Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA MELALUI


MEDIA VISUAL GAMBAR SERI DI KELAS III SDN 5 TIBAWA
KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

WITA KURNIYATI MUSLIM


NIM. 151 409 178

PEMBIMBING 1 : YUSUF DJAFAR


PEMBIMBING 2 : SALMA HALIDU

1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,

keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar

kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi

lokal, regional, nasional, dan global. (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis memandang perlu untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul: “Meningkatkan Kemampuan

Bercerita Siswa Melalui Media Visual Gambar Seri di Kelas III SDN 5 Tibawa

Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo”.


2. KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Menurut Mohammad Zain dalam Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa kemampuan

adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sementara itu,

menurut Robbins (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan

(ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah

kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau

mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan

seseorang.

Pada dasarnya, tujuan utama dari bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar

informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seorang yang

bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini sejalan

dengan pendapat Nurgiyantoro (2001:277), yang mengemukakan bahwa tujuan bercerita adalah

untuk mengemukakan sesuatu kepada orang lain.

Musfiroh (2005: 95), ditinjau dari beberapa aspek, menyatakan bahwa manfaat bercerita,

adalah sebagai berikut:

a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak

b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

c. Memacu kemampuan verbal anak

d. Merangsang minat menulis anak

e. Membuka cakrawala pengetahuan anak


Menurut Arsjad (1991:17) keefektifan komunikasi dipengaruhi oleh kemampuan

bercerita seseorang. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif dan efisien, sebaiknya

pembicara memahami betul-betul isi pembicaraan. Selain itu, seseorang juga harus mampu

mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang didengar tetapi

juga bagaimana mengemukakannya. Pengungkapan ini menyangkut masalah bahasa dan

pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Ucapan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan

dalam memproduksi bunyi bahasa seperti artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara, seperti

lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan.

Untuk menjadi seorang pembicara yang baik selain menguasai masalah yang dibicarakan juga

harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan

jelas dan tepat.

Menurut Rudy Brezt (Indriana, 2011:55), media pengajaran itu mempunyai lima bentuk

dasar informasi yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. Menurut Hastuti

(Djuanda, 2006: 103), media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu media

visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan.

Contoh media visual yang tidak diproyeksikan yaitu:

1) Gambar diam seperti foto, gambar dari majalah, lukisan

2) Gambar seri

3) Wall chart seperti gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan di dinding

4) Flash chard berisi kata-kata dan gambar untuk mengembangkan kosa kata.

Gambar merupakan media visual yang penting dan mudah didapat, sebab memberikan

penggambaran visual yang konkret tentang masalah digambarkannya. Setiap gambar memiliki

arti, uraian dan tafsiran sendiri, karena itu gambar dapat digunakan sebagai media pendidikan
dan mempunyai nilai-nilai pendidikan dan memungkinkan belajar lebih efisien. Menurut

Ibrahim (Arsyad, 2007:16) bahwa, media visual atau media gambar membawa dan

membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat

mereka, dan membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan

pelajaran.

Alasan dasar penggunaan media gambar dikemukakan oleh Hamalik (Arsyad, 2007: 15)

yakni, gambar bersifat konkret melalui gambar para siswa dapat dengan jelas melihat sesuatu

yang sedang dibicarakan, gambar menggambarkan ruang dan waktu, gambar mudah didapat

dan murah, gambar mudah digunakan baik untuk perseorangan maupun kelompok.

Pada penelitian ini akan menggunakan gambar seri sebagai media visual. Gambar seri

mudah diperoleh, dan gambar merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati

dimana-mana. Gambar yang kelihatan diam banyak memiliki makna. Melalui media visual

gambar seri diharapkan siswa dapat menuangkan gagasannya berbentuk kalimat sehingga

menjadi suatu rangkaian cerita yang runtut yang mampu diceritakan kembali oleh siswa.

Gambar seri merupakan salah satu dari sekian banyak media visual yang dapat digunakan guru

untuk menyampaikan tujuan pembelajaran pada aspek berbicara ya g terdapat pada mata

pelajaran bahasa Indonesia.

Kauy (2011), dengan judul Penerapan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan

Kemampuan Bercerita dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SDN

Mandyopuro 5 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa, penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat

meningkatkan aspek kognitif saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan dan semua

aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerja
sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu pembelajaran ini juga dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran secara individual, klasikal

maupun berkelompok. Penerapan pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar

bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Madyopuro 5 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

Persamaan kedua penelitian yang telah disebutkan dengan penelitian yang dilakukan

adalah merupakan upaya meningkatkan kemampuan berbicara maupun bercerita pada siswa

dengan menggunakan media. Sedangkan perbedaannya adalah pada lokasi penelitian dan siswa

yang memperoleh tindakan.

Selanjutnya penelitian oleh Arifuddin (2009) dengan judul Penerapan Metode Permainan

Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Negeri No.1 Banjar Tegal Singaraja. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penerapan

model pembelajaran permainan simulasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa

kelas V SD No.1 Banjar Tegal Singaraja.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa

Kabupaten Gorontalo. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari

bulan Juni sampai Agustus 2013.

Subyek penelitian adalah siswa kelas III SDN 5 Tibawa dengan jumlah 20 orang siswa

yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

3.1.1 Variabel input: merupakan proses sebelum pembelajaran berlangsung seperti :

a. Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran.

b. Kegiatan guru dalam menyusun rencana pembelajaran.


c. Kegiatan pembelajaran yang sudah dirancang guru untuk siswa dalam hal

meningkatkan kemampuan bercerita siswa.

d. Sumber belajar Buku Bahasa Indonesia kelas III SD

e. Prosedur evaluasi adalah untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan siswa setelah

memperoleh tindakan.

3.1.2 Variabel proses:

Variabel proses dalam penelitian ini adalah:

a. Keterampilan bertanya guru dalam memberikan stimulus pada siswa untuk dapat

memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan seperti pada saat guru

menunjukkan sebuah gambar pada siswa.

b. Cara guru bertanya, yakni dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai tingkat

kesulitan siswa. Apabila siswa belum paham dengan suatu pertanyaan, maka guru

akan mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana dan mudah dipahami siswa.

c. Cara bertanya siswa, yaitu memperbaiki pertanyaan siswa yang masih sederhana.

Guru harus memperbaiki maksud dan tujuan siswa, sehingga siswa paham dengan

maksud pertanyaannya yang dapat membantu siswa dalam mengemukakan ide-ide

dalam pikirannya pada gambar seri yang ditunjukkan.

3.1.3 Variabel output:

Variabel output pada penelitian ini adalah hasil peningkatan kemampuan bercerita

siswa melalui media visual gambar seri pada siswa kelas V SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa.

Analisis dan Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan

penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bercerita

siswa dan demi pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus II.


Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka data diperoleh melalui prosedur-

prosedur sebagai berikut:

Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal yang digunakan untuk mengumpulkan data

umum objek penelitian yaitu pengamatan langsung situasi dan kondisi di lapangan dengan tetap

berfokus pada subjek yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu

kegiatan guru bersama siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan

observasi ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain: mengamati situasi sekolah dalam proses

belajar mengajar, kegiatan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Tes yang dilakukan adalah berupa tes lisan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

bercerita melalui penggunaan gambar seri. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I

dan siklus II. Hasil siklus I dianalisis dan direfleksi dan hasil tersebut selanjutnya dijadikan

sebagai dasar untuk menghadapi tes pada siklus II. Setelah dianalisis hasil tes siswa pada siklus

II dapat diketahui peningkatan kemampuan bercerita siswa dalam bercerita melalui penggunaan

gambar seri.

Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi adalah untuk mencari data atau hal-hal

penting lainnya yang relevan dengan penelitian, berupa foto, catatan lapangan, rekaman video,

dan hasil penilaian kemampuan bercerita siswa kelas III SDN 5 Tibawa.

Analisis data untuk pengajuan hipotesis penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara

kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk menggambarkan aktivitas guru

dalam mengajar dengan menggunakan media visual gambar seri dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran yang memperoleh tindakan melalui penggunaan media visual gambar seri,

sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis pencapaian siswa dalam bercerita
melalui penggunaan gambar seri. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk setiap

siklusnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini di sajikan hasil penelitian tentang data yang diperoleh dalam pelaksanaan

tindakan. Penelitian tindakan kelas ini di laksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2012-

2013 di SDN 5 TIBAWA Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Sekolah ini dipilih oleh

peneliti karena dianggap sangat strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan penelitian.

Subjek dalam penelitiaan tindakan kelas ini adalah siswa kelas III dengan jumlah 20 orang

siswa. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan kemampuan bercerita siswa melalui

penggunaan media visual gambar seri pada siswa kelas III yang terdiri dari 10 orang siswa laki-

laki dan 10 orang siswa perempuan.

Sebelum pelaksanaan siklus I, peneliti membuat skenario pembelajaran. Hal ini bertujuan

agar pembelajaran terarah. Skenario pembelajaran yang telah dibuat terbagi atas tiga bagian

yakni pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Peneliti

menghubungi kepala SDN 5Tibawa agar diberikan kesempatan untuk melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas di kelas III dan meminta kesediaan dua orang guru untuk menjadi guru mitra

yang akan membantu peneliti mengamati aktivitas pembelajaran. Peneliti juga mempersiapkan

format untuk menilai kemampuan bercerita siswa yaitu terdiri dari aspek yaitu kebahasaan

(ketepatan penggunaan kalimat, keruntutan cerita), non kebahasaan (gerak dan mimik yang

tepat, kenyaringan suara) dan media (cerita sesuai gambar, menyampaikan pesan). Rencana

pembelajaran disusun berdasarkan tema yang ada pada kurikum pada mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas III SD semester 2 dengan perencanaan satu kali pertemuan. Peneliti

menggunakan tema “Diriku”.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, siklus I siswa kelas III SDN 5 Tibawa Kabupaten

Gorontalo yang dikenai tindakan hadir seluruhnya dan mengikuti pembelajaran Bahasa

Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan sebelumnya, Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi

pada tes awal yang menunjukkan rendahnya kemampuan bercerita siswa.

1) Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I

Berdasarkan pengamatan hasil kegiatan belajar mengajar pada siklus I dapat dijelaskan

bahwa aktivitas guru dalam menggunakan media visual gambar seri untuk meningkatkan

kemampuan bercerita siswa berjalan dengan baik. 24 aspek penilaian dari pra pembelajaran

sampai dengan penutup pada observasi kegiatan guru pada siklus I disajikan pada tabel 1

berikut ini.

Data diatas menunjukkan bahwa pada siklus I dari 24 aspek yang diamati oleh pengamat

1 hanya 16 aspek yang terlaksana dengan persentase 66%, sedangkan hasil pengamatan dari

pengamat 2 hanya 15 aspek yang terlaksana dengan persentase 62%.

Aspek-aspek yang kurang pada guru sesuai penilaian oleh pengamat pertama yaitu (1)

mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan; (2) mengaitkan materi dengan

realitas kehidupan; (3) menguasai kelas; (4) melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif; (5) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

yang direncanakan; (6) menghasilkan pesan yang menarik; (7) menunjukkan sikap terbuka

terhadap respon siswa; (8) melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan

siswa.
2) Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I

Berikut ini adalah hasil pemantauan kegiatan siswa yang diperoleh selama proses

pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan bercerita siswa melalui penggunaan media

visual gambar seri untuk siklus I.

Tabel 3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I


Kualifikasi
No Aspek yang diamati
P1 Persentase P2 Persentase
1 Pra Pembelajaran 2 9% 2 9%
Kegiatan Inti
2 12 54% 11 50%
Pembelajaran
3 Kegiatan Penutup 1 5% 1 5%
Jumlah 15 68% 14 64%

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa menurut pengamat 1

dari 22 aspek aktivitas siswa yang diamati hanya 15 aspek yang terlaksana dengan persentase

68%, sedangkan hasil pengamatan dari pengamat 2 hanya 14 aspek yang terlaksana dengan

persentase 64%.

Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra dengan memperhatikan data

hasil kegiatan belajar pada siklus I sebagaimana tercantum pada tabel 2 tersebut, menunjukkan

bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan belum memenuhi indikator

keberhasilan yang ditetapkan.

3) Penilaian Kemampuan Bercerita Siswa

Adapun hasil akumulasi kemampuan bercerita siswa melalui penggunaan media visual

gambar seri yang diberikan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan rubrik penilaian kemampuan bercerita siswa kelas III SDN 5 Tibawa melalui

penggunaan media visual gambar seri yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka diperoleh
data kemampuan bercerita siswa dari beberapa aspek penilaian yang ditetapkan

sebelumnyaseperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5 Hasil Kemampuan Bercerita Siswa pada Siklus I

Dibandingkan pembelajaran sebelumnya pada observasi awal, pada pelaksanaan siklus I

sudah menunjukkan terjadi peningkatan terhadap kemampuan bercerita siswa, tetapi hasil yang

diperoleh belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan tabel di atas keberhasilan pelaksanaan siklus I mencapai 60% siswa yang

tuntas dalam proses belajar mengajar. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa melalui media

visual gambar seri dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa. Akan tetapi karena hasil

yang diperoleh pada siklus I ini belum mencapai indikator kinerja maka tindakan perlu

dilanjutkan pada siklus II.

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada pra penelitian, tentang bercerita

secara runtut, dari 20 orang siswa kelas III, hanya 6 orang siswa atau 30% yang mencapai

ketuntasan. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti di kelas III SDN 5 Tibawa

dengan menggunakan media visual gambar seri untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk

bercerita.

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan 2 siklus. Pada pelaksanaan siklus I peneliti

menggunakan gambar seri tentang seorang peternak yang memerah susu sapinya dan

mengantarkannnya ke pabrik susu, selanjutnya akan diantar kerumah-kerumah penduduk yang

membutuhkan susu sapi segar. Siswa akan mengamati dan mendiskusikan bersama isi gambar

seri, dan menceritaka kembali secara individu isi dari cerita gaambar seri yang diberikan.
Setelah memperoleh tindakan melalui media visual gambar seri untuk meningkatkan

kemampuan bercerita, masih terdapat beberapa kelemahan yang ditemui pada kegiatan guru

dan juga siswa. Pada 24 aspek kegiatan guru yang diamati oleh pengamat 1 terdapat 16 aspek

atau 66% dan menurut pengamat 2 terdapat 15 aspek atau 62% yang terlaksana dengan baik.

Pada 22 aspek kegiatan siswa yang diamati oleh pengamat 1 terdapat 15 aspek atau 68% dan

menurut pengamat 2 terdapat 14 aspek atau 64% yang terlaksana dengan baik. Sedangkan hasil

penilaian kemampuan bercerita siswa setelah memperoleh tindakan melalui media visual

gambar seri pada siklus I menunjukkan peningkatan yaitu dari 20 orang siswa terdapat 12 orang

siswa atau 60% mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Tapi karena hasil yang diperoleh

belum mencapai indikator kinerja untuk keberhasilan dalam penelitian ini, maka penelitian

dilanjutkan pada siklus II.

Berdasarkan refleksi siklus I, maka selanjutnya peneliti melakukan perbaikan proses

pembelajaran pada siklus II dengan tetap menggunakan media yang sama yaitu gambar seri tapi

gambar seri yang digunakan berupa gambar seri yang bercerita tentang aktivitas seorang anak

di pagi hari ketika bangun hingga berangkat ke sekolah. Kegiatan ini sangat dekat dengan

kehidupan keseharian siswa. Dengan mengamati gambar seri ini, diharapkan setiap siswa dapat

menceritakan kegiatannya ketika bangun tidur hingga berangkat sekolah. Setiap siswa akan

menceritakan hal apa saja yang dilakukannya pada pagi hari ketika bangun tidur hingga

berangkat sekolah kepada teman-temannya dan juga guru, dalam hal ini peneliti sebagai

pelaksana penelitian tindakan kelas.

Gambar-gambar yang disajikan untuk siswa dapat membangkitkan keingitahuan siswa,

dan siswa dapat berbagi gagasan tentang isi gambar dengan siswa lainnya. Membelajarkan

siswa dengan menggunakan media gambar seri dapat membantu siswa untuk menceritakan
suatu kejadian secara runtut yang pernah dilihat ataupun pernah dialami kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa yang baik dan santun. Kegiatan mengamati gambar, berbagi

gagasan dalam kelompok, dapat menceritakan kembali isi gambar yang diamati dan juga

menghubungkan dengan kegiatan yang dialami siswa sendiri yang dirancang guru dalam

proses pembelajaran dapat meningkatkan nilai-nilai yang positif dalam diri siswa, antara lain

menghargai waktu, mandiri, toleransi dan saling menghargai.

Pada pelaksanaan penelitian tindakan siklus II yang diperoleh pengamat 1 maupun

pengamat 2 dari 24 aspek penilaian guru yang diamati terdapat 23 aspek atau 96% yang

dilaksanakan dengan baik. Sedangkan dari 22 aspek kegiatan siswa yang diamati menurut

pengamat 1 dan juga pengamat 2 terdapat 21 aspek atau 95% yang dilaksanakan dengan baik.

Sedangkan pada hasil penilaian kemampuan bercerita dari 20 orang siswa terdapat 19 orang

siswa atau 95% yang mencapai indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah

setelah dilakukan pembelajaran bercerita dengan media visual gambar seri 75% siswa

mengalami peningkatan dalam kemampuan bercerita, dan skor pengamatan aktivitas guru

minimal 75%.

Dari hasil yang dicapai pada siklus II maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan

yang menyatakan bahwa : “Jika pembelajaran bercerita dilakukan melalui media visual gambar

seri maka kemampuan bercerita siswa akan meningkat”, dapat diterima.

5. Simpulan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka diperoleh data

kemampuan bercerita siswa di kelas III SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa, pada kegiatan

observasi awal ternyata masih banyak siswa yang kemampuan berceritanya rendah. Dari 20

orang siswa hanya 6 orang atau 30%yang mampu bercerita. Setelah memperoleh tindakan
melalui media visual gambar seri, dari 20 orang siswa terdapat 12 orang siswa atau 60% yang

mengalami peningkatan dalam kemampuan bercerita. Pada pembelajaran siklus II dengan

memperoleh tindakan yang sama melalui media visual gambar seri untuk meningkatkan

kemampuan bercerita mengalami peningkatan yaitu dari 20 orang siswa terdapat 19 orang

siswa atau 95% yang mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa melalui media visual gambar seri di kelas III SDN 5 Tibawa Kecamatan

Tibawa, kemampuan bercerita siswa meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan di kelas III SDN 5 Tibawa, maka disarankan:

1. Sekolah dapat memberikan masukan dan juga dukungan pada guru untuk meningkatkan

kemampuan bercerita pada siswa dengan menggunakan media yang sesuai demi

peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

2. Guru dapat menggunakan media visual gambar seri dalam meningkatkan kemampuan

bercerita siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia sebagai upaya peningkatan kualitas

pembelajaran.

3. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya bercerita dengan menyampaikan gagasannya

melalui cerita yang ada pada gambar seri.

4. Peneliti dapat mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan media yang visual

yang menarik untuk perbaikan dalam proses pembelajaran khususnya pada materi

bercerita.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anitah Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arifuddin. 2009. Penerapan Metode Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan


Berbicara pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri No.1 Banjar Tegal Singaraja.
Arsjad, Maidar G, & Mukti US. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta:Erlangga.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Bachir, S. Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya.


Depdikbud: Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi. Ketiga.
Jakarta:Balai Pustaka.

Depdiknas, 2004. Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, 2006. Kurikulum 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan.
Jakarta:Depdiknas.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta:Diva Perss.

Fajri, Em Zul, & Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:Difa
Publisher.

Kauy, Wehelmina. 2011. Skripsi. Penerapan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan
Kemampuan Bercerita dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SDN
Mandyopuro 5 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Malang:UM.

Majid, Abdul & Abdul Aziz. 2001. Mendidik dengan Cerita. : Bandung:PT Remaja Rosda
Karya.

Mudini & Salamat Purba. (2009). Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Depdiknas.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta:Prestasi Pustaka
Publisher.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan
Nasional.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta:BPFE.

Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Bandung:Adicita.

Robbins, S dan Coulter, M. 2007. Manajemen, Edisi Kedelapan, Jakarta:PT. Indeks.


Sadiman, Arief S. dkk. 2003. Media pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

_____________. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana , N. 2001. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai