Anda di halaman 1dari 17

SAP

RESIKO BUNUH DIRI

OLEH :
ATUN ROSILA, S. Kep
19. 04. 004

CI LAHAN CI INSTITUSI

Kens Napolion, S.Kep,.M. Kep

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RESIKO BUNUH DIRI

Pokok Bahasan : Resiko bunuh diri


Sasaran : Masyarakat
Hari/ Tanggal : Jum’at, 1 Mei 2020
Waktu : 14.00-14.30 WITA
Tempat : Rumah Masyarakat
Struktur Organisasi
Pemateri : Atun Rosila, S.Kep

A. ANALISA SITUASI
1. Masyarakat
Masyarakat setempat umumnya belum memahami materi yang akan disampaikan

2. Pemateri
Atun Rosila, S.Kep (Mahasiswi Stikes Panakkukang)

3. Lingkungan
Kamar yang tidak bising .
Tersedia alat bantu pembelajaran :
o pamflet
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
Pada akhir penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu memahami
tentang pengertian tentamine sucide, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan serta
pencegahannya.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian Resiko bunuh diri
2. Menjelaskan penyebab Resiko bunuh diri
3. Menjelaskan gejala klinis Resiko bunuh diri
4. Menjelaskan pencegahan Resiko bunuh diri

C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab

D. Media
1. Leaflet

E. Isi Materi
1. Pengertian Resiko bunuh diri
2. Penyebab Resiko bunuh diri
3. Tanda dan Gejala Resiko bunuh diri
4. Pencegahan tentamine suicide
F. Proses Pelaksanaan

Sasaran
No Waktu Kegiatan Penyajian Masyarakat

1. 4 Pembukaan  Menyampaikan salam  Menjawab salam


menit a. Salam pembuka pembuka, maksud dan  Memperhatikan
b. Perkenalan tujuan serta kontrak waktu dan terlihat
c. Menyampaikan pelaksanaan kegiatan antusias mengikuti
tujuan kepada peserta penyuluhan penyuluhan
d. Kontrak waktu dengan bahasa yang sopan
dan jelas serta penggunaan
kata yang efisien.
 Menanyakan beberapa
pertanyaan seputar opini
peserta mengenai topik
penyuluhan.
2. 15 Kegiatan Inti  Menyampaikan materi  Menyimak dan
menit a. Penyampaian materi dengan jelas dan tepat memperhatikan
 Pengertian Resiko sesuai dengan metode penyuluhan
bunuh diri yang dipilih dengan baik dan
 Penyebab Resiko  Menyampaikan materi antusias.
bunuh diri tidak berbelit-belit serta
 Tanda dan Gejala efisien sehingga mencegah
Resiko bunuh diri kekurangan waktu
 Pencegahan Resiko  Memanfaatkan semua
bunuh diri media yang tersedia untuk
menyampaikan materi
dengan baik.
3. 10 Penutup  Melalukan dialog  Peserta
menit a. Sesi tanya jawab interaktif dengan peserta penyuluhan
b. Melakukan evaluasi penyuluhan. dengan antusias
c. Menyimpulkan  Menanyakan beberapa bertanya dan
materi yang pertanyaan singkat kepada berdialog tentang
didiskusikan pasien tentang materi materi penyuluhan.
d. Mengakhiri kegiatan penyuluhan untuk  Bersama penyaji
dengan salam mengetahui feed back. menyimpulkan
Contoh pertanyaan: materi.
a. Apa pengertian Resiko  Mengerti dan
bunuh diri mempunyai
b. Apa penyebab Resiko pengetahuan baru
bunuh diri tentang materi
c. Apa tanda gejala penyuluhan
Resiko bunuh diri ditandai dengan
d. Apa pencegahan hampir
Resiko bunuh diri keseluruhan
 Menyampaikan peserta dapat
kesimpulan dengan menjawab studi
singkat dan jelas. kasus.
 Menyampaikan salam  Menjawab salam.
penutup dan ucapan
terimakasih dengan sopan
dan jelas.
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
o SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
o Media (Leaflet) dan tempat sudah siap
o Pemateri sudah siap.
o Peserta siap mengikuti penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
o Media (Leaflet) sudah disiapkan sesuai rencana.
o Tempat siap dan sesuai dengan tempat yang telah direncanakan.
o Penyaji dan peserta siap mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
o Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.
o Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi dengan baik.
o Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat memahami tentang isi
penyuluhan dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku.

I. Referensi
Gail W. Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Isaacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kaplan, Harold I, dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara
Willy F. Maramis. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Copyright © 2011 Nova Riyanti Yusuf. All Rights Reserved.
Web Master: Pry S Pry
LAMPIRAN

A. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja, yang tahu akan
akibatnya dapat mengakhiri hidupnya dalam waktu yang singkat (Maramis, 2010).
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapatmengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007).
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (AnnIsaacs,
Keperawatan Jiwa & Psikiatri, 2005).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang seringmenyertai gangguan
depresif dan sering terjadi pada remaja (HaroldKaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).

B. PENYEBAB
1. Factor Pendukung
Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaj auntuk membunuh
diri sendiri
Faktor-faktor yang mendukung resiko bunuh diri :
a. Faktor demografi :
1) Gender (wanita, lebih banyak berusaha; pria tingkat keberhasilannya tinggi)
2) Usia (kelompok resiko tinggi adalah klien yang berusia kurang dari 19 tahun,
lebih dari 45 tahun dan terutama mereka yang berusia lebih dari 65 tahun)
b. Status atau gejala emosi dan medis
1) Depresi hebat
2) Merasa tidak berdaya/putus asa
3) Penyalahgunaan zat atau gangguan mental
4) Berjudi patologis (compulsive gambling)
5) Waham atau halusinasi pendengaran yang memerintahkan untuk mebahayakan
diri
6) Penyakit kronis, lemah atau penyakit parah
7) Nyeri hebat
8) Ansietas hebat tak tertahankan
9) Kehilangan harga diri
10) Reaksi berlebihan yang berat terhadap stres
11) Kekurangan kontrol terhadap rangsang atau penilaian yang buruk
12) Merasa marah, permusuhan atau ingin balas dendam
13) Rasa marah yang tertahan
14) Konflik internal yang hebat misalnya rasa bersalah yang berlebih atau
ambivalensi
c. Stresor
1) Riwayat teraniaya
2) Disfungsi keluarga
3) Kesulitan hubungan
4) Terlibat masalah hukum atau tindakan kriminal
5) Masalah keuangan yang serius
6) Pengalaman kehilangan yang serius atau kehilangan ganda
7) Isolasi soaial yang ekstrim akibat kurangnya sistem pendukung sosial
8) Distres spiritual
9) Merasa tidak ada masa depan
10) Anggota kelompok pemujaan
11) Riwayat bunuh diri dalam keluarga
12) Terlebih dahulu berupaya atau mengancam akan bunuh diri
d. Rencana bunuh diri
1) Ide bunuh diri
2) Menyerahkan bisnis pribadi atau menyerahkan barang-barang pribadinya
3) Memiliki rencana bunuh diri yang sangat mematikan (menentukan rencana
waktu, tempat, dan cara yang akan membuat sesorang meninggal dengan cepat
dengan metode tersebut)
4) Mencari alat yang akan dipakai untuk bunuh diri
2. Factor Pencetus
a. Peristiwa kehidupan yang memalukan
b. Masalah hubungan interpersonal
c. Dipermalukan di depanumum
d. Kehilangan pekerjaan
e. Ancaman penahanan
f. Bisa juga pengaruh media yang mengekspos peristiwa bunuh diri

C. KLASIFIKASI
Jenis prilaku bunuh diri antara lain :
1. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan
berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara
nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan
ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin
akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

D. TANDA DAN GEJALA


Terdapat tanda dan gejala umum yang ditemukan pada orang yang cenderung
bunuh diri:
1. Tanda Perilaku Bunuh diri :
a. Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian.
b. Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen,
krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam.
c. Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
d. Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
e. Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
f. Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
g. Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang
sebelumnya dia senangi.
h. Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
i. Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu harus
berbuat apa.
j. Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak kekerasan,
berpisah, putus hubungan.
k. Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada orang muda.
l. Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya pada
perempuan.
m. Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau anggota
keluarga.
n. Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa (depresi,
skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti kanker, HIV/AIDS, TBC, dan
cacat).
o. Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa adanya
dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi.
p. Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai prestasi
tinggi di sekolah.
q. Mendapat tekanan/bujukan dari organisasi/ kelompoknya.
2. Gejala Perilaku Bunuh Diri :
a. Merasa sedih
b. Sering menangis
c. Kecemasan dan gelisah
d. Perubahan mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan)
e. Perokok dan peminum alkohol berat
f. Gangguan tidur yang menetap atau berulang
g. Mudah tersinggung, bingung
h. Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari
i. Sulit mengambil keputusan
j. Perilaku menyakiti diri
k. Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota keluarga lain
l. Menjadi ”sangat fanatik terhadap agama” atau jadi ”atheis”
m. Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus

E. PENCEGAHAN
Bunuh diri dapat dicegah dan semua anggota masyarakat dapat melakukan
tindakan yang akan menyelamatkan kehidupan dan mencegah bunuh diri.
Sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, profesi dan
pemerintah untuk bersama mengatasi masalahnya.
1. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan oleh Individu
Bila menemukan orang dengan ciri risiko tinggi bunuh diri:
a. Coba menjalin kontak dan mengenali pelaku tindakan bunuh diri beserta latar
belakangnya.
b. Dengarkan dengan penuh perhatian dan biarkan pelaku tindakan bunuh diri
berbicara mengenai perasaannya.
c. Coba mengenali masalah dan memahami perasaannya.
d. Hargai pemikirannya dan jangan menyalahkan keputusan mereka untuk bunuh diri.
e. Telusuri situasi yang dialami sekarang dan pengalaman serta keyakinannya pada
masa lalu.
f. Telusuri pilihan alternatif yang positif yang mungkin dan dapat dilakukan sesuai
dengan diri, nilai dan hal yang disenangi oleh orang tersebut.
g. Identifikasi cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong mereka dalam situasi
krisis.
h. Beri mereka harapan dan optimisme.
i. Bantu mereka mengurangi beban pikirannya.
j. Libatkan mereka dalam kegiatan sosial dan rekreasi seperti bertemu orang,
berbicara kepada teman, mendengarkan radio, menonton televisi (bukan yang
menayangkan tentang bunuh diri), menghadiri pertemuan sosial dan lain-lain.
k. Rujuk mereka kepada konselor atau tenaga kesehatan jiwa (psikiater, psikolog)
l. Ikuti saran dari dokter atau konselor, khususnya kepatuhan terhadap terapi.
m. Dampingi dan bantu mereka dengan segala cara yang mungkin dilakukan.
n. Teruskan berinteraksi, mendengarkan dan menawarkan dukungan.
Bila situasi krisis sudah berlalu, penting untuk tetap memberikan
dukungan agar mereka mampu mengatasi tantangan hidup dengan cara yang positif.
Jika pikiran bunuh diri tetap ada, diperlukan dukungan konselor dan profesional lain,
jadi mereka perlu dirujuk ke tenaga yang tepat. Semua anggota masyarakat sebenarnya
dapat bertindak sebagai konselor yang terbatas yaitu dengan cara berkomunikasi,
berempati, memberi dukungan dan menunjukkan arahan yang positif bagi orang
tersebut.
2. Upaya Pencegahan Yang Dapat Dilakukan Oleh Keluarga
Keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan dalam kehidupan individu.
Konflik interpersonal, hubungan yang terganggu dan kehidupan yang tidak harmonis
merupakan faktor pencetus yang penting dalam tindakan bunuh diri. Keluarga perlu
memberi dukungan dan melakukan upaya untuk mencegah bunuh diri. Anggota
keluarga dapat melakukan upaya yang efektif dengan berbagai cara, antara lain:
a. Mengidentifikasi tanda-tanda dari stres dan kecenderungan bunuh diri. Karena
ekspresinya sangat unik untuk setiap budaya, maka keluarga harus mengenali
kecenderungan tersebut.
b. Membina hubungan yang erat dengan pelaku, penuh perhatian, mendengarkan,
menghargai perasaan serta memahami emosinya.
c. Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolongnya.
d. Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku pada
kelemahannya.
e. Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga yang mempunyai keinginan
bunuh diri.
f. Menjauhkan pelaku dari benda yang membahayakan dirinya seperti: obat-obatan,
racun, benda tajam, tali dan lain-lain.
g. Secara bertahap bangkitkan kembali keinginan untuk hidup (untuk beberapa situasi
dapat terjadi dengan cepat).
h. Ajari dan praktekkan metode penyelesaian masalah dan timbulkan rasa optimis.
i. Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan latihan
pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang lain.
j. Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan profesional,
rumah sakit atau LSM (lihat lampiran) yang tepat. Mereka yang mempunyai
masalah kesehatan jiwa tidak mau dilabel dengan ”gangguan jiwa”. Oleh karena
itu persuasi merupakan faktor kunci untuk membawanya ke dokter. Konsultasi
dengan dokter tidak cukup hanya satu kali. Untuk mendapatkan perubahan yang
bermakna diperlukan konsultasi yang teratur dan perlu mengikuti saran yang
diberikan oleh dokter.
k. Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan berbagai cara
yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan.
l. Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan perilakunya.
m. Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal, gangguan jiwa
(depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain) dan penderita cacat.
n. Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu kasus spesifik
(misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga sosial, institusi kesehatan, tokoh
agama dan sesepuh atau tokoh masyarakat).
o. Dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang, pengertian dan dukungan
(selain dari memberi pengobatan yang diperlukan secara teratur), dapat mencegah
terjadinya tindakan bunuh diri.
3. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan jaringan yang
lebih luas
Masyarakat mempunyai tanggungjawab yang besar untuk mencegah tindakan
bunuh diri. Masyarakat seharusnya menciptakan norma perilaku untuk membantu
anggota masyarakat bertumbuh dengan cara yang positif, sehat dan merasa sejahtera.
Jadi pengaruh positif dari masyarakat dapat mempengaruhi individu untuk berhenti
dari perilaku merusak.
Problem besar pada masyarakat yang sedang dalam transisi adalah menurunnya
sistem nilai secara bertahap, perubahan yang cepat yang diikuti oleh konflik yang
disebabkan oleh adanya peluang baru dan frustrasi yang timbul akibat dari perubahan
sosial masyarakat. Jadi setiap institusi dan individu di dalamnya dapat memainkan
peranan yang amat penting untuk mencegah tindakan bunuh diri. Masyarakat perlu
membangun mekanisme pertahanan sosial yang meliputi pencegahan, terapi dan
pelayanan ”after care” untuk mengurangi tindakan bunuh diri.
Masyarakat, organisasi dan LSM mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan pelayanan pencegahan, pelayanan gawat darurat, pelayanan ”after
care” dan program pencegahan. Mendata dukungan dari kelompok lokal merupakan
langkah penting dalam membuat program dan mengidentifikasi sumberdaya yang ada.
Masyarakat dapat membantu program pencegahan bunuh diri dengan cara
mengangkat isu lokal, masalah dan penyebab bunuh diri kepada pengambil keputusan
(misalnya memperbaiki kualitas hidup masyarakat ekonomi lemah, mengurangi tindak
kekerasan dan kriminalitas, menghilangkan stigma, menghilangkan sikap diskriminasi,
mempengaruhi media massa lokal dan memperbaiki informasi data tentang bunuh
diri).
4. Mewaspadai tempat risiko tinggi
Bunuh diri juga sering terjadi di beberapa tempat seperti rumah sakit, panti
werda, lembaga pemasyarakatan, penginapan, mal dan lain-lain. Oleh karena itu perlu
mengembangkan mekanisme pencegahan tindakan bunuh diri pada tempat-tempat
tersebut dengan upaya khusus.
a. Perlu mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk bunuh diri pada tempat-
tempat itu dan mengembangkan program intervensi yang ditujukan pada individu
tersebut.
b. Staf pada tempat tersebut perlu dilatih untuk mengidentifikasi dan tetap
mewaspadai mereka. Perlu dilakukan pelatihan periodik untuk mengatasi masalah
dan melakukan metode pencegahan.
c. Perlu meningkatkan kepekaan petugas penerima tamu dan petugas lainnya untuk
dapat mendeteksi adanya kemungkinan risiko tinggi bunuh diri pada calon dan
penghuninya.
d. Dalam memberikan pertolongan perlu melibatkan tenaga kesehatan, psikolog,
pengacara, polisi, pekerja sosial dan konselor.
e. Perlu kerjasama antara keluarga, sahabat, pemuka agama, staf rehabilitasi dan
konselor profesional dalam memberikan intervensi.
f. Perlu menyediakan alat/materi untuk pertolongan pertama bila tiba-tiba terjadi
usaha bunuh diri yang tak diduga sebelumnya.
g. Orang dengan risiko tinggi ditempatkan bersama dengan orang lain, bila tidak
merupakan ancaman terhadap orang lain.
h. Tempatkan pada tempat yang aman dan singkirkan benda yang dapat digunakan
untuk bunuh diri.
i. Tingkatkan pemeriksaan keamanan lingkungan khususnya pada penginapan dan
hotel.
j. Perlu meningkatkan interaksi sosial yang sehat dan melibatkan mereka dalam
kegiatan rekreasi (seperti menyanyi, olah raga, mendengar radio, menonton
televisi, membaca), berdoa, meditasi.
5. Upaya yang Dilakukan oleh Media Massa
Media massa (cetak dan elektronik) berdampak luas terhadap kehidupan
masyarakat. Walaupun media punya kebebasan untuk menayangkan berita, namun
mereka harus menyadari akibat dari berita tersebut terhadap masyarakat.
Sejumlah novel, televisi, film, majalah dan surat kabar melaporkan peristiwa
bunuh diri sebagai tindakan yang berani dan menjelaskan secara rinci cara bunuh diri
yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Data menunjukkan bahwa dengan
penayangan demikian ternyata angka bunuh diri di masyarakat menjadi meningkat.
Jadi media dapat berperan negatif atau positif dalam membentuk pemikiran dan
perilaku masyarakat.
Media massa sebaiknya melakukan hal berikut:
a. Laporan tentang bunuh diri perlu menekankan bahwa setiap bunuh diri merupakan
kerugian bagi masyarakat.
b. Hati-hati menayangkan ”celebrity suicide”, jangan dianggap sebagai tindakan
pahlawan. Berikan publikasi yang minimal terhadap hal tersebut.
c. Hindari memberikan penjelasan yang rinci tentang cara dan tempat bunuh diri,
karena masyarakat ingin tahu dan melihat tempat tersebut dan mungkin pula
melakukannya dengan motif dan cara yang sama. Bila terdapat tempat dengan
risiko tinggi, maka media perlu menekankan bagaimana cara membuatnya lebih
aman.
d. Bunuh diri tidak terjadi karena faktor tunggal. Jangan menyalahkan korban, karena
tindakan tersebut disebabkan oleh kombinasi berbagai penyebab. Tekankan bahwa
gagal bercinta, tidak lulus ujian, tidak jadi ke luar negeri bukan merupakan
penyebab bunuh diri. Masyarakat perlu diberi informasi bagaimana cara
menghindari tindakan bunuh diri.
e. Pemberitaan bunuh diri di media massa merupakan beban yang memalukan bagi
keluarga.
f. Beritakan tanda-tanda yang perlu diwaspadai yaitu bencana sosial, masalah
ekonomi dan gangguan jiwa (khususnya depresi). Pada situasi tersebut perlu
kerjasama yang erat dengan petugas kesehatan.
g. Berikan penjelasan dampak bunuh diri kepada individu yang selamat, pegawai dan
keluarganya serta akibat terhadap individu baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
h. Jelaskan tentang miskonsepsi, budaya, keyakinan dan mitos tentang bunuh diri.
Menimbulkan kewaspadaan dan mengubah pemikiran masyarakat merupakan salah
satu dari tanggung jawab media.
i. Media lokal dapat memberikan informasi tentang ”hotline service”, pusat
pencegahan krisis, pusat pengobatan keracunan, atau LSM yang dapat memberikan
bantuan kepada individu dan keluarganya.
j. Pemilihan kalimat seperti ”bunuh diri yang berhasil” atau ”bunuh diri yang
lengkap” dapat mengubah persepsi masyarakat.
k. Media massa perlu bekerja sama yang erat dengan petugas kesehatan sebelum
menayangkan berita.
6. Upaya yang perlu segera dilakukan oleh sektor kesehatan
Bunuh diri bukan semata-mata merupakan fenomena sosial, budaya atau agama.
Agar menjadi mitra kerja yang aktif dalam upaya pencegahan bunuh diri, sektor
kesehatan perlu meluaskan peran dan tanggung jawabnya. Sektor kesehatan
seharusnya memprakarsai untuk melakukan riset multi sektoral, karena dengan
memahami masalah, faktor risiko dan metode yang dilakukan, merupakan isu kunci
dalam intervensi dan pencegahan bunuh diri yang efektif.
Sektor kesehatan perlu melakukan:
a. Program pengembangan sumber daya untuk penanganan bunuh diri dengan cara
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, teknik dan strategi dalam memberikan
pelayanan.
b. Memperbaiki fasilitas gawat darurat dan pelayanan segera terhadap pasien dengan
percobaan bunuh diri dikombinasikan dengan pelayanan rujukan dan rehabilitasi.
c. Mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa ke sistem pelayanan kesehatan primer
seperti puskesmas. Dengan melakukan identifikasi, penatalaksaan dan rujukan
segera terhadap pasien (khususnya mereka yang menderita depresi,
penyalahgunaan alkohol dan gangguan jiwa lainnya), bersamaan dengan
meningkatkan sikap yang positif dari masyarakat, akan sangat menolong
mengurangi angka bunuh diri.
d. Memberikan arahan kepada insan media massa dan sektor lain untuk
mengembangkan kebijakan penyebarluasan informasi yang realistik agar terbentuk
sikap yang positif pada masyarakat.
e. Mengembangkan program pencegahan bunuh diri lintas sektor yang terintegrasi
dan terkoordinasi (sektor kesehatan, pendidikan, agama, pertanian, tenaga kerja,
kepolisian, hukum dan lain-lain).
f. Mengembangkan pusat ”keracunan” yang dapat memberikan informasi dan saran
kepada mereka yang keracunan.
Perilaku bunuh diri seringkali dilaporkan oleh keluarga dekat, tetangga, atau
teman. Sarankan untuk segera mengubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pertolongan medis. Perlu menyediakan ”hotline service” yang dapat
dihubungi 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai