Oleh :
Warjo, S.Sos.,M.Pd.I
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
kemampuan guru menjelaskan pelajaran tersebut berpengaruh terhadap daya serap
siswa dalam belajar.
Berdasarkan fenomena telah diuraikan mengenai kompetensi (kemampuan)
guru dalam menjelaskan pelajaran, akhirnya diteliti dengan mengambil sebuah
judul “PENGARUH KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI) MENJELASKAN PELAJARAN TERHADAP DAYA SERAP SISWA
KELAS VII DI SMPN 1 GUNUNG JATI CIREBON”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka masalah ini diteliti
dengan merumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kompetensi guru PAI menjelaskan pelajaran Kelas VII di
SMPN 1 Gunung Jati Cirebon ?
2. Bagaimanakah daya serap siswa Kelas VII di SMPN 1 Gunung Jati Cirebon.?
3. Seberapa besar pengaruhnya kompetensi guru PAI menjelaskan pelajaran
terhadap daya serap siswa Kelas VII di SMPN 1 Gunung Jati Cirebon?
LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Guru
1. Pengertian kompetensi Guru .
Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga profesional
menurut ketentuan pasal 4 UU Guru dan Dosen adalah sebagai agen
pembelajaran (leaening Agen) yang berfungsi meningkatkan kualitas pendidikan
nasional. Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peran sentral dan cukup
strategis antara lain sebagai fasilisator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran dan pemberi infirasi belajar bagi peserta didik.
Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki
kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi
berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut
kamus bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan
untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Menurut Usman, kompetensi
adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Charles E. Johnson, mengemukakan
bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Roestiyah N.K.
adalah merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang dituntun oleh jabatan seseorang. Kunandar
( 2007 : 52), juga mengatakan kompetensi berarti sebagai pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak.
Didalam bahasa Inggris terdapat minimal tiga peristilahan yang
mengandung makna apa yang dimaksudkan dengan perkataan kompetensi itu :
a.1.” Competence (n) is being competent, ability (to do the work)”
b.1.” Competent (adj.) refers to (persons) having ability, power,
authority, skill, knowledge, etc. (to do what is needed)”
c.1. “ Competency is rational performance which satisfactorily meets
the objectives for a desired condition”.
3
Defenisi pertama menunjukan bahwa kompetensi itu pada dasarnya
menunjukan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Sedangkan defenisi kedua menunjukan lebih lanjut bahwa
kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang
(kompeten) ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas
(kewenangan), kemahiran (ketrampilan), pengetahuan, dan sebagainya, untuk
mengerjakan apa yang diperlukan.
Ketrampilan menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan
menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk
menunjukan adanya hubungan antara satu bagian dengan bagian
yang lainnya. Ketrampilan menjelaskan pelajaran di dalam kelas agar tujuan
pengajaran yang khusus maupun yang umum (TIK dan TIU) dapat tercapai
dengan baik diperlukan metode dan tujuan mengajar yang tepat.
Kompetensi kinerja profesi keguruan ( generic teaching competencies)
dalam penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal memiliki
empat kemampuan, yakni kemampuan :
1. Merencanakan proses belajar mengajar;
2. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar ;
3. Menilai kemajuan proses belajar mengajar;
4. Menguasai bahan pelajaran.
Keempat kemampuan diatas merupakan kemampuan yang sepenuhnya
harus dikuasai oleh guru profesional. Untuk mempertegas dan memperjelas
keempat kemampuan tersebut, berikut ini dibahasa sebagai berikut :
1). Merencanakan Proses Belajar Mengajar
Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru
sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitek. Ia tidak
hanya bisa membuat gambar yang baik dan memiliki nilai estetis, tetapi juga
harus mengetahui makna dan tujuan dari desain bangunan yang dibuatnya.
Demikian halnya guru, dalam membuat rencana atau program belajar mengajar.
Dalam kegiatan tersebut secara terperinci harus jelas
kemana siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus ia pelajari (isi bahan
pelajaran) dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya.
Maka apa yang dilakukan pada waktu mengajar dimuka kelas semestinya
bersumber kepada program yang disusunnya (baku).
2). Melaksanakan dan Memimpin/Mengelola Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan atau mengelola kegiatan belajar mengajar merupakan
tahap pelaksanaan dari program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah kreatifitas guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana
yang telah disusun dalam perencanaan.
Pada tahap ini disamping mengetahui teori tentang belajar mengajar,
tentang pelajar, diperlukan kemahiran dan ketrampilan teknis mengajar.
Misalnya, prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran,
penggunaan metode mengajar dsb.
2.1.Menilai Kemajuan Proses
Metode mengajar yang merupakan metode yang paling klasik, tapi
masih dipakai orang dimana-mana hingga sekarang yaitu metode
ceramah. Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan
4
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa
yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Namun untuk memberikan daya serap siswa, metode ceramah perlu
didukung dengan alat-alat pengajaran seperti ; gambar, lembar peraga, OHP,
video tape recorder, LCD dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa meskipun metode
ini didukung dengan aneka ragam alat bantu, bagi guru bidang studi tertentu,
misalnya bidang studi PAI, keberhasilan penggunaan metode ceramah itu sangat
bergantung pada kepiawaian guru, dalam hal ini guru yang berkompeten.
Selain memahami metode pengajaran seorang guru dalam menjelaskan
pelajaran, juga memiliki tujuan ketrampilan ( kemahiran) menjelaskan pelajaran
dalam pembelajaran di kelas dengan tepat yaitu antara lain :
a. Membimbing murid memahami materi yang dipelajari
b. Melibatkan murid untuk befikir dengan memecahkan maslah-
masalah
c. Untuk memberikan balikan kepada murid-murid mengenai tingka
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
d. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapatkan proses
penalaran serta menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan
masalah.
e. Menolong siswa untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil,
dan prinsip-prinsip umum secara obyektif dan bernalar.
5
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh siswa dan menghindari penggunaan ucapan-
ucapan dan istilah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti oleh siswa.
2). Penggunaan contoh dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya me3nggunakan contoh-contoh
yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3). Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelasan, guru harus mengarahkan perhatian siswa
agar terpusat pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak
penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda
atau isyarat lisan, seperti “ yang terpenting”, “perhatikan baik-baik
konsep ini” atau perhatikan yang ini agak susah”.
4). Penggunaan balikan
Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan
pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu
diberikan.
3. Uji Kompetensi
Dalam menilai kemampuan seorang guru menurut Mulyasa, (2008 :
195) dia perlu memahami Materi Uji Kompetensi secara profesional yang
mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, dan sosial, jika diurutkan a
sampai z, maka kriteria profesionalisme guru yang akan menjadi rambu-rambu
uji kompetensi dalam rangka standar dan sertifikasi kompetensi guru kurang
lebih sebagai berikut :
a. Penguasaan wawasan pendidikan makro
b. Penguasaan lingkungan akademik kampus
c. Penguasaan kurikulum (KTSP)
Guru perlu menguasai kurikulum ( KTSP) merupakan singkatan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial
budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu
mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36.
d. Penguasaan bahan ajar
e. Penguasaan silabus
Penguasaan silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam
KTSP, Silabus merupakan bagian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan,
sebagai penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian hasil belajar.
6
f. Penguasaan rencana pelaksanaan pembelanjaran (RPP)
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan
penjabaran lebih lanjut dari silabus dan merupakan komponen penting dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang pengembangannya harus
dilakukan secara profesional.
g. Penguasaan teori belajar
h. Penguasaan teori pembelajaran
i. Kemampuan merancang pembelajaran
j. Kemahiran mengajar, dengan menguasai ketrampilan berikut :
1). bertanya
2). Memberi penguatan
3). Mengadakan variasi
4). Menjelaskan
5). Membuka dan menutup pelajaran
6). Membimbing diskusi kelompok kecil
7). Mengelola kelas
8). Mengajar kelompok kecil dan perorangan
k. menguasai mekanisme penilaian
1). Merancang instrumen
2). Menganalisis data
3). Kemahiran menggunakan hasil penilaian
l. kemampuan merekonstruksi program pembelajaran
m. kemampuan menulis bahan ajar
n. kemampuan menulis makalah yang relevan
o. keberhasilan mengikuti studi lanjut
p. memiliki misi karier profesi
q. semangat, etos kerja, disiplin
r. ketekunan, kerajinan, keuletan
s. kemampuan keluarga
1) kerukunan keluarga
2) pendidikan keluarga
3) keberhasilan keluarga
t.kemampuan sosial akademik
1) kemampuan memahami dan menerima peserta didik
2) kepedulian pada peserta didik
3) pelayanan pada peserta didik
u. kemampuan bergaul dengan sejawat
v. kemampuan hidup bermasyarakat
w. pengabdian pada masyarakat
x. kegiatan produktif diluar profesi
y. partisipasi dalam organisasi profesi
1) anggota
2) pengurus
3) tokoh
z. kegiatan sosial (keterlibatan dalam berbagai lembaga kemasyarakatan)
7
B. Daya Serap Siswa
1. Pengertian daya serap siswa
Daya serap Dalam kamus besar bahasa Indonesia daya serap diartikan
sebagai kemampuan seseorang atau sesuatu untuk menyerap. Daya serap
diartikan sebagai suatu kemampuan peserta didik untuk menyerap atau
menguasai materi yang dipelajarinya sesuai dengan bahan mata pelajaran
yang diajarkan gurunya. Daya serap merupakan tolak ukur untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang
diajarkan oleh seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pemahaman ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, minat peserta
didik terhadap belajar, lingkungan yang nyaman atau kondusif, dan guru yang
bisa bersahabat (dekat) dengan peserta didiknya.
8
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak
berbekas.untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa
sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.
Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga
ringan yang sedapat mungkin terjadual secara tetap dan berkesinambungan.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan dikelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah,
umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-
item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra).
b. Aspek Fsikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut :
b.1. Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988).
Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang
harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi
manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya,
lantaran otak merupakan “ menara pengontrol “ hampir seluruh aktifitas
manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat
diaragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
b.2. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa
yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa.
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda,
apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
b.3. Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensi yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip
dengan intelegensi. Itulah sebabya seorang anak yang berintelegensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut
juga sebagai talented child, yakni anak berbakat .
b. 4. Minat siswa
9
Secara sederhana, minat (interest) berarti kesenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.Menurut Reber
(1998), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikilogi karena
ketergantungan yang banyak pada faktor-faktor internal-lainnya-seperti:-
pemusatan, perhatian, keinginan ,motivasi ,dan kebutuhan.Namun
terlepas dari masalah popular atau tidak,
minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-
bidang studi tertentu.umpamanya ,seorang siswa yang menaruh minat
besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak
daripada siswa lainnya. kemudian ,karena pemusatan perhatian yang
intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk
belajar lebih giat ,dan akhirnya mencapai prestasi yang di inginkan .Guru
dalam kaitan ini seyogianya berusaha membangkitkan minat siswa untuk
meguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studi nya dengan
cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif
seperti terurai di muka.
b.5.. Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme-baik manusia
ataupun hewan- yang mendorongnya untuk berbuat untuk berbuat
sesuatu . Dalam pengertian ini ,motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah(Gleitman,1986 ; Reber,1988).Dalam
perkembangan selanjutnya ,motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:1) intrinsik; 2) motivasi ekrinsik. Motivasi intrinsik adalah
hal dan keadan yang berasal dari dalam diri siswa sendri yang dapat
mendorongnya tindakan belajar.Termasuk dalam motivasi intrinsik
siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap
materi tersebut,misalnya kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan. Adapun motivasi ektrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar .pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-
contoh konkret motivasi ketiadan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kyrang
bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-
materi pelajaran baik disekolah maupun di rumah.Dalam perspektif
kognitif, motifasi yang lebih signitif bagi siswa adalah motivasi intrinsik
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain .Dorongan mencapai prestasi dan dorongan
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya,
memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan
dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan
guru.
10
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekolah mempengaruhi semangat belajar seorang siswa para
guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperhatikan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar ,misalnya membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya,yang termasuk lingkungan
siswa sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman –teman
sepermainan di sekitar perkampungan siswa tsb.Kondisi masyarakat di
lingkungan yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur,
misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa paling tidak,
siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar
atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan
belum di milikinya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah Orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat
orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga , ( letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik
ataaupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa .
contoh : kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola
keluarga ( family management practices ) yang keliru , seperti kelalaian
orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak
lebih buruk lagi . Dalam hal ini , bukan saja anak tidak mau belajar
melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku
menyimpang yang berat seperti antisosial .
b. Lingkungan Non-Sosial
Faktor – faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya , rumah tempat tinggal keluarga siswa , alat –alat
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor – faktor
ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa .
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan permasalahan dalam penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan jenis penelitiannya, penelitian
Deskriptif Korelasional.
Alat atau teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan sebagai berikut :
1. Angket, yaitu melakukan penyebaran daftar pertanyaan secara tertulis kepada
siswa kelas VII SMPN 1 Gunung Jati Cirebon.
2. Observasi,i adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-
gejala yang diteliti. Observasi ini dilakukan sebagai data yang dapat
menunjang kelengkapan penelitian ini.
11
3.,Studi Pustaka, yaitu penelitian pustaka dilakukan dengan membaca dan
mempelajari literatur yang berhubungan dengan masalah-maslah yang diteliti.
Adapun populasinya keseluruhan siswa kelas VII di SMPN 1 Gunung Jati yang
berjumlah 368 anak, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15
siswa. Hal tersebut menurut Surakhmad (1994 :100) adalah:” Bahwa apabila ukuran
populasi lebih dari 100, maka sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi.
12
TABEL : 2
HASIL PENELITIAN DARI VARIABEL
KOMPETENSI GURU PAI MENJELASKAN PELAJARAN
ANGKET DAN JAWABAN
13
TABEL ; 3
HASIL TANGGAPAN RESPONDEN
MENGENAI PENGUASAAN KONSEP BAHAN PELAJARAN
N = 15
NO JAWABAN f % KETERANGAN
1 Sangat Setuju 5,33 35, 53
2 Setuju 9,00 60, 00
3 Ragu-ragu 0, 67 4,7
4 Tidak Setuju - -
5 Sangat Tidak Setuju - -
Total 15 100
Dari data yang ditunjukan dalam tabel 3 diatas terlihat jelas bahwa seluruh
responden yang berjumlah 15 orang, ternyata yang menyatakan bahwa penguasaan
konsep bahan pelajaran sebanyak 5,33 orang responden atau 35,53 % sangat setuju,
sedangkan 9,00 orang responden atau 60,00 % menyatakan setuju, sisanya 0,67 orang
responden atau 4,7 % menyatakan ragu-ragu.Berdasarkan analisa tersebut diatas 35,53
% responden menyatakan sangat setuju guru PAI mengusai konsep bahan pelajaran,
sedangkan 60,00 % menyatakan setuju dan 4,7 % ragu-ragu. Masih adanya sedikit
keraguan mencerminkan bahwa guru PAI dalam penguasaan konsep bahan pelajaran
diinterprestasikan tidak baik.
TABEL : 4
KEMAMPUAN GURU DALAM MEMILIH MATERI PELAJARAN YANG
DIAJARKAN
N = 15
NO JAWABAN f % KETERANGAN
1 Sangat Setuju 3,2 21,33
2 Setuju 6,8 45,33
3 Ragu-ragu 4 26,67
4 Tidak Setuju 1 6,67
5 Sangat Tidak Setuju - -
Total 15 100
14
Hasil Penelitian Variabel (Y)
Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkan dari 15 orang responden,
selanjutnya dapat direkap untuk masing-masing sub variabel. Angket yang diajukan
kepada siswa, dapat diketahui tentang kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran.
TABEL : 5
REKAPITULASI VARIABEL “ Y”
DAYA SERAP SISWA
No Nomor Pertanyaaan Jml
Responden score
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 59
2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 59
3 4 4 5 5 5 4 5 3 5 4 4 4 4 60
4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 56
5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 61
6 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 62
7 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 5 60
8 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 52
9 4 4 5 5 4 4 3 3 5 4 4 4 3 59
10 5 3 4 4 3 3 5 4 5 5 3 3 5 52
11 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 52
12 5 3 4 4 3 3 5 4 5 5 3 3 5 43
13 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 2 52
14 4 5 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 2 60
15 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 5 4 4 57
837
15
2. Ketekunan dalam Kehadiran disekolah 11 4 - - -
belajar Tekun dalam
mengikuti proses 8 4 3 - -
belajar mengajar
dikelas.
Rajin dalam belajar. 7 5 3 - -
16
ketajaman perhatian. Berdasarkan hasil analisa tersebut diatas sebanyak 8 orang atau
53,33% responden menyatakan sangat setuju atas minat dan ketajaman perhatian,
sedangkan 37,80 % menyatakan ragu – ragu. Responden yang
sebagian kecil masih meragukan berarti mencerminkan bahwa tidak baiknya minat dan
ketajaman perhatian siswa.
TABEL : 8
DATA HASIL KETEKUNAN DALAM BELAJAR
N = 15
NO JAWABAN f % KETERANGAN
1 Sangat Setuju 8,67 57,80
2 Setuju 4,33 28,87
3 Ragu-ragu 2 13,33
4 Tidak Setuju -
5 Sangat Tidak Setuju -
Total 15 100
Dari data yang ditunjukan dalam tabel 8 diatas terlihat jelas bahwa seluruh
responden yang berjumlah 15 orang, ternyata yang menyatakan bahwa penguasaan
konsep bahan pelajaran sebanyak 8,67 orang responden atau 57,80 % sangat setuju,
sedangkan 4,33 orang responden atau 28,87 % menyatakan setuju, sisanya 2 orang
responden atau 13,33 % menyatakan ragu-ragu.Berdasarkan analisa tersebut diatas
57,80 % responden menyatakan ketekunan dalam belajar , sedangkan 28,87 %
menyatakan setuju dan 13,33 % ragu-ragu. Masih adanya sedikit keraguan
mencerminkan bahwa siswa diinterprestasikan tidak baik dalam ketekunan belajar .
TABEL : 9
DATA HASIL SIKAP DALAM MENGHADAPI KESULITAN
N = 15
NO JAWABAN f % KETERANGAN
1 Sangat Setuju 6 40
2 Setuju 6, 25 44,33
3 Ragu-ragu 2,25 16,67
4 Tidak Setuju -
5 Sangat Tidak Setuju -
Total 15 100
Dari data yang ditunjukan dalam tabel 9 diatas terlihat jelas bahwa seluruh
responden yang berjumlah 15 orang, ternyata yang menyatakan, 6 orang responden
atau 40 % sangat setuju, sedangkan 6,25 orang responden atau 44,33 % menyatakan
setuju, sisanya 2 orang responden atau 2,25 % menyatakan ragu-ragu.Berdasarkan
analisa tersebut diatas 40 % responden menyatakan sangat setuju bahwa siswa mampu
menyikapi kesulitan yang dihadapi , sedangkan 4,33 % menyatakan setuju dan 16,67
% menyatakan ragu-ragu. Adanya sedikit keraguan mencerminkan bahwa siswa
diinterprestasikan kurang baik dalam menghadapi masalah atau sikap dalam
menghadapi kesulitan.
17
TABEL : 10
DATA HASIL MANDIRI DALAM BELAJAR
N = 15
NO JAWABAN f % KETERANGAN
1 Sangat Setuju 4,67 31.13
2 Setuju 7,00 46.67
3 Ragu-ragu 2,67 17.80
4 Tidak Setuju 0,67 4.47
5 Sangat Tidak Setuju -
Total 15 100
Dari data yang ditunjukan dalam tabel 10 diatas terlihat jelas bahwa seluruh
responden yang berjumlah 15 orang, ternyata yang menyatakan sebanyak 4,67 orang
responden atau 31,13 % sangat setuju, sedangkan 7,00 orang responden atau 46,67 %
menyatakan setuju, sisanya 0,67 orang responden atau 4,47 % menyatakan ragu-
ragu.Berdasarkan analisa tersebut diatas 31,13 % responden sangat setuju menyatakan
mandiri dalam belajar, sedangkan 46,67 % menyatakan setuju dan 4,47 % ragu-ragu,
4,47 % menyatakan tidak setuju. Analisis tersebut diintrerprestasikan hampir
setengahnya siswa kurang memiliki jiwa mandiri dalam belajar.
18
Selanjutnya penulis membuat tabel yang berkaitan dengan kedua variabel
tersebut sebagai berikut :
TABEL : 11
PENGARUH KOMPETENSI GURU MENJELASKAN PELAJARAN
TERHADAP DAYA SERAP SISWA
No.Resp X Y X2 Y2 XY
1 43 59 1849 3481 2537
2 43 59 1849 3481 2537
3 45 60 2025 3600 2700
4 43 56 1849 3136 2408
5 43 61 1849 3721 2623
6 45 62 2025 3844 2790
7 34 60 1156 3600 2040
8 44 52 1936 2704 2288
9 41 59 1681 3481 2419
10 40 52 1600 2704 2080
11 39 52 1521 2704 2028
12 32 43 1024 1849 1376
13 43 52 1849 2704 2236
14 41 60 1681 3600 2460
15 44 57 1936 3249 2508
Jumlah 620 844 25,830 47,858 35,030
Diketahui : n = 15 ΣΥ = 844
Σ𝑋 = 620 Σ𝑋Υ = 35,030
ΣΥ 2 = 47,858 ΣX 2 = 25,830
𝑛 𝑋𝑌 – 𝑋 . 𝑌
rxy =
{𝑛 . 𝑋 2 −( 𝑋)2 }.{𝑛. 𝑌 2 −( 𝑌)2 }
2.170
= 0, 5282
rxy =
4108,37
rxy = 0, 528
19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh komptensi
guru terhadap daya serap siswa kelas VII di SMPN 1 Gunung Jati Cirebon yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan korelasi 0, 528 menunjukan hubungan yang cukup kuat
antara variabel x (Kompetensi Guru) dan variabel y ( Daya Serap ).
2. Setelah diketahui koefesien sebesar 0,528 2 atau 0, 27888 yang mengandung makna
bahwa daya serap dipengaruhi oleh kompetensi guru sebesar 0,27888. Sedangkan
KP = 99,72 % menunjukan bahwa variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar
99, 72 % dan menunjukan asumsi adanya pengaruh faktor lainnya.
3. Pengujian koefesien korelasi antara vasiabel X dengan variabel Y dengan hasilnya
dinyatakan bahwa t = hitung jatuh pada daerah penolakan H0, yang berarti bahwa
hipotesis nol yang menyatakan ada pengaruh antara kompetensi dengan daya serap,
maka hipotesisnya diterima. Jadi kesimpulannya koefesien antara kompetensi
dengan daya serap sebesar 0, 528 berarti signifikan.
Saran –Saran
Hasil kompetensi guru PAI dalam menjelaskan materi pelajaran terhadap daya
serap siswa kelas VII di SMPN 1 Gunung Jati sudah cukup baik, tetapi dalam
pelaksanaannya ternyata belum memuaskan lembaga, sehingga perlu memperhatikan
dan meningkatkan kembali kompetensi guru, agar mencapai sasaran yang diharapkan
dengan nilai daya serap yang optimal serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi daya
serap siswa, seperti; input dan proses pendidikan , kondisi lingkungan, membaca buku
yang berkaitan serta keragaman peserta didik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azzubaidi, Z. 1986. Terjemah hadits Shahih Bukhari dari Kitab At Tajrid Ash
Sharih, Semarang : CV Toha Putra.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bafadol, Ibrahim.2003. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Ddasar. Jakarta :
PT.Bumi Aksara.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman Konsep
Umum dan Konsep Isla ). Bandung: PT.Refika Aditama.
Hamalik, Oemar .2001. Proses belajar mengajar . Jakarta : PT. Bumi Aksara.
______________.2006. Pendekatan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Jakarta : Bumi Aksara.
Kunandar.2007. Guru Profesional , Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta : Raja Grafido
Parsada.
Mulyasa, E.2007. Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
______________.2009.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sebuah
Pendekatan Praktis, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
RI, Depag, 2002. Mushaf Al Qur’an Terjemah, Jakarta Pusat : Pena Pundi Aksara.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Sinar
Baru.
21