Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

OLEH
AEJELINA EL GAZALY
1720952004

PASCASARJANA TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2018
I. Pendahuluan
Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan dibawah
permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi telah
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New Zealand
tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non-listrik (direct use) telah
berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta
meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memicu
negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka
pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang
menggunakan panas bumi sebagai sumber energinya. Listrik dari tenaga panas bumi saat
ini digunakan di 24 negara, sementara pemanasan memanfaatkan panas bumi digunakan
di 70 negara. Perkiraan potensi listrik yang bisa dihasilkan oleh tenaga panas bumi
berkisar antara 35 s.d. 2.000 GW. Kapasitas di seluruh dunia saat ini adalah 10.715
megawatt (MW), dengan kapasitas terbesar di Amerika Serikat sebesar 3.086 MW,
diikuti oleh Filipina dan Indonesia. India sudah mengumumkan rencana untuk
mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertamanya di Chhattisgarh.
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi
panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Emisi
karbondioksida pembangkit listrik tenaga panas bumi saat ini kurang lebih 122 kg CO2
per megawatt-jam (MW·h) listrik, kira-kira seperdelapan dari emisi pembangkit listrik
tenaga batubara.
Indonesia dikaruniai sumber panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung
berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya pulau Kalimantan saja yang
tidak mempunyai potensi panas Bumi.
Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia berdasarkan data Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Kita memiliki potensi energi
panas bumi sebesar 27.000 MW hingga 28.900 ribu MW listrik dari energi panas bumi
yang tersebar di 253 lokasi.
Hal ini menurut data PT Pertamina Geothermal Energy, setara dengan 40% dari
seluruh potensi panas bumi di dunia. Namun sayangnya, dari potensi tersebut hingga
sekarang baru kurang dari 5 persen saja yang telah dimanfaatkan. Jumlah dan produksi
energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia tidak sebanding dengan
potensi geothermal yang dimiliki.
Dari potensi panas bumi di Indonesia, baru ±4% yang telah dikembangkan dan
dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di wilayah
wilayah dimana kebutuhan energi listrik dari sumber pembangkit konvensional sudah
tidak memadai lagi, diantaranya adalah :
1. 2 MW di Sibayak (Sumatera Utara)
2. 330 MW di G.Salak
3. 110 MW di Wayang Windu
4. 125 MW di Darajat
5. 140 MW di Kamojang
6. 60 MW di Dieng (P.Jawa)
7. 20 MW di Lahendong (Sulawesi Utara).

Gambar 1. Contoh Lokasi PLTPB

II. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


1. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU. Hanya saja yang digunakan pada
PLTP adalah uap panas bumi yang telah dipisahkan dari air, yang berasal langsung
dari perut bumi. Karena itu PLTP biasanya dibangun di daerah pegunungan dekat
gunung berapi. Biaya operasional PLTP juga lebih murah dibandingkan dengan
PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar, namun membutuhkan biaya investasi
yang cukup besar untuk biaya eksplorasi dan pengeboran perut bumi.
Pengeboran dilakukan di atas permukaan kantong uap di perut bumi, tepatnya, di
atas lapisan batuan yang keras di atas penggerak generator, hingga uap dari dalam
akan menyembur keluar.
Namun ada dampak yang tidak menguntungkan dari uap yang menyembur keluar
ini. Uap yang keluar dari sumur sering mengandung berbagai unsur kimia yang
terlarut dalam bahan-bahan padat sehingga uap itu tidak begitu murni. Zat-zat
pengotor antara lain Fe, Cl, SiO2, CO2, H2S dan NH4. Pengotor ini akan mengurangi
efisiensi PLTP, merusak sudu-sudu turbin dan mencemari lingkungan.
Setelah menggerakan turbin, uap akan diembunkan dalam kondensor menjadi air
dan disuntikan kembali ke dalam perut bumi menuju kantong uap. Jumlah kandungan
uap dalam kantong uap ini terbatas, karenanya daya PLTP yang sudah maupun akan
dibangun harus disesuaikan dengan perkiraan jumlah kandungan tersebut.
Untuk membangkitkan listrik dengan panasbumi dilakukan dengan cara
mengebor tanah di daerah yang berpotensi untuk membuat lubang gas panas yang
akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa
menggerakkan turbin uap yang tersambung ke Generator.
Panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi dapat langsung memutar turbin
generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu. Pembangkit listrik
tenaga panas bumi termasuk sumber energi terbarukan.

Gambar 2. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Keterangan gambar :
1. Sumur uap, mengambil uap panas yang didapatkan dari kantung uap di perut
bumi
2. Steam receiving header (header penerima uap)
3. Separator (pemisah)
4. Demister
5. Governing valve (katup pengatur)
6. Turbine, mengubah energi uap menjadi energi gerak yang memutar generator
7. Generator, menghasilkan energi listrik
8. Main transformer
9. Transmission line, penyalur energi listrik ke konsumen
10. Condenser, mengembunkan uap menjadi air
11. Sumur reinjection, menyuntikkan air kembali ke perut bumi (tanah).
12. Tanah

Prinsip kerja pembangkit listik tenaga panas bumi secara singkat adalah sebagai
berikut :
a. Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving header (berfungsi
menampung uap panas bumi). Pada steam receiving terdapat Vent structure (katup
pelepas uap) yang berfungsi menjaga tekanan pasokan uap ke pembangkit bila terjadi
perubahan pasokan dari sumur uap atau pembebanan dari pembangkit.
b. Karena uap panas bumi dari sumur uap tidak murni uap maka uap kemudian
disalurkan ke separator yang berfungsi memisahkan partikel padat yang terbawa
bersama uap.
c. Dari separator, masuk ke deminister. (berfungsi memisahkan butiran air dari uap
panas bumi, untuk menghindari terjadinya vibrasi, erosi, dan pembentukan kerak pada
sudu dan nozzle turbine).
d. Uap yang sudah bersih dialirkan menuju turbine melalui main steam valve.
e. Uap akan menggerakan turbin dan memutar generator dengan kecepatan 3000 rpm.
keluaran generator berupa energi listrik dengan arus 3 phasa, frekuensi 50 Hz, dan
tegangan 11,8 kV.
f. Uap bekas memutar turbin dikondensasikan di dalam kondenser. Proses kondensasi
terjadi akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat spray-
nozzle. level air kondenser dijaga dalam kondisi normal oleh cooling water pump, lalu
didinginkan di cooling tower sebelum disirkulasi kembali.
g. kelebihan air kondeser akan diinjeksikan kembali (reinjeksi) ke dalam reservoir
melalui injection well. Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran
lingkungan, mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water
bagi reservoir.

2. Peralatan Utama Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


1. Sumur Produksi (Production Wells)
Sumur produksi merupakan fasilitas utama yang bertugas mengalirkan uap dari
reservoir menuju ke permukaan tanah. Sumur produksi geothermal biasanya
memiliki kedalaman sekitar 2000 hingga 2500 meter di bawah permukaan tanah.
Sumur ini ada yang dibor dengan arah vertikal dan ada pula yang dibor dengan
arah dan belokan tertentu (directional well). Sepanjang lubang sumur diselubungi
oleh semacam pipa baja khusus yang disebut casing. Casing ini direkatkan ke
formasi batuan di sampingnya dengan menggunakan semen khusus. Untuk sumur
berukuran besar (big hole), diameter dari production casing biasanya 133/8 inch
(baca: tiga belas tiga per depalan inch).

Gambar 3. Pipa – Pipa Saluran Uap PLTPB


2. Steam Receiving Header
Steam receiving header adalah stasiun pengumpul uap dari beberapa sumur
produksi sebelum uap tersebut dialirkan menuju turbin.

Gambar 4. Steam Receiving Header

3. Separator
Separator adalah tempat untuk memisahkan uap dari air atau tempat untuk
memisahkan uap dari partikel padat dan mist. Bentuk fisik dari separator dan gaya
gravitasi yang bekerja memungkinkan uap bergerak ke atas dan air beserta partikel
padat jatuh ke bawah. Dengan cara ini, maka uap akan terpisahkan dari air dan
partikel padat. Uap selanjutnya masuk ke pipa alir uap dan air beserta partikel
padat selanjutnya masuk ke pipa alir brine.

Gambar 5. Separator
4. Demister
Demister adalah peralatan yang berfungsi untuk menangkap butiranbutiran air
yang masih terkandung di dalam uap sesaat sebelum uap tersebut memasuki turbin.
Sehingga demister biasanya dipasang tidak jauh dari turbin.

Gambar 6. Demister

5.Governing valve (katup pengatur)


6. Turbin
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam hal ini
adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Bagian turbin yang
berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin ini terletak didalam rumah turbin.
Roda turbin memutar poros yang menggerakan atau memutar bebannya, yang
dalam hal ini adalah generator listrik.
Secara umum, terdapat dua jenis turbin yaitu turbin tanpa kondenser
(Atmospheric Exhaust/Back Pressure Turbine) dimana yang keluar dari turbin
langsung dibuang ke udara dan turbin dengan kondenser dimana fluida yang keluar
dari turbin dialirkan ke kondenser untuk dikondensasikan.
Turbin kondensor dilengkapi dengan kondensor (condensing unit). Uap (baik
yang berupa uap kering ataupun uap hasil separasi) yang keluar dari turbin
dimasukkan ke dalam kondensor dengan tekanan vakum sehingga output power
yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan menjadi lebih efisien. Uap keluaran dari
turbin diubah menjadi kondensat di dalam kondensor. Kondensat dapat
dikembalikan atau direinjeksikan ke dalam reservoar.
Gambar 7. Turbin

7. Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi mekanik
putaran poros turbin menjadi energi listrik.

Gambar 8. Generator

8. Trafo Utama ( Main Transformer)


Trafo utama yang digunakan adalah type ONAN dengan tegangan 11,8 KV
pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11,8
KV ini kemudian dinaikkan ( step up trafo ) menjadi 150 KVdan dihubungkan
secara parallel dengan system Jawa – Bali. Kapasitas dari trafo utama adalah
70.000 KVA.
Gambar 9. . Trafo Utama
9. Transmission line, penyalur energi listrik ke konsumen
Switch yard adalah perangkat yang dberfungsi sebagai pemutus dan
penghubung aliran listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran yang akan
didistribusikan melalui system inter koneksi Jawa – Bali . (PLTP Kamojang)

Gambar 10. Transmission line

10. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin
dengan kondisi tekanan yang hampa.. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas
kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas
oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap bekas yang tidak
terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi
untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat
hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh dua buah
pompa pendingin utama ( Main Cooling Water Pump ) ke menara pendingin
( Cooling Tower ) untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali ke
kondensor.
Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar,
dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m3/jam. PLTP Kamojang
menggunakan kondensor kontak langsung yang dipasang dibawah turbin, karena
kondensor kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan panas yang jauh lebih
besar daripada kondensor permukaan, sehingga ukuran dan biaya investasinya
juga lebih kecil. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik
tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan system
pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh PLTU konvesional.
Gambar 11. Kondensor
11. Sumur Injeksi (Injection Wells)
Sumur injeksi adalah sumur yang digunakan untuk mengalirkan air hasil
pemisahan dan air kondensat kembali ke dalam perut bumi. Sumur ini biasanya
diletakkan pada topografi yang relatif lebih rendah sehingga tidak diperlukan
pompa untuk mengalirkan fluida tersebut menuju ke wellpad sumur injeksi.

12.Tanah

3. Siklus Uap Air


1. Silkus Uap Air Langsung (Direct Steam Cycle)
Uap air yang didapatkan dari sumur produksi langsung digunakan untuk
memutar turbin.
Uap air yang keluar akan diembunkan oleh kondesor kemudian mejadi air dan
selanjutnya air tersebut diinjeksikan kembali ke perut bumi melalui sumur injeksi.

Gambar 12. Silkus Uap Air Langsung

2. Siklus Uap Air Terpisah (Separated Cycle)


Campuran uap air dan air yang didapatkah dari sumur produksi akan dipisahkan
terlebih dahulu antara uap air dan airnya di separator.
Air hasil pemisah akan diinjeksikan kembali ke perut bumi melalui sumur
injeksi. Sedangkan uap air hasil pemisah akan digunakan untuk memutar turbin.
Setelah keluar dari turbin, uap air diembunkan kembali di kondesor dan air hasil
pengembunan akan diinjeksikan kembali ke perut bumi.
Gambar 13. Siklus Uap Air Terpisah
3. Siklus Biner (Binary Cycle)
Uap air maupun air panas yang diambil dari perut bumi tidak secara langsung
digunakan untuk memutar turbin, melainkan hanya panasnya saja yang akan
ditransfer di heat exchanger untuk memanaskan suatu fluida (contohnya iso-
butana) sehingga menguap. Uap tersebut digunakan untuk memutar turbin. Uap
hasil keluaran turbin akan diembunkan kembali dengan kondeser dan kembali lagi
ke heat exchanger.

Gambar 14. Siklus Biner

4. Syarat-syarat Penyaluran Uap Alam Kepembangkit


1. Penentuan jenis uap
Ada 2 sistem uap yaitu uap basah dan uap kering. Dimana diperlukan untuk
menetukan konsumsi uap yang diperlukan dan pemilihan separator.
2. Transmisi uap dari sumur ke turbin, dlakukan melalui pipa yang cukup panjang.

5. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


a). Reservoir Panas Bumi
Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu
yang bersuhu rendah (low temperature) dengan suhu di bawah 1.500 derajat
Celsius dan high temperature, dengan suhu di atas 1.500 derajat Celsius. Yang
paling baik untuk digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah
yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan
teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat
digunakan, asalkan suhunya melebihi 500 derajat Celsius.
b). Pembangkit (Power Plants)
Pembangkit (power plants) untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat
beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 hingga
4.8200 F (50 – 25000 C). Bandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang
akan beroperasi pada suhu sekitar 10.2200 F atau 5.5000 C. Inilah salah satu
keunggulan pembangkit listrik geotermal.
6. Faktor Yang Bisa Memperkecil Kehilangan Energi Panas Selama Transmisi
1. Kondisi uap masuk turbin, Untuk menentukan besarnya tekanan uap yang
disalurkan ke turbin agar daya yang besar.
2. Pemilihan material, Mengingat uap geothermal mengandung unsure yang bersifat
korosif seperti H2S, CO2, maka material yang dipilih perlu disesuaikan dengan
sifat-sifat uap yang ada.
3. Kevakuman kondesor, Apabila kevakuman tinggi maka energi dimanfaatkan
menjadi lebih besar dan ini diperoleh bila suhu air pendingin rendah.
4. Menara pendingin, Suhu air pendingin yang rendah diperoleh bila kemampuan
menara pendinginnya besar dan ini tercapai dengan biaya besar.
5. Kondisi atmosfir setempat, Merupakan faktor penentu dalam disain suatu proyek
PLTP, seperti untuk kemojang dipilh :
Tekanan 0,849 Bar
“Wet Bulb Temperatur” : 19,7°C
“Dry Bulb Temperatur” : 22°C

7. Beberapa sistem dalam PLTP


1. Sistem Hidrotermal
Dry sistem yang keluar dari perut bumi berupa uap tanpa kandungan mineral
lainnya. Contoh : pusat-pusat listrik tenaga panas bumi, The Geyser Amerika
Serikat dan Matsukawa, Jepang.
Hot Water yaitu sistem yang keluar dari perut bumi berupa air panas tanpa
mineral lainnya. Contoh : Cerra Prieto, Meksiko dan Kizildare, Turki.
Mineral Hot Water yaitu sistem yang keluar dari perut bumi berupa air panas
dan mineral lainnya. Contoh : Lardarello, Italia.

2. Sistem Geopressure
Ditemukan di Gulf Coast (Texas-Florida) daerah antara landas benua dan
daratan sejauh 100 mil merupakan cekungan (patahan) dimana aliran air terjadi
dan menimbulkan reservoir uap.
Sistem ini menimbulkan energi karena :
a. Reservoir yang terbentuk bertekanan tinggi.
b. Terdapat cukup panas dalam air yang bisa diekstrasi secara “Binery Cycle
Sistem”
c. Mengandung gas metan yang bisa dimanfaatkan.

3. Sistem Hot Dry Rock


Perut bumi jauh dibawah permukaan bumi merupakan sumber panas yang
belum dapat dicapai dengan metode teknologi pengeboran saat ini.

4. Sistem Magma
Menyerap sumber panas dari magma atau lava. Eksperimen ini terbentur pada
kesulitan seperti :
 Tidak adanya minat lembaga ilmiah untuk menanam modal dalam bidang ini.
 Kekurangan peralatan dan mesin bor.
 Kekurangan biaya.
 Peralatan yang sulit perencanaannya (korosi,pengelupasan erosi dan lainnya).

Usaha serupa ini sedang berlangsung di Proyek Geothermal Hawai, USA dan
Pilot Plant 3,5 MW dari 1 sumur akan siap tahun 1981 (PLTP Puna).

8. Ciri – ciri  Geologi Daerah Panas Bumi


1. Sumber Panas : Magma yang mempunyai temperature ~ 700 C
2. Bed Rock : Lapisan Batuan Dasar yang merupakan batuan keras lapisan bagian
bawah.
3. Aquifer (Lapisan Permeable Zone) : merupakan lapisan yang mampu dialiri oleh
air. Lapisan ini sebagai Reservoir
4. Cap Rock : Lapisan batuan keras sebagai lapisan batuan penutup.
5. Water Replishment : sebagai air penambah.
6. Surface Manifestation yaitu : Gejala-gejala yang muncul di permukaan bumi
(kawah, air panas, Geyser, Gunung berapi, dll).

9. Hal-hal Yang Perlu Mendapat Perhatian Dalam Pemilihan Teknologi


Penggunaan Energi Panas Bumi Untuk Dikonversikan Menjadi Energi Listrik
1. Temperatur;Fluida panasbumi bertemperatur tinggi > 225 oC telah lama digunakan
untuk pembangkit listrik. Temperatur sedang 150 – 225 oC.
2. Cadangan sumberdaya hingga 25 – 30 tahun.
3. Kualitas Uap, diharapkan yang mempunyai pH hampir netral, karena bila pH
sangat rendah laju korosi terhadap material akan lebih cepat.
4. Kedalaman Sumur dan Kandungan Kimia Biasanya tidak terlalu dalam (tidak lebih
dari 3 km). Lokasi relatif mudah dicapai.
5. Kemungkinan terjadinya erupsi hydrothermal relatif rendah. Produksi fluida panas
dari dalam perut bumi dapat meningkatkan resiko terjadinya erupsi hydrothermal.

10. Tahapan Pembangunan PLTP di Indonesia


1. Tahap Survei Awal
Survei awal dilakukan oleh Tim Geologi, dan berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan daerah berpotensi sebagai lokasi PLTP yang selanjutnya diadakan
survei untuk mengetahui : luas lahan, pemetaan lahan yang akan digunakan
dan aspek sosial.

2. Tahap Pra Kontruksi


a. Diperlukan sejumlah perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan
daerah anatara lain Ijin penggunaan lahan, Ijin Ekplorasi dan Ijin Mendirikan
Bangunan.
b. Melakukan sosialisasi kemasyarakat setempat, instansi/pejabat pemerintah
mengenai rencana kegiatan pembangunan yang akan berlangsung.
c. Melakukan eksplorasi dengan cara pengeboran di beberapa titik untuk
menentukan lokasi sumur produksi yang dilanjutkan dengan pembebasan
lahan.
d. Memenuhi kegiatan AMDAL apabila kapasitas PLTPB lebih dari 55 MW,
sesuai keputusan Menteri Lingkungan hidup No. 17 tahun 2001 tentang jenis
Usaha dan Kegiatan yang wajib AMDAL.

3. Tahap Kontruksi
a. Pembersihan dan pematangan lahan meliuti, penebangan pohon dan cut and
fill.
b. Mobilisasi peralatan, bahan dan personil kontruksi sipil meliputi, pengerasan
dan pengaspalan jalan utama dan tapak pengeboran, pembuatan saluran
drainase, pembuatan bak penampung brine dan prasarana pendukung.
c. Kontruksi mekanik dan listrik meliputi pembangunan sumur produksi dan
pembangunan sarana penunjang produksi. Dilanjutkan dengan tahap
operasional meliputi: mobilisasi dan rekruiting tenaga kerja, operasional
lapangan uap dan operasional PLTPB.

4. Tahap Pasca Opersional


Apabila masa kontrak operasional berakhir atau kapasitas produksi tidak
memadai sebagai PLTPB, maka harus dilakukan :
1. Pembongkaran dan perapihan lahan.
2. Penutupan sumur dan revegetasi lahan.
3. Pelepasan tenag kerja.

11. Biaya Pengembangan Lapangan Uap (Steam Field) 
Biaya pengembangan lapangan uap (steam field) terdiri atas:
1. Biaya survey eksplorasi.
Biaya survey eksplorasi terdiri atas biaya survei pendahuluan dan biaya
survey rinci (fase prakelayakan). Biaya survei pendahuluan adalah biaya
yang dikeluarkan untuk survei geoscientifik awal yang terdiri dari survei
geologi dan geokimia pada daerah‐daerah panas bumi yang paling potensial
atau di sekitar manifestasi panas permukaan. Berdasarkan hasil survei ini
dapat ditentukan apakah pada daerah prospek yang diteliti ter sebut cukup
layak untuk dilakukan survei lebih lanjut atau tidak.
Biaya survey rinci (G & G survey) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
survei geologi, geokimia dan geofisika dan pemboran dangkal yang
dilakukan untuk untuk mencari gambaran daerah prospek panas bumi yang
mencakup luas daerah potensial, kedalaman reservoir, perkiraan
karakteristik fluida dan potensi cadangan panas buminya serta untuk
mencari lokasi dan target pemboran eksplorasinya. Komponen biaya survey
eksplorasi secara lebih rinci adalah sebagai berikut: Biaya lain yang
merupakan komponen biaya survey eksplorasi adalah biaya untuk core
hole, study mengenai resource, lingkungan dan reservoir.
2. Biaya pemboran sumur (sumur eskplorasi, pengembangan, injeksi, make up) 
Biaya pemboran sumur terdiri atas biaya untuk sewa rig, ongkos
pengangkutan alat pemboran ke lokasi serta pemasangannya, biaya casing,
bit, lumpur, semen bahan kimia, fasilitas kepala sumur, pengangkutan casing
dari pabrik ke tempat penyediaan dan biaya analisa core. Faktor‐faktor yang
mempengaruhi biaya pemboran antara lain adalah jenis sumur (tegak atau
miring), lokasi sumur, kedalaman sumur, teknologi pemboran yang
digunakan, diamter pipa selubung.
Sumur eksplorasi pada umumnya lebih mahal dari sumur
pengembangan yang disebabkan oleh :
1. Pemboran sumur eksplorasi memerlukan data yang paling lengkap dan
seteliti mungkin dikarenakan ketidak pastian yang tinggi.
2. Kebutuhan untuk meneliti kondisi reservoir semaksimal mungkin dengan
pemboran sedalam mungkin.
3. Di dalam pemboran sumur eksplorasi, pengukuran, logging dan coring
dilakukan lebih sering dibandingkan dengan pemboran pengembangan.
4. Hal‐hal lain yang sering menyebabkan keterlambatan penyelesaian
pemboran menyangkut hilang sirkulasi pada kedalaman dangkal,
terjepitnya rangkaian pemboran karena runtuhnya formasi.

3. Biaya lahan, jalan, persiapan lahan dan lain‐lain. 
Yang termasuk kedalam kelompok biaya ini adalah biaya pembelian dan
pembebasan lahan, penyiapan jalan masuk ke lokasi (road), dan perataan
lahan (excavation).

4. Biaya fasilitas produksi. 
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan uap
panas bumi terdiri dari separator, pemipaan, silencer, scrubber, valve,
instrumentasi dan gauge. Separator hanya diperlukan untuk lapangan dengan
sistim dominasi air. Pemakaian separator dapat dilakukan dengan dua cara;
cara pertama yaitu dengan menempatkan separator pada setiap sumur atau
dengan cara kedua yaitu dengan pemusatan separator yang letaknya tidak
terlalu jauh dari lokasi pembangkit listriknya. Cara pertama mempunyai
keuntungan berupa pengurangan resiko dalam mentransportasikan fluida dua
fasa terutama pada topografi kasar serta mengurangi biaya penggunaan lahan
dan pipa air.
Biaya yang diperlukan sangat bervariasi, dengan komponen terbesar
tergantung kepada panjang, jenis dan diameter pipa serta jumlah separator
yang diperlukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh besarnya kapasitas
pembangkit.
5. Biaya operasi dan pemeliharaan. 
Biaya operasi dan pemeliharaan pada proyek panas bumi dibagi menjadi
dua bagian, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan lapangan uap dan
pembangkit listrik. Biaya operasi dan pemeliharaan lapangan uap mencakup
biaya untuk monitoring, pemeliharaan, operasi lapangan, gaji management
dan pekerja, transportasi dan lain‐lain. Biaya ini dikeluarkan untuk
mempertahankan efektifitas dan efisiensi management dan operasi lapangan.
6. Biaya sarana pendukung. 
Biaya lain yang termasuk dalam biaya pengembangan lapangan uap
adalah biaya untuk pembangunan fasilitas penunjang terdiri dari biaya
pembangunan perkantoran, laboratorium, perumahan management dan
karyawan, fasilitas umum, gudang, kafetaria, sarana ibadah, fasilitas
peamadam kebakaran, fasilitas air bersih, bengkel, fasilitas kesehatan dan
lain‐lain. Besarnya biaya fasilitas penunjang sangat tergantung dari besar
kecilnya kapasitas listrik proyek yang dibangun atau secara langsung terkait
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkannya.
7. Biaya Pembangkit Listrik
Yang termasuk kedalam biaya power plant adalah biaya penyiapan jalan
masuk ke lokasi PLTP (road), pembebasan dan perataan lahan (land cost
and axcavation), perencanaan rinci (detailed engineering), fasilitas
pembangkit listrik (plant facilities), perakitan dan pemasangan peralatan
PLTP (construction and installation) dan pekerjaan pembangunan gedung
PLTP, perkantoran, laboratorium, fasilitas umum dan lain‐lain (civil work).
Biaya operasi dan pemeliharaan untuk pembangkit listrik pada dasarnya
adalah biaya untuk mempertahankan pembangkit listrik berjalan dengan
efisiensi tetap maksimal. Pada umumnya, sekali dalam setahun turbin panas
bumi harus mengalami overhaul agar berjalan optimum.
Biaya untuk pembangunan fasilitas penunjang terdiri dari biaya
pembangunan gedung PLTP, perkantoran, perumahan management dan
karyawan, fasilitas umum, gudang, kafetaria, sarana ibadah, fasilitas
peamadam kebakaran, fasilitas air bersih, bengkel, fasilitas kesehatan dan
lain‐lain. Besarnya biaya fasilitas penunjang sangat tergantung dari besar
kecilnya kapasitas listrik proyek yang dibangun atau secara langsung terkait
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkannya.

12. Garis Besar Penilaian Kelayakan Pengembangan Lapangan Panas Bumi

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelayakan pengembangan
lapangan panasbumi adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian sistim panasbumi (geothermal resource assesment). Pengkajian sistem
panasbumi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan dalam menilai
kelayakan pengembangan suatu lapangan. Jenis‐jenis data yang dikaji tergantung dari
kegiatan‐kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah panasbumi tersebut. Tujuan
utama dari pengkajian data adalah untuk memperkirakan, jenis reservoir beserta
kedalaman, ketebalan dan luasnya, serta perkiraan tentang tekanan dan temperatur,
jenis dan sifat batuan, jenis fluida reservoir. Berdasarkan data‐data yang telah
diperoleh kemudian dibuat model konseptual dari sistim panasbumi yang sedang dikaji.
Gambaran mengenai sistim panasbumi di suatu daerah biasanya dibuat dengan
memperlihatkan sedikitnya lima komponen, yaitu sumber panas, reservoir dan
temperaturnya, sumber air, serta manifestasi panasbumi permukaan yang terdapat di
daerah tersebut. Komponen‐komponen lain yang sering diperlihatkan dalam model
adalah penyebaran batuan, jenis dan arah aliran air di bawah permukaan. Model sistim
panasbumi atau biasa disebut “conceptual model” dibuat berdasarkan hasil evaluasi
data geologi, hidrologi, geofisika, geokimia dan data sumur.
2. Menghitung besarnya sumberdaya, cadangan dan potensi listrik.
3. Mengkaji apakah suatu sumberdaya panasbumi dimaksud tepat untuk dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik. Apabila energi tsb dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik maka langkah selanjutnya adalah menentukan rencana pengembangan PLTP.
Rencana pengembangan meliputi menentukan kapasitas PLTP yang akan dibangun,
jumlah turbin serta kapasitas masing‐masing turbin serta menentukan alternatif
pengembangan lapangan.
4. Menentukan rencana pengembangan lapangan (steam field development) meliputi
penentuan jumlah sumur produksi, injeksi dan sumur cadangan (make up well).
Probabilitas keberhasilan pemboran pengembangan dapat diperkirakan berdasarkan
data jumlah sumur yang berhasil dan jumlah sumur yang gagal di prospek yang telah
dilakukan pemboran eksplorasi sumur dalam (probabilitas keberhasilan pemboran
eksplorasi).
5. Melakukan simulasi reservoir untuk memperkirakan kinerja reservoir. Simulasi atau
pemodelan reservoir merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam penilaian
kelayakan pengembangan suatu lapangan karena hasil pemodelan biasanya digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam menetapkan strategi
pengembangan lapangan. Dari model reservoir yang dibuat dapat diperoleh gambaran
mengenai kondisi di bawah permukaan yang meliputi distribusi sebaran permeabilitas,
tekanan, temperatur, konduktivitas. Hasil simulasi juga dapat memberikan perkiraan
tentang energi panas yang terkandung di dalamnya sebelum reservoir diproduksikan.
Pemodelan tahap lanjutan dilakukan untuk meniru kinerja reservoir untuk berbagai
skenario pengembangan lapangan.
6. Menentukan biaya pengusahaan panasbumi, meliputi biaya sumur eksplorasi, biaya
sumur pengembangan, biaya fasilitas produksi, biaya PLTP, biaya operasi dan
perawatan.
7. Menentukan jadwal pelaksanan pekerjaan.
8. Menentukan penyebaran investasi.
9. Menentukan parameter‐parameter ekonomi (cash flow, ROR, NPV, EMV dll.)
10. Untuk masing‐masing kasus (alternatif) dibuat analisa yang sama dan kemudian
diperbandingkan satu sama lain.

XIII. SUMBER DAYA


Muatan panas bumi adalah sekitar 10 Joule. Panas ini secara alami akan mengalir
ke permukaan lewat konduksi dengan laju 44.2 terawatt (TW) dan diisi kembali oleh
peluruhan radioaktif dengan laju 30 TW. Laju tenaga ini lebih dari dua kali konsumsi
energi manusia saat ini yang berasal dari sumber utama, tapi sebagian besarnya terlalu
tersebar (perkiraan rata-rata 0.1 W/m2) untuk dapat dipulihkan. Kerak bumi secara
efektif bertindak sebagai selimut isolasi tebal yang harus ditembus dengan saluran
fluida (mis. magma, air atau lainnya) untuk melepaskan panas di bawahnya.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan sumber panas bersuhu tinggi
yang hanya dapat berasal dari jauh di bawah tanah. Panas tersebut harus dibawa ke
permukaan lewat sirkulasi fluida, baik melalui saluran magma, mata air panas,
sirkulasi hidrotermal, sumur minyak, sumur bor, atau gabungan dari contoh-contoh
tersebut. Sirkulasi ini terkadang muncul secara alami pada tempat dimana kerak bumi
tipis. Saluran magma membawa panas dekat ke permukaan, dan mata air panas
membawanya ke permukaan. Jika tidak tersedia mata air panas maka sumur harus
dibor untuk menjadi akuifer air panas. Jika jauh dari batas lempeng tektonik, gradien
panas bumi di sebagian besar tempat adalah 25-30 °C per kilometer kedalaman,
sehingga membuat sumur menjadi harus beberapa kilometer dalamnya untuk dapat
membangkitkan listrik. Jumlah dan mutu sumber daya panas yang dapat dipulihkan
meningkat sebanding dengan kedalaman pengeboran dan kedekatan dengan batas
lempeng tektonik.
Pada tanah yang panas dan kering, atau dimana tekanan air tidak memadai, fluida
dapat disuntikkan untuk merangsang produksi. Pengembang akan menggali dua
lubang di calon lokasi, dan memecah batu di antara keduanya dengan bahan peledak
atau air bertekanan tinggi. Kemudian memompakan air atau karbon dioksida cair ke
salah satu lubang galian, sehingga keluar di lubang galian lainnya dalam bentuk gas.
Pendekatan ini disebut hot dry rock geothermal energy di Eropa atau enhanced
geothermal systems di Amerika Utara. Pendekatan ini dapat menghasilkan potensi
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jika dihubungkan secara konvensional ke
akuifer alami.
Perkiraan potensi pembangkit listrik dari tenaga panas bumi bervariasi dari 35-
2000 GW tergantung pada skala penanaman modal. Ini tidak termasuk panas non-
listrik yang dipulihkan oleh pembangkit co-generation, pompa kalor panas bumi atau
penggunaan langsung lainnya. Sebuah laporan tahun 2006 oleh Institut Teknologi
Massachusetts (MIT), yang mengikutsertakan potensi dari sistem panas bumi yang
ditingkatkan (enhanced geothermal systems), memperkirakan bahwa investasi sebesar
1 miliar dolar AS untuk penelitian dan pengembangan selama 15 tahun lebih akan
memungkinkan tercapainya kapasitas pembangkitan listrik sebesar 100 GW pada
tahun 2050 di Amerika Serikat saja. Laporan MIT memperkirakan bahwa lebih dari
200 zettajoule (ZJ) akan dapat dihasilkan, dengan potensi untuk ditingkatkan hingga
lebih dari 2.000 ZJ dengan perbaikan teknologi - cukup untuk memenuhi kebutuhan
energi seluruh dunia saat ini selama beberapa milenium.
Saat ini sumur panas bumi jarang lebih dari 3 km dalamnya. Taksiran tertinggi
atas potensi sumber daya panas bumi memperkirakan kedalaman sumur 10 km.
Penggalian hingga mendekati kedalaman ini sekarang sudah dapat dilakukan dalam
industri perminyakan, walaupun biayanya sangat mahal. Sumur penelitian terdalam di
dunia, Kola superdeep borehole, dalamnya 12,3 km. Rekor tersebut baru-baru ini
sudah dapat ditiru oleh sumur minyak komersial seperti sumur Z-12 milik Exxon di
ladang Chayvo, Sakhalin. Sumur dengan kedalaman lebih dari 4 km umumnya
menanggung biaya pengeboran hingga puluhan juta dolar. Tantangan teknologinya
adalah untuk menggali lubang yang lebar dengan biaya rendah dan untuk
memecahkan volume batu yang lebih banyak.
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi
panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Namun
pemanfaatannya harus tetap diawasi untuk menghindari kekosongan lokal. Meski
situs panas bumi mampu menyediakan panas selama puluhan tahun, tiap-tiap sumur
dapat mendingin atau kehabisan air. Ketiga situs tertua yakni Larderello, Wairakei,
dan The Geysers, semuanya sudah mengalami penurunan produksi. Tidak jelas
apakah pembangkit-pembangkit ini memakai tenaga panas bumi lebih cepat daripada
diisi kembali dari kedalaman yang lebih jauh, atau apakah akuifer yang
menyediakannya mulai kehabisan. Jika produksi dikurangi dan air disuntikkan
kembali, sumur-sumur ini secara teori dapat kembali memenuhi potensinya. Strategi
penanganan yang demikian sudah diterapkan pada beberapa situs. Keberlanjutan
jangka panjang energi panas bumi telah dibuktikan di ladang Lardarello di Italia sejak
1913, di ladang Wairakei di Selandia Baru sejak 1958, dan di ladang The Geysers di
Kalifornia sejak 1960.

2. PERKEMBANGAN

Anda mungkin juga menyukai