Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Wardani
dan Paramitha, 2016). Menurut WHO (1948), sehat adalah keadaan sejahtera,
sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari
penyakit dan kelemahan saja. Kesehatan sangatlah penting dimiliki oleh setiap
manusia di dunia, khususnya Indonesia. Berdasarkan Riskesdas 2018, proposi
masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan yang mendapat pelayanan dari tenaga
medis gigi sebesar 10,2%, serta proporsi menyikat gigi dengan benar sebesar
2,8%. Hal ini harus menjadi perhatian utama bagi tiap individu di Indonesia, oleh
karena itu setiap individu harus meningkatkan derajat kesehatannya yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai jenis aspek seperti prilaku pikiran dan perilaku.

Setiap individu terbentuk dari apa yang dipikirkannya, dimana karakter


tiap individu merupakan hasil dari semua yang dipikirkannya. Penyakit dan
kesehatan berakar pada sebuah pikiran. Semua dikontrol oleh pikiran tiap
individu, jika dipenuhi oleh pikiran jahat maka orang tersebut akan menderita
kesakitan, sedangkan jika pikiran orang itu murni, maka kegembiraan akan
mengikuti yang berujung memperoleh hidup sehat itu sendiri. Hidup kita
ditentukan oleh pikiran. Sel – sel dalam tubuh akan menerjemahkan apa yang ada
dalam pikiran bawah sadar ke dalam sebuah gerakan atau suatu mekanisme.
Mekanisme otomatis ini akan bekerja untuk berbagai hal lainnya tergantung apa
yang sudah seseorang programkan dalam pikiran bawah sadar mereka melalui
pikiran sadar (Tanan, 2018).

Selain pikiran, perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi


derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri (Adliyani, 2015). Perilaku adalah kumpulan dari reaksi,
perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan, dan jawaban yang dilakukan
seseorang. Selain itu perilaku terjadi akibat interelasi stimulus eksternal dengan
internal yang akan memberikan respons-respons eksternal. Stimulus internal
merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis atau
psikologis seseorang, sedangkan stimulus eksternal merupakan segala macam
reaksi seseorang akibat faktor luar diri (lingkungan). Perilaku seseorang akan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang itu sendiri. Perilaku yang baik dan positif
akan berdampak positif pula terhadap kesehatannya.

Menurut Tanan (2018), sehat atau sakit tergantung dari pikiran, tubuh, dan
pola kehidupan seseorang. Jika batin atau mental seseorang berusaha berpikir
positif, maka kebahagiaan dan hidup sehat akan tercipta.

Menurut Sari dan Setyaji (2019), derajat kesehatan gigi dipengaruhi oleh
perilaku merokok, perilaku menjaga kesehatan gigi, dan perilaku mencari
kesehatan gigi karena perlunya mengunjungi dokter gigi saat sakit gigi.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana hubungan antara pikiran individu yang dapat mempengaruhi
perilaku sehat?
2. Apa saja dampak dari hubungan pikiran dan perilaku terhadap kesehatan
masyarakat?
3. Apa saja faktor-faktor yang menghambat seseorang dalam berpikir serta
berperilaku yang baik dan positif?
4. Apa saja contoh nyata dari hubungan pikiran terhadap perilaku positif dalam
kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara pikiran individu yang dapat


mempengaruhi perilaku sehat.
2. Untuk mengetahui apa saja dampak dari hubungan pikiran dan perilaku
terhadap kesehatan masyarakat.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menghambat seseorang dalam berpikir
serta berperilaku yang baik dan positif.
4. Untuk mengetahui apa saja contoh nyata dari hubungan pikiran terhadap
perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat

1. Sebagai edukasi kepada masyarakat dalam bagaimana pikiran dapat


mempengaruhi perilaku seseorang.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan baru bagi penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pikiran

2.1.1 Definisi Pikiran

Berpikir merupakan kemampuan manusia yang membedakannya


dengan makhluk lain. Berpikir terjadi sebagai respon terhadap masalah yang
timbul dari dunia luar sehingga dapat dikatakan bahwa individu berpikir
apabila menghadapi permasalahan atau persoalan (Walgito,2003). Dalam pikiran
terdapat suatu peta untuk memudahkan inidvidu dalam mencatat pemikiran
berdasarkan informasi yang diterima. Peta pikiran atau mind map adalah cara
mencatat yang kreatif dan efektif, cara mudah memasukkan dan mengeluarkan
informasi dalam otak, peta pikiran menggunakan warna, simbol, kata, garis
lengkung dan gambar sesuai dengan cara kerja otak (Tony Buzan,2005)

Berpikir adalah kemampuan untuk menilai sesuatu sehingga berpikir


akan meningkat pembentukan kemampuan atau kebiasaan untuk menilai segala
sesuatu dari berbagai aspek (Albrecth,1980). Berpikir diperlukan dengan sudut
pandang yang positif, dimana berpikir positif adalah kemampuan yang berkaitan
dengan konsentrasi, perasaan, sikap, perilaku, emosi, dan sudut pandang untuk
menilai sesuatu dari sisi yang positif atas keadaan diri, orang lain, dan segala
sesuatu yang terjadi di dalam lingkungan. Aspek-aspek berpikir positif adalah
pernyataan yang tidak memihak, harapan yang positif, penyesuaian diri yang
realistis, dan afirmasi diri (Nurmayasari dan Hadjam,2015).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pikiran


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pikiran menurut
(Apriliani,2019) , yaitu :
a) Kondisi fisik, dimana kondisi fisik ini mempengaruhi seseorang dalam
berpikir kritis. Ketika seseorang itu mengalami sakit, sedangkan ia
dihadapkan oleh kondisi yang seharusnya berpikir, ia akan merasa
terbebani dan berat atau sulit untuk berpikir.
b) Keyakinan atau motivasi diri yang menimbulkan rangsangan atau
dorongan atau pun pembangkit untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang
telah ia tetapkan atau terapkan.
c) Kecemasan, dimana kecemasan ini dapat mempengaruhi cara kita
berpikir, serta mengganggu konsentrasi kita untuk berpikir, dan dapat
mengalami ketegangan saat diminta untuk menyimpulkan.
d) Kebiasaan dan rutinitas, salah satu faktor ini yang dapat menurunkan
kemampuan berpikir kritis adalah kita terjebak dalam rutinitas atau
kebiasaan.
e) Kecerdasan yaitu kemampuan mental seseorang untuk merespon dan
menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau menyatukan satu
hal dengan yang lain, dan dapat merespons dengan baik terhadap
stimulus.

(Albercth,1980) mengemukakan bahwa kecenderungan berpikir positif


memiliki empat aspek yaitu:
a. Pernyataan yang tidak memihak (non judgmental taking)
Suatu pernyataan yang memihak pada kondisi ambigu pada orang yang
cenderung berpikir negatif. Pernyataan atau penilaian ini
dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung untuk
memberikan pernyataan negatif terhadap sesuatu.
b. Harapan yang positif (positive expectation)
Yaitu melakukan sesuatu dengan memusatkan perhatian pada
kesuksesan, optimis, pemecahan masalah yang menjauhkan diri dari
perasaan takut akan kegagalan dengan menggunakan kata-kata yang
mengandung harapan.
c. Penyesuaian diri yang realistis (reality adaptation)
Yaitu mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan
diri dan menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, kasihan diri, dan
menyalahkan diri sendiri.
d. Afirmasi diri (self affirmation)
Afirmasi diri adalah pernyataan positif atau kalimat yang ditujukan
untuk diri sendiri yang bisa mempengaruhi pikiran bawah sadar untuk
membantu seseorang mengembangkan persepsi yang lebih positif
terhadap diri seseorang (Morgan, 2016).

2.1.3 Cara Kerja Pikiran

Dalam pikiran tentunya memilki suatu sistem yang bekerja untuk


memproses informasi yang diterima oleh panca indra. Cara pikiran tentunya dapat
mempengaruhi perilaku atau tindakan yang akan diambil. Pikiran diolah melalu
gelombang otak (Salami,2016). Berikut adalah macam - macam gelombang otak:

1. Beta (12-25 cps), cps = cycles per second


Pada kondisi beta seseorang berada dalam kesadaran penuh dengan pikiran
sadar yang sangat dominan sehingga dia mampu mengerjakan beberapa
kegiatan dalam waktu yang bersamaan.
2. Alpha (7-12 cps)
Pada kondisi alpha seseorang mulai berkurang rasa kritis, analitis, dan
waspada. Mulai terbuka terhadap masukan. Biasanya terjadi jika pada
kondisi senang, santai, berimajinasi, atau menjelang tidur.
3. Theta (4-7 cps)
Pada kondisi theta seseorang dalam kondisi sangat relaks antara sadar dan
tidur lelap. Pikiran bawah sadar tetap aktif dan panca indera masih
menerima stimulus dari luar. Artinya pada kondisi ini masih dapat
menerima masukan dari luar. Inilah frekuensi yang sangat tepat untuk
memasukkan sugesti.
4. Delta ( 0,5 – 4 cps)
Pada kondisi delta seseorang berada dalam kondisi tidur yang sangat pulas
tanpa mimpi. Kondisi panca indera sudah tidak aktif dan tidak dapat
menerima masukan dari luar.
Menurut (Gunawan,2010) Suatu program pikiran, baik positif maupun
negatif, masuk dan tertanam kuat di pikiran bawah sadar melalui lima jalur
berikut:
1. Suatu informasi atau sugesti disampaikan oleh orang yang dianggap
sebagai figur otoritas.
2. Suatu informasi disampaikan dengan muatan emosi yang tinggi.
3. Suatu informasi disampaikan secara berulang-ulang atau repetisi ide.
4. Penguatan ide oleh sumber-sumber lain (orang tua, guru, rekan, buku, dan
lainnya).
5. Suatu ide disampaikan dalam kondisi trance.

2.2 Perilaku

2.2.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi


dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampah yang tidak
nampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap
dan tindakan.

Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus


yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010 ). Sedangkan
menurut (Wawan,2011) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak
disadari. Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

(Skiner,1938 dalam Notoatmodjo,2011) merumuskan bahwa perilaku


merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
pengertian ini dikenal dengan teori 'S-O-R' atau "Stimulus – Organisme - Respon".
Respon dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Respon respondent atau reflektif
Respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya
respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli
titik perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa
apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar
musibah, kehilangan dan gagal, serta minum jika merasa haus.

2. Operan Respon
Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang di
ikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang
perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat
respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik
dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi
stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

2.2.2 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut teori Lawrence Green dan kawan-kawan ( dalam Notoatmodjo,


2007 ) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor
yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap


kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai dan sebagainya.
a. Pengetahuan
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai tingkatan ( Notoatmodjo, 2007).
b. Sikap
Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan
mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi
komponen-komponen coginitive, affective, dan behavior (dalam
Linggasari, 2008). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan
faktor-faktor lingkungan kerja sebagai berikut :
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau
perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-
keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan
baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang
tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu
dengan cara tertentu (Winardi, 2004).

Seperti soalnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan,


yaitu : menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon (responding), memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi menurut
(Notoatmodjo,2011).
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya ketersediaan alat pendukung, pelatihan dan
sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-
undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut
(Notoatmodjo,2007).
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut (Sunaryo,
2004 dalam Haryanti,2015) dibagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor genetik atau faktor endogen


Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik
berasal dari dalam individu (endogen), antara lain :
a. Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih
(Kaucasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning
(Mongoloid).

b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku
berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku
berdasarkan emosional.

c. Sifat fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.

d. Sifat kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang
dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya
perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.

e. Bakat Pembawaan
bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William B.
Micheel (1960 ) adalah kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu lebih sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal
tersebut.
f. Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh
karena itu kita kenal ada individu yang intelegensinya tinggi yaitu
individu yang dalam pengambilan keputusan dapat bertindak tepat
cepat dan mudah. Sedangkan individu yang memiliki intelegensi
rendah dalam pengambilan keputusan akan bertindak lambat.

2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu


Faktor yang berasal dari luar individu antara lain:
a. Faktor lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena lingkungan
merupakan lahan untuk perkembangan perilaku menurut (Notoatmodjo,
2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam interaksi manusia
dengan lingkungan.
1) Usia
Menurut (Sarwono, 2000) usia adalah faktor terpenting juga dalam
menentukan sikap individu sehingga dalam keadaan di atas
responden akan cenderung mempunyai perilaku yang positif
dibandingkan umur yang di bawahnya. Menurut (Hurlock,2008)
masa dewasa dibagi menjadi tiga periode yaitu masa dewasa awal
(18-40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa
akhir (> 61 tahun). Menurut Santrock (2003) dalam
(Apritasari,2018) orang dewasa muda termasuk masa transisi baik
secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran sosial.
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari
perkembangan sosial masa dewasa.

2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada
proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti
dan tidak dapat menjadi rapat titik menurut (Notoatmodjo,2003),
pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga
mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh
pengetahuan kesadaran sikap positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng. Dengan demikian semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka semakin cepat dalam penentuan
perilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan

3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia
menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan
pencapaian pemenuhan diri menurut (Azwar,2003). Sedangkan
menurut (Nursalam,2001) pekerjaan umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu dan kadang cenderung menyebabkan
seseorang lupa akan kepentingan kesehatan diri.

4) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam
konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara
berpikir bersikap, bereaksi, dan berperilaku suatu individu.

5) Sosial ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah
lingkungan sosial. Menurut (Nasirotun,2013) status sosial ekonomi
adalah posisi dan kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan
dengan pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas
yang dimiliki. Menurut (Sukirno,2006) pendapatan merupakan
hasil yang diperoleh penduduk atas kerjanya dalam satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Pendapatan
merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap individu
diperoleh dari hasil kerjanya, sehingga rendah tingginya
pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja. Mereka yang
memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung tidak
maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang
memiliki gaji tinggi memiliki motivasi untuk bekerja dan
produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.

6) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau
peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

3. Faktor-faktor lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut : susunan saraf
pusat, persepsi, dan emosi. (Green,1980) berpendapat lain tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain:

a. Faktor Nilai
Mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan tradisi
dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang terkait dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut seseorang adalah tingkat
pendidikan tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori (Azwar,1995), bahwa berbagai
bentuk media massa seperti : radio, televisi, majalah, dan penyuluhan
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang, sehingga semakin banyak menerima informasi
dari berbagai sumber, maka akan meningkatkan pengetahuan
seseorang dan pada akhirnya dapat berperilaku ke arah yang baik.
c. Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat
atau pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Novita ,2011).
2.2.3 Bentuk – Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang


digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk-bentuk
perilaku dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Perubahan alamiah (neonatal chage) :


Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perilaku itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi maka anggota
masyarakat di dalamnya yang akan mengalami perubahan.

2. Perubahan Rencana (Plane Change) :


Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.

3. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change) :


apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya),
tetapi sebagian orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.
Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang
berbeda-beda (Notoatmodjo, 2011).

2.3 Hubungan pikiran dan perilaku

Perilaku itu sendiri merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmojo, 2010).

Perilaku seseorang ditentukan oleh bagaimana cara pandang atau cara


berpikir seseorang dalam melihat serta menilai peristiwa-peristiwa yang
dialaminya. Pada umumnya perilaku manusia berbeda karena dipengaruhi oleh
cara berpikir yang tidak sama. Pada dasarnya cara berpikir ini amat penting
diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda
dengan yang lain.

Tim ahli (WHO,1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang


itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan. Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah


pengetahuan, kepercayaan, sikap, dan lain-lain.
2. Orang penting sebagai referensi apabila seseorang itu penting bagi
kita. Maka apapun yang ia katakan dan lakukan cenderung untuk
dicontoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti :
guru, kepala suku, dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya yang termasuk dalam sumber daya adalah
fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan,
dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat
positif maupun negatif.
4. Kebudayaan perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan pengadaan
sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah
satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Menurut Sigmund Freud perilaku manusia dipengaruhi oleh pikiran bawah


sadarnya, kekuatan pikiran bawah sadar mempengaruhi sebesar 88% dari
tindakan kita sedangkan kekuatan pikiran sadar hanya berpengaruh sebesar 12%.
Pikiran itu sendiri merupakan hasil berpikir akal ingatan dan gagasan yang
dihasilkan oleh pemikiran setiap individu dan selanjutnya individu tersebut
menanggapi berbagai keadaan di luar dirinya yang kemudian menghasilkan
perilaku. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi
manusia yang merupakan respon dari stimulus dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan.
2.3.1 Hubungan pikiran positif dengan perilaku

Perilaku seseorang ditentukan oleh bagaimana cara pandang atau cara


berpikir seseorang dalam melihat serta menilai peristiwa-peristiwa yang
dialaminya. Bila seseorang menganggap suatu peristiwa secara positif, maka ia
akan cenderung memiliki penilaian yang baik terhadap peristiwa tersebut. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Goodhart,1985) yang menyatakan bahwa
kecenderungan berpikir seseorang baik positif maupun negatif akan berpengaruh
terhadap penyesuaian kehidupan psikisnya (dalam Makin & Lindley, 1994).

Berkenaan dengan aktifitas seseorang individu dalam menggunakan


pikirannya dalam berpikir positif maka individu tersebut akan memandang
sesuatu hal secara khusus dan tidak menyamaratakan. Memandang secara realistis
kemungkinan sebuah kecemasan menjadi kenyataan, membayangkan hal atau
skenario terburuk yang mungkin terjadi, mengarahkan pikiran bagi sesuatu yang
lebih memberi kepastian, meletakkan pikiran negatif dalam konteks dengan tujuan
agar pikiran tersebut mudah diatur dan tidak mengganggu dan berkonsentrasi pada
apa yang benar dan bukan pada apa yang salah, sehingga pikiran positif akan
membawa perilaku yang baik untuk menanggapi suatu peristiwa.

Pikiran positif itu dapat menyembuhkan dan merubah kehidupan. jika


individu tersebut berpikir hal yang baik dan bahagia maka dapat meningkatkan
napas dan dapat meningkatkan kelembaban di otak sehingga kontrol atas
rasionalitas otak terhadap hal apa yang akan di proses untuk dilakukan akan
menghasilkan hal yang baik. Sebagai contoh jika seseorang memiliki pikiran yang
baik orang tersebut akan cenderung berperilaku baik juga. Misalnya, dia berpikir
apabila memberikan orang lain senyuman, maka orang tersebut akan merasa baik
juga, oleh karena itu dari pikiran tersebut munculah perilaku yang dia pikirkan
sebelumnya yaitu tersenyum.

2.3.2 Hubungan pikiran negatif dengan perilaku


Sesuai dengan pendapat (Goodhart,1985) yang menyatakan bahwa
kecenderungan berpikir seseorang baik positif maupun negatif akan berpengaruh
terhadap penyesuaian kehidupan psikisnya (dalam Makin & Lindley, 1994:8).
Sehingga dalam aktivitas individu dalam menggunakan pikirannya untuk berpikir
negatif maka individu tersebut akan mengesampingkan yang positif dan pada
akhirnya mengganggu konsentrasi pikiran.
Pikiran negatif dapat menyebabkan sakit baik secara mental dan fisik
sehingga dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan. Pikiran yang negatif
akan memberikan efek negatif pula pada individu tersebut. Individu yang
memiliki pikiran negatif maka akan menghasilkan perilaku negatif. Sebagai
contohnya individu yang berpikir individu lain jahat, maka cenderung akan
berperilaku yang tidak baik terhadap individu tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pikiran itu sendiri merupakan hasil berpikir akal ingatan dan
gagasan yang dihasilkan oleh pemikiran setiap individu dan
selanjutnya individu tersebut menanggapi berbagai keadaan di luar
dirinya yang kemudian menghasilkan perilaku. Dari uraian tersebut
dapat dilihat bahwa, ada alasan mengapa seseorang berperilaku.
Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan
yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola
kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat, baik secara sadar
ataupun tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah
kesehatan. Pola kelakuan atau kebiasaan yang berhubungan dengan
tindakan promotif dan preventif harus ada pada setiap pribadi atau
masyarakat (Notoatmodjo,1999).
3.1.2 Pikiran dan perilaku dapat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya individu sangat
tergantung pada perilaku dari individu tersebut. Kondisi sehat itu
apabila jiwa sehat dan tubuh sehat. Pikiran yang tidak tenang dapat
menimbulkan stress dan akan menjadi penyebab terjadinya
gangguan psikis. Sebaliknya pikiran yang tenang akan membuat
bahagia dalam menjalani kehidupan sehari hari. (Fatimahhakki
Salsabela M, S.Psi, 2018). Sehingga dapat dikatakan bahwa pikiran
dan perilaku seseorang bisa membawa dampak positif maupun
negatif bagi kesehatan masyarakat. Tergantung dari bagaimana
individu tersebut berpikir dan berperilaku terhadap kesehatan
mereka.
3.1.3 Faktor-faktor yang Menghambat Seseorang dalam Berpikir dan
Berperilaku Positif

3.1.3.1 Faktor yang menghambat berpikir positif


Faktor yang dapat menghambat seorang individu berpikir
secara positif adalah adanya distorsi atau kekacauan
pikiran. Ada beberapa macam distorsi dalam menanggapi
atau melihat suatu peristiwa (Burns,1993:30), yaitu :
a. Pemikiran segalanya atau tidak sama sekali,
b. Filter mental,
c. Mengesampingkan yang positif,
d. Loncatan kesimpulan-kesimpulan,
e. Pembesaran atau pengecilan,
f. Memberi cap pribadi atau salah memberi cap
g. Personalisasi.
3.1.3.2 Faktor yang menghambat perilaku positif
Perilaku yang tidak baik atau tidak positif sering juga
disebut dengan perilaku menyimpang atau kejahatan, faktor
yang menyebabkan perilaku menyimpang dibagi menjadi
tiga (Cesare Lombroso,1876) yaitu: 
1. Biologis. Orang yang memiliki ciri fisik tertentu
akan berdampak pada tindakan seseorang.
Contohnya : ketika orang memiliki badan besar
sering dikatakan sebagai orang pemarah dan tukang
pukul. Pada akhirnya dengan anggapan seperti itu,
orang yang berbadan besar menjadi apa yang
dikatakan oleh masyarakat.
2. Psikologis. Secara psikologis seseorang juga akan
berdampak pada tindakannya, seperti seseorang
yang trauma atau kepribadian yang retak akan
sering melakukan tindakan menyimpang.
Contohnya : orang yang ditinggal pacar melakukan
bunuh diri.
3. Sosiologis. Perilaku menyimpang juga dapat
dipengaruhi oleh faktor sosiologis yaitu pengaruh
lingkungan sekitar. Contohnya : anak yang rajin
berteman dengan anak pembolos sehingga ia diajak
untuk melakukannya.
3.1.4 Contoh nyata dari hubungan pikiran terhadap perilaku positif
dalam kehidupan sehari-hari
1. Mengingat Hal yang Membuat Kita Bersyukur
Sebelum melakukan segala macam aktivitas, cobalah untuk
bangun dalam keadaan bersyukur. Tulislah dalam sebuah
catatan kecil berupa tiga macam hal yang patut disyukuri
seperti kesehatan diri sendiri dan keluarga, orangtua,
pekerjaanmu dan masih banyak lainnya. Dengan
memikirkan apa saja yang harus kamu syukuri, maka akan
mendorong kamu untuk selalu berpikir positif.
2. Membantu Orang Lain
Berpikir positif bukan hanya tentang apa yang dipikirkan,
tetapi dapat berupa tindakan. Lakukan hal baik, karena
kebaikan tersebut akan kembali kepada diri sendiri. Hal
penting yang harus diingat saat membantu orang lain
adalah mencari tahu apa yang sebenarnya berharga bagi
orang tersebut.
3. Berolahraga
Walaupun pekerjaan sangat padat, luangkan waktu
setidaknya 20 menit untuk berolahraga. Ada banyak cara
mudah untuk bisa melakukan olahraga dalam bentuk yang
sederhana, seperti berjalan kaki mengelilingi lingkungan
sekitar rumah maupun kantor. Selain meningkatkan aliran
darah, tubuh dan pikiran akan jauh lebih baik dan mudah
untuk berpikir positif.
4. Memberikan Motivasi terhadap Orang yang Sakit
Pasien diberi motivasi untuk kesembuhan, akhirnya mereka
bertindak sesuai dengan motivasi tersebut.
3.2 Rangkuman dari penulisan
Berpikir merupakan kemampuan manusia yang membedakannya
dengan makhluk lain. Berpikir terjadi sebagai respon terhadap
masalah yang timbul dari dunia luar sehingga dapat dikatakan bahwa
individu berpikir apabila menghadapi permasalahan atau persoalan
(Walgito,2003). Sedangkan perilaku merupakan respon atau reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Notoatmojo, 2010 ). Perilaku seseorang ditentukan oleh
bagaimana cara pandang atau cara berpikir seseorang dalam melihat serta
menilai peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Bila seseorang menganggap
suatu peristiwa secara positif, maka ia akan cenderung memiliki
penilaiannya yang baik terhadap peristiwa tersebut. Sesuai dengan
pendapat (Goodhart,1985) yang menyatakan bahwa kecenderungan
berpikir seseorang baik positif maupun negatif akan berpengaruh terhadap
penyesuaian kehidupan psikisnya (dalam Makin & Lindley, 1994:8).
Sehingga dalam aktivitas individu dalam menggunakan pikirannya untuk
berpikir negatif maka individu tersebut akan mengesampingkan yang
positif dan pada akhirnya mengganggu konsentrasi pikiran. Pikiran dan
perilaku dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat
atau tidak sehatnya individu sangat tergantung pada perilaku dari individu
tersebut. Dapat dikatakan bahwa pikiran dan perilaku seseorang bisa
membawa dampak positif maupun negatif bagi kesehatan masyarakat.
Tergantung dari bagaimana individu tersebut berpikir dan berperilaku
terhadap kesehatan mereka. Faktor yang dapat menghambat seorang
individu berpikir secara positif adalah adanya distorsi atau kekacauan
pikiran(Burns, 1993:30) seperti pemikiran segalanya atau tidak sama
sekali, filter mental, mengesampingkan yang positif, loncatan kesimpulan-
kesimpulan, pembesaran atau pengecilan, memberi cap pribadi, dan
personalisasi. Adapun faktor yang menghambat perilaku positif(Cesare
Lombroso, 1876) yaitu faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor
sosiologis. Contoh nyata dari hubungan pikiran terhadap perilaku positif
dalam kehidupan sehari-hari antara lain mengingat hal yang membuat kita
bersyukur, membantu orang lain, berolahraga, dan memberikan motivasi
terhadap orang yang sakit.

Anda mungkin juga menyukai