Askep KLP 7 Apendecitis
Askep KLP 7 Apendecitis
KASUS APENDISITIS
BERDASARKAN NANDA NIC-NOC
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
2. Etiologi Apendisitis
Penyebab apendisitis atau usus buntu biasanya dapat disebabkan oleh
beberapa hal dibawah ini, antara lain adalah:
- Fekolit atau massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
- Tumor apendiks
- Cacing ascaris di dalam saluran pencernaan
- Erosi mukosa apendiks karena parasit e. Histolytica
- Hiperplasia jaringan limfe
Obstruksi lumen
Insisi bedah
Mual, Muntah
Resiko terjadi infeksi
Nyeri
Resiko kurang vol. cairan
5. Tanda Dan Gejala Apendisitis Atau Usus Buntu
Tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien usus buntu atau
apendisitis adalah sebagai berikut:
- Nyeri hingga kram di daerah perut kuadran kanan bawah
- Anoreksia atau hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
- Demam ringan pada tahap awal penyakit dan dapat naik ketika terjadi
peritonotis.
- Nyeri lepas pada pemeriksaan perut
- Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
- Konstipasi atau susah buang air besar
- Diare atau mencret
- Disuria atau kencing sedikit
- Gejala berkembang dengan cepat dan kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai
6 jam setelah munculnya gejala pertama.
6. Komplikasi Apendisitis
Komplikasi dari usus buntu atau apendisitis akut adalah keadaan yang
terjadi akibat dari perforasi atau kebocoran usus, seperti peritonitis generalisata,
abses dan pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran melalui pembuluh
darah, pieloflebitis supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan
septikemia.
Radang atau inflamasi dapat menjadi kronis dan dapat menyebabkan
obstruksi pada leher apendiks, sehingga akan menyebabkan retensi mukus dan
kemudian menimbulkan mukokel.
Apendisitis atau usus buntu ini sering tidak menimbulkan masalah klinis,
akan tetapi walaupun jarang, dapat terjadi ruptur dari sel epitel yang mensekresi
mukus dapat dan dapat menyebar ke kavum atau rongga peritoneum.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan apendisitis dapat dilakukan
dengan memeriksakan laboratorium yang dapat dilihat dari kondisi leukositosis
ringan, yaitu leukosit berkisar antara 10.000-20.000/ml dengan peningkatan
jumlah netrofil.
Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan
kelainan pada ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan
melakukan barium enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini
dibenarkan.
Pemeriksaan usg perlu dilakukan bila telah terjadi infiltrasi apendikularis.
8. Penatalaksanaan Apendisitis
Penatalaksanaan apendisitis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai
dari taham sebelum operasi hingga tahap setelah operasi.
Sebelum Operasi
- Pasang NGT harus dilakukan untuk dekompresi
- Pasang kateter urin untuk mengontrol produksi urin.
- Rehidrasi cairan perlu dilakukan
- Berikan antibiotik spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
- berikan obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.
- Jika demam, demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
Operasi
- Dilakukan tindakan apendiktomi dan apendiks dibuang, jika apendiks mengalami
perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
- Abses apendiks selanjutnya diobati dengan antibiotika secara intravena,
massanya mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam
jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi
elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan
Jika pada kondisi massa apendiks atau usus buntu dengan proses
peradangan yang masih aktif yang ditandai dengan
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas
terdapat tanda-tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien
dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis
umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat
penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana
tanpa perforasi .
Kemudian jika pada kondsi masa apendiks dengan proses radang yang
telah mereda ditandai dengan :
- Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi.
- Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
- Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal
1. Identitas Klien
Masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat
tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang khas pada pasien apendisitis ini adalah nyeri perut kanan
bawah
3. Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat penyakit darah tinggi, DM, infeksi dan lain-lain
DATA FOKUS
1. Promosi Kesehatan
a. Data Subjektif
Penyakit yang lalu seperti penyakit saluran pencernaan
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
b. DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.
2. NUTRISI
a. DS:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah
b. DO:
Tampak tidak nafsu makan
3. Sistem gastrointestinal
a. DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid dan konstipasi
b. DO:
Pengkajian abdomen:
- Inspeksi biasanya pada apendisitis sudah buruk tampak kemerahan pada
perut kanan bawah.
- Palpasi pada kuadran kanan bawah akan menghasilkan nyeri takan dan
nyeri lepas
- Perkusi abdomen pekak
- Auskultasi bising usus normal hingga tidak ada bising usus.
5. KENYAMANAN
a. DS:
Nyeri pada perut terutama kanan bawah
b. DO:
Tampak kesakitan dan gelisah
1. Pengkajian
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
2. Manajemen nyeri:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
4. Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
5. Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
6. Manajemen nyeri:
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien
dimasa lalu
7. Perawatan dirumah
Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat
1. Pengkajian
Pantau gejala subjektif mual pada pasien
Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
Kaji penyebab mual
5. Aktivitas kolaboratif
Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien
Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran
6. Aktivitas lain
Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu
7. Perawatan dirumah
Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang
disiapkan dirumah
Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah
Pengkajian
Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan luka,
sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute,
hitung jenis, protein serum, albumin)
Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi
Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi handuk,
gelas , dll
Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang aman
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka, gaya
hidup atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi
Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah
biologis lainnya
Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala
infeksi serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan.
Daftar Pustaka
Burner And Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi
8.volume 2. Jakarta : EGC.