Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA ANAK ”A” DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA
ANAK

TUGAS INDIVIDU
Disusun sebagai Kelengkapan Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Oleh:
NOVI KARINA ISMALASARI
NIM: 17.100.71

Pembimbing:
DYAN MUTYAH, S.kep.,Ns., M.Kes
NIP: 03.056

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat infeksi
yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14
hari. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen, yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus
penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus yang meliputi virus influensa, virus pra-
influensa dan virus campak. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun
2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan
persentase 22,30% dari seluruh kematian. Bukti bahwa ISPA merupakan penyebab
utama kematian adalah banyaknya penderita ISPA yang terus meningkat.
Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat dari 15 juta penyebab pada
setiap tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di Indonesia 150.000 kasus atau dapat
dikatakan seorang meninggal tiap 5 menitnya, bahkan 20-30% kematian disebabkan oleh
ISPA. Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya
pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran
udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat
dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit
ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran perilaku hidup
bersih dan sehat dalam masyarakat.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar baik
pada bayi maupun anak balita. ISPA merupakan pandemi yang kurang mendapat
perhatian dan merupakan masalah yang perlu ditangani secara lintas sektor. Dewasa ini
Indonesia mempunyai kesenjangan sosial ekonomi yang cukup besar, karena itu
pelayanan kesehatan yang mampu berkontribusi dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan bayi adalah pelayanan yang memperhatikan aspek sosial budaya.Tujuan
umum penelitian adalah tersusunnya model pelayanan penanganan ISPA pada bayi
berupa asuhan terpadu yang memperhatikan aspek sosial budaya Indonesia.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas pada Penderita ISPA
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita ISPA.
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada
pasien ISPA.
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita ISPA.
4. Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pasien
ISPA terhadap pengobatan nya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan


adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social dari tiap anggota
keluarga (Duvall dan Logan dalam Setyowati, 2008). Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dengan anaknya (UU No. 10 tahun 1992 dalam Suprajitno,
2004).
Tipe Keluarga Tipe keluarga adalah sebagai berikut.

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.


1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,
dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan
istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, 7 keluarga ini mungkin belum
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan
pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi
datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe
ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai
suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak
dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik
suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri
atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan kamar
mandi yang sama.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini tidak
lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
2.2 Konsep Masalah

“BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF”

1. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obsturksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten
2. Penyebab
A. Fisiologis
- Spasme jalan napas
- Hipersekresi jalan napas
- Disfungsi neuromuskuler
- Benda asing dalan jalan napas
- Adanya jalan napas buatan
- Sekresi yang tertahan
- Hyperplasia dinding jalan napas
- Proses infeksi
- Respon alergi
- Efek agen farmakologis (mis anastesi)
B. Situasional
- Merokok aktif
- Merokok pasif
- Terpajan polutan

3. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

- Tidak tersedia - Batuk tidak efektif


- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebihan
- Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas
(pada neonatus)
4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

- Dyspnea - Gelisah
- Sulit bicara - Sianosis
- Orthopnea - Bunyi nafas menurun
- Frekuensi nafas berubah
- Pola napas berubah

5. Kondisi Klinis Terkait


1. Gullian barre syndrome
2. Sclerosis multiple
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnotik (mis. Bronkoskopi, transesophageal
echocardiography )
5. Depresi system saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Syndrome aspirasi meconium
10. Infeksi saluran napas
2.3 Konsep Penyakit
2.3.1 Definisi
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
Infeksi saluran pernapasan bawah merupakan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri dan virus yang menyerang saluran napas bagian bawah (Amelinda, 2014).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Behrman, 2000 :
885)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003:725).
2.3.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, 7 8 Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
2.3.3 Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri kepala
f. Demam ringan
g. Tidak enak badan
h. Hidung tersumbat
i. Kadang-kadang sakit saat menelan
2. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA:
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002).
2.3.4 Komplikasi
1.  Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)
2.3.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisapan
lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi
purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase
sekret akan lebih mudah keluar. Prinsip perawatan ISPA antara lain:

- Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari,


- Meningkatkan makanan bergizi,
- Bila demam beri kompres dan banyak minum,
- Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih,
- Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat,
- Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek,
- Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es),
- Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

2.3.7 Pathway
2.3.8 Patofisiologi
Virus masuk melalui udara/droplet dan melalui tangan sehingga virus
mengfiltrasi epitel dan epitel terkikis, menyebabkan peradangan hingga terjadi
peradangan menyebabkan suhu tubuh meningkat yang berakibat tubuh menjadi
lemah dan hipertermi, dari keadaan ini didapatkan diagnosa intoleransi aktivitas.
Nyeri tenggorokan, produksi sekret dan terjadi pembengkakan mengakibatkan
pasien sulit bernapas, RR meningkat, menggunakan otot bantu pernapasan dan
tidak menggunakan retraksi dinding dada sehingga didapatkan diagnosa pola napas
tidak efektif, ketidaktahuan orang tua akan kondisi anak dan cemas (Rasmaliah,
2004)
2.3.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)
2.3.10 Masalah Keperawatan yang muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan sekresi yang tertahan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK “A” DENGAN


MASALAH KESEHATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

3.1 Pengkajian

A. Asuhan keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik
hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia
terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah – masalah tersebut.
Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga
orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi
perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnesa
a. Identitas
Umur   : ISPA bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang
mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut usia
dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki resiko pada
balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka belum
terbentuk sepenuhnya.
b. Jenis kelamin : bisa menyerang laki laki atau perempuan
c. Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
- Alasan masuk rumah sakit (Biasanya pasien masuk ke rumah sakit
dengan keadaan demam, sakit tenggorokan)
- Riwayat penyakit sekarang ( klien mengalami demam mendadak, sakit
kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk, pilek dan sakit tenggorokan.) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4).
d. Riwayat kesehatan terdahulu
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Mengkaji klien sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit asma,
pneumonia dan sebagainya. (Kunoli, 2012, hal. 213)
e. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan sistem pernafasan seperti riwayat
penyakit ASMA. (Stillwell, 2011, hal. 139)
f. Riwayat Pengobatan
- Pnemunia berat : Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigen dan sebagainya
- Pneumonia : Dirawat obat antibiotik kontrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksilin atau
penisilin prokain
- Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidakmengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) di sertai
pembesaran kelenjar getah bening di leher, di anggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.(Kunoli, 2012, hal. 217).
g. Riwayat sosial ( kemungkinan terbesar pasien terkena penyakit ISPA
ketika pasien tersebut tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya dan seringnya pasien berkontak dengan polusi baik asap
kendaraan bermotor dan polusi udara yang lainnya)(Wijayaningsih, 2013,
hal. 131)
Pemeriksaan fisik
h. Keadaan umum
- Kesadaran (Biasanya pada penderita ISPA tingkat kesadaranya adalah
composmentis, tetapi jika keadaan pasien sudah parah maka tingkat
kesadarannya bisa Somnolen.) (Marni, 2014, hal. 222)
- Tanda-tanda vital
a. TD       :pada pasien ISPA tekanan darah meningkat
b. Suhu    :suhu melebihi 38.5⁰C (> 101.3⁰F) melalui rektum
c. RR       :pernapasan meningkat  (>24 kali/menit)
d. Nadi    : nadi teraba cepat (100 kali/menit). (Stillwell, 2011, hal. 128)
3. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan
a. Inspeksi
- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
- Tonsil tampak kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak produktif
- Tidak ada jaringan parut pada leher
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
b. Palpasi
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher atau
nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
- Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
- Suara nafas vesikuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru
2. Sistem kardiovaskuler
a. Inspeksi :
- Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
b. Palpasi
- Denyut nadi cepat
c. Perkusi
- Batas jantung mengalami pengeseran
e. Auskultasi
- Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)
3. Sistem persarafan : Tidak adanya kelainan(Nurarif, 2015, hal. 65)
4. Sistem perkemihan : Tidak adanya kelainan(Nurarif, 2015, hal. 65)
5. Sistem pencernaan
a. Inspeksi :
- bentuk abdomen (cembung/cekung/ datar), kesimetrisan, masa atau
benjolan
b. Auskultasi :
- lakukan asukultasi abdomen untuk menentukan adanya bising usus
pada pasien.
c. Palpasi :
- lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites. (Wahid,
2013, hal. 196).
6. Sistem integumen
a. Inspeksi :
- ada tidaknya lesi, ada tidaknya jaringan parut,
- Warna kulit : Pucat sianosis
b. Palpasi :
- Turgor menurun (Morton, 2011, hal. 630)
7. Sistem muskuloskeletal: Tidak adanya kelainan(Nurarif, 2015, hal. 65)
8. Sistem endokrin: Tidak adanya kelainan(Nurarif, 2015, hal. 65)
9. Sistem reproduksi: Tidak adanya kelainan(Nurarif, 2015, hal. 65)
10. Sistem penginderaan
a. Pemeriksaan mata
- Inspeksi : kesimetrisan mata, ada tidaknya oedem pada kelopak
mata/palpebra,konjungtiva dan sklera tidak ada perubahan warna
b. Pemeriksaan telinga
- Inspeksi : bentuk simetris,terdapat serumen, tidak terdapat
benjolan, tidak terdapat hiperpigmentasi
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
c. Pemeriksaan hidung
- Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi
(adakah pembengkokan atau tidak,) terdapat secret atau tidak,
- Palpasi  :ada atau tidaknya terdapat nyeri tekan, dan masa
d. Pemeriksaan mulut
- Inspeksi : amati bibir (kelainan konginetal : labioseisis,
palatoseisis atau labiopalatoseisis), warna lidah terdapat perdarahan
atau tidak, ada abses atau tidak (Marni, 2014, hal. 26)
e. Sistem imun: Virus yang menyerang saluran nafas dapat menyebar ke
tempat- tempat lain dalam tubuh, sehingga dapat menyerang
sistem imun dan dapat menyebabkan demam (Nurarif, 2015, hal. 65)
4. Pemeriksaan Laboratorium
- pemeriksaan darah di laboratorium.
- Pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di laboratorium.
- Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru-paru.
5. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data
subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang
terdiri dari :
a) Kebutuhan dasar atau fisiologis
b) Kebutuhan rasa aman
c) Kebutuhan cinta dan kasih sayang
d) Kebutuhan harga diri
e) Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang
dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual,
potensial, dan kemungkinan.
6. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien ISPA adalah
sebagai berikut :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan sekresi yang tertahan
b) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
7. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan
mencegah masalah keperawatan penderita.Tahapan ini disebut perencanaan
keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan,
menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan
intervensi dan aktivitas keperawatan
a) Diagnosa 1
Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan sekresi yang tertahan
- Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas efektif, dengan kriteria hasil:
1. Produksi sputum menurun
2. Wheezing menurun
3. Dispnea menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Pola napas membaik
- Intervensi:
1. Identifikasi kemampuan batuk
R/ untuk mengetahui kemampuan batuk pasien
2. Monitor adanya retensi sputum
R/ untuk mengetahui ada tidaknya sputum
3. Atur posisi fowler atau semi fowler
R/ untuk mengurangi rasa sesak
4. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
R/ untuk mengetahui tujuan dan prosedur batuk efektif
5. Kolaborasi pemberian ekspektoran, jika perlu
R/ untuk mengenerkan sputum
b) Diagnosa 2
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
- Tujuan
Setelah dilakukab tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Pola napas membaik
5. Kesulitn tidur menurun
- Intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
R/Untuk mengetahui kwalitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
R/ untuk mengetahui tingkat nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
R/ untuk mengetahui respon non verbal trhadap nyeri
4. Identifikasi factor yang memperberat dan meperingan nyeri
R/ untuk mengetahui factor terhadap nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan analgesik
R/ Untuk mengurangi pengaruh terhadap nyeri

c) Diagnosa 3
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
f. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
hipertermia menurun, dengan kriteria hasil:
1. Menggigil menurun
2. Takikardi menurun
3. Suhu tubuh membaik
4. Suhu kulit membaik
5. Tekanan darah membaik
g. Intervensi:
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis: ndehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
R/ untuk mengetahui penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
R/ untuk memantayu suhu tubuh pasien
3. Berikan cairan oral
R/ untuk memenuhi kebutuhan cairan pada pasien
4. Anjurkan tirah baring
R/ agar pasien beristirahat
5. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit, jika perlu
R/ agar pasien tidak dehidrasi
8. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

 Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-


2002,Philadelpia,USA

  Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai