
persetujuan yang meluas bahwa sesuatu perlu dilakukan untuk memperbaiki pendidikan
anak bangsa. Keempat konteks sosial budaya. Kelima status sosial ekonomi merupakan
(Santrock, 2007:10).
Ada 4 aspek perkembangan yang perlu dibina atau dipantau : pertama, gerak kasar
atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sperti duduk, berdiri, dan
sebagainya. Kedua, gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
Ayu Agustin, S.Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
2
mengamati sesuatu, menjimpit, dan menulis.Ketiga kemampuan bicara dan bahasa adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
perkembangan seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis
maupun statistik.Anak yang sehat akan menunjukan perkembangan yang optimal, apabila
(Pos Pelayanan Terpadu). Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit
Pada kegiatan posyandu tersebut tenaga kesehatan dibantu oleh warga masyarakat
setempat yang disebut kader. Kader inilah yang nantinya menjadi motor penggerak atau
pengelola dari upaya kesehatan primer. Melalui kegiatannya sebagai kader ia diharapkan
mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam
Dari beberapa tugas yang dimiliki oleh kader, salah satunya adalah dalam kesehatan
anak yaitu perkembangan anak balita.Dalam perkembangan balita, kader memiliki peran
sebagainya. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
Apabila seorang kader tidak mengetahui dengan baik tentang perkembangan pada
balita tersebut, maka kader tidak akan mampu melaksanakan perannya dalam
perkembangan dan prinsip stimulasi, serta melakukan deteksi dini pada perkembangan
balita.
perkembangan terdapat di desa Cipacing yang terdiri dari 18 posyandu. Berdasarkan hasil
tentang perannya terhadap perkembangan balita. Mereka hanya mengatakan bahwa tugas
badan, mengisi buku KIA khusus pertumbuhan (berat badan), dan memberikan vitamin jika
perlu.
memberikan informasi pada kader mengenai tugasnya sebagai kader terutama dalam
kesehatan anak. Penelitian ini berkontribusi bagi perawat agar lebih bertanggung jawab
dalam memberikan informasi kepada masyarakat terutama kader yang menjadi jembatan
Balita .
METODE PENELITIAN
Cipacing tentang perkembangan pada balita. Pengumpulan data akan dilakukan dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah kader yang aktif yang bertugas di 18 posyandu
yang ada di desa Cipacing kecamatan Jatinangor yang berjumlah 84 orang. Metode
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan sampling jenuh atau
total sampling.
Dengan memilih semua populasi menjadi sampel, maka jumlah sampel pada penelitian ini
balita yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Jenis kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup atau berstruktur yang dibuat oleh peneliti
sendiri.Soal yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 soal dengan 25 soal positif
dan 5 soal negatif, dengan mengacu pada subvariabel tugas perkembangan (personal sosial,
gerakan motorik halus, bahasa, dan motorik kasar), pengasuhan balita dan deteksi dini
perkembangan. Pada kuesioner tersebut responden hanya tinggal memilih atau menjawab
satu jawaban yang benar dari alternatif jawaban yang sudah ada. Skala yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala guttman dengan skor 1 (satu) untuk jawaban yang benar
Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek
responden di setiap posyandu desa Cipacing wilayah kerja Puskesmas Jatinangor, peneliti
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner.
Kemudian, kuesioner yang telah disusun disebarkan kepada responden, dan responden
Analisa data yang dilakukan pada variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dengan 3
subvariabel yaitu tugas perkembangan, prinsip stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang.
Pemberian skor pada jawaban responden dari setiap pertanyaan pengetahuan dimana yang
jawabannya salah diberi skoring 0 dan jika jawabannya benar diberi skoring 1. Kemudian
yaitu nilai (76 100 %) dikategorikan pada pengethuan baik ,(60 75%) :dikategorikan
(Arikunto, 2006).
84 orang kader yang aktif di semua posyandu di desa Cipacing pada tanggal 14- 28 April
2012.
semua populasi menyatakan bersedia menjadi renponden. Adapun hasil penelitian melalui
kuesioner mengetahuan kader dapat dilihat pada tabel 4.1 berikutnya yaitu:
Kategori F %
Baik 5 6%
Cukup 37 44%
Kurang 42 50%
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 84 orang kader yang ada di posyandu
Cendrawasih desa Cipacing, hanya sedikit kader yaitu 6% dari reponden yang telah
mengetahui dengan baik tentang perkembangan anak, sedangkan separuh dari kader
Subvariabel F % F % F %
1.Tugas
1 1,1% 9 12% 74 87%
Perkembangan
3.Deteksi dini
17 20% 28 35% 39 45%
perkembangan
mengenai perkembangan balita, pengetahuan kader mengenai prinsip stimulasi lebih baik
dibandingkan tugas perkembangan dan deteksi dini. Dari 84 orang kader hanya 1% yang
telah mengetahui dengan baik tugas perkembangan balita. Mengenai prinsip stimulasi 46%
dari responden telah mengetahui dengan baik, sedangkan hanya 20% dari responden yang
mengetahui dengan baik tentang deteksi dini. Kader posyandu adalah seorang yang karena
Menurut hasil yang didapat dalam penelitian ini hanya 5 orang dari 84 orang
perkembangan anak, 44 % memiliki pengetahuan yang cukup, dan 50% dari responden
kurang mengetahui perkembangan pada balita. Dari penelitian ini maka dapat diketahui
bahwa masih banyak kader yang belum mengetahui tentang perkembangan anak.
Menurut Wawan (2010), ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan
pendapatan, jumlah anak, dan aktivitas sosial. Sedangkan faktor usia, tidak mempengaruhi
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Informasi yang diperoleh dari berbagai
Selain itu, di desa Cipacing informasi yang didapatkan oleh kader pun masih kurang
karena jarangnya penyuluhan ataupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas
kemampuan kader dalam memberikan informasi pada orang tua mengenai perkembangan
motivasi kerja kader masih kurang, hal ini dapat di lihat ketika tidak semua kader yang
datang setiap ada posyandu, dan juga kurangnya penghargaan dan perhatian dari
puskesmas.
sub variabel yaitu tugas perkembangan, prinsip stimulasi, dan deteksi dini perkembangan.
hanya 1 orang responden dengan persentase 1,1 % memiliki pengetahuan baik, 9 orang
(12%) memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan 74 orang (87%) dari responden
penyuluhan/informasi yang lengkap kepada orang tua mengenai tugas perkembangan balita,
selain itu kader juga tidak akan mampu mendeteksi perkembangan pada balita apabila
Subvariabel kedua adalah mengenai prinsip stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang
penting dalam perkembangan anak. Sedangkan prinsip stimulasi adalah cara yang baik
Mengenai pengetahuan tentang prinsip stimulasi 39 orang (46%) dari kader yang
memiliki pengetahuan baik, 35 orang (42%) memiliki pengetahuan cukup, dan 10 orang
(12%) kurang mengetahui prinsip stimulasi tersebut. Prinsip stimulasi memiliki nilai yang
Prinsip stimulasi lebih diketahui oleh responden karena prinsip stimulasi ini merupakan
hal-hal yang tidak terlalu berhubungan dengan teori, namun lebih berhubungan dengan
sikap orang tua dalam mengasuh anak mereka, sehingga mereka telah banyak mengetahui
hal tersebut sehingga hasilnya menjadi lebih baik di bandingkan dengan subvariabel yang
lain.
estetika, dan nilai-nilai moral. Dampak yang terjadi ketika kader tidak mengetahui tentang
prinsip stimulasi adalah kader tidak akan mampu memberikan informasi pada orang tua
mengenai cara/prinsip menstimulasi anak dengan baik sehingga orang tua pun tidak akan
mengetahui ataupun melakukan cara yang baik ketika menstimulasi perkembangan anak,
sehingga anak menjadi malas belajar dan cepat bosan ketika distimulasi oleh orang tua dan
perkembangan balita. Hasil penelitian mengenai deteksi dini yaitu: dari 84 orang kader
hanya 17 orang (20%) yang mengetahui dengan baik, 28 orang (35%) memiliki
pengetahuan yang cukup, dan 39 orang (45%) kurang mengetahui tentang deteksi dini
perkembangan pun tidak mampu mereka lakukan dan juga tidak dilaporkan ke tenaga
kesehatan sehingga keterlambatan perkembangan pada balita tidak diatasi dengan cepat.
berikutnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan kader dalam mendeteksi
adanya gangguan perkembangan karena tidak tahu tentang tahapan perkembangan sesuai
usia.
Cipacing telah memberikan pelatihan kepada kader mengenai gizi, lingkungan, dan yang
lainnya. Namun mengenai perkembangan anak jarang bahkan tidak pernah dilakukan.Hal
mengenai perkembangan balita termasuk kedalam program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
posyandu yang ada, bidan yang bertugas hanya 1 orang dan tidak ada petugas kesehatan
yang lain. Bidan desa itu hanya datang ketika kegiatan posyandu.
Menurut Sahlan (2003), apabila tingkat pengetahuan tinggi maka seseorang akan
lebih kritis dalam menghadapi berbagai masalah, dimana pengetahuan ini diperoleh baik
secara formal maupun informal. Untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, seorang
kader sebaiknya selalu mendapatkan bimbingan dari petugas kesehatan. Pendidikan dan
bimbingan tentang perkembangan balita akan merubah pola pikir dan perilaku yang
dimanifestasikan dalam kegiatan para kader, dalam hal ini adalah terhadap perkembangan
balita.
dan bimbingan dari petugas kesehatan harus lebih ditingkatkan dengan cara melakukan
penyuluhan dan evaluasi pada kader. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang
memiliki tugas dalam memberikan informasi pada kader mengenai tugasnya sebagai kader
terutama dalam kesehatan anak agar kader mengetahui dengan baik tentang perkembangan
anak, sehingga kader mampu memberikan penyuluhan pada orang tua serta mendeteksi
perkembangan balita.
SIMPULAN
bahwa:
1. Setengah dari kader memiliki pengetahuan yang kurang tentang perkembangan balita.
3.Pengetahuan kader mengenai prinsip stimulasi telah baik. Namun, ada indikator yang
paling kurang diketahui adalah mengenai penggunaan alat sederhana ketika menstimulasi
perkembangan balita.
4.Pengetahuan kader tentang deteksi dini perkembangan pada balita masih tergolong
kurang. Sehingga kader belum mengetahui ketika terjadi keterlambatan perkembangan pada
Dengan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka disarankan kepada:
1. Puskesmas
evaluasi kepada para kader agar bisa memberikan pelatihan sesuai tugas kader dan
2. Perawat
Perawat agar lebih menjalankan tugasnya sebagai educator baik bagi kader posyandu
maupun orang tua melalui pelatihan atau penyuluhan agar lebih mengetahui tentang
3. Kader
lebih banyak lagi dari petugas kesehatan lainnya meskipun diluar posyandu.
4. Peneliti Selanjutnya
mengenai tugas yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan atau puskesmas dalam