Anda di halaman 1dari 16

TANGGUNG JAWAB

SOSIAL ILMUWAN
AGUS GANJAR RUNTIKO
PENDAHULUAN

• Dari semua kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang ilmuwan Weinberg (1978)
menempatkan tanggung jawab (sense of responsibility) pada urutan paling atas. Lebih
lanjut ia menyatakan bahwa boleh jadi seorang ilmuwan adalah seorang yang cerdas,
imaginatif, cekatan, memiliki penguasaan ilmu yang mendalam, luas, dan seksama. Akan
tetapi ia tidak cukup pantas disebut ilmuwan manakala ia tidak memiliki rasa tanggung
jawab.
• How did you identify this problem or need?
DEFINISI

• Aholiab Watloly (2001: 207-221) telah meletakkan berbagai prinsip dasar dalam hal memahami
tanggung jawab pengetahuan dan keilmuan. Istilah tanggung jawab secara etimologis menunjuk
pada dua sikap dasar ilmu dan ilmuwan, yaitu tanggung dan jawab. Ilmu dan ilmuwan, termasuk
lembaga keilmuan, dalam hal ini wajib menanggung dan wajib menjawab setiap hal yang
diakibatkan oleh ilmu itu sendiri maupun permasalahan-permasalahan yang tidak disebabkan
olehnya. Ilmu, ilmuwan, dan lembaga keilmuan bukan hanya berdiri di depan tugas keilmuannya
saja untuk mendorong kemajuan ilmu dalam percaturan keilmuan secara luas, tetapi juga harus
berdiri di belakang setiap akibat apapun yang dibuat oleh ilmu, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ilmu dalam ilmuwan dan termasuk lembaga keilmuan didalamnya, tidak dapat
melarikan diri dari tanggung jawab keilmuannya.
DEFINISI

• Tanggung jawab mengandung makna penyebab (kausalitas) dalam arti "bertanggung jawab
atas". Tanggung jawab dalam arti demikian memiliki arti, yakni apa yang harus ditanggung.
Subyek yang menyebabkan dapat diminta pertanggungjawabannya, meskipun permasalahan
- permasalahan tersebut tidak disebabkan oleh ilmu atau ilmuwan itu sendiri. Aspek
tanggung jawab sebagai sikap dasar keilmuan telah menjadi satu dalam kehidupan keilmuan
itu sendiri dan sulit dipisahkan. Tanggung jawab keilmuan tidak dapat dilepaspisahkan dari
perkembangan pengetahuan maupun keilmuan dari abad ke abad.
WHO WILL USE MY INVENTION

• Who benefits from this invention? Why?


EMPAT PILAR DASAR

Otonomi
04 01 Keahlian
Profesional Khusus

Dampak Ilmu Dukungan


Pengetahuan Masyarakat
03 02
KEAHLIAN KHUSUS

• Keahlian khusus dalam bidang profesional tertentu merupakan kelebihan yang melekat
pada seorang ilmuwan. Karena keahlian khusus tersebut, masyarakat membutuhkan
pandangan-pandangan ilmiah yang independen dan reliabel ketika hendak memutuskan
suatu kebijakan. Dengan keahlian khusus dan keterampilan teknis mereka, para ilmuwan
memiliki kemampuan istimewa untuk menunjukkan peluang-peluang sekaligus bahaya-
bahaya yang mungkin terjadi berkaitan dengan bidang pekerjaan mereka dan memberikan
pertimbangan dalam menghadapi suatu permasalahan. Mereka sering diminta oleh
masyarakat untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Dan karena tanggung jawab sosial yang
diemban, mereka harus rela melakukan perannya dengan penuh kesungguhan.
DUKUNGAN MASYARAKAT

• Dukungan masyarakat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan diwujudkan melalui


investasi mereka dalam proses pendidikan dan pelatihan ilmuwan, seperti halnya dalam
penyelenggaraan penelitian dan penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan dalam
kesinambungan pendidikan dan penelitian ilmiah. Ilmuwan dituntut memiliki hasrat yang
kuat untuk memberikan hasil terbaik kepada masyarakat. Sebagai imbal jasa atas investasi
sosial yang telah diberikan, masyarakat berhak menuntut para ilmuwan bertanggung jawab
terhadap apa yang mereka lakukan.
DAMPAK ILMU PENGETAHUAN

• Dampak ilmu pengetahuan diasosiasikan dengan kenyataan bahwa ilmu pengetahuan


bukan sekedar pengetahuan (knowing) belaka, tetapi juga menyangkut tindakan atau
perbuatan (doing). Pelaksanaan penelitian (research) secara langsung bisa berdampak
terhadap manusia, binatang atau lingkungan. Penerapan ilmu pengetahuan juga mempunyai
dampak mendalam terhadap kemanusiaan dan kelangsungan hidup bumi. Oleh sebab itu,
ada prinsip dasar moralitas yang menuntut para ilmuwan untuk bertanggung jawab
terhadap konsekuensi-konsekuensi tindakannya terhadap yang lain. Para ilmuwan tidak
bisa meninggalkan implikasi-implikasi yang berkaitan dengan tindakan-tindakan dalam
lingkup pekerjaan mereka.
OTONOMI PROFESIONAL

• Otonomi profesional merepresentasikan kewenangan yang dimiliki seorang ilmuwan


untuk mempraktekkan keahlian yang dimiliki, dimana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh
orang lain. Otonomi profesional ini merupakan salah satu privilege yang mereka miliki
untuk ‘memonopoli’ bidang keahlian tertentu. Seorang dokter bedah misalnya, memiliki
kewenangan melakukan apapun terhadap pasiennya dalam lingkup keahlian yang
dimilikinya. Apapun yang ia katakan, ia tuliskan, atau ia lakukan di ruang praktek mutlak
diikuti dan dituruti oleh pasien tanpa penolakan sedikit pun. Pasien berada dalam posisi
membutuhkan pelayanan profesional sang dokter dan ia awam terhadap bidang keahlian
profesional tersebut. Kekuasaan inilah yang rawan untuk disalahgunakan dan berisiko
tinggi untuk terjadinya pelanggaran.
BENTUK TANGGUNG JAWAB
04 SIKAP TANPA
PAMRIH

TANGGUNG JAWAB TANGGUNG JAWAB 03


02
PROFESIONAL KETELADANAN

TANGGUNG JAWAB 01
SOSIAL
TANGGUNG JAWAB SOSIAL

• Ilmu bukan hanya bersifat sosial, tetapi membutuhkan tanggung jawab sosial karena
melalui suasana sosial itu ilmu dapat bertumbuh subur secara efektif dan bertambah luas.
Bermacam-macam kasus sosial dalam masyarakat membutuhkan penanganan dan
penyelesaian secara keilmuan. Ilmuwan dengan kemampuan pengetahuannya yang cukup
dapat memberi argumentasi, kajian kritis, dan membangun opini masyarakat mengenai
permasalahan kehidupan yang dihadapi.
TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL

• Tugas keilmuan menghimbau pada sebuah tanggung jawab professional yang memadai. Tanggung jawab
profesional keilmuan mengandaikan bahwa seorang ilmuwan harus menjadi ahli dan terampil dalam
bidangnya, jadi bukan hanya sekadar hobi. Tanggung jawab professional keilmuan mengacu pada bidang
keilmuan yang digeluti sebagai panggilan tugas pokok atau profesi keilmuannya. Tanggung jawab
professional menunjuk pula pada penghasilan atau upah yang diperoleh berdasarkan tingkat kemahiran
(pengetahaun dan ketrampilan) yang dimiliki dalam bidang keilmuannya. Profesional merupakan kata atau
istilah yang umumnya diliputi dalam sebuah citra diri yang berbaur sukses, penuh percaya diri, kompeten,
bekerja keras, efisien, dan produktif. Tanggung jawab profesional keilmuan menunjuk pada gambaran diri
seseorang berdisiplin, kerasan, dan sibuk dalam pekerjaan keilmuannya. Disiplin dan kerasan merupakan
sebuah paham yang membedakan secara radikal seorang ilmuwan sejati dengan orang yang suka malas,
santai, dan seenaknya dalam sebuah tugas keilmuan.
TANGGUNG JAWAB KETELADANAN

• Ilmu dan ilmuwan bukan hanya mengandalkan kebenaran keilmuan sebatas sebuah jalan pemikiran dengan
pesona logika dan ketajaman analisisnya, namun juga bertanggung jawab menunjukkan atau mempraktikan
kebenaran keilmuannya di dalam kehidupan sosialnya secara luas dan mendalam. Ilmu bukan hanya menyajikan
sebuah kebenaran informasi, namun memberikan keteladanan hidup yang ditunjukkan oleh ilmuwannya. Ilmuwan
harus berdiri didepan kebenaran-kebenaran keilmuannya selaku proto tipe kebenaran yang sesungguhnya dan
juga berada di belakang kebenaran-kebenaran keilmuannya untuk menunjukkan tanggung jawabnya atas segala
akibat sosial maupun ekologis yang disebabkan oleh ilmu itu sendiri. Menghadapi situasi kemasyarakatan dimana
terdapat kecenderungan untuk memanipulasi dan menghambat kebenaran nilai sehingga banyak mengakibatkan
adanya kegoncangan nilai, maka ilmuwan harus tampil ke depan untuk memberi argumentasi, kajian kritis, serta
membangun opini yang obyektif dan proporsional terhadap setiap permasalahan sosial yang terjadi. Pengetahuan
yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan membuat ilmuwan menjadi berani dalam membela nilai-nilai
kebenaran yang dijamin dan diyakini dalam ilmu.
SIKAP TANPA PAMRIH

• Sikap tanpa pamrih berhubungan dengan kepentingan hati nurani manusia dalam tugas
keilmuan. Maksudnya, sikap tanpa pamrih menunjuk pada keteguhan batin atau hati yang
tanpa tegoda dengan imbalan apapun untuk memperjuangkan kebenaran keilmuan, baik
dalam rangka kepentingan teori maupun praktis. llmuwan harus terbuka pada himbauan
dan seruan hati (batin) untuk terus mengritik dan membenahi diri dalam rangka mengatasi
berbagai kekurangan serta penyimpangan dalam kegiatan keilmuan. Salah satu aspek di
mana hal tersebut pasti adalah sifat kritik diri dan menahan diri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai