Anda di halaman 1dari 24

ASKEP TEORITIS GANGGUAN JIWA

RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH :

AULIA GEZA KENTALA 161211206

CHRISTAVANI EFENDI 161211207

OTTRI WAHYUNI 161211222

PUTRI PUJAAN 161211224

RANI NOVELIA 161211250

YUNISA 161211246

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. YOLA YOLANDA,M.Kep.S.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan insyaallah mudah untuk
dipahami oleh pembaca.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas ASKEP GANGGUAN
JIWA RESIKO BUNUH DIRI. Ucapan terima kasih kami sampaikan kpada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan askepini.

Kami sadari bahwa askep ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran serta
bersikap membangun sangat diharapkan dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Padang, 31 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR
ISI..................................................................................................................................
BAB I
1. Latar belakang................................................................................................................
2. Rumusan masalah..........................................................................................................
3. Tujuan penulisan............................................................................................................
BAB II
1. Pengertian.....................................................................................................................
2. Etiologi...........................................................................................................................
3. Rentang respons............................................................................................................
4. Respon protektif diri perilaku bunuh diri.........................................................................
5. Tanda dan gejala............................................................................................................
6. Jenis-jenis bunuh diri.....................................................................................................
7. Komplikasi.....................................................................................................................
8. Patopsikologi................................................................................................................
9. Penatalaksanaan..........................................................................................................
BAB III
Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa
1. Identitas .....................................................................................................................
2. Alasan masuk..............................................................................................................
3. Faktor predisposisi.......................................................................................................
4. Pemeriksaan fisik........................................................................................................
5. Psikososial..................................................................................................................
6. Status mental.............................................................................................................
7. Kebutuhan persiapan pulang......................................................................................
8. Mekanisme koping.....................................................................................................
BAB IV
DAFTAR PUSTA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Bunuh diri adalah
setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007.
Dikutip Dez, Delicious, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari resiko bunuh diri?
2. Apa etiologi dari resiko bunuh diri?
3. Rentang respons dari bunuh diri ?
4. Respon protektif diri perilaku bunuh diri ?
5. Apa tanda dan gejala dari resiko bunuh diri?
6. Apa jenis – jenis dari bunuh diri?
7. Komplikasi dari bunuh diri ?
8. Patopsikologi ?
9. Penatalaksanaan ?
Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa
1. Identitas
2. Alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Pemeriksaan fisik
5. Psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
C. Tujuan Penulisan
1. Tujan Umum
o Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri
2. Tujuan Khusus
o Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar resiko bunuh diriMenjelaskan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku
bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262).
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja
(DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri.
Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih
sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang
masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial
disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh
wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan bersifat
impulsif.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :

o Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
o Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
o Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
o Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
o Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).

2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca
melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri.
Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang
untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih
mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Respon adaptif Respon maladaptif


P Peningkatan diri Beresiko Destruktif diri Pencederaan Bunuh diri
destruktif tidak langsung diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman


bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping
dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

C. Rentang Respons
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai  loyalitas
terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi
menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat
pada waktunya.
2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung
verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan  secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita
lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan
sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

D. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri


Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung.
Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku
berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226).
Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut :
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Penyalahgunaan zat
6. Perilaku yang menyimpang secara sosial
7. Prilaku yang menimbulkan stress.
8. Ketidak patuhan pada tindakan medis
Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif,
sementara perilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon
maladaptif.

RENTANG RESPON PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon Maladapatif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri


Diri Peningkatan Destruktif-diri Diri
Berisiko tak langsung

Gambar . 1 Rentang Respon Protektif-diri

E. Tanda dan Gejala


1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

F. Jenis – jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
2. Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
3. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut
sangat mengharapkannya.
4. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan
terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan
bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.

G. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko
paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam
melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien
untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau
intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi
cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,
koma, blokade jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama
jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak
dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok,
kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.

H.Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh
diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 3 kategori :
1.    Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2.    Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3.    Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika
tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya.
I. Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan medis
a.       memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri.
b.      Pada pasien dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien
rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya
dapat dimulai secar cepat.
c.       Proses terapi
1)      Pendekatan Psikodinamika
2)      Pendekatan Behavioral
3)      Pendekatan Kognitif
4)      Pendekatan Biologis
a)      Kemoterapi (Chemotherapy)
b)      Antianxiety Drugs, Anti Depressant, Antipsychotic
c)      Electroconvulsive
d)     Psychosurgery

2.      Penatalaksanaan keperawatan


a.       Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri, dengan cara :
1)      Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
2)      Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan
social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping
mekanisme yang biasa digunakan.
b.      Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen
untuk klien yang memiliki resiko tinggi
1)      Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat
ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
2)      Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat
membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger
dan barang berbahaya lainnya.
c.       Membantu meningkatkan harga diri klien
1)      Tidak menghakimi dan empati
2)      Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
3)      Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
4)      Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control
impuls yang rendah
5)      Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila
diindikasikan.

d.      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social


1)      Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan
dukungan social yang adekuat
2)      Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring
sosial yang bisa di akses.
3)      Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
e.       Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
1)      Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
2)      Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
3)      Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum
anda memiliki pikiran bunuh diri’
4)      Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
5)      Explorasi perilaku alternative
6)      Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Pengkajian
A. Identitas Pasien:
Nama Lengkap : Tn. B
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status             : Kawin
Alamat : siteba

1. Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah
pasien
2. Faktor PredisposisI
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan
tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga
mengalami gangguan jiwa.
3. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
4. Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan
TB 170cm.
5. Psikososial
6. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
b. Identitas
Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.
c. Peran Diri
Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil
d. Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingungharus
mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana
membangun keluarganya seperti dulu.
e. Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan
orang lain.
7. Hubungan Sosial0
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg
satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah,jarang berkomunikasi dan slalu
bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.

8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b. Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.
9. Status Mental
a. Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut
tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak
berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
b. Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan
lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
c. Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
d. Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat
berkomunikasi.
e. Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
10. Kebutuhan Persiapan Pulang.
11. Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
A. Data

No Data subjektif Data objektif

1  Mengungkapkan ingin diakui jati  Merusak diri sendiri


dirinya.  Merusak orang lain
 Mengungkapkatidak ada lagi yang  Menarik diri dari hubungan
peduli social
 Mengungkapkan tidak bisa apa-apa  Tampak mudah tersinggun
 Mengungkapkan dirinya tidak  Tidak mau makan dan tidak
berguna tidur
 Mengkritik diri sendiri

B. Analisa data

No Data Masalah
1 DS : .Resiko Perilaku bunuh diri
- menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati
saja, tak ada gunanya hidup.
DO :
- ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri,
pernah mencoba bunuhdiri.

2 DS : Koping maladaptive
- menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak
bahagia, tak ada harapan.
DO :
- nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak
dapat mengontrol impuls

C. DAFTAR MASALAH
1Resiko perilaku bunuh diri

2.Koping maladaptive

D. POHON MASALAH

Resiko bunuh diri

Isolasi
Isolasi sosial
sosial
/
Harga diri rendah

Koping keluarga tidak efektif Kegagalan perpisahan

E. INTERVENSI
N Tangga Dx Tujuan Tujua Criteria hasil Rencana tindakan
o l ke umum n
p khusus
1 Klien tidak Klien dapat  Perkenalkan diri dengan
mencedera membina klien 
i diri. hubungan saling  Tanggapi pembicaraan
percaya klien dengan sabar dan
tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas,
jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan
bersahabat.
 Temani klien saat
keinginan mencederai
diri meningkat.

2 Klien dapat  Jauhkan klien dari


terlindung dari benda-benda yang dapat
perilaku bunuh membahayakan (pisau,
diri silet, gunting, tali, kaca,
dan lain-lain).
 Tempatkan klien di
ruangan yang tenang
dan selalu terlihat oleh
perawat.
 Awasi klien secara ketat
setiap saat.

3 Klien dapat  Dengarkan keluhan yang


mengekspresika dirasakan.
n perasaannya  Bersikap empati untuk
meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan
keputusasaan
 Beri dorongan untuk
mengungkapkan
mengapa dan bagaimana
harapannya.
 Beri waktu dan
kesempatan untuk
menceritakan
arti  penderitaan,
kematian,  dan lain-lain.
 Beri dukungan pada
tindakan atau ucapan
klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4 Klien dapat  Bantu untuk memahami
meningkatkan bahwa klien dapat
harga diri mengatasi
keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan
sumber-sumber internal
individu.
 Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan
(misal: hubungan antar
sesama, keyakinan,
hal-hal untuk
diselesaikan).

5 Klien dapat  Ajarkan untuk


menggunakan mengidentifikasi
koping yang pengalaman-pengalama
adaptif n yang
Tindakan: menyenangkan  setiap
hari (misal : berjalan-
jalan, membaca buku
favorit,menulis surat
dll.).
 Bantu untuk mengenali
hal-hal yang ia cintai dan
yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap
kehidupan orang lain,
mengesampingkan
tentang kegagalan dalam
kesehatan.
 Beri dorongan untuk
berbagi keprihatinan
pada orang lain yang
mempunyai suatu
masalah dan atau
penyakit yang sama dan
telah mempunyai
pengalaman positif
dalam mengatasi
masalah tersebut dengan
koping yang efektif.
6 Klien dapat  Kaji dan manfaatkan
menggunakan sumber-sumber
dukungan sosial ekstemal individu
(orang-orang terdekat,
tim pelayanan
kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang
dianut).
 Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai,
pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama).
 Lakukan rujukan sesuai
indikasi (misal :
konseling  pemuka
agama).
7 Klien dapat  Diskusikan tentang obat
menggunakan (nama, dosis, frekuensi,
obat dengan efek dan efek samping
benar dan tepat minum obat).
Tindakan:  Bantu menggunakan
obat dengan prinsip 5
benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu).
 Anjurkan membicarakan
efek dan efek samping
yang dirasakan.
 Beri reinforcement
positif bila menggunakan
obat dengan benar

F. IMPLEMENTASI EVALUASI
NO TGL/ DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI
JAM KEP

1. . Resiko Bunuh Sp I Pasien S:


Diri Klien
1.      Membina hubungan saling
percaya dengan klien mengatakan
sudah mencoba
2.      Mengidentifikasi benda-benda belajar
yang dapat membahayakan pasien berkenalan
3.      Mengamankan benda-benda namun masih
yang dapat membahayakan pasien. enggan untuk
dilakukan
4.      Melakukan kontrak treatment

5.      Mengajarkan cara O:


mengendalikan dorongan bunuh diri Klien aktif dan
memperhatikan
selama latihan
Sp II Pasien berkenalan
dengan perawat
1.      Mengidentisifikasi aspek positif A: Resiko bunuh
pasien diri masih ada
Klien sudah tahu
2.      Mendorong pasien untuk cara berkenalan
berfikir positif terhadap diri sendiri dengan
3.      Mendorong pasien untuk menyebutkan
menghargai diri sebagai individu nama,asal,hobi
yang berharga
P:
Lanjutkan
Sp III Pasien berkenalan
dengan orang
1.      Mengidentisifikasi pola koping
lain.
yang biasa diterapkan pasien

2.      Menilai pola koping yng biasa


dilakukan

3.      Mengidentifikasi pola koping


yang konstruktif

4.      Mendorong pasien memilih pola


koping yang konstruktif

5.      Menganjurkan pasien


menerapkan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian

Sp IV Pasien

1.      Membuat rencana masa depan


yang realistis bersama pasien

2.      Mengidentifikasi cara mencapai


rencana masa depan yang realistis

3.      Memberi dorongan pasien


melakukan kehiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis

SP 1 Keluaga
1.      Mendiskusikan massalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien

2.      Menjelaskan pengertia, tanda


dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis
prilaku yang di alami pasien beserta
proses terjadinya

3.      Menjelaskan cara-cara merawat


pasien resiko bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.

SP II Keluarga

1.      Melatih keluarga

mempraktekan cara merawat pasien


dengan resiko bunuh diri

2.      Melatih keluarga melakukan


cara merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri.

SP III Keluarga

1.      Membantu keluarga membuat


jadual aktivitas dirumah termasuk
minum obat\

2.      Mendiskusikan sumber rujukan


yang bias dijangkau oleh keluarga

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram

M. Wilkson Judith.2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi (NIC) dan
Kriteria Hasil (NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT Refrika
Aditama

Anda mungkin juga menyukai