Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

I. Tinjauan tentang lanjut Usia

Pengertian Lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh

setiap orang. Batasan


Batasan orang dikatakan
dikatakan lanjut usia berdasarkan
berdasarkan UU No 13 tahun

1998 adalah 60 tahun.

A. Teori Tentang Proses Menua

1. Teori Biologik 

a. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi

b. Pemakaian dan Rusak 

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

c. Autoimune

Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Zat jaringan


jaringan tubuh tertentu yang
yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

d. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal
internal dan stres menyebabkan
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

e. Teori radikal bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan

bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini

menyebabkan
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial

a. Teori ktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak 

dalam kegiatan sosial

b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan


Keadaan ini mengakibatkan
mengakibatkan

interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun

kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

 Kehilangan peran

 Hambatan kontrol sosial

 Berkurangnya
Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada

usatu saat merupakan gambarannya


gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif 

dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya

di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau

dihilangkan

 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

3. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow


Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow).

Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika

kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha

menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling

tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian

dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa

muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.

Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan

ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan

terhadap dunia
dunia luar atau ke arah subyektif.
subyektif. Pengalaman-pengalaman
Pengalaman-pengalaman

dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat

dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting

bagi kesehatan mental

B. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik 

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya

cairan intra dan extra seluler

b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam

respon waktu untuk


untuk meraksi,
meraksi, mengecilnya
mengecilnya saraf panca
panca indra
indra sistem

pendengaran,
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya

pengumpulan
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

c. Sistem penglihatan
penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya
hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny

ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya

lapang pandang.

d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,

kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah

berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan

volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.

e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga

menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya

sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan

menurun.

f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk ,

indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi

indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf 

pengecap untuk rasa manis dan asin

g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi

sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun

sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.

Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun

sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia

yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami

oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi

selaput lendir kering,


kering, elastisitas jaringan menurun,
menurun, sekresi berkurang
berkurang dan

menjadi alkali.

h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon


menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,

aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate

(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan

testosteron.

i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput


keriput akibat kehilangan
kehilangan jaringan

lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan

rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan

rapuh.

 j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh

menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine

vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot ,

sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot


otot kam dan tremor.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktyor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

f. Kenangan
Kenangan (memori) ada 2 :

 kenangan jangka panjang,


panjang, berjam-jam sampai
sampai berhari-hari yang lalu

 kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk 

g. Intelegentia Question :

 Tidak berubah dengan


dengan informasi matematika dan perkataan
perkataan verbal

 Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor


terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan

dari faktor waktu.

3. Perubahan Perubahan Psikososial

 Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan

 Merasakan atau sadar akan kematian

 Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit.

C. Pengkajian keperawatan Pada Lansia

Tanggal Pengkajian :

1. Data Biografi

Nama : .........................................................................
Tempat & Tanggal Lahir : .........................................................................
Jenis Kelamin : L/ P
Pendidikan Terakhir : TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2
Agama : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
Status Perkawinan : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
TB/BB : ……… Cm / ………….. Kg
Penampilan : …………… Ciri-ciri Tubuh : …………………......
Alamat :………………………………………………………
Orang Yang Dekat Di hubungi ……….……………. Telp./
Hubungan dengan Lansia ………………………..........................................
Alamat : …………………… Telp./

2. Riwayat Keluarga

a. Susunan anggota Keluarga

No. Nama L/P Hubungan Pendidikan Pekerjaan Ket.


Keluarga

b. Genogram :

c. Tipe / Bentuk Keluarga :

3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini :..............................................
Alamat pekerjaan :..............................................
Berapa jarak dari rumah :.......................................Km)
Alat transportasi :..............................................
Pekerjaan sebelumnya :..............................................
Sumber pendapatan & Kecukupan terhadap Kebutuhan :..............................................

4. Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)

Tipe tempat tinggal :...........................................................................................


Jumlah Kamar : ...........................................................................................
Jumlah Tongkat di kamar : ...........................................................................................
Kondisi tempat tinggal : ...........................................................................................
Jumlah orang yang tinggal :Laki-laki …....... Orang/  Perempuan… ......... Orang
Derajat Privasi : ...........................................................................................
Tetangga terdekat : ...........................................................................................
Alamat / Telepon : ...........................................................................................

5. Riwayat Rekreasi

Hobby / Miat :...........................................................................................


Keanggotaan Organisasi : ...........................................................................................
Liburan Perjalanan : ...........................................................................................

6. Sistem Pendukung

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : ……………………......................................................
Jarak dari rumah : ……………………......................................................:
Rumah Sakit ……………………....Km
Klinik  : ……………………...Km
Pelayanan Kesehatan dirumah : ……………………......................................................
Makanan yang dihantarkan : …………………….....................................................
Perawatan sehari-hari yang : …………………….....................................................
dilakukan keluarga : …………………….....................................................
Lain-lain :

7. Diskripsi Kekhususan

Kebiasaan Ritual : …………………….....................................................:


Yang Lainnya :..…………………….....................................................

8. Keluhan Utama: .............................................................................................

9. Riwayat Kesehatan Sekarang

Provokative / paliative : .......................................…………….


Quality / Quantity : .......................................…………….
Region : .......................................…………….
Severity Scale : .......................................…………….
Timming : .......................................…………….

10. Riwayat kesehatan masa lalu


Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :.......................................…
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :.......................................…

11. Pengkajian Fisik 

Oksigenasi : …………………….....
Cairan & Elektrolit Nutrisi : …………………….....
Eliminasi : ……………………
Aktivitas : ……………………
Istirahat & Tidur : ……………………
Personal Hygiene : …………………….
Seksual : …………………….
Rekreasi : …………………….
Psikologis : …………………….
 Persepsi Klien : …………………….
 Konsep Diri : …………………….
 Emosi : …………………….
 Adaptasi : …………………….
 Mekanisme
Pertahanan Diri
Keadaan Umum : ………………………………………………
Tingkat Kesadaran :Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma
Skala Koma Glasgow : Eye …….. Verbal …… Motorik ……
Tanda-tanda Vital : BP: ….... RR:....... P:........ T: ........
 Sistem
Kardiovaskuler : …………………….
 Sistem Pernafasan : …………………….
 Sistem Integumen : …………………….
 Sistem Perkemihan : …………………….
 Sistem Muskulo : …………………….
Skeletal : …………………….
 Sistem Endokrin : …………………….
: …………………….
 Sistem
: …………………….
Gastrointestinal
: …………………….
 Sistem Reproduksi
: …………………….
 Sistem Persarafan
: …………………….
 Sistem Penglihatan : …………………….
 Sistem Pendengaran : …………………….
 Sistem Pengecapan
 Sistem Penciuman
 Tactil Respon

12. Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :

13. Obat-Obatan :

No. Nama Obat Dosis Keterangan

14. Status Immunisasi : (Catat tanggal terbaru)

15. Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)

Obat-obatan : .......................................................................................
Makanan : .......................................................................................
Faktor Lingkungan : .......................................................................................
1. Gangguan eliminasi Eliminasi menjadi -kaji pola berkemih: waktu dan
BAK berhubungan kontinen(terutama selama  jumlah masukan cairan,tipe
dengan penurunan siang hari) cairan,jumlah inkontinens,adanya
tonus otot kandung Mampu mengidentifikasi sensasi untuk berkemih
kemih penyebab inkontinens dan Pertahankan hidrasi yang optimal
rasional untuk pengobatan -Tingkatkan masukan cairan
sampai 2000-3000 ML/hr
-an berikan hanya cairan minimal
selama malam harikurangi
masukan cairan setelah pukul 7
malam dan berikan hanya cairan
minimal selama malam hari
-kurangi masukan kopi, the,
cokelat alcohol dan jus
-Tunjukkan pada individu bahwa
inkontinens dapat disembuhkan
atau sedikitnya dikontrol .

2. Defisit Volume NOC: NIC :


Cairan  Fluid balance
Definisi : Penurunan  Hydration Fluid management 
cairan intravaskuler,  Nutritional Status :  Timbang popok/pembalut jika
interstisial, dan/atau Food and Fluid Intake diperlukan
intrasellular. Ini Kriteria Hasil :  Pertahankan catatan intake dan
mengarah ke  Mempertahankan output yang akurat
dehidrasi, urine output sesuai  Monitor status hidrasi (
kehilangan cairan dengan usia dan BB, kelembaban membran mukosa,
dengan pengeluaran BJ urine normal, HT nadi adekuat, tekanan darah
sodium normal ortostatik ), jika diperlukan
Batasan  Tekanan darah, nadi,  Monitor hasil lAb yang sesuai
Karakteristik : suhu tubuh dalam dengan retensi cairan (BUN ,
- Kelemahan batas normal Hmt , osmolalitas urin )
- Haus  Tidak ada tanda tanda  Monitor vital sign
- Penurunan dehidrasi, Elastisitas  Monitor masukan makanan / 
turgor kulit/lidah turgor kulit baik, cairan dan hitung intake kalori
- Membran membran mukosa harian
mukosa/kulit lembab, tidak ada rasa  Kolaborasi pemberian cairan IV
kering haus yang berlebihan  Monitor status nutrisi
- Peningkatan  Berikan cairan
denyut nadi,  Berikan diuretik sesuai interuksi
penurunan
 Berikan cairan IV pada suhu
tekanan darah,
ruangan
penurunan
 Dorong masukan oral
volume/tekanan
 Berikan penggantian nesogatrik 
nadi
sesuai output
- Pengisian vena
 Dorong keluarga untuk 
menurun
membantu pasien makan
- Perubahan status
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
mental
segar )
- Konsentrasi
 Kolaborasi dokter jika tanda
urine meningkat
cairan berlebih muncul meburuk 
- Temperatur  Atur kemungkinan tranfusi
tubuh meningkat  Persiapan untuk tranfusi
- Hematokrit
meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada
third spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan
volume cairan
secara aktif 
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan
NIC :
Sleep Enhancement
3. Gangguan pola NOC:
- Determinasi efek-efek medikasi
tidur berhubungan  Anxiety Control
terhadap pola tidur
dengan:  Comfort Level
- Jelaskan pentingnya tidur yang
- Psikologis : usia  Pain Level
adekuat
tua, kecemasan,  Rest : Extent and
- Fasilitasi untuk 
agen biokimia, Pattern
mempertahankan aktivitas
suhu tubuh, pola  Sleep : Extent ang
sebelum tidur (membaca)
aktivitas, depresi, Pattern
- Ciptakan lingkungan yang
kelelahan, takut, Setelah dilakukan tindakan
nyaman
kesendirian. keperawatan selama ….
- Kolaburasi pemberian obat tidur
- Lingkungan : gangguan pola tidur pasien
kelembaban, teratasi dengan kriteria
kurangnya hasil:
privacy/kontrol  Jumlah jam tidur dalam
tidur, batas normal
pencahayaan,  Pola tidur,kualitas
medikasi dalam batas normal
(depresan,  Perasaan fresh sesudah
stimulan),kebisin tidur/istirahat
gan.  Mampu
Fisiologis : Demam, mengidentifikasi hal-hal
mual, posisi, urgensi yang meningkatkan
urine tidur
DS:
- Bangun lebih
awal/lebih
lambat
- Secara verbal
menyatakan
tidak fresh
sesudah tidur
DO :
- Penurunan
kemempuan
fungsi
- Penurunan
proporsi tidur
REM
- Penurunan
proporsi pada
tahap 3 dan 4
tidur.
- Peningkatan
proporsi pada
tahap 1 tidur
Jumlah tidur
kurang dari normal
sesuai usia NIC :
Teaching : disease Process
4. Kurang pengetahuan NOC : 1. Berikan penilaian tentang tingkat

Kowlwdge : disease pengetahuan pasien tentang
Definisi : process proses penyakit yang spesifik 
Tidak adanya atau  Kowledge : health 2. Jelaskan patofisiologi dari
kurangnya informasi Behavior penyakit dan bagaimana hal ini
kognitif sehubungan Kriteria Hasil : berhubungan dengan anatomi
dengan topic  Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara yang
spesifik. menyatakan tepat.
pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala
Batasan penyakit, kondisi, yang biasa muncul pada
karakteristik : prognosis dan penyakit, dengan cara yang tepat
memverbalisasikan program pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit,
adanya masalah,  Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
ketidakakuratan mampu 5. Identifikasi kemungkinan
mengikuti instruksi, melaksanakan penyebab, dengna cara yang
perilaku tidak  prosedur yang tepat
sesuai. dijelaskan secara 6. Sediakan informasi pada pasien
Faktor yang benar tentang kondisi, dengan cara
berhubungan :  Pasien dan keluarga yang tepat
keterbatasan mampu menjelaskan 7. Hindari jaminan yang kosong
kognitif, interpretasi kembali apa yang 8. Sediakan bagi keluarga atau SO
terhadap informasi dijelaskan informasi tentang kemajuan
yang salah, perawat/tim pasien dengan cara yang tepat
kurangnya kesehatan lainnya. 9. Diskusikan perubahan gaya
keinginan untuk  hidup yang mungkin diperlukan
mencari informasi, untuk mencegah komplikasi di
tidak mengetahui masa yang akan datang dan atau
sumber-sumber proses pengontrolan penyakit
informasi. 10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk 
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk 
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
5. Cemas b/d NOC : kecemasan)
perubahan status  Anxiety control  Gunakan pendekatan yang
kesehatan  Coping menenangkan
Definisi :  Impulse control  Nyatakan dengan jelas harapan
Perasaan gelisah Kriteria Hasil : terhadap pelaku pasien
yang tak jelas dari  Klien mampu  Jelaskan semua prosedur dan apa
ketidaknyamanan mengidentifikasi yang dirasakan selama prosedur
atau ketakutan yang dan mengungkapkan  Pahami prespektif pasien terhdap
disertai respon gejala cemas situasi stres
autonom (sumner  Mengidentifikasi, Temani pasien untuk 

tidak spesifik atau mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
tidak diketahui oleh menunjukkan tehnik  mengurangi takut
individu); perasaan untuk mengontol  Berikan informasi faktual
keprihatinan cemas mengenai diagnosis, tindakan
disebabkan dari  Vital sign dalam
prognosis
antisipasi terhadap batas normal
 Dorong keluarga untuk 
bahaya. Sinyal ini  Postur tubuh,
menemani anak 
merupakan ekspresi wajah,
 Lakukan back / neck rub
peringatan adanya bahasa tubuh dan
 Dengarkan dengan penuh
ancaman yang akan tingkat aktivitas
perhatian
datang dan menunjukkan
 Identifikasi tingkat kecemasan
memungkinkan berkurangnya
 Bantu pasien mengenal situasi
individu untuk  kecemasan
yang menimbulkan kecemasan
mengambil langkah
untuk menyetujui  Dorong pasien untuk 
mengungkapkan perasaan,
terhadap tindakan
ketakutan, persepsi
Ditandai dengan
 Instruksikan pasien
 Gelisah
menggunakan teknik relaksasi
 Insomnia
 Barikan obat untuk mengurangi
 Resah
kecemasan
 Ketakutan
 Sedih
 Fokus pada
diri
 Kekhawatir
an
 Cemas
DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall ( 2008),  Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV,
V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Bandung, IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik  Edisi 2 , EGC Jakarta

Doenges, Marilyn E,  Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall,  Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition , St. Louis Missouri :
Mosby,Inc, 2000.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner 
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

 Arjatmo Tjokronegoro ( 2002). Penatalaksanaan  Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan ke


2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Peterson & Shulman (2006). Etiology of insulin resistance. Am J Med 119: 10S-16S

Gambert & Pinkstaff. (2006).  Emerging Epidemic: Diabetes in Older Adults:


 Demography, Economic Impact, and Pathophysiology. Diabetes Spectrum Vol
19, No 4

Kanaya, Harris, Goodpaster, Tylavsky, Cummings (2004).  Adipocytokines attenuate the


association between visceral adiposity and diabetes in older adults . Diabetes
Care 27:1375-1380

Toft-Nielse, Damholt, Madsbad, Hiilsted, Hughes, Michelsen, et al (2001).


 Determinants of the impaired secretion of glucagon-like peptide-1 in type 2
diabetic patients . J Clin Endocrinol Metab 86:3717-3723

Meneilly GS, Tessier D. (2001).  Diabetes in Elderly Adults. http://biomed-


gerontology.oxfordjournals.org/content/full/56/1/M5. (16 Oktober 2012)

Burduli M. (2009). The Adequate Control of Type 2 Diabetes Mellitus in an Elderly Age .
http://www.gestosis.ge/eng/pdf_09/Mary_Burduli.pdf. (15 Oktober 2012)

British Geriatrics Society. (2009). Best Practice Guide: Diabetes


.http://www.bgs.org.uk/Publications/Publication%20Downloads/good_practice_f 
ull/Diabetes_6-4.pdf (18 Oktober 2012).
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,

pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter

falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi

tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali

lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa

osteoarthritis.

4) Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya

terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya

osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia

dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang

Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan

dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan

kongenital dan pertumbuhan.

5) Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya

resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.

Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi

yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan

atau sternoklavikula).

c. Patofisiologi

Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang

terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral.
Pada saat penyakit aktif, salah satu proses dapat dominan atau beberapa

proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut

berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi

lutut, menurunnya lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat kuat

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan

stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi

struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa

menurun 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan quadriceps pada kelompok 

usia yang sama yang tidak menderita OA lutut. Penurunan kekuatan terutama

disebabkan oleh atrofi otot tipe II B yang bertanggungjawab untuk 

menghasilkan tenaga secara cepat.

d. Manifestasi klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,

terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-

mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat.

Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran

sendi, dan perubahan gaya berjalan.

e. Penatalaksanaan

1) Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk 

osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang

diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas

dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid

bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun

tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.


2) Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh

yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi

yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan

kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena

kakai yang tertekuk (pronatio).

3) Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk 

harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat

badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4) Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena

sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.

Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,

dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien

osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu

karena faktor-faktor psikologis.

5) Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama

pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus

dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6) Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang

meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.

Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk 


mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif 

sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum

pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,

bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari

pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan

memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.

Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi

tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada

tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh

karena kontraksi otot.

7) Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan

kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan

fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi

ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk 

menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

2. REUMATHOID ARTHRITIS

a. Defenisi

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik 

kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan

tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,

sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan


kerusakan bagian dalam sendi.

b. Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi

beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

 Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan

faktor Rematoid

 Gangguan Metabolisme

 Genetik 

 Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

c. Patofisiologi

Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding

sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma

yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak 

peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel

mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium

edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon

vilosa. Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :

1) Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat

maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.

2) Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi

 juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3) Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

d. Tanda dan Gejala

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti

 Nyeri persendian

 Bengkak (Rheumatoid nodule)

 Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

 Terbatasnya pergerakan

 Sendi-sendi terasa panas

 Demam (pireksia)

 Anemia

 Berat badan menurun

 Kekuatan berkurang

 Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

 Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

 Pasien tampak anemik 

 Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

 Gerakan menjadi terbatas

 Adanya nyeri tekan

 Deformitas bertambah pembengkakan

 Kelemahan

 Depresi

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism

Association ( ARA ) adalah:

 Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari( Morning Stiffness ).


 Kegiatan organisasi yang diikuti

 Pandangan terhadap lingkungan

 Sumber keuangan

 Siapa yang biasa menunjang

Spiritual

 Keteraturan beribadah

 Terlibat pada kegiatan keagamaan

 Cara penyelesaian masalah

 Sabar dan tawakkal

Tugas Tumbuh Kembang Usila

 Penyesuaian terhadap ketahanan fisik 

 Penyesuaian terhadap masa pensiun

 Penyesuaian terhadap menurunnya pendapatan

 Penyesuaian terhadap ditinggal pasangan

 Membina hubungan serasi dengan lingkungan

 Peran serta dalam organisasi sosial


DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall ( 2008),  Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV,
V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Bandung, IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik  Edisi 2 , EGC Jakarta

Doenges, Marilyn E,  Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall,  Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition , St. Louis Missouri :
Mosby,Inc, 2000.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner 
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

 Arjatmo Tjokronegoro ( 2002). Penatalaksanaan  Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan ke


2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Peterson & Shulman (2006). Etiology of insulin resistance. Am J Med 119: 10S-16S


Gambert & Pinkstaff. (2006).  Emerging Epidemic: Diabetes in Older Adults:
 Demography, Economic Impact, and Pathophysiology. Diabetes Spectrum Vol
19, No 4

Kanaya, Harris, Goodpaster, Tylavsky, Cummings (2004).  Adipocytokines attenuate the


association between visceral adiposity and diabetes in older adults . Diabetes
Care 27:1375-1380

Toft-Nielse, Damholt, Madsbad, Hiilsted, Hughes, Michelsen, et al (2001).


 Determinants of the impaired secretion of glucagon-like peptide-1 in type 2
diabetic patients . J Clin Endocrinol Metab 86:3717-3723

Meneilly GS, Tessier D. (2001).  Diabetes in Elderly Adults. http://biomed-


gerontology.oxfordjournals.org/content/full/56/1/M5. (16 Oktober 2012)

Burduli M. (2009). The Adequate Control of Type 2 Diabetes Mellitus in an Elderly Age .
http://www.gestosis.ge/eng/pdf_09/Mary_Burduli.pdf. (15 Oktober 2012)

British Geriatrics Society. (2009). Best Practice Guide: Diabetes


.http://www.bgs.org.uk/Publications/Publication%20Downloads/good_practice_f 
ull/Diabetes_6-4.pdf (18 Oktober 2012).

BD Diabetes. (2011).  Exercises for Older Adults with Diabetes .


http://www.bd.com/us/diabetes/page.aspx?cat=7001&id=10018 (18 Oktober
2012).

Seibel, John. (2009). Strength Training and Diabetes .


http://diabetes.webmd.com/strength-training-diabetes (16 Oktober 2012)

Joslin Diabetes Center. (2007). Guidelines for the care of the older adult with diabetes .
http://www.joslin.org/docs/Guideline_For_Care_Of_Older_Adults_with_Diabet
es.pdf (16 Oktober 2012)

Medscape. (2009). Differences in Clinical Decision Making for the Management of 
Diabetes Among Older Adults. http://www.medscape.com/viewarticle/705671_2
(16 Oktober 2012)

McCulloch & Munshi. (2011). Treatment of type 2 diabetes mellitus in the elderly
patient. http://www.uptodate.com/contents/treatment-of-type-2-diabetes-
mellitus-in-the-elderly-patient#H32 (16 Oktober 2012)

Azizah,Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.


Yogyakarta.

Doenges E Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta


kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta :
Salemba Medika.

Kalim, Handono, (1996)., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, (1999) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Ed. 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai