3, 2011
ABSTRAK. Patogen tular-tanah di lahan kentang merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan, produksi, dan kualitas hasil tanaman. Inventarisasi dan identifikasi patogen tular-tanah di lahan
kentang dengan metode purposive sampling telah dilakukan di Kabupaten Purbalingga, yang meliputi Dusun Gunung
Malang di Desa Serang dan Dusun Bambangan dan Kutabawa di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja dari bulan
November 2008 sampai Januari 2009. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan virulensi patogen tular-tanah
di lahan kentang di lokasi tersebut. Isolasi dan uji virulensi dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Peubah yang diamati yaitu karakter morfologi mikrobe
patogen, kepadatan di dalam tanah, dan reaksi hipersensitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh spesies
patogen ditemukan di lahan kentang, yaitu Fusarium oxysporum, F. solani, Ralstonia solanacearum, Curvularia sp.,
Phytophthora infestans, Helminthosporium purpureum, dan Pseudomonas kelompok berpendar. Populasi mikrobe di
lahan kentang yang paling dominan ialah R. solanacearum, yaitu 71,6%, disusul oleh F. oxysporum sebesar 16,87%.
Sebaran mikrobe di masing-masing lahan kentang berbeda. Semua lahan kentang di Kabupaten Purbalingga sudah
terkontaminasi patogen tular-tanah penting sehingga perlu disehatkan kembali secara hayati.
Kentang merupakan salah satu pangan (2008), pengembangan industri potato chips
utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung. di Indonesia masih terhambat oleh langkanya
Di samping itu, kentang termasuk salah satu ketersediaan kentang sebagai bahan baku. Sentra
komoditas hortikultura yang mempunyai nilai produksi kentang di Indonesia terletak di Jawa
perdagangan domestik dan potensi ekspor yang Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera
cukup baik. Produksi kentang di Indonesia Utara. Luas lahan kentang di Jawa Tengah pada
pada tahun 2010 mencapai 1.060.579 t dengan tahun 2009 ialah 18.655 ha dan produksinya
produktivitas 15,95 t/ha yang menurun jika 288.654 t yang mengalami penurunan pada tahun
dibandingkan produksi dan produktivitas kentang 2010, masing-masing menjadi 17.499 ha dan
pada tahun 2009 masing-masing 1.176.304 t dan 265.123 t (BPS 2009).
16,51 t/ha (BPS 2009). Kemampuan produksi Upaya peningkatan produksi kentang
kentang Indonesia hanya dapat memenuhi 10% menghadapi berbagai kendala. Patogen tanaman
konsumsi kentang nasional, yaitu 8,9 juta t per merupakan salah satu kendala dalam budidaya
tahun. Menurut data Puslitbang Hortikultura kentang (Jeger et al. 1996, Hamm 2007).
254
Soesanto, L. et al.: Inventarisasi dan Indentifikasi
Patogen Tular-tanah pada Pertanaman ...
bakteri dan inokulasi pada umbi kentang untuk yaitu Granola, baik di Desa Gunung Malang,
cendawan secara aseptis. Suspensi bakteri Bambangan, maupun Kutabawa, meskipun
disuntikkan ke dalam ruangan antarsel daun terdapat beberapa petani yang menanam kentang
tembakau (Arwiyanto et al. 2007). Biakan jenis Atlantik, seperti di Desa Bambangan. Lahan
cendawan berdiameter 0,5 cm ditempelkan pada pertanian di Karangreja pada umumnya tidak
umbi kentang yang dilukai. Tanaman tembakau ditanami kentang sepanjang tahun. Tanaman
atau umbi kentang diinkubasi pada suhu kamar. kentang ditanam mulai bulan Maret sampai
Reaksi yang muncul diamati sampai seminggu Mei, dan dipanen pada bulan Juni sampai
setelah perlakuan. Desember. Pergiliran tanaman dilakukan dengan
membudidayakan tanaman sayuran lain, antara
Peubah Pengamatan dan Analisis Data lain wortel, selada, kubis, kembang kol, bawang
Peubah yang diamati meliputi jenis patogen, daun, sawi, dan jagung dengan pola tanam
kepadatan patogen, dan uji patogenisitas. monokultur.
Penentuan jenis patogen tular-tanah didasarkan
Keberadaan tanaman kentang di Kecamatan
pada pengamatan morfologi koloni maupun
Karangreja tersebut didukung oleh kondisi
konidiumnya. Patogen dari kelompok cendawan,
lingkungan yang berkaitan erat dengan
pengamatan dilakukan terhadap (a) warna koloni,
pertumbuhan tanaman kentang (Tabel 1). Hal ini
(b) pertumbuhan koloni, (c) bentuk spora/
sesuai dengan hasil penelitian Juwita (2005) dan
konidium, (d) ukuran konidium, (e) jumlah sel
Harwati (2008), bahwa daerah dengan kondisi
dan sekat, (f) ketebalan dinding sel, dan (g)
seperti pada Tabel 1 sesuai untuk budidaya
warna spora/konidium. Patogen dari kelompok
kentang.
bakteri yang diamati ialah (a) warna koloni, (b)
bentuk koloni, (c) pengangkatan dengan KOH, Pemeliharaan tanaman kentang di Kecamatan
dan (d) tepi koloni. Kepadatan patogen per g Karangreja sangat intensif, meliputi pemupukan
tanah, yang dinyatakan dalam satuan upk/g tanah. maupun pengendalian hama dan penyakit. Pupuk
Uji patogenisitas, untuk menentukan mikrobe yang digunakan petani ialah Urea, TSP, ZA, KCl,
hasil isolasi merupakan patogen tanaman atau SP36, dan kotoran ayam. Pemupukan dilakukan
bukan patogen tanaman. Data dianalisis secara 1-2 kali dalam satu musim tanam. Pestisida yang
deskriptif dengan membandingkan data pada digunakan antara lain insektisida berbahan aktif
buku pedoman. Data kuantitatif diperoleh dari lambda sihalotrin dan fungisida berbahan aktif
rerata hasil pengamatan. klorotalonil, zineb, dan maneb. Aplikasi pestisida
dilakukan setiap 1-4 hari.
256
Soesanto, L. et al.: Inventarisasi dan Indentifikasi
Patogen Tular-tanah pada Pertanaman ...
Tabel 2. Ciri morfologi tujuh spesies patogen yang ditemukan di Kecamatan Karangreja,
Kabupaten Purbalingga (Morphological characteristic of seven pathogenic spesies
found at Karangreja District)
Nama patogen Ciri morfologi Pustaka
(Pathogen name) (Morphological characteristics) (References)
F. oxysporum Biakan F. oxysporum berwarna putih bertepung berbentuk Watanabe (1994)
melingkar, makrokonidium hialin, berbentuk bulan sabit, 5-20 x
20-135,83 μm, jumlah sekat 1-6, berdinding tipis, mikrokonidium
tanwarna, berbentuk elips, 5-20,83 x 2-71,67 μm, berdinding tipis,
dan tangkai kepala mikrokonidium palsu pendek.
F. solani Biakan F. solani berbentuk konsentris, berwarna putih kecoklat- Domsch et al. (1993)
coklatan, makrokonidium tanwarna, berbentuk sabit, 11-14,17 x
3-134,17 μm, memiliki 1-5 sekat berdinding tipis; mikrokonidium
tanwarna, berbentuk elips, 9,17-15 x 31,25-85,83 μm, berdinding
tipis, dan tangkai kepala mikrokonidium palsu panjang.
R. solanacearum Koloni R. solanacearum berwarna merah pada pusat dan putih Schaad et al. (2001)
sampai jingga pada bagian tepinya jika ditumbuhkan dalam
medium CPG-TTC. Bentuk koloni R. solanacearum tidak
beraturan, pengangkatan cembung, dan tepi keriting.
Curvularia sp. Biakan Curvularia sp. berbentuk melingkar dengan tepi tidak Watanabe (1994)
beraturan, berwarna hitam, tipis, konidium berbentuk oval, 20-
27,5 x 7-39,17 μm, berwarna coklat pucat, memiliki 3-4 sekat,
dan berdinding tipis sampai tebal
P. infestans Biakan P. infestans berbentuk melingkar, tipis, berwarna putih Domsch et al. (1993)
halus; sporangium berbentuk oval, seperti buah per, 15-24,17 x
21,67-42,5 μm, tanwarna, berdinding agak tebal, zoospora bulat,
dan berflagel pada medium V8-juice.
H. purpureun Biakan H. purpureum berbentuk melingkar, konsentris, berwarna Watanabe (1994)
putih sampai ungu, memiliki sklerotium yang khas, berwarna
coklat kehitam-hitaman, basidiospora hialin, berbentuk melingkar
terpusat (helik), dan berdinding tebal
Pseudomonas kelompok Biakan Pseudomonas kelompok berpendar berwarna putih Schaad et al. (2001)
berpendar jika ditumbuhkan dalam medium Kings’B. Bentuk koloni
Pseudomonas kelompok berpendar tidak beraturan, permukaan
cembung, dan tepi berlekuk.
60ºC, kepadatan populasinya tidak berbeda nyata Menurut Sicilia et al. (2002) dan Espahani
(Chung dan Hoitink 1990). (2005), genus Fusarium yang menyebabkan
penyakit busuk kering kentang yaitu F. coeruleum,
Virulensi Patogen F. sulphureum, F. solani, dan F. oxysporum. Genus
Virulensi patogen tular-tanah di lahan kentang Fusarium merupakan cendawan tular-tanah yang
sangat beragam. Patogen yang ditemukan di dijumpai sangat beragam di dalam tanah yang
Dusun Gunung Malang umumnya virulen, disebabkan oleh keragaman sistem pertanaman,
sedangkan patogen yang ditemukan di Dusun jenis tanah, bahan organik, pengolahan tanah,
Bambangan dan Kutabawa tidak semuanya kesuburan tanah, dan keragaman lingkungan
virulen. Ralstonia solanacearum dan Curvularia (Hamm 2007).
spp. yang ditemukan di Gunung Malang,
Populasi patogen dipengaruhi oleh ketinggian
Bambangan, maupun Kutabawa terbukti virulen,
tempat dan suhu udara, kecuali Curvularia
F. solani yang virulen ditemukan di Dusun
sp. (Lampiran 1). Ketinggian tempat erat
Gunung Malang dan Bambangan, sedangkan F.
kaitannya dengan kelembaban udara, yang
oxysporum, Phytophthora sp., H. purpureum, dan
penting peranannya bagi perkembangan penyakit
Pseudomonas kelompok berpendar yang virulen
tanaman, terutama terhadap pertumbuhan
hanya ditemukan di Dusun Gunung Malang
dan perkembangan mikrobe. Hal ini sesuai
(Tabel 3).
dengan pernyataan Bejarano-Alcazar et al.
Virulensi diuji dengan reaksi hipersensitif pada (1996) dan Ioannou et al. (1997), bahwa
daun tembakau untuk bakteri dan umbi kentang kelembaban dan suhu dipengaruhi oleh ketinggian
untuk cendawan. Gejala nekrosis berwarna coklat tempat dan dapat memengaruhi permulaan dan
pada daun tembakau yang diinjeksi suspensi perkembangan penyakit tanaman dalam banyak
bakteri merupakan reaksi positif hipersensitif, cara yang saling terkait. Lebih lanjut dikatakan
sehingga patogen tersebut virulen. Cendawan Smith (2007), bahwa kelembaban berpengaruh
patogen yang virulen ditunjukkan dengan adanya terhadap pembentukan spora cendawan, daya
busuk menghitam di sekitar luka bekas inokulasi hidupnya, dan secara khusus perkecambahan
pada umbi kentang. spora, yang membutuhkan selapis tipis air yang
Hal ini sesuai dengan pendapat Jeger menutupi jaringan tanaman.
et al. (1996) dan Elphinste (2007), bahwa Selain itu, adanya perbedaan kepadatan
beberapa genus cendawan patogen yang banyak populasi patogen antarlokasi diduga disebabkan
menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, oleh adanya senyawa kimia yang mudah menguap
di antaranya Phytophthora, Fusarium, dan (volatile chemical substances), hasil dekomposisi
Ralstonia. Selain itu, menurut Jeger et al. (1996), sisa-sisa tanaman di dalam tanah, yang terkumpul
genus lainnya yang berperan penting pada dalam jaringan tanaman di sisi serangan patogen.
tanaman kentang ialah Phoma, Macrophomina, Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bang
Verticillium, dan Alternaria. (2007), bahwa senyawa yang mudah menguap
Bakteri R. solanacearum merupakan salah mampu menurunkan populasi patogen kentang,
satu bakteri patogen tanaman yang menyebabkan seperti H. solani, F. solani, Phoma foveata, dan
penyakit penting pada tanaman kentang R. solani.
(Elphinste 2007). Lebih lanjut dinyatakan, Berdasarkan pengamatan, di lokasi yang
selain bakteri penyebab penyakit layu tersebut, semakin tinggi, maka suhu semakin rendah,
bakteri lain yang juga menyerang tanaman kelembaban semakin tinggi, dan populasi
kentang ialah Clavibacter michiganensis ssp. patogen per gram tanah menurun, kecuali
sepedonicus penyebab penyakit busuk cincin dan pada cendawan Curvularia sp. (Lampiran 1).
Pectobacterium atrosepticum (sinonim Erwinia Hal ini erat kaitannya dengan suhu minimum,
carotovora subsp. atrosepticum), P. carotovorum optimum, dan maksimum bagi patogen, yang
subsp. carotovorum (sinonim E. carotovora diduga sama dengan suhu inang dan penyakit
subsp. carotovora), dan Dickeya ssp. (sinonim E. yang ditimbulkannya. Pengaruh suhu terhadap
chrysanthemi) penyebab penyakit busuk lunak. perkembangan penyakit nampak melalui pengaruh
258
Soesanto, L. et al.: Inventarisasi dan Indentifikasi
Patogen Tular-tanah pada Pertanaman ...
suhu terhadap patogennya (Ioannou et al. 1977, dan Pseudomonas kelompok berpendar hanya
Zwankhuizen 1998, Soesanto dan Termorshuizen terdapat di Dusun Gunung Malang (Tabel 4).
2001). Populasi patogen memiliki keterkaitan dengan
Pada cendawan Curvularia sp., penurunan ketinggian tempat. Patogen umumnya lebih
populasi terjadi pada ketinggian 1.293 m dpl. atau padat pada ketinggian tempat yang lebih rendah,
dengan garis datar. Adanya perbedaan populasi sehingga penurunan populasi pada tiap gram
tersebut jika dibandingkan dengan populasi tanah searah dengan kenaikan ketinggian tempat.
pada ketinggian 1.248 dan 1.378 m dpl. diduga Namun ketinggian tempat tidak berkaitan dengan
disebabkan oleh interaksi cendawan dengan populasi Curvularia sp. (Lampiran 1).
kondisi lingkungannya. Hal ini sesuai dengan Persentase keberadaan patogen berdasarkan
pendapat Chadeganipour et al. (2010), bahwa jumlah sampel yang diambil dapat menggambarkan
perbedaan populasi Curvularia karena pengaruh dominasi patogen di wilayah yang diambil sebagai
iklim, tumbuhan, dan lokasi geografi. sampel. Dominasi terbesar ialah R. solanacearum,
yaitu 71,6% yang ditemukan pada 174 sampel
Sebaran dan Kepadatan Patogen dari 243 sampel yang diteliti. Dominasi tersebut
Patogen terbawa tanah yang ditemukan dapat digunakan sebagai penduga bahwa hampir
menyebar di Dusun Gunung Malang, Bambangan, di semua lahan terdapat R. solanacearum dan
dan Kutabawa ialah F. oxysporum, F. solani, dapat menimbulkan penyakit layu (Madden dan
R. solanacearum, dan Curvularia sp., dan P. Hughes 1995, Ephinste 2007). Data selengkapnya
infestans hanya terdapat di Dusun Gunung Malang dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini juga sesuai
dan Bambangan, sedangkan H. purpureum dengan hasil penelitian Jeger et al. (1996) dan
Tabel 4. Sebaran dan kepadatan patogen di Kecamatan Karangreja (Distribution and patho-
genic density at Karangreja District)
Nama patogen Kepadatan populasi (Population density), upk/g tanah (cfu/g soil)
(Pathogen name) Gunung Malang Bambangan Kutabawa
F. oxysporum 3,34 x 10 7
6,43 x 10 3
5,5 x 103
F. solani 1,39 x 10 5
6,5 x 10 3
103
R. solanacearum 7,59 x 10 15
1,71 x 10 12
6,77 x 1014
Curvularia sp. 105 105 5,5 x 103
P. infestans 5 x 10 6
5,05 x 10 5
-
H. purpureum 1,07 x 106 - -
Pseudomonas kelompok pendar 109 - -
259
J. Hort. Vol. 21 No. 3, 2011
Smith (2007), bahwa bakteri genus Ralstonia dan UCAPAN TERIMA KASIH
cendawan genus Fusarium mempunyai sebaran
yang luas pada tanaman kentang di dunia. Penelitian ini dapat berlangsung atas dukungan
Struik (2008) dan Zadoks (2008) menjelaskan dana dari FIECSA, untuk itu diucapkan terima
bahwa penyakit hawar daun pada tanaman kasih. Juga terima kasih kepada Maman Ismanto
kentang, yang disebabkan oleh P. infestans, dan Chaerul Basir atas bantuan teknisnya.
merupakan penyakit yang sangat merugikan
tersebar di seluruh dunia. Hal ini disebabkan
tingginya keragaman genetik cendawan patogen PUSTAKA
tersebut. Sesuai dengan hasil penelitian Hermanto
dan Setyawan (2002) yang menyatakan bahwa 1. Arwiyanto, T., F. Yuniarsih, T. Martorejo, dan G.
Dalmadio. 2007. Seleksi Pseudomonas fluorescens Secara
sebaran dan perkembangan penyakit di lapangan Langsung di Lapang untuk Pengendalian Penyakit Lincat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan sifat pada Tembakau. J. HPT Tropika. 7(1):62-68.
genetik pendukung ketahanan tanaman. Sebaran 2. Badan Pusat Statistik. 2009. Luas Panen, Produksi
cendawan patogen berperanan penting bagi dan Produktivitas Kentang, 2009-2010. http://www.
pengembangan komoditas pertanian (Nasir et al. bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_
subyek=55¬ab=15. [20 Mei 2011].
2005) dan penentu langkah pengelolaan patogen
(Jeger et al. 1996, Nuryani et al. 2001). 3. Bang, U. 2007. Screening of Natural Plant Volatiles
to Control the Potato (Solanum tuberosum) Pathogens
Helminthosporium solani, Fusarium solani, Phoma
foveata, and Rhizoctonia solani. Potato Res. 50:185-203.
KESIMPULAN DOI 10.1007/s11540-008-9044-y. [26 Juni 2010.]
4. Bejarano-Alcazar, J., M.A. Blanco-Lopez, J.M.
Melero-Vara, and R.M. Jimenez-Diaz. 1996. Etiology,
1. Tujuh spesies patogen ditemukan pada Importance, and Distribution of Verticillium Wilt of Cott
in Southern Spain. Plant Dis. 80:1233-1238.
pertanaman kentang di Kabupaten
Purbalingga, yaitu F. oxysporum, F. solani, R. 5. Chadeganipour, M., S. Shadzi, S. Nilipour, and G.
Ahmadi. 2010. Airborne Fungi in Isfahan and Evaluation
solanacearum, Curvularia sp., P. infestans, of Allergenic Responses of Their Extracts in Animal
H. purpureum, dan Pseudomonas kelompok Model. JJM 3(4):155-160. http://www.sid.ir/en/
berpendar. VEWSSID/J_pdf/130420100905.pdf. [20 Mei 2010].
2. Sebaran mikrobe di masing-masing lahan 6. Chung, Y.R. and H.A.J. Hoitink. 1990. Interactions
Between Thermophilic Fungi and Trichoderma hamatum
kentang berbeda. Populasi mikrobe di in Suppression of Rhizoctonia Damping-off in a Bark
lahan kentang yang paling dominan ialah R. Compost-amended Container Medium. Phytopathol
solanacearum, yaitu 71,6%, disusul oleh F. 80:73-77.
oxysporum sebesar 16,87%. 7. Domsch, K.H., W. Gams, and T.H. Anderson. 1993.
Compendium of Soil Fungi, Volume I. IHIN-Verlag,
3. Di semua lahan sentra produksi kentang di Braunschweig. 859 pp.
Kabupaten Purbalingga sudah terkontaminasi 8. Elphinste, J.G. 2007. The Canon of Potato Sscience:
patogen tular-tanah sehingga perlu dilakukan 11. Bacterial Pathogens. Potato Res. 50:247-249. DOI
penyehatan tanah. 10.1007/s11540-008-9085-2. [20 Mei 2010].
260
Soesanto, L. et al.: Inventarisasi dan Indentifikasi
Patogen Tular-tanah pada Pertanaman ...
9. Espahani, M.N. 2005. Susceptibility Assessment of 23. Puslitbang Hortikultura. 2008. Pengembangan Varietas
Potato Cultivars to Fusarium Dry Rot Species. Potato Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di
Res. 48:215-226. Indonesia. Bahan Pers Release. Pustilbang Hortikultura,
Jakarta.
10. Goto, M. 1992. Fundamental of Bacterial Plant
Pathology. Academic Press, Inc. California. ... PP 24. Schaad, N.W., J.B. Jones, and W Chun. 2001. Laboratory
Guide for Identification of Plant Pathogenic Bacteria,
11. Hamm, P.B. 2007. The Canon of Potato Science: 9. Third Edition. APS Press, Minnesota. 373 pp.
Soil-borne Fungi. Potato Res 50:239-241. DOI 10.1007/
25. Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman
s11540-008-9045-x. [26 Juni 2010].
Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press,
12. Harwati, T. 2008. Pengaruh Suhu dan Panjang Penyinaran Jogjakarta. 845 Hlm.
terhadap Umbi Kentang (Solanum tuberosum). J. Inovasi 26. Sengooba, T. and J.J. Hakiza. 1999. The Current Status of
Pert. 7(1):11-18. Late Blight Caused by Phytophthora infestans in Africa
13. Hermanto, C. dan T. Setyawan. 2002. Pola Sebaran dan with Empasis on Eastern and Southern Africa. In Crisman,
Perkembangan Penyakit Layu Fusarium pada Pisang L. and C. Lizarraga (Eds.) Late Blight a Threat to Global
Tanduk, Rajasere, Kepok, dan Barangan. J. Hort. Food Initiative on Late Blight Conference, March 16-19,
12(1):64-70. 1999. Quito Equador. pp 25-28.
27. Sicilia, C., R.B. Copeland, and L.R. Cooke. 2002.
14. Ioannou, N., R.W. Schneider, R.G. Grogan, and
Comparison of the Interaction of Erwinia carotovora ssp.
J.M. Duniway. 1977. Effect of Water Potential and
atroseptica with Phytophthora infestans, Phoma foveata,
Temperature on Growth, Sporulation, and Production
and Fusarium coeruleum in Rotting Potato Tubers. Potato
of Microsclerotia by Verticillium dahliae. Phytopathol
Res 45:237-246.
79:1059-1063.
28. Smith, S.N. 2007. An Overview of Ecological and Habitat
15. Jeger, M.J., G.A. Hide, P.H.J.F. van den Boogert, A.J. Aspects in the Genus Fusarium with Special Emphasis
Termorshuizen, and P. van Baarlen. 1996. Pathology and on the Soil-borne Pathogenic Forms. Plant Pathol. Bul.
Control of Soilborne Fungal Pathogen of Potato. Potato 16:97-120.
Res. 39:437-469.
29. Soesanto, L. and A.J. Termorshuizen. 2001. Effect of
16. Juwita, Y. 2005. Kajian Hubungan Kandungan Unsur Hara Temperature on the Formation of Microsclerotium of
N dan Ketinggian Tempat dengan Produksi Kentang di Verticillium dahliae. J. Phytopathol. 149:685-691
Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Skripsi.
30. Struik, P.C. 2008. Preface to a Special Issue on Late
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman,
Blight and Genetic Modification. Potato Res. 51:1-3.
Purwokerto. (Tidak dipublikasikan). 52 Hlm.
DOI 10.1007/s11540-008-9096-z. [26 Juni 2010].
17. Kistler, H.C. 1997. Genetic Diversity in the Plant-
31. Watanabe, F. 1994. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi,
pathogenic Fungus Fusarium oxysporum. Phytopathol
Morphologies of Cultured Fungi and Key to Species.
87(4):474-479.
Lewis Publishers, London. 411 Hlm.
19. Madden, L.V. and G. Hughes. 1995. Plant Disease
Incidence: Distributions, Heterogeneity and Temporal 32. Widodo and T. Budiarti. 2009. Suppression of Fusarium
Analysis. Ann. Rev. Phytopathol. 33:529-564. Root Rot and Southern Blight on Peanut by Soil
Solarization. J. ISSAAS. 15(1):118-125.
20. Nasir, N., Jumjunidang, dan Riska. 2005. Deteksi dan
Pemetaan Distribusi Fusarium oxysporum f.sp. cubense 33. Zadoks, J.C. 2008. The Potato Murrain on the European
pada Daerah Potensial Pengembangan Agribisnis Pisang Continent and the Revolutions of 1848. Potato Res. 51:5-
di Indonesia. J. Hort. 5(1):50-57. 45. DOI 10.1007/s11540-008-9096-z. [20 Mei 2010].
21. Nuryani, W., I. Djatnika, D.S. Badriah, dan H.J.M. Loffler. 34. Zwankhuizen, M.J. 1998. Potato Late Blight Epidemics
2001. Skrining Kultivar Gladiol terhadap Patogenisitas and Population Structure of Phytophthora infestans.
Tiga Isolat Fusarium oxysporum f.sp. gladioli. J. Hort. Ph.D. Thesis. University of Wageningen, Wageningen.
11(2):119-124. 147 pp.
22. Powelson, M.L. and R.C. Rowe. 1993. Biology and
Management of Early Dying of Potatoes. Ann. Rev.
Phytopathol. 31:111-126.
261
J. Hort. Vol. 21 No. 3, 2011
Lampiran 1. Hubungan antara ketinggian tempat dengan populasi patogen (Relation between altitude and
pathogenic population): F. oxysporum (a), F. solani (b), R. solanacearum (c), Phytophthora
infestans. (d), H. purpureum (e), P. fluorescens (f), and Curvularia sp. (g)
4.000
y = -1669.x + 4453
3.000 R2 = 0,75
x 10-5 upk (cfu)/ml
Populasi
2.000 F. oxysporum
150
y = -66,25.x + 181,0
R2 = 0,713
x 10-3 upk (cfu)/ml
100
Populasi
50 F. solani
Linier (Populasi
F. solani)
0
1.093 1.235 1.350
1.000
x 10-12 upk (cfu)/ml
8.000
y = -3794.x + 10345
6.000 R2 = 0,816 Populasi
R. solanacearum
4.000
Linier (Populasi
2.000 F. solanacearum)
0
1.093 1.235 1.350
-2.000
Ketinggian tempat (Altitude)
m dpl. (m asl.)
262
Soesanto, L. et al.: Inventarisasi dan Indentifikasi
Patogen Tular-tanah pada Pertanaman ...
0
-10 1.093 1.235 1.350
1,2
y = -0,535x + 1,426
1 R2 = 0,75
x 10-6 upk (cfu)/ml
Populasi
0,8 H. purpureum
0,6
0,4 Linier (Populasi
H. purpureum)
0,2
0
1.093 1.235 1.350
-0,2
-0,4
Ketinggian tempat (Altitude)
m dpl. (m asl.)
pendar
6.000
Linier (Populasi
4.000
Pseudomonas kelompok
2.000 pendar)
0
1.093 1.235 1.350
-2.000
-4.000
Ketinggian tempat (Altitude)
m dpl. (m asl.)
263
J. Hort. Vol. 21 No. 3, 2011
6.000 y = 1903
R2 = 0
population), upk (cfu)/ml
5.000
4.000 Populasi
Culvularia sp.
3.000
2.000 Linier (Populasi
1.000 Curvularia sp.)
0
1.093 1.235 1.350
Ketinggian tempat (Altitude)
m dpl. (m asl.)
264