Anda di halaman 1dari 3

Identitas Modul

Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


Kelas : XI
Jenjang : SMA
Periode :1
Guru Mata Pelajaran : Arip Ruhiyat, S.Ag
Topik : Kasus-kasus ancaman terhadap Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan
a. Ancaman terhadap integrasi nasional
b. Strategi dalam mengatasi berbagai ancaman terhadap bidang  ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam membangun
integrasi nasional
KD : Mengkaji kasus-kasus ancaman terhadap Ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan dan strategi mengatasinya dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika
KI : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
Tujuan : - Memahami ancaman terhadap integrasi nasional
Pembelajaran - Menganalisis strategi dalam mengatasi berbagai ancaman terhadap bidang 
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam
membangun integrasi nasional

A. Rangkuman Materi 2
Baik anak-anak…
Setelah kalian memahami tentang ancaman ideologi pada rangkuman Materi 1, kita
lanjutkan pembahasannya berkenaan dengan ancaman politik dan ekonomi terhadap
kedudukan NKRI tercinta ini.
Sebagaimana telah disampaikan di awal materi, bahwa ideologi merupakan base of
idea dalam mencapai tujuan yang ingin diwujudkan dan bersifat tetap sebagai suatu
landasan, asas, dan pandangan. Sehingga konsepsi ini menjadi suatu gerakan
perubahan menuju tatanan ideal yang diharapkan dapat memabawa perubahan. Karl
Marx menjadikan ideologi komunisnya sebagai vokabuler penting di dalam
pemikiran politik dan ekonomi, sebab ideologi sebagai pandangan hidup
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam
pencapaian arah politik dan ekonomi.
Maka hal yang sangat logis ketika founding fathers kita bermusyawarah dalam
sidang pertama BPUPKI, hal yang diperbicangkan dan dirumuskan adalah Pancasila
sebagai dasar negara (Philosofische Grondslag). Artinya Pancasila harus menjadi
kesepakatan, manifestasi dan artikulasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
walau saat ini hal tersebut menjadi sebuah tanda tanya besar dan imajiner dalam
perwujudannya.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa implemtasi Pancasila sebagai sebuah kenyataan luhur
dalam mengatur tatanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mengalami

1 | Modul Belajar Mandiri | KMI Online Learning System


tantangan hebat baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari luar adalah
bagaimana Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia berhadapan dengan ideologi
besar yaitu ideologi liberalis dan komunis. Dimana pengaruh kedua idelogi ini,
terlebih ideologi sosialis komnis telah banyak menginpirasi para tokoh bangsa ini
termasuk founding fathers dalam mewujudkan cita idealisme politik dan ekonomi
dalam membangun Indonesia ini. Inilah tantangan terberat yang dihadapi bangsa ini
Jadi, sejak awal persoalan konsepsi ideal idelogi memberikan corak serta warna
politik dan ekonomi yang dimainkan bagi negeri ini. Bahkan secara historis, hal ini
menjadi sebuah tema faktual yang selalu terjadi dan menjadi suatu alur kenyataan
yang tidak bisa dihindari. Tengok saja, tiga tahun pasca dikumandangkannya
proklamasi kemerdekaan RI sebagai tonggak sejarah baru bangsa Indonesia
tepatnya tanggal 18 September 1948, terjadilah pemberontakan PKI Madiun yang
dipimpin oleh Muso. Ia memproklamirkan berdirinya Negera Soviet Republik
Indonesia.
Tentu kita bertanya-tanya, mengapa ia memilih sikap untuk merubah ideologi
Pancasila yang merupakan hasil perjanjian luhur bangsa ini menjadi suatu ideologi
berhaluan Marxisme? Demikian pula pemberontakan-pemberontakan lainnya
seperti; DI/TII, Permesta, RMS dan lain sebagainya dalam kurun waktu tahun 1948
s/d 1965 menjadi tantangan kuat bangsa Indonesia untuk mejadikan dirinya sebagai
negara ajeg. Sebab diakui atau tidak, selama proses rekonsiliasi politik yang
dibangun tidak lepas dari tiga kelompok kepentingan yang ada, yaitu kelompok
sosialis komunis, nasionalis dan agamis.
Sehingga konsekuensi logisnya pada era Orde Lama untuk merangkul semua
kepentingan ini, maka Soekarno merubah ideologi negara dari Pancasila menjadi
Nasakom (Nasionali, Agama dan Komunis) sekalipun menjadi inkonstitusional.
Pada era Orde Baru, simbol kepentingan politik ini tetap dipertahankan dengan
partai politiknya yaitu Golkar sebagai manifetasi kelompok nasionalis, PDI sebagai
kelompok sosialis dan PPP sebagai aspirasi kelompok agamis. Namun kekuatan
oligarki politik di jaman Orde Baru ini mendominasi bahkan cenderung mematikan
demokrasi itu sendiri, sehingga sistem demokrasi yang dibangun pada masanya
dikenal dengan sistem demokrasi semu. Akhirnya Pancasila hanya dijadikan sebagai
alat politik semata bukan menjadi tujuannya.
Akhirnya, persoalan politik dan ekonomi di Indonesia sudah menjadi potret nyata
bagaimana suatu kepentingan pribadi dan kelompok memainkan peran kuat atas
nama jargon demokrasi, keserjahteraan dan keadilan. Begitu pula kepentingan
politik luar negeri yang dimainkan oleh negara-negara adikuasa atas Indonesia,
menjadikan negeri ini secara tidak langsung menjadi pertarungan kuat ideologi
mereka yang sesungguhnya. Sekalipun kita sudah menyatakan sikap dengan tema
politik luar negeri bebas aktif atau sebagai negara non blok. Sehingga dapat
dipastikan dalam konteks Indonesia, pergolakan politik dalam negeri memiliki
linieritas yang tinggi terhadap aspek-aspek lainnya.
Dalam dimensi kebijakan ekonomi misalnya, pengaruh pertarungan politik sangat
dirasakan dalam tataran implementasi aturan yang dimainkan. Mulai dari kebijakan
dalam penguatan nilai mata uang rupiah, pasar modal, iklim invesatasi, hubungan
industry dan buruh, daya beli masyarakat, hutang luar negeri dan lain sebaginya.
Dengan kata lain, dimensi politik yang merupakan sebuah pencapain tujuan yang
sesungguhnya, berbelok arah menjadi sebuah kepentingan kekuasaan elit politik.
Disinilah pula, azas Ekonomi Pancasila sebagai simbol kebangsaan ideal menjadi
ambigu. Disatu sisi menempatkan azas kekeluargaan sembagai simbol fundamental

2 | Modul Belajar Mandiri | KMI Online Learning System


perkonomian negara, namun di sisi lain ditarik menjadi sebuah pertarungan
kepentingan kapitalis. Carut marut ini menjalar pada aspek pengelolaan sumberdaya
alam kita yang melimpah sebagai kekayaan surga dunia, sehingga akhirnya kita
tidak memiliki kedaulatan energi dan gas.

B. Latihan Soal
1. Selain kasus-kasus yang sudah dijelaskan di atas, adakah kasus lainnya yang berkenaan
dengan ancaman dibidang politik? Jelaskan apa yang melatar belakangi kasus tersebut?
2. Apa saja yang menjadi ancaman terberat dalam bidang ekonomi terutama dalam
memasuki era 4.0?
3. Hal apa saja yang harus disiapkan oleh kita sebagai generasi penerus bangsa, dalam
menghadapi berbagai ancaman politik dan ekonomi?

3 | Modul Belajar Mandiri | KMI Online Learning System

Anda mungkin juga menyukai