Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan era millenium yang sudah di deklaraasikan, dikenal dengan
millennium development goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil
perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan negara
maju. Negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk
salah satunya Indonesia di mana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup
pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju
berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan
setiap tujuan dan target MDGs. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia yang
masih tinggi serta Indonesia yang berada di lingkungan yang berbahaya alamnya
membuat masyarakat harus selalu sadar dan siaga untuk mempersiapkan diri dalam
segala hal. Oleh sebab itu pemerintah melakukan mobilisasi massa dan
pemberdayaan masyarakat serta mendorong setiap desa mengembangkan  desa
siaga.
1.2  RumusanMasalah
Rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang dan makalah ini adalah :
1.2.1 jelaskanpengertian millennium development goals (Mdgs)dan (Sdgs)
1.2.2jelaskanperan perawat dalam penurunan angka kematian ibu dan anak
1.2.3jelaskantrend dan isuue maternitas
1.2.4jelaskankesehatan ibu dan anak (KIA)

1.3  Tujuan
Untuk mengetahui,memahami,dan menerapkan konsep marternitas dalam kehidupan sehari-
hari baik dilingkungan masyarakat maupun di rumah sakit.

1.4  Manfaat
Sebagai pedoman dalam memahami konsep marternitas keperawatan khususnya
dalam Pembelajaran di masyarakat maupun dirumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Mdgsdan Sdgs


Masih segar dalam ingatan, bahwa Indonesia pernah mencanangkan program Indonesia
Sehat tahun 2010, sebagai bagian dari upaya pemenuhan terhadap tuntuntan konstitusi yaitu
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, tetapi setelah tahun yang dimaksud sudah berlalu
selama empat tahun, apakah Indonesia sudah sehat? Kemudian ada lagi program
pembangunan nasional yang mengacu pada agenda internasional, yaitu pembangunan pada
abad milenium yang diikuti oleh 189 negara, termasuk Indonesia, dan akan memasuki tahap
akhir evaluasinya pada tahun 2015.
          Pantauan sementara dari 8 program dengan masing-masing indikatornya, nampaknya
ada sejumlah program yang tidak mungkin untuk dicapai pada tahun tersebut, bahkan ada
salah satu indikator di bidang kesehatan yang justru terjun bebas dari tahun sebelumnya.
Melihat perkembangan hasil pembangunan dibeberapa negara yang masih belum
sesuai dengan target maka Millennium Development Goals (MDGs) pun siap-siap akan ganti
baju dan bernama menjadi SDGs (Sustainable Development Goals). Pertanyaannya adalah
sampai kapan pembangunan ini, khususnya di Indonesia, mampu mencapai batas akhir yaitu
terwujudnya kesejahteraan sosial?
Era Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
telah dimulai saat negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),  termasuk
Indonesia, menyepakati Outcome Document SDGs pada tanggal 2 Agustus lalu. Dokumen ini
berisi tentang deklarasi, tujuan, target dan cara pelaksanaan SDGs hingga tahun 2030.
Dokumen ini adalah kerangka kerja pembangunan global baru pengganti Millenium
Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015 ini, dengan 17 tujuan dan 169 target.
SDGs untuk tahun 2016 – 2030. SDGs ini, merupakan program yang kegiatanya
meneruskan agenda-agenda MDGs sekaligus menindaklanjuti program yang belum selesai.
Bidang kesehatan yang menjadi sorotan adalah sebaran balita kurang gizi di Indonesia,
proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat kematian ibu, pola konsumsi pangan pokok,
dan sebagainya.
Secara teknis, dari delapan tujuan pembangunan milenium ini masing-masing telah
memiliki program yang berkelanjutan untuk dilaksanakan serta memiliki alokasi anggaran
baik dari pemerintah pusat, daerah maupun lembaga donor.
Sasaran pertama, dalam penanggulangan kemiskinan, ada program klaster PKH,
Raskin, PNPM mandiri, KUR dan UKM serta program pemenuhan kebutuhan fasilitas dasar.
Program sasaran kedua, dalam rangka mencapai pendidikan dasar untuk semua,
pemerintah telah menyelenggarakan pendidikan dasar yang terjangkau dan berkualitas, yang
ditempuh antara lain melalui program Bantuan Operasional Sekolah yang dilaksanakan sejak
tahun 2005 dan cakupan pada tahun 2011 sebesar 42,1 juta orang.
Program sasaran ketiga, dalam mendorong Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan
Perempuan upaya peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia
ini secara umum dicapai karena gencarnya upaya pengarusutamaan gender (PUG) yang
dilakukan sejak tahun 1999.
Sasaran keempat, dalam menurunkan Angka Kematian Anak, berbagai upaya yang
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesehatan anak Indonesia, yakni
melalui continuum of care berdasarkan siklus hidup, continuum of care berdasarkan
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), continuum of care
pathway sejak anak di rumah, di masyarakat (pelayanan posyandu dan poskesdes), di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, dan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
Sasaran kelima, dalam meningkatkan Kesehatan Ibu, pemerintah mengatasi berbagai
hambatan yang dihadapi ibu-ibu dalam persalinan antara lain dikembangkan tiga program
penting, yaitu Jaminan Persalinan, Kelas Ibu Hamil, dan Rumah Tunggu Ibu Hamil. Selain
itu penurunan angka kematian ibu diperkuat oleh program keluarga berencana.
Sasaran keenam, dalam Memerangi Hiv Dan Aids, Malaria Dan Penyakit Menular
Lainnya telah dilakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satu upaya tersebut yakni
penggunaan kondom pada hubungan seksual yang berisiko tinggi menularkan HIV dan
AIDS.
Sasaran ketujuh, dalam memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dalam rangka
meningkatkan rasio luas kawasan tertutup pepohonan dan rasio luas kawasan lindung,
Pemerintah Indonesia telah melakukan kegiatan prioritas rehabilitasi hutan dan lahan kritis,
termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada Daerah Aliran Sungai prioritas di
seluruh Indonesia dengan target pada periode 2010-2014 seluas 2,5 juta hektar.
Sasaran kedelapan, dalam Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan,
Berbagai langkah dilakukan untuk meningkatkan rasio besarnya ekspor dan impor terhadap
PDB, antara lain melalui kebijakan peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui
diversifikasi pasar serta peningkatan keberagaman dan kualitas produk, yang didukung oleh
strategi, mendorong upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor untuk mengurangi tingkat
ketergantungan kepada pasar ekspor tertentu; meningkatkan keberagaman dan kualitas
produk terutama untuk produk-produk manufaktur yang bernilai tambah lebih besar, berbasis
pada sumber daya alam, dan permintaan pasarnya besar; dan meningkatkan kualitas perluasan
akses pasar, promosi, dan fasilitasi ekspor nonmigas di berbagai tujuan pasar ekspor melalui
pemanfaatan skema kerjasama perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral; serta
melakukan pengendalian impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing
produk domestik di pasar dalam negeri.
Evaluasi secara menyeluruh terhadap berbagai strategi pelaksanaan program masing-
masing kementerian/lembaga terkait, dalam rangka mewujudkan tercapainya sasaran
pembangunan milenium, menurut hemat saya bahwa kurangnya komitmen, koordinasi dan
komunikasi antar pemangku kepentingan, dalam mencapai target MDG’s.
Indonesia tidak boleh mengulangi kesalahan MDGs, yang baru dipikirkan secara
serius oleh Pemerintah 10 tahun setelah MDGs disepakati. Pemerintah perlu segera membuka
keran partisipasi masyarakat sipil dalam pelaksanaan SDGs.  Berkaca dari pengalaman masa
lalu (MDGs), keberhasilan pencapaian Tujuan–tujuan MDGs tidak hanya ditentukan oleh
pemerintah dan badan multilateral semata, melainkan juga kontribusi dari berbagai pemangku
kepentingan, terutama aktor masyarakat sipil.  Sebagaimana diamanatkan oleh SDGs,
keterlibatan masyarakat sipil dalam penyusunan dan pelaksanaan agenda pembangunan
global memerlukan kemitraan yang sejajar dari berbagai pemangku kepentingan (inklusif).
Bukankah para founding fathers sudah meninggalkan warisan kemerdekaan dan
sebuah komitmen bangsa, yang bahkan sudah ada sebelum lahirnya indikator MDGs dan
SDGs? yaitu, pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

2.2     Peran perawat dalam penurunan angka kematian ibu dan anak


Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi menyebabkan
pemerintah Indonesia membuat berbagai program untuk mengatasi masalah ini. Di segi lain,
Indonesia yang berada di lingkungan yang berbahaya alamnya membuat masyarakat akan
selalu sadar dan siaga untuk mempersiapkan diri dalam segala hal, termasuk mempersiapkan
lingkungan tempat tinggalnya, masyakarat dan keluarganya yang setiap saat siap untuk
menghadapi bahaya alam dan bersiap juga menghadapi berbagai penyakit yang mematikan
serta juga meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya. Di dalam mempersiapkan diri tersebut,
masyarakat perlu dipandu dan didukung oleh tenaga- tenaga yang sesuai serta juga fasilitas
yang memadai yang didukung oleh pemerintah.Persiapan implementasi ‘desa siaga’ yang
telah dicanangkan oleh menteri kesehatan R.I. Hal ini merupakan kesempatan bagi semua
jajaran termasuk seluruh tim kesehatan untuk bersama-sama mensukseskan program ini.
Perawat yang merupakan tenaga kesehatan terbesar di tim pelayanan kesehatan yang bekerja
selama 24 jam, merupakan tenaga yang seharusnya diperhitungkan untuk kesuksesan
program ini. Oleh karena itu makalah ini akan mengulas tentang bagaimana peran dan fungsi
perawat dalam mempersiapkan pelaksanaan ‘desa siaga’ dalam rangka ikut menurunkan
angka kematian ibu dan bayi, serta mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bahaya-
bahaya dalam kesehatannya.

Desa Siaga Sebagai Strategi Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai