Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN PENGETAHUAN KADER DI POSYANDU DESA CIPACING

TENTANG PERKEMBANGAN PADA BALITA


Ayu Agustin1Windy Rakhmawati1Lita Nurlita2

1
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjran
2
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
ABSTRAK
Perkembangan balita adalah hal yang sangat penting dalam perkembangan seorang
anak.Pencegahan masalah perkembangan pada balita dapat dimulai dengan penyuluhan
kepada orang tua serta deteksi dini terhadap perkembangan balita oleh kader posyandu.
Oleh karena itu, pengetahuan kader posyandu sangat penting untuk pedoman utama bagi
kader itu sendiri dalam melakukan perannya dalam meningkatkan perkembangan
balita.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan kader di
posyandu desa cipacing tentang perkembangan. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif,dengan pengambilan sampel penelitian menggunakan total sampling
dari kader yang aktif di posyandu desa cipacing yang berjumlah 84 responden.Pengambilan
data atau instrument penelitian berupa kuesioner.Kemudian dianalisis menggunakan
porsentase.Hasil penelitian menunjukkan 5 responden (6%) memiliki pengetahuan baik, 39
responden (44%)memiliki pengetahuan cukup dan 44 responden (50%) memiliki
pengetahuan kurang. Pengetahuan kader tentang perkembangan balita secara umum masih
kurang. Untuk itu diharapkan adanya upaya dari puskesmas untuk meningkatkan
pengetahuan kader melalui penyuluhan tentang perkembangan balita.
Kata kunci : perkembangan balita, kader, posyandu.

ABSTRACT

Toddlers development is a crucial development of a child. Prevention of toddlers


growth s problems can be begin by giving the education for parent and early detection of
toddlers development by posyandu cadres. Thefore, posyandu cadres knowledge is one of
important thing as a main guidelines for themselves when doing their part for improving
toddlers growth. The purpose of this experiment is to know the cadres knowlwdge
description at cipacing village about toddlers development. The method used in this
experiment was quantitative descriptive method, the sample of experiment was total
sampling from active cadres at cipacing village s posyandu about 884 respondent.
Experiment instrument or data retrieval was questionare. For further analyzed by
presentase. The results showed 5 respondents (6%) had good knowledge, 39 respondents
(44%) have sufficient knowledge and 44 respondents(50%) have less knowledge. Generally,
cadre knowledge od toddlers development is less than enough. So, health center s effort is
Ayu Agustin, S.Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
1
really expected to increase the cadre s knowledge through counselling and monitoring of
toddlers development.
Key words: toddlers development, knowledge, cadres,posyandu.

PENDAHULUAN

Perkembangan (development) adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta

sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2010). Namun menurut sejarah, minat akan ilmu

perkembangan anak masih kurang. Dalam perkembangan terdapat berbagai tahapan penting

yang harus dilalui anak untuk menuju usia dewasa.

Tahapan yang terpenting adalah pada usia 0-5 tahun, karena pada 5 tahun pertama

(Narendra, dkk, 2002). Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu

pertama, kesehatan dan kesejahteraan. Kedua, keluarga dan pengasuhan anak. Ketiga,

pendidikan anak yang merupakan dimensi yang sangat penting dari kehidupan anak, ada

persetujuan yang meluas bahwa sesuatu perlu dilakukan untuk memperbaiki pendidikan

anak bangsa. Keempat konteks sosial budaya. Kelima status sosial ekonomi merupakan

pengelompokan manusia dengan karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi

(Santrock, 2007:10).

Ada 4 aspek perkembangan yang perlu dibina atau dipantau : pertama, gerak kasar

atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sperti duduk, berdiri, dan

sebagainya. Kedua, gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
Ayu Agustin, S.Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
2
mengamati sesuatu, menjimpit, dan menulis.Ketiga kemampuan bicara dan bahasa adalah

aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan lain-lain.Keempat sosialisasi dan

kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan

sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (Depkes, 2005).

Pemantauan perkembangan perlu dilakukan untuk menentukan apakah

perkembangan seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis

maupun statistik.Anak yang sehat akan menunjukan perkembangan yang optimal, apabila

diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat.

Dalam pelaksanaan program kesehatan, terdapat rumah sakit dan puskesmas.

Namun, puskesmas lebih memiliki peran dalam meningkatkan perkembangan anak.Untuk

melaksanakan peran tersebut, puskesmas mengadakan program yang dinamakan Posyandu

(Pos Pelayanan Terpadu). Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit

pemantau perkembangan anak (Depdagri RI, 2001).

Pada kegiatan posyandu tersebut tenaga kesehatan dibantu oleh warga masyarakat

setempat yang disebut kader. Kader inilah yang nantinya menjadi motor penggerak atau

pengelola dari upaya kesehatan primer. Melalui kegiatannya sebagai kader ia diharapkan

mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam

rangka peningkatkan status kesehatan (Notoadmodjo, 2005:336).

Dari beberapa tugas yang dimiliki oleh kader, salah satunya adalah dalam kesehatan

anak yaitu perkembangan anak balita.Dalam perkembangan balita, kader memiliki peran

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
3
dalam melakukan penyuluhan pada orang tua (Ibu) mengenai kesehatan anak, pemantauan

dan stimulasi/rangsangan dini perkembangan serta melaporkan kesarana kesehatan apabila

menemukan anak yang terlambat perkembangannya (Depkes RI, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan kader dalam menjalankan tugasnya,

diantaranya adalah pengetahuan kader tentang posyandu, pekerjaan, pendidikan dan

sebagainya. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmojo, 2003).

Apabila seorang kader tidak mengetahui dengan baik tentang perkembangan pada

balita tersebut, maka kader tidak akan mampu melaksanakan perannya dalam

perkembangan anak seperti melakukan penyuluhan pada orang tua mengenai

perkembangan dan prinsip stimulasi, serta melakukan deteksi dini pada perkembangan

balita.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumedang, dari 32

puskesmas yang ada di kabupaten Sumedang, jumlah balita terbanyak terdapat di

Puskesmas Jatinangor. Sedangkan jumlah balita terbanyak yang mengalami gangguan

perkembangan terdapat di desa Cipacing yang terdiri dari 18 posyandu. Berdasarkan hasil

wawancara pada 7 kader, 5 diantaranya mengatakan belum mengetahui sepenuhnya

tentang perannya terhadap perkembangan balita. Mereka hanya mengatakan bahwa tugas

mereka adalah membantu tenaga kesehatan dalam pelaksananaan penimbangan berat

badan, mengisi buku KIA khusus pertumbuhan (berat badan), dan memberikan vitamin jika

perlu.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
4
.Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang memiliki kewajiban dalam

memberikan informasi pada kader mengenai tugasnya sebagai kader terutama dalam

kesehatan anak. Penelitian ini berkontribusi bagi perawat agar lebih bertanggung jawab

dalam memberikan informasi kepada masyarakat terutama kader yang menjadi jembatan

dalam pelaksanaan dalam peningkatan kesehatan masyarakat.

Dari gambaran diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran

Pengetahuan Kader di Posyandu Desa Cipacing Tentang Perkembangan Pada

Balita .

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan kader di posyandu desa

Cipacing tentang perkembangan pada balita. Pengumpulan data akan dilakukan dengan

menggunakan teknik kuesioner atau angket.

Populasi dalam penelitian ini adalah kader yang aktif yang bertugas di 18 posyandu

yang ada di desa Cipacing kecamatan Jatinangor yang berjumlah 84 orang. Metode

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan sampling jenuh atau

total sampling.

Dengan memilih semua populasi menjadi sampel, maka jumlah sampel pada penelitian ini

adalah 84 orang kader yang bertugas di 18 posyandu di desa Cipacing kecamatan

Jatinangor yang bersedia menjadi responden.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
5
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner / angket sebagai

instrumen pengumpulan data pengetahuan tentang peran kader terhadap perkembangan

balita yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori. Jenis kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup atau berstruktur yang dibuat oleh peneliti

sendiri.Soal yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 soal dengan 25 soal positif

dan 5 soal negatif, dengan mengacu pada subvariabel tugas perkembangan (personal sosial,

gerakan motorik halus, bahasa, dan motorik kasar), pengasuhan balita dan deteksi dini

perkembangan. Pada kuesioner tersebut responden hanya tinggal memilih atau menjawab

satu jawaban yang benar dari alternatif jawaban yang sudah ada. Skala yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala guttman dengan skor 1 (satu) untuk jawaban yang benar

dan 0 (nol) untuk jawaban yang salah (Sugiyono, 2011:96).

Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek

untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Sebelum kuesioner disebarkan kepada

responden di setiap posyandu desa Cipacing wilayah kerja Puskesmas Jatinangor, peneliti

memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner.

Kemudian, kuesioner yang telah disusun disebarkan kepada responden, dan responden

dipersilahkan mengisi.Waktu pengisian yang diberikan untuk responden 15-25

menit.Responden selalu didampingi peneliti dalam pengisian kuesioner.

Analisa data yang dilakukan pada variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dengan 3

subvariabel yaitu tugas perkembangan, prinsip stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang.

Pemberian skor pada jawaban responden dari setiap pertanyaan pengetahuan dimana yang

jawabannya salah diberi skoring 0 dan jika jawabannya benar diberi skoring 1. Kemudian

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
6
dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus dan di kategorikan menjadi 3 kategori

yaitu nilai (76 100 %) dikategorikan pada pengethuan baik ,(60 75%) :dikategorikan

dengan pengetahuan cukup dan(< 60%) dikategorikan dengan pengetahuan kurang

(Arikunto, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian mengenai gambaran pengetahuan kader tentang perannya terhadap

perkembangan anak di Posyandu Cendrawasih desa Cipacing yang meliputi tugas

perkembangan, prinsip dalam stimulasi, dan mendeteksi perkembangan anak, peneliti

melakukan penelitian menggunakan kuesioner pada

84 orang kader yang aktif di semua posyandu di desa Cipacing pada tanggal 14- 28 April

2012.

Populasi berjumlah 84 orang, kemudian melalui surat persetujuan rensponden,

semua populasi menyatakan bersedia menjadi renponden. Adapun hasil penelitian melalui

kuesioner mengetahuan kader dapat dilihat pada tabel 4.1 berikutnya yaitu:

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
7
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan KaderTentang Perkembangan Anak di Desa

Cipacing Jatinangor Tahun 2012 dengan n=84

Kategori F %

Baik 5 6%

Cukup 37 44%

Kurang 42 50%

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 84 orang kader yang ada di posyandu

Cendrawasih desa Cipacing, hanya sedikit kader yaitu 6% dari reponden yang telah

mengetahui dengan baik tentang perkembangan anak, sedangkan separuh dari kader

tersebut masih kurang mengetahui tentang perkembangan balita.

Tabel 42 Distribusi Frekuensi Pengetahuan kader Berdasarkan Subvariabel Perkembangan

Anak di Desa Cipacing Jatinangor Tahun 2012 dengan n=84

Baik Cukup Kurang

Subvariabel F % F % F %

1.Tugas
1 1,1% 9 12% 74 87%
Perkembangan

2.Prinsip stimulasi 39 46% 35 42% 10 12%

3.Deteksi dini
17 20% 28 35% 39 45%
perkembangan

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
8
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 3 sub variabel yang telah ditanyakan

mengenai perkembangan balita, pengetahuan kader mengenai prinsip stimulasi lebih baik

dibandingkan tugas perkembangan dan deteksi dini. Dari 84 orang kader hanya 1% yang

telah mengetahui dengan baik tugas perkembangan balita. Mengenai prinsip stimulasi 46%

dari responden telah mengetahui dengan baik, sedangkan hanya 20% dari responden yang

mengetahui dengan baik tentang deteksi dini. Kader posyandu adalah seorang yang karena

kecakapannya atau kemampuannyadiangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin

pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008).

Menurut hasil yang didapat dalam penelitian ini hanya 5 orang dari 84 orang

responden dengan persentase 6% yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

perkembangan anak, 44 % memiliki pengetahuan yang cukup, dan 50% dari responden

kurang mengetahui perkembangan pada balita. Dari penelitian ini maka dapat diketahui

bahwa masih banyak kader yang belum mengetahui tentang perkembangan anak.

Menurut Wawan (2010), ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan

perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, jumlah anak, dan aktivitas sosial. Sedangkan faktor usia, tidak mempengaruhi

tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

Selain itu, di desa Cipacing informasi yang didapatkan oleh kader pun masih kurang

karena jarangnya penyuluhan ataupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas

kepada kader mengenai perkembangan anak sehingga menyebabkan kurangnya

kemampuan kader dalam memberikan informasi pada orang tua mengenai perkembangan

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
9
anaknya, dan orang tua tidak tahu mengenai kewajibannya dalam menstimulasi anak

sehingga anak pun beresiko mengalami keterlambatan perkembangan. Di desa Cipacing

motivasi kerja kader masih kurang, hal ini dapat di lihat ketika tidak semua kader yang

datang setiap ada posyandu, dan juga kurangnya penghargaan dan perhatian dari

puskesmas.

Penilaian pengetahuan kader mengenai perkembangan balita dibedakan menjadi 3

sub variabel yaitu tugas perkembangan, prinsip stimulasi, dan deteksi dini perkembangan.

Hasil penelitian mengenai subvariabel yang pertama yaitu tugas perkembangan,

hanya 1 orang responden dengan persentase 1,1 % memiliki pengetahuan baik, 9 orang

(12%) memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan 74 orang (87%) dari responden

kurang mengetahui tugas perkembangan pada balita..

Pengetahuan kader yang kurang mengenai seluruh indikator dari tugas

perkembangan balita, menjadikan kader tidak akan mampu memberikan

penyuluhan/informasi yang lengkap kepada orang tua mengenai tugas perkembangan balita,

selain itu kader juga tidak akan mampu mendeteksi perkembangan pada balita apabila

terjadi keterlambatan perkembangan.

Subvariabel kedua adalah mengenai prinsip stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang

penting dalam perkembangan anak. Sedangkan prinsip stimulasi adalah cara yang baik

dalam melakukan stimulasi pada balita.

Mengenai pengetahuan tentang prinsip stimulasi 39 orang (46%) dari kader yang

memiliki pengetahuan baik, 35 orang (42%) memiliki pengetahuan cukup, dan 10 orang

(12%) kurang mengetahui prinsip stimulasi tersebut. Prinsip stimulasi memiliki nilai yang

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
10
paling baik atau yang lebih banyak diketahui oleh kader dibanding subvariabel yang lain.

Prinsip stimulasi lebih diketahui oleh responden karena prinsip stimulasi ini merupakan

hal-hal yang tidak terlalu berhubungan dengan teori, namun lebih berhubungan dengan

sikap orang tua dalam mengasuh anak mereka, sehingga mereka telah banyak mengetahui

hal tersebut sehingga hasilnya menjadi lebih baik di bandingkan dengan subvariabel yang

lain.

Narendra (2002), menyatakan bahwa stimulasi yang diberikan setidaknya

mengandung unsur untuk meningkatkan kemampuan bahasa, konseptual, persepsi, sosial,

estetika, dan nilai-nilai moral. Dampak yang terjadi ketika kader tidak mengetahui tentang

prinsip stimulasi adalah kader tidak akan mampu memberikan informasi pada orang tua

mengenai cara/prinsip menstimulasi anak dengan baik sehingga orang tua pun tidak akan

mengetahui ataupun melakukan cara yang baik ketika menstimulasi perkembangan anak,

sehingga anak menjadi malas belajar dan cepat bosan ketika distimulasi oleh orang tua dan

dapat menyebabkan perkembangan anak menjadi terlambat.

Subvariabel ketiga yaitu pengetahuan tentang deteksi dini perkembangan balita.

Deteksi dini perkembangan artinya mendeteksi secara dini adanya penyimpangan

perkembangan balita. Hasil penelitian mengenai deteksi dini yaitu: dari 84 orang kader

hanya 17 orang (20%) yang mengetahui dengan baik, 28 orang (35%) memiliki

pengetahuan yang cukup, dan 39 orang (45%) kurang mengetahui tentang deteksi dini

perkembangan. Kemampuan atau pengetahuan dalam mendeteksi perkembangan anak

akanberhubungan dengan pengetahuan kader mengenai tugas perkembangan.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
11
Ketika kader kurang mengetahui tentang perkembangan balita, deteksi dini

perkembangan pun tidak mampu mereka lakukan dan juga tidak dilaporkan ke tenaga

kesehatan sehingga keterlambatan perkembangan pada balita tidak diatasi dengan cepat.

Dampaknya adalah balita akan beresiko mengalami keterlambatan untuk perkembangan

berikutnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan kader dalam mendeteksi

adanya gangguan perkembangan karena tidak tahu tentang tahapan perkembangan sesuai

usia.

Puskesmas Jatinangor yang merupakan penanggung jawab dari posyandu desa

Cipacing telah memberikan pelatihan kepada kader mengenai gizi, lingkungan, dan yang

lainnya. Namun mengenai perkembangan anak jarang bahkan tidak pernah dilakukan.Hal

mengenai perkembangan balita termasuk kedalam program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

sehingga dipegang/dilaksanakan oleh bidan desa. Sementara di desa Cipacing, dari 18

posyandu yang ada, bidan yang bertugas hanya 1 orang dan tidak ada petugas kesehatan

yang lain. Bidan desa itu hanya datang ketika kegiatan posyandu.

Menurut Sahlan (2003), apabila tingkat pengetahuan tinggi maka seseorang akan

lebih kritis dalam menghadapi berbagai masalah, dimana pengetahuan ini diperoleh baik

secara formal maupun informal. Untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, seorang

kader sebaiknya selalu mendapatkan bimbingan dari petugas kesehatan. Pendidikan dan

bimbingan sangat mempengaruhi pengetahuan kader karena dengan pendidikan dan

bimbingan tentang perkembangan balita akan merubah pola pikir dan perilaku yang

dimanifestasikan dalam kegiatan para kader, dalam hal ini adalah terhadap perkembangan

balita.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
12
Penelitian ini dapat menggambarkan bahwa kader yang ada di desa Cipacing

mempunyai pengetahuan yang kurang tentang perkembangan balita. Sehingga penyuluhan

dan bimbingan dari petugas kesehatan harus lebih ditingkatkan dengan cara melakukan

penyuluhan dan evaluasi pada kader. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang

memiliki tugas dalam memberikan informasi pada kader mengenai tugasnya sebagai kader

terutama dalam kesehatan anak agar kader mengetahui dengan baik tentang perkembangan

anak, sehingga kader mampu memberikan penyuluhan pada orang tua serta mendeteksi

perkembangan balita.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan kader di

posyandu Cendrawasih desa Cipacing tentang perkembangan anak, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Setengah dari kader memiliki pengetahuan yang kurang tentang perkembangan balita.

2.Pengetahuan kader mengenai tugas perkembangan masih tergolong kurang.

3.Pengetahuan kader mengenai prinsip stimulasi telah baik. Namun, ada indikator yang

paling kurang diketahui adalah mengenai penggunaan alat sederhana ketika menstimulasi

perkembangan balita.

4.Pengetahuan kader tentang deteksi dini perkembangan pada balita masih tergolong

kurang. Sehingga kader belum mengetahui ketika terjadi keterlambatan perkembangan pada

balita yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
13
SARAN

Dengan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka disarankan kepada:

1. Puskesmas

Puskesmas agar lebih meningkatkan pelayanan serta melakukan pemantauan atau

evaluasi kepada para kader agar bisa memberikan pelatihan sesuai tugas kader dan

mengetahui kemampuan masing-masing kader dalam menjalankan perannya terutama

untuk meningkatkan perkembangan balita.Serta menentukan petugas kesehatan yang harus

bertanggung jawab dalam program tersebut.

2. Perawat

Perawat agar lebih menjalankan tugasnya sebagai educator baik bagi kader posyandu

maupun orang tua melalui pelatihan atau penyuluhan agar lebih mengetahui tentang

perkembangan balita sebagai dasar untuk meningkatkan perkembangan balita.

3. Kader

Para kader agar berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai tugasnya

sebagai kader, terutama terhadap perkembangan anak.Berusaha mencari informasi yang

lebih banyak lagi dari petugas kesehatan lainnya meskipun diluar posyandu.

4. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam

mengenai tugas yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan atau puskesmas dalam

meningkatkan perkembangan balita.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
14
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan RI. Puskesmas sebagai penggagas pembangunan
kesehatansetempat. Available at: http://www.depkes.go.id (diakses 17 November
2011).
______Pentingnya pemantauan kesehatan pada masa periode emas balita. Available at:
http://www.depkes.go.id (diakses 23 November 2011).
______Stimulasi,deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang-anak. Available at:
http://www.kesehatananak.depkes.go.id (diakses 23 November 2011).
Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Narendra, M.B, Samba.W. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.Edisi:1. Jakarta:
Sagung Seto.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
_______. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka Cipta
_______. 2005. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
(diakses Mei 2012).
Santrock, J.W. 2007.Perkembangan Anak. Edisi 11.Jakarta; Erlangga.
Soetjiningsih, 1998.Tumbuh Kembang Anak, Cet.2:Jakarta:EGC
Soejono Soekanto, Sosiologi:Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1987)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Ayu Agustin, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran (JL. Raya Jatinangor Km. 21 Sumedang 45361)
Email: ayu23anrifal@yahoo.com 082115723794
15

Anda mungkin juga menyukai