DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2008
KATA PENGANTAR
Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2006 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis
besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain dimunculkan trend dalam kurun 2001-
2006 untuk setiap indikator dan perbandingan peta dari tahun sebelumnya, juga ditampilkan interpretasi setiap gambar yang
ditampilkan. Dengan bentuk penyajian ini para pengguna diharapkan dapat memperoleh informasi secara cepat dan tepat.
Dalam peta ini digambarkan keadaan kependudukan, situasi lingkungan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber
daya kesehatan menurut provinsi serta perbandingan beberapa indikator kesehatan antara Indonesia dengan negara-
negara di kawasan ASEAN dan SEARO .
Data dan informasi ini merupakan data tahun 2006 yang dikumpulkan dari unit utama di lingkungan Departemen Kesehatan
dan instansi lainnya baik di pusat (seperti Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, dan
WHO) maupun di daerah, yang telah dimuat di dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006.
Kami menyadari bahwa data yang tersedia dan bentuk penyajian dalam peta kesehatan ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu kami mengharapkan masukan dari para pengguna untuk perbaikan buku ini di masa mendatang.
Semoga Peta Kesehatan Indonesia tahun 2006 ini bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................................................ii
PETA INDONESIA..............................................................................................................................................................................v
GAMBARAN UMUM
SITUASI LINGKUNGAN
A. Persentase rumah tangga dengan sumber air minum terlindung tahun 2006 5
B. Persentase rumah tangga dengan jarak SAB ke tempat penampungan akhir tinja terdekat > 10 meter tahun 2006 6
C. Persentase rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar sendiri tahun 2006 7
ii
DERAJAT KESEHATAN
UPAYA KESEHATAN
iii
PETA INDONESIA
Sumber : BAKOSURTANAL
v
O. Rata-rata tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) di rumah sakit depkes dan pemda tahun 2006 31
P. Rata-rata lama hari perawatan (LOS) di rumah sakit tahun 2006 32
Q. Persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas untuk berobat jalan tahun 2006 33
R. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
(6 bulan referensi) tahun 2006 34
S. Persentase utilisasi RJTL & RITL pada keluarga miskin tahun 2006 35
iv
PENENTUAN BATAS PENGELOMPOKAN
Pencapaian nilai indikator kesehatan antar provinsi sangat bervariasi sehingga dalam pemetaannya diperlukan adanya
pengelompokan nilai untuk memudahkan dalam penginterpretasian. Pengelompokan atau “cut of point” dalam peta ini
didasarkan atas kebijakan program-program kesehatan atau nilai tertentu yang mengacu pada metode statistik.
1. NILAI PENGELOMPOKAN
Penentuan nilai pengelompokan ada 2 cara yaitu :
a Berdasarkan kebijakan program kesehatan (target SPM Bidang Kesehatan, Indikator Indonesia Sehat 2010, atau
program kesehatan lainnya)
b.Mengacu pada metode statistik.
Dalam peta ini, pengelompokan nilai terbagi menjadi empat yaitu : sangat baik, baik, kurang dan buruk.
Contoh:
Pengelompokan indikator pencapaian imunisasi campak.
Berdasarkan kebijakan program imunisasi telah ditetapkan bahwa cakupan imunisasi campak dalam suatu wilayah adalah
>90%,80-90%, 50-80%, <50% . Dalam hal ini klasifikasi pada pemetaan dibagi sebagai berikut.:
• Kelompok sangat baik bila cakupan imunisasi campak >90 %
• Kelompok baik bila cakupan imunisasi campak 80-90%
• Kelompok kurang bila cakupan imunisasi campak 50-80%
• Kelompok buruk bila cakupan imunisasi campak <50%
Namun, aturan tersebut tidak berlaku untuk beberapa indikator, yaitu rata-rata tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) dan
rata-rata lama hari perawatan (LOS).
vi
CARA MEMBACA GAMBAR
Peta utama
menggambarkan
keadaan terakhir
Trend Angka
indikator sesuai
nasional
aturan
perbedaan warna
Sumber data
Peringkat, menunjukkan
keadaan yang diasumsikan Interpretasi
terbaik sampai terburuk gambar
vii
PETA INDONESIA MENURUT PROVINSI
(Peraturan Mendagri No. 18 Tahun 2005)
viii
PETA NEGARA-NEGARA DI KAWASAN ASEAN
ix
PETA NEGARA-NEGARA DI KAWASAN SEARO
Maldives
x
GAMBARAN UMUM
JUMLAH PENDUDUK PER KM2
TAHUN 2006
90
60
30
0
2002 2003 2004 2005 2006
Pada Tahun 2006 sebagian besar provinsi memiliki kepadatan 30-100 jiwa km2 (39,39% provinsi). Wilayah dengan kepadatan di atas 500 jiwa per km2 didominasi
oleh provinsi di Jawa dan Bali. Pada tahun 2006, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kepadatan tertinggi (13.499 jiwa per km2), sedangkan Papua merupakan
provinsi dengan kepadatan terendah (8 jiwa per km2). Secara nasional pada tahun 2006 tingkat kepadatan menunjukan angka 119,4 jiwa per km2. Jumlah tersebut
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 117,6 jiwa per km2. Tingkat kepadatan penduduk tahun 2002-2006 cenderung meningkat.
1
PERSENTASE PENDUDUK MELEK HURUF
TAHUN 2006
80
60
40
20
0
2002 2003 2004 2005 2006
Sebagian besar provinsi di Indonesia memiliki tingkat melek huruf dengan persentase di atas 90% pada tahun 2006. Hanya 2 provinsi saja yang dengan tingkat
melek huruf < 85%. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2005. Tingkat melek huruf tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Utara sebesar 99%,
sedangkan Papua memiliki tingkat melek huruf terendah sebesar 71,58%. Secara nasional, tingkat melek huruf pada tahun 2006 sebesar 92,99%. Angka ini
lebih besar dibandingkan tahun 2005 sebesar 91,91%. Tidak terdapat peningkatan tingkat melek huruf yang berarti dalam rentang waktu 2002-2006.
2
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENAMATKAN PENDIDIKAN SLTP KE ATAS
TAHUN 2006
30
20
10
0
2002 2003 2004 2005 2006
Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan hingga SLTP ke atas pada tahun 2006 sebesar 40,12%. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2005
sebesar 38,38%. Sebagian besar provinsi pada tahun 2006 memiliki persentase melebihi 35%. Tidak terdapat provinsi dengan persentase < 25%. Keadaan ini
berbeda dengan tahun 2005, dimana terdapat 1 provinsi dengan persentase < 25% yaitu NTT. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase tertinggi
(67,14%) dan terendah adalah NTT (25,77%). Peningkatan persentase selalu terjadi dari tahun 2002-2006.
3
PERSENTASE BALITA YANG DISUSUI SELAMA 2 TAHUN ATAU LEBIH
TAHUN 2006
20
0
2002 2003 2004 2005 2006
Persentase balita yang disusui 2 tahun atau lebih pada tahun 2006 relatif lebih baik dibandingkan tahun 2005. Jika tahun 2005 terdapat 9,09% provinsi dengan
persentase > 50% maka pada 2006 meningkat menjadi 21,21%. Persentase nasional menurun sejak 2002 kemudian meningkat pada tahun 2005 hingga 2006
menjadi 43,46% dengan provinsi tertinggi adalah Kalimantan Tengah (60,56%) dan terendah Maluku (14,22%). Dan hanya 2 provinsi dengan persentase kurang
dari 30% yaitu Sumatera Utara dan Maluku.
4
SITUASI LINGKUNGAN
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM TERLINDUNG
TAHUN 2006
60
40
20
0
2001 2003 2004 2005 2006
Pada tahun 2006 hanya 2 provinsi (DKI Jakarta dan Bali) yang memiliki persentase rumah tangga dengan sumber air minum terlindung > 90%. Sebagian besar
provinsi memiliki persentase pada kisaran 60%-90%. Berbeda dibanding tahun 2005, dimana tidak terdapat provinsi dengan persentase > 90%. Provinsi dengan
persentase tertinggi adalah DKI Jakarta (99,44%) sedangkan terendah adalah Papua (50,47%). Persentase secara nasional tahun 2006 sebesar 82,29%. Persentase
mengalami peningkatan pada kurun waktu 2001-2005, lalu turun pada tahun 2006.
5
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM
KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA TERDEKAT > 10 METER
TAHUN 2006
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER
AIR MINUM KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA
TERDEKAT > 10 METER TAHUN 2005
Persentase rumah tangga dengan jarak sumber air minum ke tempat penampungan akhir tinja terdekat > 10 m pada tahun 2006 menunjukan gambaran sebagian
besar provinsi memiliki persentase di atas 40%. Hanya 2 provinsi (Sulawesi Tengah dan Banten) dengan persentase < 35%. Kondisi ini tidak jauh berbeda
dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 provinsi DI Yogyakarta memiliki persentase tertinggi sebesar 62,08%, sedangkan Banten merupakan provinsi
dengan persentase terendah sebesar 32,8%.
6
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN FASILITAS
TEMPAT BUANG AIR BESAR SENDIRI
TAHUN 2006
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN
FASILITAS BUANG AIR BESAR SENDIRI
TAHUN 2005
Sebagian besar provinsi di Indonesia pada tahun 2006 memiliki persentase rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar sendiri > 60%. Hanya 12,12%
provinsi yang memiliki persentase < 40%. Secara umum keadaan ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2005, walaupun jumlah provinsi dengan persentase < 40%
pada tahun 2005 lebih sedikit dibandingkan tahun 2006, yaitu Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2006, provinsi dengan persentase tertinggi yaitu
Riau sebesar 80,96%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Gorontalo sebesar 28,83%.
7
DERAJAT KESEHATAN
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
TAHUN 2005
80
60
67.7 65.8 69.6
64.3
40
20
0
1996 1999 2002 2005
Secara umum indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2005 relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2004 masih terdapat provinsi
dengan IPM <60% maka pada 2005 tidak terdapat lagi. Pada 2004 provinsi dengan IPM >70% hanya 3 provinsi pada 2005 menjadi 13 provinsi. Secara nasional
pun IPM mengalami kenaikan dari 65,8% pada tahun 2002 menjadi 69,6% pada tahun 2005, dengan IPM tertinggi dicapai DKI Jakarta (76,1%) dan terendah
Papua (62,1%). Pada tahun 2006 provinsi dengan IPM >70% dicapai oleh provinsi2 yang terletak di Pulau Jawa+Bali, Sumatera, dan Kalimantan.
8
ESTIMASI UMUR HARAPAN HIDUP
TAHUN 2005-2010
UMUR HARAPAN HIDUP TAHUN
2000 - 2005
> 70 65 - 70 60 - 65 < 60
1 DKI Jakarta 74.0 7 Sumatera Utara 70.5 13 Sumatera Selatan 69.2 20 Sulawesi Barat 68.8 27 Maluku 67.7 33 NTB 64.4
2 DI Yogyakarta 74.0 8 Kepulauan Riau 70.1 14 Sumatera Barat 69.2 21 Sulawesi Selatan 68.8 28 Banten 67.3
3 Sulawesi Utara 73.6 9 Lampung 70.1 15 Sulawesi Tenggara 69.1 22 Gorontalo 68.7 29 NAD 67.3
4 Bali 72.4 10 Riau 70.1 16 Jambi 69.1 23 Kalimantan Barat 68.5 30 Sulawesi Tengah 67.0
5 Kalimantan Timur 71.6 11 Kalimantan Tengah 70.0 17 Jawa Barat 69.0 24 Irian Jaya Barat 68.4 31 Kalimantan Selatan 66.9
6 Jawa Tengah 71.0 12 Jawa Timur 70.0 18 Kepulauan Bangka Belitung 69.0 25 Papua 68.4 32 Maluku Utara 66.3
19 Bengkulu 68.9 26 NTT 68.4
Jika dilihat dari jumlah provinsi , maka UHH periode terakhir (estimasi 2005-2010) secara nasional meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnnya
(estimasi 2000-2005). Bila pada tahun 2000-2005 provinsi dengan UHH 60-65 tahun sebanyak 5 provinsi maka pada periode tahun 2005-2010 keempat provinsi
tersebut masuk kelompok UHH 65-70 tahun kecuali NTB. Dalam estimasi UHH tahun 2005-2010, provinsi DI Yogyakarta dan DKI Jakarta mempunyai nilai
UHH tertinggi (masing-masing 74 tahun), dan UHH terendah adalah terjadi di Nusa Tenggara Barat (64,4 tahun).
9
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI
TAHUN 2005
60 50
47
45 35
28
30
15
0
2000 2001 2002-2003 2005
< 30 30 - 39 40 - 49 > 49
1 DKI Jakarta 14 7 Sumatera Utara 27 12 Sumatera Selatan 31 20 Gorontalo 33 27 Kalimantan Selatan 40 30 NTB 51
2 DI Yogyakarta 14 8 Riau 28 13 Sumatera Barat 32 21 Kalimantan Barat 34 28 Sulaw esi Tengah 40
3 Sulaw esi Utara 16 9 Lampung 28 14 Jambi 32 22 Papua 34 29 Maluku Utara 43
4 Bali 20 10 Jaw a Timur 28 15 Bangka Belitung 32 23 NTT 35
5 Kalimantan Timur 23 11 Kalimantan Tengah 28 16 Jaw a Barat 32 24 Maluku 37
6 Jaw a Tengah 25 17 Sulaw esi Tenggara 32 25 NAD 39
18 Bengkulu 33 26 Banten 39
19 Sulaw esi Selatan 33
Sumber : BAPPENAS, BPS, United Nations Population Fund (2003), Proyeksi Penduduk Indonesia 2005 - 2010, Tahun 2005
Dalam beberapa tahun terakhir AKB secara nasional telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar, meskipun pada tahun 2001 terjadi sedikit kenaikan
tetapi dua tahun berikutnya AKB kembali menurun. Kondisi AKB tahun 2005 secara umum relatif lebih baik dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003, hal
tersebut terlihat dari jumlah provinsi dengan AKB < 30 pada tahun 2005 lebih banyak dibandingkan tahun 2002-2003. Tahun 2005, provinsi dengan AKB
terendah adalah DKI Jakarta (14) dan AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat (51).
10
ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API)/ANNUAL MALARIA INCIDENCE (AMI)
(per 1000 Penduduk)
TAHUN 2006
ANNUAL PARASITE INCIDENCE/ ANNUAL MALARIA INCIDENCE
(per 1000 Penduduk)
TAHUN 2002-2006
Dalam beberapa tahun terakhir API secara nasional telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar, meskipun pada tahun 2006 terjadi sedikit kenaikan
menjadi 0,19. Sedangkan AMI secara nasional sejak 2002 hingga 2006 mengalami fluktuasi, AMI tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 24,75. Daerah
kawasan timur Indonesia yaitu provinsi Irian Jaya Barat, Papua, NTT dan Maluku Utara merupakan daerah endemis malaria.
11
ANGKA INSIDENS PENYAKIT DBD/DHF
(per 100.000 penduduk)
TAHUN 2006
60
52.48
43.42
37.11
40
23.87
19.24
20
0
2002 2003 2004 2005 2006
Angka Insidens DBD/DHF per 100.000 penduduk dalam lima (5) tahun terrakhir secara nasional mengalami peningkatan tajam dari tahun ke tahun dengan
angka terakhir yaitu tahun 2006 sebesar 52,48 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka insiden penyakit DBD tertinggi pada tahun 2006 adalah DKI
Jakarta (316,17 per 100.000 penduduk) dan terendah terjadi di Provinsi Maluku dan Sulawesi Barat (masing-masing 0,00 dan 3,06 per 100.000 penduduk).
12
ANGKA PREVALENSI KUSTA (per 10.000 penduduk)
TAHUN 2006
Angka Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk dalam enam (6) tahun terrakhir secara nasional relatif meningkat dari tahun ke tahun, penurunan hanya terjadi di
tahun 2003. Pada tahun 2006 angka prevalensi kusta sebesar 1,03 per 10.000 penduduk. Provinsi dengan angka prevalensi kusta tertinggi pada tahun 2006
adalah Maluku Utara (9,49 per 10.000 penduduk), dan terendah di Provinsi Kepulauan Riau (0,00 per 10.000 penduduk).
13
PENEMUAN KASUS BARU AIDS
TAHUN 2006
Jumlah provinsi yang tidak ditemukan kasus baru AIDS pada tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan tahun 2005, pada tahun 2005 terdapat 12,12% provinsi
menjadi 24,24% provinsi pada tahun 2006. Penemuan kasus baru AIDS setiap tahun mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2003 menurun sedikit,
mengalami kenaikan tajam pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penemuan kasus baru AIDS adalah 2.873 kasus. Di antara 25 provinsi yang ditemukan kasus
AIDS, penemuan kasus tertinggi terdapat di DKI Jakarta (638 kasus) dan terendah Gorontalo (1 kasus).
14
JUMLAH KASUS AFP POLIO DENGAN KLASIFIKASI VIRUS POLIO LIAR
TAHUN 2006
JUMLAH KASUS AFP POLIO DENGAN KLASIFIKASI
VIRUS POLIO LIAR
TAHUN 2005
Dibandingkan tahun 2005, jumlah provinsi dan jumlah kasus yang terinfeksi kasus AFP Polio dengan klasifikasi virus polio liar pada tahun 2006 jauh lebih
rendah. Jika tahun 2005 terdapat 10 provinsi yang terinfeksi dengan 349 kasus pada tahun 2006 hanya 2 provinsi yang terinfeksi AFP Polio dengan klasifikasi
virus polio liar yaitu Jawa Timur dan NAD dengan masing-masing 1 kasus yang ditemukan.
15
WILAYAH TERINFEKSI FLU BURUNG PADA MANUSIA
TAHUN 2006
WILAYAH TERINFEKSI FLU BURUNG PADA MANUSIA
TAHUN 2005
Sejak Flu Burung pada manusia pertama kali terdeteksi pada tahun 2005, sampai akhir tahun 2006 jumlah penderita telah mencapai 75 kasus dengan 58
kematian (CFR 77,3%), dan telah menginfeksi 9 provinsi di Indonesia. Jika pada tahun 2005 terdapat 5 provinsi yang terinfeksi flu burung dengan 20 kasus
dengan 13 kematian (CFR 65%) maka pada tahun 2006 bertambah menjadi 9 provinsi dengan 55 kasus dengan 45 kematian (CFR 81,8%). Wilayah terbanyak
penderita Flu Burung pada tahun 2005-2006 adalah Jawa Barat (25 kasus dengan 20 kematian).
16
UPAYA KESEHATAN
PERSENTASE KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4)
TAHUN 2006
Pada tahun 2005 dan 2006 tidak ada propinsi dengan persentase K4 >95%. Sedangkan pada tahun 2006 propinsi dengan K4 <61% lebih banyak jika
dibandingkan dengan tahun 2005, jika tahun 2005 terdapat 1 provinsi maka pada tahun 2006 menjadi 2 provinsi yaitu Sulawesi Utara dan Bengkulu. Secara
nasional persentase K4 tahun 2001-2006 cenderung meningkat dengan pencapaian tertinggi pada tahun 2006 (79,63%). Provinsi dengan K4 tertinggi dicapai
Jambi (91,89%) dan terendah dicapai Bengkulu (29,54%).
17
PERSENTASE IBU BERSALIN DITOLONG TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2006
Pada tahun 2006 persentase ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan mengalami banyak peningkatan dari tahun 2005 di beberapa provinsi hanya Provinsi
Sumatera Barat yang mengalami penurunan, tahun 2005 tidak terdapat provinsi yang mencapai persentase > 90 namun tahun 2006 terdapat provinsi dengan
persentase > 90 yaitu Provinsi Bali (90,14%). Persentase cakupan nasional dari tahun 2001-2006 terus mengalami peningkatan, hanya tahun 2005 mengalami
sedikit mengalami penurunan. Pada tahun 2006 angka nasional mencapai 76,4%. Provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (30,78%).
18
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
TAHUN 2006
> 90% 65% - 90% 40% - 65% < 40% Tidak ada data
1 Jaw a Barat 131,91 4 Jaw a Timur 87,39 12 Sulaw esi Tenggara 80,76 20 Kalimantan Tengah 76,95 25 Maluku Utara 63,61 31 Irian Jaya Barat 30,14 Kep. BaBel
2 Bali 94,23 5 NTB 86,36 13 Gorontalo 80,59 21 Sumatera Utara 72,24 26 NAD 59,48 32 Papua 19,45
3 Jaw a Tengah 91,32 6 Banten 86,04 14 Riau 79,72 22 Sulaw esi Barat 71,77 27 Maluku 59,38
7 Kalimantan Selatan 85,27 15 DKI Jakarta 79,66 23 Bengkulu 71,73 28 Sulaw esi Selatan 58,70
8 Lampung 83,86 16 Sulaw esi Tengah 78,98 24 Sulaw esi Utara 69,83 29 Kepulauan Riau 54,13
9 DI Yogyakarta 83,78 17 Kalimantan Timur 78,51 30 Kalimantan Barat 53,35
10 Sumatera Barat 82,94 18 Sumatera Selatan 77,61
11 Jambi 82,84 19 NTT 77,12
Tahun 2006 pencapaian cakupan kunjungan naonatus (KN2) lebih baik dari tahun 2005 dimana terdapat 3 provinsi mencapai cakupan lebih 90% yaitu Jawa
Barat, Bali, dan Jawa Tengah. Persentase KN2 dari tahun 2002-2005 cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya kemudian pada tahun 2006 terjadi
peningkatan cukup tajam, dari 65,11% pada tahun 2005 menjadi 85,51% pada tahun 2006. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Jawa Barat (131,91%) dan
terendah adalah Papua (19,45%).
19
PERSENTASE BALITA MENDAPAT VITAMIN A 2 KALI
TAHUN 2006
60
30
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun 2006 persentase balita mendapat vitamin A 2 kali sebagian besar provinsi mengalami peningkatan dari tahun 2005 walaupun ada beberapa provinsi yang
mengalami penurunan seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku Utara dan Irian Jaya Barat dan data lebih lengkap dibandingkan tahun 2005.
Persentase cakupan dari tahun 2001-2006 mengalami fluktuasi setiap tahunnya namun tahun 2006 mencapai 81,29% meningkat dari tahun sebelumnya, provinsi
dengan persentase tertinggi adalah Jawa Tengah (98,56%), dan terendah adalah Irian Jaya Barat (30,14%)
20
PERSENTASE IBU NIFAS DIBERI VITAMIN A
TAHUN 2006
> 60% 45,01% - 60% 30% - 45% < 30% Tidak ada data
1 Jaw a Tengah 88,18 8 Sulaw esi Selatan 74,92 15 Gorontalo 66,52 21 Kalimantan Timur 54,25 28 Sumatera Utara 40,46 30 Lampung 26,65 Irian Jaya Barat
2 NTB 84,48 9 Jaw a Timur 74,90 16 Bengkulu 66,20 22 Nusa Tenggara Timur 53,36 29 Sulaw esi Barat 34,68 31 DKI Jakarta 18,06
3 Kalimantan Tengah 80,26 10 Sumatera Selatan 74,48 17 Kepulauan Riau 66,11 23 NAD 53,17 32 Papua 4,97
4 Bali 80,20 11 Maluku Utara 72,75 18 Banten 63,20 24 Jambi 52,73
5 Kalimantan Selatan 79,95 12 Sulaw esi Tengah 72,31 19 Sumatera Barat 62,15 25 Sulaw esi Tenggara 51,49
6 Bangka Belitung 77,83 13 DI Yogyakarta 70,34 20 Riau 61,14 26 Kalimantan Barat 47,45
7 Sulaw esi Utara 77,18 14 Maluku 67,31 27 Jaw a Barat 46,04
Pencapaian pemberian vitamin A pada ibu nifas tahun 2006 > 60% terjadi di lebih dari 60% provinsi di Indonesia. Sekitar 20% baru mencapai kisaran 45,01-
60%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Jawa Tengah (88,18%), sementara 3 provinsi dengan persentase terendah adalah Lampung (26,65%), DKI
Jakarta (18,06%) dan Papua (4,97%).
21
PERSENTASE IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET BESI
TAHUN 2006
30
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun 2006 persentase ibu hamil mendapat 90 tablet besi banyak mengalami penurunan cakupan dibandingkan dari tahun 2005 dimana cakupan <60%
mendominasi sebagian besar provinsi, untuk angka nasionalpun sejak tahun 2001-2005 tidak mengalami kemajuan berarti, tahun 2006 persentase mencapai
60,26%. Provinsi dengan cakupan tertinggi pada tahun 2006 yaitu Kalimantan Selatan (99,75%) dan cakupan terendah adalah Kepulauan Riau (6,08%)
22
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG MENGGUNAKAN/MEMAKAI ALAT KB
TAHUN 2006
40
20
0
2003 2004 2005 2006
Proporsi wanita berumur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan/memakai alat KB pada tahun 2006 tidak jauh berbeda dibandingkan tahun
sebelumnya, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah provinsi dengan cakupan > 70% ataupun dengan cakupan <50% jumlahnya tetap selama dua tahun. Begitu
pula jika dilihat dari angka nasional yang tidak berbeda jauh dari 57,89 (2005) menjadi 57,91% (2006). Namun sejak 2002 hingga 2006 kenaikan terus terjadi
walaupun tidak signifikan. Cakupan tertinggi tahun 2006 adalah Bengkulu (70,08%) dan terendah Maluku (30,13%).
23
PERSENTASE PENCAPAIAN DESA UCI
TAHUN 2006
100% 86% - 99,99% 72% - 86% < 72% Tidak ada data
1 Bali 99,28 6 Nanggroe Aceh Darussalam 85,76 13 Sulaw esi Selatan 79,13 20 Kalimantan Selatan 71,69 Riau
2 Jambi 92,98 7 Nusa Tenggara Timur 83,47 14 DKI Jakarta 77,15 21 Jaw a Timur 64,08 Sumatera Selatan
3 DI Yogyakarta 92,24 8 Sumatera Utara 83,23 15 Sulaw esi Utara 76,86 22 Jaw a Barat 62,64 Kepulauan Riau
4 Nusa Tenggara Barat 89,91 9 Jaw a Tengah 82,79 16 Sumatera Barat 75,71 23 Maluku 61,23 Banten
5 Sulaw esi Tenggara 87,68 10 Kepulauan Bangka Belitung 82,55 17 Sulaw esi Tengah 73,87 24 Gorontalo 50,20 Sulaw esi Barat
11 Kalimantan Timur 79,78 18 Kalimantan Barat 73,12 25 Kalimantan Tengah 36,13 Irian Jaya Barat
12 Lampung 79,71 19 Bengkulu 72,78 26 Maluku Utara 26,55
27 Papua 14,83
Tahun 2006, terjadi kenaikan pencapaian desa UCI di beberapa provinsi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, namun sebaliknya, terjadi penurunan di
beberapa provinsi di pulau Jawa. Data yang diperoleh dari 27 provinsi menghasilkan angka nasional 73,26, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 76,23.
Tahun 2006 ini, tidak ada provinsi dengan pencapaian desa UCI mencapai 100%. Provinsi dengan pencapaian tertinggi adalah Bali dengan 99,28% dan yang
terendah Papua dengan 14,83%.
24
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
TAHUN 2006
> 90% 80% - 90% 50% - 80% < 50% Tidak ada data
1 DI Yogyakarta 103,31 8 Jaw a Timur 95,36 15 Kalimantan Tengah 87,82 22 Riau 84,39 28 Maluku Utara 79,98 Irian Jaya Barat
2 DKI Jakarta 101,71 9 Bali 94,37 16 Lampung 87,46 23 Sumatera Barat 84,37 29 Jaw a Barat 77,98
3 Jambi 97,96 10 Sulaw esi Tengah 94,08 17 Kalimantan Timur 87,19 24 Kalimantan Selatan 84,10 30 Banten 71,60
4 NTB 97,09 11 NTT 93,15 18 Bangka Belitung 85,72 25 Kalimantan Barat 83,37 31 Sulaw esi Barat 68,29
5 Jaw a Tengah 96,81 12 Sumatera Selatan 93,08 19 Sulaw esi Selatan 85,43 26 Maluku 82,80 32 Papua 67,80
6 Sumatera Utara 95,80 13 Sulaw esi Tenggara 92,72 20 Gorontalo 84,55 27 NAD 82,27
7 Kepulauan Riau 95,43 14 Sulaw esi Utara 92,41 21 Bengkulu 84,54
Imunisasi campak tahun 2006 di sebagian besar provinsi memiliki cakupan lebih dari 80%, dan tidak ada satu provinsi pun yang memiliki cakupan di bawah
50%. Provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua dengan 67,80%. Ada 2 provinsi yang mencapai lebih dari 100%, yaitu DIY (103,31%) dan DKI Jakarta
(101,71%). Walau terjadi peningkatan angka nasional tahun 2006 (88,4) dibanding tahun sebelumnya, 2005 (86,7), namun masih di bawah angka nasional pada
tahun 2004 sebesar 91,78.
25
DROP OUT IMUNISASI DPT1-CAMPAK PADA BAYI
TAHUN 2006
Tahun 2006, proporsi provinsi dengan DO imunisasi DPT1-campak pada bayi pada kisaran >10%, 6-10% dan 3-6% cukup seimbang. Dari 27 provinsi yang
melaporkan, hanya 4 provinsi yang memiliki angka DO <3%, yaitu DIY (0,40), Jambi (1,40), Kalteng (1,70) dan Riau (2,00), sementara provinsi dengan angka
DO terbesar adalah DKI Jakarta (23,00). Angka DO nasional mengalami fluktuasi sejak tahun 2001-2006. Peningkatan cukup besar terjadi pada tahun 2006,
dari 1,48 tahun 2005 menjadi 9,3 tahun 2006.
26
CAKUPAN IMUNISASI TT2 PADA IBU HAMIL
TAHUN 2006
> 80% 60% - 80% 40% - 60% < 40% Tidak ada data
1 NTB 87,87 4 Sulaw esi Tengah 74,91 11 Kalimantan Tengah 67,93 17 Jaw a Tengah 59,91 24 Kalimantan Barat 46,72 26 DI Yogyakarta 36,47 Sumatera Utara
2 Lampung 82,37 5 Banten 73,16 12 Jambi 66,96 18 Maluku 57,87 25 Sulaw esi Tenggara 44,39 27 Sumatera Barat 27,16 NTT
3 Kep. Babel 82,17 6 Gorontalo 72,70 13 Kepulauan Riau 63,83 19 Sulaw esi Selatan 56,03 28 Papua 21,44 Kalimantan Timur
7 Sumatera Selatan 72,34 14 Riau 63,59 20 NAD 55,24 29 Irian Jaya Barat 14,97
8 Kalimantan Selatan 70,92 15 Bali 62,84 21 Bengkulu 53,22 30 Jaw a Timur 4,16
9 DKI Jakarta 69,97 16 Maluku Utara 60,76 22 Jaw a Barat 51,65
10 Sulaw esi Utara 69,71 23 Sulaw esi Barat 49,70
Cakupan imunisasi TT2 pada ibu hamil tahun 2006 cukup bervariasi. Dimulai dari Jawa Timur dengan cakupan terendah 4,16% hingga NTB dengan cakupan
tertinggi 87,87%. Jika dibandingkan keadaan tahun 2005, tahun 2006 sedikit lebih baik ditunjukkan dengan jumlah provinsi dengan cakupan <40% pada tahun
2005 8 provinsi menjadi 5 provinsi pada tahun 2006. Data dari 30 provinsi menghasilkan angka nasional 51,8, meningkat kembali setelah terjadi penurunan
terus menerus sejak tahun 2001.
27
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TBC BTA+
TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+
TAHUN 2006
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA BARU TBC BTA+
TERHADAP ANGKA PERKIRAAN BTA+
TAHUN 2002-2006
80
75.7
60
65.9
54
40 38
29
20
0
2002 2003 2004 2005 2006
Pada periode 2002-2006 cakupan penemuan penderita baru TBC BTA+ secara nasional terus mengalami peningkatan yang pada tahun 2006 sebesar 75,7%. Hal
tersebut terlihat dari jumlah provinsi dengan cakupan >70% pada tahun 2005 sebanyak 3 provinsi pada tahun 2006 meningkat menjadi 7 provinsi. Sebaliknya,
jumlah provinsi dengan cakupan <50% tahun 2005 adalah 17 provinsi, pada tahun 2006 menurun menjadi 13 provinsi. Tahun 2006, provinsi dengan cakupan
penemuan penderita baru TBC BTA+ tertinggi adalah Sulawesi Utara (91,07%) dan dan cakupan terendah di Maluku Utara (31,90%).
28
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU
TAHUN 2005
100
80
87 86 86,1 86,7 88,9 91
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Bila membandingkan angka keberhasilan (SR) pengobatan TB paru di tahun 2004 dan 2005, tidak terjadi perubahan berarti. Hanpir 75% provinsi sudah
mencapai target keberhasilan, dan sekitar 15% masih berada di kelompok kurang dari target 85%. Sementara, dari 30 provinsi yang melapor, didapat angka
nasional sebesar 91, meningkat dari tahun sebelumnya, 88,9. Selama 6 tahun terakhir, angka nasional SR cenderung terus meningkat, kecuali di tahun 2001
yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
29
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2006
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2005
Tahun 2006 jumlah provinsi dengan pencapaian < 25% lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 dari 16 provinsi (2005) menjadi 19 provinsi (2006). Namun,
angka nasional menunjukkan peningkatan cakupan penemuan penderita peneumonia balita dari 27,65% menjadi 28,78% pada tahun 2006. Sejak tahun 2005
hingga 2006 hanya 2 provinsi yang mencapai cakupan >75%. Provinsi dengan cakupan tertinggi tahun 2006 adalah Nusa Tenggara Barat (96,89%) sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Irian Jaya Barat (0,52%).
30
RATA-RATA TINGKAT PEMANFAATAN TEMPAT TIDUR (BOR)
DI RUMAH SAKIT DEPKES DAN PEMDA
TAHUN 2006
RATA-RATA TINGKAT PEMANFAATAN TEMPAT TIDUR
(BOR) DI RUMAH SAKIT DEPKES DAN PEMDA
TAHUN 2001-2006
100
80 56,2 54,1 58 55,6 56,2 57
60
40
20
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
> 85% 60% - 85% 30% - 60% < 30% Tidak ada data
1 Kalimantan Selatan 88,80 2 Irian Jaya Barat 84,60 9 Sulaw esi Selatan 66,40 15 Sumatera Selatan 57,80 23 Nanggroe Aceh Darussalam 43,90 Kepulauan Riau
3 Jaw a Barat 78,40 10 Jaw a Timur 66,20 16 Nusa Tenggara Timur 57,30 24 Papua 43,23 Gorontalo
4 Sulaw esi Tengah 77,00 11 Banten 63,30 17 Jambi 56,30 25 Kalimantan Tengah 43,00 Sulaw esi Barat
5 Kepulauan Bangka Belitung 76,80 12 Nusa Tenggara Barat 63,30 18 Riau 56,00 26 Sumatera Utara 40,40
6 Bali 75,80 13 Kalimantan Barat 62,90 19 Lampung 52,70 27 Sulaw esi Tenggara 38,10
7 Sumatera Barat 75,50 14 Jaw a Tengah 62,50 20 Sulaw esi Utara 52,10 28 Maluku Utara 36,10
8 DKI Jakarta 71,00 21 DI Yogyakarta 50,00 29 Maluku 31,30
22 Kalimantan Timur 48,60 30 Bengkulu 30,30
Pada tahun 2005 tidak terdapat provinsi dengan rata-rata >85% maka pada tahun 2006 Kalimantan Selatan memiliki rata-rata >85%, yaitu 88,80%. Sementara
43,33% memiliki rata-rata tingkat pemanfaatan tempat tidur ideal (60%-85%), menurun jika dibandingkan tahun 2005 yaitu 51,72%. Provinsi dengan rata-rata
terendah adalah Bengkulu dengan 30,30%. Secara nasional, selama 6 tahun terakhir terjadi fluktuasi rata-rata tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit
walaupun tidak terjadi perubahan yang berarti selama kurun waktu tersebut.
31
RATA – RATA LAMA HARI PERAWATAN (LOS) DI RUMAH SAKIT
TAHUN 2006
Pada tahun 2006 terdapat 2 provinsi dengan rata-rata lama hari perawatan ideal (6-9 hari) yaitu Sulawesi Utara (6,10) dan Maluku (6,40) berbeda dengan tahun
2005 tidak ada provinsi dengan rata-rata ideal. Rata-rata lama hari perawatan terendah adalah Nusa Tenggara Barat dengan 2,7 hari. Secara nasional, angka rata-
rata lama hari perawatan mengalami penurunan menjadi 4 hari setelah sempat mengalami kenaikan selama dua tahun sebelumnya.
32
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN PUSKESMAS
UNTUK BEROBAT JALAN
TAHUN 2006
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN PUSKESMAS
UNTUK BEROBAT JALAN
TAHUN 2002-2006
60
37.26 40.45
45 35.16
33.11
23.43
30
15
0
2002 2003 2004 2005 2006
Selama lima tahun terakhir, semakin banyak penduduk yang memanfaatkan puskesmas untuk berobat jalan, walau sempat terjadi sedikit penurunan di tahun
2005. Dibanding tahun 2002, secara nasional sudah terjadi peningkatan hampir 100%. Provinsi yang sudah memanfaatkan puskesmas di atas 50% sebagian
besar berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, sementara di wilayah barat sebagian besar masih di bawah 50%. Persentase tertinggi dicapai Papua
dengan 65,94%, dan yang terendah dicapai Bali dengan 28,59%.
33
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPATKAN
PELAYANAN KESEHATAN GRATIS (6 BULAN REFERENSI)
TAHUN 2006
Pada tahun 2006, 39,39% provinsi menunjukkan persentase rumah tangga yang mendapat pelayanan gratis ( 6 bulan referensi) berada pada kisaran 10-15%.
Hanya 15,15% provinsi yang memiliki persentase > 20%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 35,56%, sedangkan
provinsi dengan persentase terendah adalah DKI Jakarta 3,79%. Persentase nasional rumah tangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis (6 bulan
referensi) pada tahun 2006 sebesar 12,85%.
34
PERSENTASE UTILISASI RJTL & RITL PADA KELUARGA MISKIN
TAHUN 2006
Untuk persentase utilisasi rawat jalan tingkat lanjut (RJTL) dan rawat inap tingkat lanjut (RITL) pada keluarga miskin tahun 2006, sekitar 30% provinsi di
Indonesia berada pada kisaran 5-10% dan 10,01-15%. Provinsi dengan persentase utilisasi tertinggi adalah Bali sebesar 23,22%, dan provinsi dengan persentase
utilisasi terendah adalah Maluku Utara sebesar 1,98%. Sedangkan untuk angkas nasional utilisasi RJTL dan RITL keluarga miskin sebesar 9,2% dari
60.000.000 penduduk kuota peserta berdasarkan SK Menkes 332.
35
SITUASI
SUMBER DAYA KESEHATAN
RASIO PUSKESMAS (per 100.000 penduduk)
TAHUN 2006
3
3,55 3,46 3,46 3,42 3,5 3,61
2
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Selama periode 2001- 2006 setiap 100.000 penduduk dilayani 3-4 unit puskesmas. Jumlah puskesmas pada tahun 2006 secara nasional adalah 3,61 per 100.000
penduduk. Dari 30 provinsi Banten merupakan provinsi dengan rasio puskesmas terendah yaitu sebesar 1,92 per 100.000 penduduk dan yang tertinggi adalah
provinsi Maluku sebesar 9,83. Tahun 2006 provinsi dengan rasio puskesmas per 100.000 penduduk diatas angka nasional sebesar 60% lebih.
36
RASIO PUSKESMAS (per 1.000 Km2)
TAHUN 2006
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tidak ada perubahan berarti rasio puskesmas pada tahun 2006 dibandingkan tahun sebelumnya, hanya 3 provinsi mengalami perubahan dari rasio 2-6 menjadi
6-10 yaitu Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Utara. Begitu pula dengan angka nasional yang tidak mengalami perubahan signifikan sejak tahun 2001-2006,
berkisar 3-4 puskesmas per 1000 km2. Pada tahun 2006 rasio puskesmas tertinggi terdapat DKI Jakarta 461,99 dan terendah di Maluku Utara 0.38.
37
RASIO DOKTER (per 100.000 PENDUDUK)
TAHUN 2005
Pada tahun 2005 sebagian besar provinsi memiliki rasio dokter per 100.000 penduduk masih di bawah 25, hanya Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara yang
memiliki rasio >25 per 100.000 penduduk. Rasio dokter tertinggi pada tahun 2005 terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 49 per 100.000 penduduk
sedangkan rasio terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta yaitu 3 dokter per 100.000 penduduk.
38
RASIO PERAWAT (per 100.000 PENDUDUK)
TAHUN 2005
Pada tahun 2005 rasio perawat per 100.000 penduduk dengan rasio < 40 sebanyak 4 provinsi diantara 31 provinsi. Sedangkan 12 provinsi (38,7%) memiliki
rasio perawat per 100.000 penduduk > 80. Rasio perawat tertinggi pada tahun 2005 terdapat di DKI Jakarta yaitu 157 per 100.000 penduduk dan terendah
provinsi Jawa Tengah yaitu 2 per 100.000 penduduk.
39
RASIO BIDAN (per 100.000 PENDUDUK)
TAHUN 2005
Tahun 2005 jumlah provinsi yang memiliki rasio bidan per 100.000 penduduk < 20 adalah 4 provinsi di antara 31 provinsi. Sementara hanya 5 provinsi yang
memiliki rasio bidan per 100.000 penduduk > 60. Sebagian besar provinsi memiliki rasio bidan per 100.000 penduduk antara 20-60. Pada tahun 2005 provinsi
dengan rasio bidan tertinggi adalah Bengkulu (100,11) dan terendah adalah Banten (3,72).
40
RASIO POSYANDU (per 100 BALITA)
TAHUN 2006
0,75
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Rasio posyandu per 100 balita tahun 2001-2006 yang tertinggi terjadi pada tahun 2002 (2,23) dan yang terendahl terjadi pada tahun 2004 (1,11). Pada tahun
2006 rasio posyandu per 100 balita adalah 1.53 dengan provinsi tertinggi Sulawesi Barat (10,09) sedangkan terendah provinsi Kepulauan Riau (0,36)). Bila
dibandingkan tahun 2005 pada tahun 2006 terjadi peningkatan rasio posyandu per 100 balita terutama pada pulau Sumatera dan pulau Jawa
41
PERBANDINGAN INDONESIA
DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN & SEARO
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA ANGGOTA ASEAN, 2005
0.700 - 0.799
4 Thailand 0,781
5 Filipina 0,771
6 Vietnam 0,733
7 Indonesia 0,728
0.600 - 0.699
8 Laos 0,601
Dibandingkan dengan tahun
2004, IPM di ASEAN tahun
0.500 - 0.599 2005 secara umum mengalami
9 Kamboja 0,598
10 Myanmar 0,583
kenaikan. Jika sebelumnya
terdapat 3 negara dengan IPM
0,500-0,599 (Kamboja,
Myanmar, dan Laos), maka pada
tahun 2005 menjadi 2 negara,
Laos mengalami peningkatan
IPM dari kategori 0,500-0,599
menjadi kategori 0.601-0,699.
Sedangkan Indonesia yang pada
tahun 2005 memiliki IPM 0,728.
IPM tertinggi dicapai Singapura
(0,922) dan terendah dicapai
Myanmar (0,583).
>= 0.800
Dibandingkan tahun 2004,
tidak ada perubahan yang
0.700 - 0.799 berarti pada IPM tahun 2005.
1 Thailand 0,781 Pada tahun 2005, di antara 10
2 Sri Lanka 0,743
3 Maldives 0,741
negara di kawasan SEARO
4 Indonesia 0,728 Thailand merupakan negara
dengan IPM tertinggi yaitu
0.600 - 0.699 0,781 dan terendah Timor
5 India 0,619 Leste yaitu 0,514. Sedangkan
di antara negara di kawasan
0.500 - 0.599 SEARO, Indonesia menempati
6 Myanmar 0,583 urutan ke-4 dengan IPM
7 Bhutan 0,579
8 Bangladesh 0,547 0,728.
9 Nepal 0,534
10 Timor Leste 0,514
65.1 - 70
6 Filipina 70
7 Indonesia 69
60.1 - 65
Bila dibandingkan dengan tahun
2004, negara dengan kelompok
0 - 60 umur harapan hidup > 70 tahun
8 Kam boja 60 pada 2006 bertambah 2 negara
9 Myanm ar 60
yaitu Vietnam dan Thailand. Pada
10 Laos 54
tahun 2006 Singapura merupakan
negara dengan umur harapan
hidup tertinggi di antara negara
kawasan ASEAN yaitu 80 tahun,
sedangkan terendah adalah Laos
dengan umur harapan hidup 54
tahun. Indonesia menempati
urutan ke-7 di kawasan ASEAN
dengan umur harapan hidup 69
tahun.
70% - 84%
5 Filipina 75
6 Thailand 74
7 Malaysia 73
80% - 89%
6 Filipina 80
50% - 79%
7 Kamboja 79
8 Indonesia 72
9 Myanmar 72 Cakupan imunisasi campak di
negara kawasan ASEAN pada
tahun 2005 tidak berbeda jauh
0% - 49% bila dibandingkan dengan tahun
10 Laos 41 2004. Hanya Kamboja yang
mengalami perubahan kelompok
cakupan imunisasi campak. Jika
sebelumnya cakupan imunisasi
campak Kamboja antara 80%-
89% pada tahun 2005 turun
menjadi 50%-79%. Pada tahun
2005 cakupan imunisasi campak
di kawasan ini tertinggi dicapai
Brunei Darussalam (97%) dan
terendah Laos (41%). Dianatara
10 negara ASEAN Indonesia
menempati urutan ke-8 dengan
cakupan imunisasi campak 72%.