Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa yang
dimulai umur 8 – 14 tahun. Awal pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah
bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Secara klinis mulai tumbuh ciri-ciri kelamin sekunder,
misalnya : tumbuh rambut pubis, ketiak, timbul jerawat pada wajah, peningkatan berat badan dan
tinggi badan, pada wanita mengalami pembesaran buah dada dan pada pria terjadi perubahan
pada suara dan tumbuh jakun.
Pada tahun 2000, jumlah penduduk remaja Indonesia 43,6 juta. Sebagian besar remaja
(69,3%) – umur kawin pertama dalam usia belia (<18 tahun).
Seks bebas itu sendiri ada kaitannya dengan perilaku yang berdampak buruk terhadap
kesehatan reproduksi. Mereka tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka misalnya, mereka
bisa terserang virus HIV ataupun bayi yang mereka lahirkan tidak mempunyai status.
Oleh karena itu pemerintah harus mampu mengambil tindakan dan menyaring pengaruh
yang berhak dan berdampak negatif bagi para remaja. Begitu pula peran remaja harus mampu
mengendalikan diri dan menghindari hubungan seks pra nikah.
Upaya-upaya pencegahan pergaulan bebas adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama,
moral dan etika, diantaranya : (1) Pendidikan agama, moral dan etika dalam keluarga. (2)
kerjasama guru dan orangtua, tokoh masyarakat, pendidikan yang diberikan hendaknya tidak
hanya kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan kemauan emosi anak agar dapat
mengembangkan rasa percaya diri.

1.2.        Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Apa akibat dari seks bebas ?
2.      Apa upaya pencegahan seks bebas ?
Dalam pembahasan masalah ini difokuskan pada akibat dari seks bebas yang mana dewasa
ini sangat banyak terjadi di kalangan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.        Akibat dari Pergaulan Bebas


Melakukan hubungan seks secara bebas merupakan akibat pertama dari pergaulan bebas
yang merupakan lingkaran setan yang tidak ada putusnya dengan berbagai akibat di berbagai
bidang antara lain di bidang sosial, agama dan kesehatan sebagai berikut :
-         Dalam seks bebas terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya iman si
penzina, hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, buruk kepribadian dan hilangnya rasa cemburu.
-         Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal yang
amat ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita.
-         Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
-         Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
-         Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
-         Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan
maupun sesama manusia.
-         Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak
terjaga.
-         Pelaku seks bebas akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak percaya.
-         Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun
salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.
-         Apa yang didapatkan para pelaku seks bebas dalam kehidupan ini adalah sebaliknya dari apa
yang diinginkannya. Ini adalah karena, orang yang mencari kenikmatan hidup dengan cara
bermaksiat maka Tuhan akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan
Tuhan tidak menjadikan maksiat sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
-         Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim, durhaka kepada orang tua,
berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan boleh membawa kepada
pertumpahan darah dan perdukunan serta dosa-dosa besar yang lain. Seks bebas biasanya berkait
dengan dosa dan maksiat yang lain sebelum atau bila berlakunya dan selepas itu biasanya akan
melahirkan kemaksiatan yang lain pula.
-         Seks bebas menghilangkan harga diri pelakunya dan merusakkan masa depannya di samping
meninggalkan aib yang berkepanjangan bukan saja kepada pelakunya bahkan kepada seluruh
keluarganya.
-         Aib yang dicorengkan kepada pelaku seks bebas lebih membekas dan mendalam daripada dosa
kafir misalnya, karena orang kafir yang memeluk Islam selesailah persoalannya, namun dosa
zina akan benar-benar membekas dalam jiwa karena walaupun akhirnya pelaku zina itu bertaubat
dan membersihkan diri dia akan masih merasa berbeda dengan orang yang tidak pernah
melakukannya.
-         Jika wanita yang berzina hamil dan untuk menutupi aibnya ia mengugurkan kandungannya itu
maka dia telah berzina dan juga telah membunuh jiwa yang tidak berdosa .
Jika dia ialah seorang wanita yang telah bersuami dan melakukan perselingkuhan sehingga hamil
dan membiarkan anak itu lahir maka dia telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan
keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisan mereka tanpa disadari siapa dia
sebenarnya. Amat mengerikan, naudzubillah min dzalik.
-         Perzinaan akan melahirkan generasi individu-individu yang tidak ada asal keturunan (nasab).  Di
mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas.
-         Pezina laki-laki berarti telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.
-         Zina dapat menanamkan permusuhan dan menyalakan api dendam antara keluarga wanita
dengan lelaki yang telah berzina dengannya.
-         Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa keluarganya di mana mereka akan merasa jatuh martabat
di mata masyarakat, sehingga kadang-kadang menyebabkan mereka tidak berani untuk
mengangkat muka di hadapan orang lain.
-         Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti AIDS, siphilis, dan
gonorhea atau kencing bernanah.

2.2.        Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas

a.       Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika antara lain : pendidikan agama, moral dan etika
dalam keluarga, kerjasama guru, orangtua dan tokoh masyarakat.

b.      Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan intelektual, tetapi juga
mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri,
mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa
harga diri, mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, yang mampu mengatakan “tidak” tanpa
beban dan tanpa mengikuti orang lain.

c.       Pendidikan dan penyuluhan seksual

Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual didasari oleh dua pandangan dan pendekatan yang
sangat berbeda, yaitu : (a) pendekatan psikoanalitik, yang hanya mengakui bahwa perkembangan
psiko-seksual ditentukan oleh pembawaan yang untuk sebagian besar sifatnya autonom. (b)
pendekatan sosiologik, yang mengakui adanya pengaruh dari lingkungan. Yang mempunyai
banyak pengikutnya adalah pandangan pendekatan yang kedua.

Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini mungkin, dalam masa kanak-kanak dengan
peranan utama dipegang oleh para orangtua dan para guru.

Bagi para remaja penyuluhan seksual sudah dapat dimulai di sekolah lanjutan, baik oleh dokter
maupun oleh guru, yang kedua-duanya sudah memiliki pengetahuan tentang seksologi modern.
Penyuluhan yang salah dapat berakibat negatif. Para orangtua tentunya dapat pula memegang
peranan dalam hal ini.

d.      Penyuluhan pada remaja

Dalam penyuluhan pada remaja perlu dibahas secara singkat anatomi dan fisiologi alat kelamin,
serta fisiologi hubungan seksual. Juga variasi dan penyimpangannya yang masih dianggap dalam
batas-batas normal perlu dikemukakan. Semua itu dilakukan dengan latar belakang norma-norma
yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1.        Simpulan

Akibat seks bebas antara lain :

a.       Melakukan hubungan seksual secara bebas yang mengakibatkan kehamilan remaja/kehamilan


sebelum nikah yang mempunyai resiko :

-         Pengguguran kandungan/aborsi

-         Rasa malu atau putus asa

-         Terpaksa menikah

b.      Beresiko tertular penyakit menular seksual.

c.       Penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dapat merusak moral generasi muda.

Upaya mencegah pergaulan bebas :

a.       Menanamkan nilai agama, moral dan etika.

b.      Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya intelektual, tetapi juga mengembangkan
kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri.

c.       Pendidikan dan penyuluhan seksual.

d.      Penyuluhan kepada para remaja.

3.2.        Saran

a.       Bagi pemerintah

Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda agar tidak salah dalam
memilih pergaulan.

b.      Bagi orangtua

Diharapkan memberi kasih sayang tidak hanya limpahan materi saja tetapi perlu juga
memperhatikan tingkah laku anak-anaknya agar tidak salah jalan.

c.       Bagi para remaja

Isilah hidup dengan kegiatan yang positif dan jangan mencoba hal-hal yang memberikan
kenikmatan sesaat.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Sastro Winata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

2.      Winjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

3.      www.google.com\\seks_bebas\ diakses 18 Mei 2008.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Seks Bebas di Kalangan Remaja ini dengan baik tanpa hambatan.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembimbing dan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan
yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari
semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima
dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah
membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Sukabumi,  Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I      PENDAHULUAN................................................................................... 1
                1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
                1.2. Perumusan Masalah........................................................................... 2

BAB II     PEMBAHASAN..................................................................................... 3
                2.1. Akibat dari Pergaulan Bebas.............................................................. 3
                2.2. Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas.................................................. 5

BAB III    PENUTUP............................................................................................... 7
                3.1. Simpulan........................................................................................... 7
                3.2. Saran................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9
BAB I
PANDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat

primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah

pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada

dalan bimbingan dan tanggung jawab orang tuanya.

Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial

dan itelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan

bahwa anak tarsebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa

terdapat periode-periode kritik  yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak

dapat dilalui dangan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan

misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang

terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial

untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri

sendiri maupun untuk orang dilingkungannya.

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi

menepati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga

mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang

anak, terutama pada tahap awal maupan tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang

gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan menumpuk kebencian, rasa tidak

aman dan tindak kekerasan kapada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga

tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan

anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Dalam makalah ini penulis menyajikan mengenai pengaruh keluarga terhadap

kenakalan remaja dan beberapa penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah

Disini penulis akan membahas tentang pangaruh keluarga terhadap

kenakalan anak remaja. Fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat

primer dan fundamental.


Pada hakekatnya, keluarga merupakan wadah pembenrukan masing-masing

anggotanya. Terutama anak-anak yang masih berada bimbingan dan tanggung

jawab orang tuanya.

Mengingat tentang pembahasan pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak

sangat luas. Oleh karena itu, disini membahas tentang pengertian kenakalan anak

remaja, kenakalan anak dan pengendalian terhadap kenakalan anak.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan pokok dari karya tulis ini adalah untuk memenuhi nilai ujian semester

dua kelas XI bidang studi Bahasa Indonesia dan menyelesaikan tugas Bahasa

Indonesia yang Ibu Guru berikan kepada saya.

Dalam hal ini penulis membahas tentang pengertian kenakalan anak remaja,

pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak dan pengendalian terhadap kenakalan

anak.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kenakalan Anak Remaja

            Kenakalan remaja merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik

norma hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo,SH kenaklan remaja

ada 3 yaitu :

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum

pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norna-norma kelompok tertentu untuk

menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

3. Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Adapun gejala-gejala yang dapat memperhatikan hal-hal yang mengarah

kepada kenakalan remaja yaitu :

1.    Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak-anak tersebut

menyendiri. Anak yang demikian dapat menyebabkan kegoncangan emosinya.

2.    Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di

sekolah.

3.    Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengelami masalah

yang oleh dia sendiri tak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering

terbawa kepada kegoncangan emasi.

4.    Anak-anak yang mengalami Phobia dan gelisah dalam melewati batas yang

berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.

5.    Anak-anak yang suka berbahong.

6.    Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau

di rumah.

7.    Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik

terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.

8.    Anask-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.

2.2 Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak

Pengaruh keluarga dalam kenakalan remaja yaitu :


2.2.1 Keluarga yang Broken Home

          Masa remaja adalah masa dimana seseorang sedang mengalami saat kritis

sebab ia mau menginjak ke masa dewasa. Remaja barada dalam masa peralihan.

Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses

perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja

membutuhkan pengertian dan bantuan dari oarang yang dicintai dan dekat

dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan

diatas fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga manjamin rasa aman

maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi

tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan paganggan yang

memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnaim oleh konflik-konflik internal,

pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan sebagainya. Masalah

keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tatapi merupakan

masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan

dunia kaekraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari

kehidupannya.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain :

2.2.1.1 Orang Tua yang Bercerai

Perceraian menunjukan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang

tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina

bersama telah goyah dan tidak mampu menopang kehidupan yang harmanis.

2.2.1.2 Kebudayaan Bisu dalam Keluarga

Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar

anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru

terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan

yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan

menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak.

2.2.1.3 Perang Dingin dalam Keluarga

Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari kebudayaan bisu.

Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa

perselisihan dan kebencian dari masins-masing pihak.


Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan

pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan

keinginan dan kehendaknya sendiri.

Susuasana perang dingin dapat menimbulkan rasa takut dan cemas  pada

anak-anak. Anak-anak menjadi tidak betah dirumah sebab merasa tertekan dan

bingung serta tegang. Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan

problem yang dialami . Semangat belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah.

Anak-anak berusaha kompensasi semu.

2.2.2     Pendidikan yang Salah

2.2.2.1 Sikap memanjakan anak

Keluarga mempunyai perenan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi

seorang anak. Sebab keluarga merupaka lingkungan pertama dari tempat

kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik

seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang

dibutuhkan oleh seorang anak , dan cara bagaimana pandidikan itu diberikan akan

menentukan. Sebab pendidikan itu pula pad prinsipnya adalah untuk meletakkan

dasar dan arah bagi seorang anak.

2.2.2.2 Anak tidak diberikan pendidikan agama

Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak memberikan pendidikan agama atau

mencarikan guru agama di rumah atau oarang tua mau memberikan pendidikan

agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak

yang tidak dapat / mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak

mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama

mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang

mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja.

2.2.3     Anak yang ditolak

Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurangsecara

spikis. Misalkan mereka mengharapka anak laki-laki tetapi memperoleh anak

perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut

atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka.


Faktorlain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi

rasa malu. Anak-anak ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga

mereka mudah sekali pengembangkan pola penyesalan, kebencian dan agresif.

2.3       Pengendalian Terhadap Kenakalan Anak

Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga

merupakan lingkunganyang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam

menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua

sikap yaitu :

2.3.1   Sikap / cara yang bersifat preventif

Yaitu perbuatan atau tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuh

menjauhkan sianak dari pada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang

buruk. Dalam hal sikap yang bersifat preventif, pihak orang tu dapat memberikan

atau mengadakan tindakan : Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.

Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu. Mencurahkan

kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak. Menjaga agar tetap terdapat

suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan kekuarga.

Disamping hal tersebut diatas maka hendahnya diadakan pula : Pendidikan

agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna. Penyaluran bakat

sianak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif. Rekreasi yang sehat sesuai

dengan kebutuhan jiwa anak. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sehai-

hari.

2.3.2     Sikap / cara yang bersifat represif

Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secaraaktif dalam kegiatan sosial

yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kanakalan anak seperti menjadi

anggota badan kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak

yang bersangkutan dalam perkara kanakalan handaknya mengambil siakap yaitu :

Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya

sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan. Memahami sepenuhnya

akan latar belakang dari pada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
Meminta bantuan para ahli (Psikolog atu petugas sosial) di dalam

mengawasi perkembangan kehiduoan anak, apabila dipandang perlu. Membuat

catatan perkenbangan pribadi anak sehari-hari.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Jelaslah bahwa kenakalan remaja sangat dipengaruhi oleh keluarga

walaupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Faktor keluarga sangatlah

penting karena merupakan lingkungan pertama, lingkungan primer.

 Apibila lingkungan keluaga tiadak harmonis yaitu mengalami hal-hal yang

telah disebutkan diatas seperti keluarga broken home yang disebaabkan perceraian,

kebudayaan bisu dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan berpengaruh

kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan remaja.

3.2 Saran

Bagajmanapun kenakalan remaja harus dilakukan pengendalian karena

apabila berkelanjutan akan menyebabkan kerusaka pada kehidupannya pada masa

yang akan datang. Selain pihak keluarga pengendalian kenakalan remaja juga

harus dilakukan dari lingkungan remaja tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

1.    Admasasmita, Ramli, 1984, Problema Kenakalan Anak / Remaja (Juridis, Sosio,

Kriminologis), Armico , Bandung.

2.    Ahmadi, Habu,  1979, Psikologi Sosial, Bina Ilmu, Surabaya.

3.    Hamiru la, Ode, 1986, Faktor-faktor Lingkungan Sosial Dalam Kaitannya Dengan

Remaja Nakal yang Menyalahgunakan Narkotika yang Direhabilitasi Pada Panti

Rehabilitasi Korban Narkotika, Surabaya.

4.    Mulyono Y, Bambang, 1986, Kenakalan Remaja Dalam Persepektif Pendekatan

Sosiolagi, Psikologi, Teologis dan Usaha Penanggulangan, Andi Offset, Jakarta.

5.    Simanjuntak, B, 1984, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Alumni, Jakarta.

6.    Soekanta Soedjono, 1981, Memperkenalkan Sosiologi, CV Rajawalli, Jakarta.


MAKALAH

PENGARUH KELUARGA TERHADAP KENAKALAN


REMAJA DAN CARA PENANGGULANGANNYA

OLEH :

DRA. WARASIA

PENYULUH KB KECAMATAN TAMALANREA

TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai