Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS

SELULITIS

Disusun Oleh :
Sherlly Yunita
1102013271
Di Presentasikan tanggal 16 Agustus 2018

Moderator :
dr. Widyanto, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
Periode 06 Agustus – 08 September 2018

BAB I

1
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
 Nama : Ny.Neny Maryani
 Umur : 49 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Cempaka Putih, Jakarta
 Pekerjaan : PNS
 Pendidikan : Sarjana
 Suku : Sunda
 Bangsa : Indonesia
 Agama : Islam
 Status : Menikah

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Juli 2018 pukul 13.30
WIB, di bangsal lantai 2 PU RSPAD Gatot Soebroto.

Keluhan Utama
Pada kaki kiri timbul bercak kemerahan, bengkak, dan terasa nyeri.
Keluhan Tambahan
Tidak Ada

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan kaki kiri terdapat bercak
kemerahan seperti melepuh, bengkak, nyeri, dan terdapat benjolan yang berisi cairan
berwarna jernih yang sudah dirasakan sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya,
pasien mengalami demam, demam dirasakan pada malam hari disertai dengan menggigil
kemudian pasien meminum paracetamol, dua hari setelah demam turun pasien mengatakan
mulai muncul bintik bintik kemerahan dibagian kiri paha yang terasa panas dan nyeri,
kemudian pasien berobat ke salah satu rumah sakit dan diberikan obat anthralin dan intidrol.
Namun, pasien merasakan tidak ada perubahan, lalu pasien berobat kembali keklinik dokter
umum dan dikatakan bahwa pasien mengalami herpes zooster dan pasien diberikan acyclovir

2
oleh dokter. Namun, pasien merasakan tetap tidak ada perbaikan, kemerahan mulai muncul
pada bagian betis yang awalnya hanya terdapat pada bagian paha kiri, selain kemerahan juga
bengkak, nyeri, dan terasa panas. Kemudian pada tanggal 10 agustus 2018 pasien datang ke
IGD RSPAD Gatot Soebroto dikarenakan kaki terasa seperti melepuh, dan terdapat benjolan,
sebelum datang ke IGD benjolan tersebut sudah pecah, dan keluar cairan berwarna bening.
Oleh karena hal tersebut, pasien merasa khawatir dan langsung dibawa ke IGD oleh keluarga.
Pasien menyangkal sebelumnya tidak terdapat ulkus ataupun luka trauma.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, dan pada saat usia 25 tahun pasien pernah
terkena herpes zooster.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

III. Pemeriksaan Fisik


 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Berat Badan : 64 kg
 Tinggi Badan : 158 cm
 Status Gizi : 25,70 (preobesitas)
 Tanda Vital :
- TD = 120/84 mmHg

- Nadi = 84 x/menit

- Pernafasan = 20 x/menit

- Suhu = Afebris

Status Generalis

 Kepala : Normocephal, deformitas (-)


 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 THT : Normotia, normosepta, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

3
 Leher : Trakea ditengah, tidak ada pembesaran KGB
 Jantung : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 reguler, tidak ada bunyi
jantung tambahan seperti gallop dan murmur
 Paru : Suara nafas dasar vesikuler kanan dan kiri, pergerakkan dinding
dada kanan dan kiri simetris, rhonki (-/-) dan wheezing (-)
 Abdomen : BU (+) normal, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : Akral hangat, edema a/r cruris sinistra, CRT < 2 detik
 KGB : Tidak teraba pembesaran

Status Dermatologikus
 Lokasi : Regio cruris sinistra
 Efloresensi : makula eritematosa dengan batas tidak tegas, edema, tepi tidak meninggi
terdapat bula/vesikel.

4
Gambar 1. Regio Cruris Sinistra, makula eritematosa dengan batas tidak tegas,
edema, tepi tidak meninggi terdapat bula/vesikel.

5
IV. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

V. Resume
Ny. NM berusia 49 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan
pada kaki kiri terdapat bercak kemerahan seperti melepuh, bengkak, terasa nyeri, dan
terdapat benjolan yang berisi cairan berwarna jernih yang dirasakan sejak 7 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sebelum masuk ke IGD, pasien awalnya mengalami
demam, demam dirasakan pada saat malam hari disertai menggigil kemudian pasien
meminum paracetamol, dua hari setalah demam turun, pasien mengatakan mulai
muncul bintik bintik kemerahan dibagian kiri paha yang terasa panas dan nyeri,
kemudian pasien berobat kesalah satu rumah sakit dan diberikan obat antralin dan
intridol. Pasien merasakan tidak ada perubahan, kemudian pasien berobat kembali
keklinik praktik dokter umum dan diberikan acyclovir, setelah beberapa hari pasien
merasakan juga tidak ada perubahan, kemerahan mulai muncul pada bagian betis
yang awalnya hanya terdapat pada bagian paha kiri, selain kemerahan juga bengkak,
nyeri, dan terasa panas. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, dan pada
saat usia 25 tahun pasien terkena herpes zooste. Dari pemeriksaan fisik dalam batas
normal, status generalis pada ekstremitas edema pada regio cruris sinistra, status
dermatologikus pada regio cruris sinistra didapatkan lesi makula eritema, difus, tidak
berbatas tegas, terdapat bula dan edema.
.
VI. Diagnosa Kerja
Selulitis

VII. Diagnosa Banding


Erisepelas

VIII. Rencana Pemeriksaan


Tidak Ada

6
IX. Tatalaksana
Non-Medikamentosa
 Istirahat
 Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan
 Aspirasi bula
 kompres

Medikamentosa
Sistemik :
Inj. Flucloxacillin 4x2gr (IV)
Asam mefenamat 3x500 mg (PO)

Topikal :
Mupirosin cream 2x1 dioles pada lesi
Kompres dengan solusio NaCl 0,9% 3x30 menit per hari

X. Prognosis
 Quo ad vitam : ad Bonam
 Quo ad functionam : ad Bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SELULITIS

Definisi
Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis dapat disebabkan oleh
Streptococcus betahemolitikus, Staphylococcus aureus dan pada anak oleh Haemophillus
influenza.1

Epidemiologi dan Faktor Predisposisi


Selulitis paling sering mengenai anggota tubuh ekstremitas bawah. Selulitis umumnya
mengenai orang dewasa dan orang tua. Faktor predisposisi untuk terjadi selulitis ini
merupakan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene
yang buruk; diabetes mellitus, alkoholisme, dan malnutrisi. Selain itu umumnya terjadi akibat
komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak
pada kulit yang normal.2,4

Etiologi
Penyebab utama ialah Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus.1,4

8
Patogenesis
Bakteri pathogen S.aureus,
Streptococcus grup A

Menyerang kulit dan jaringan


sub kutan

Meluas kejaringan yang lebih


dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Edema dan kemerahan- nyeri


Eritema local pada kulit
tekan

Gangguan rasa nyaman dan


Kerusakan integritas kulit
nyeri

9
Gejala Klinis
Gambaran klinis dari selulitis akut yaitu eritema, nyeri, panas, konsistensi lunak, lesi
tidak meninggi, ruam kemerahan dengan batas tidak jelas, dapat disertai dengan nodul
dibagian tengahnya, bula dan vesikel diatasnya dan pus yang akan meninggalkan jaringan
nekrotik. Terdapat gejala sistemik diantaranya demam, malaise, dan lainnya.1,2

Figure 178-1 Cellulitis with swelling, erythema, and tenderness. A. Note the blistering and crusting on the lower
extremity.B. The cellulitis is emanating from an upper extremity abscess.

Diagnosis
Diagnosis selulitis pada dasarnya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yaitu ruam
yang timbul dan gambaran klinis yang terkait lainnya. Tes darah pada uji laboratorium dapat
menunjukkan jumlah sel darah putih yang meningkat dengan neutrofil dan peningkatan C-
reactive protein. swab pada kulit yang utuh yang dikirim untuk kultur tidak bermanfaat, tetapi
swab pada luka terbuka berguna untuk menentukan kepekaan antibiotik. Kultur darah positif
hanya 5% kasus dan disarankan hanya apabila terdapat gangguan sistemik. Kultur nanah atau
cairan bula lebih cenderung menghasilkan hasil positif dan harus dilakukan jika
memungkinkan. Pencitraan dapat digunakan dalam menyingkirkan diagnosis banding. 2

Penatalaksanaan
- Istirahat

- Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan

- Antibiotik sistemik

- Topikal: kompres terbuka dengan larutan antiseptik.

Penatalaksanaan pasien dengan selulitis pada umumnya berupa imobilisasi, pemberian


antibiotik, dan kompres. Pengobatan antibiotik dapat diberikan secara intravena atau peroral.
Selain pengobatan dapat juga ditambahkan analgesik, antipiretik, dan antihistamin

10
berdasarkan keluhan pasien serta kompres lesi yang menggunakan kompres normal salin.
Terapi yang diberikan sebagai pilihan pertama adalah antibiotik golongan beta-laktam dan
juga dapat diberikan antibiotik sefalosporin, makrolid, klindamisin, atau siprofloksasin.2,5,6

Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat
4
berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat.

Prognosis
Selulitis akut dengan atau tanpa pembentukan abses memiliki kecendrungan untuk
menyebar melalui limfatik dan aliran darah yang dapat menimbulkan penyakit yang serius,
jika tidak ditangani secara dini. Pada pasien dengan edema kronis, proses dapat menyebar
sangat cepat dan pemulihan menjadi lambat meskipun drainase dan sterilisasi lesi oleh
antibiotik.1

Pencegahan
Pendidikan mengenai kesehatan, kepatuhan terhadap langkah-langkah pengendalian
infeksi dan penggunaan antimikroba yang bijaksana sangat penting untuk pencegahan.
Beberapa vaksin telah dikembangkan terhadap S.aureus yang didalam teori menghindari
mekanisme resistensi staphylococcal tetapi sejauh ini belum terbukti efektif1.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Adam D. Lipworth, et al. Non-necrotizing infections of the dermis and subcutaneous fat:
Cellulitis and erysipelas. Dalam: Wolff K, Goldsmith L, et al. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine; edisi ke 8. New York: McGraw-Hill, 2012 : 2160-2168
2. Dr.Daniel JB Marks. (2015). “Diagnosis and management of cellulitis and erysipelas”.
British journal of hospital medicine, vol 76, no 8.
3. Djuanda adhi. Pioderma ;selulitis. Dalam: Menaldi SL, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin; edisi ke 7. Jakarta: Penerbit FK UI, 2017 : 75.
4. Bleehen, S.S Ansthey, A.V. Disorders of skin colour, in Burns T, Breathnachs, cox N,
Griffith S.Rook’s textbook of dermatology, seventh edition. Vol II
Massachussers:Blackwell science: 2004 p:39.53-59.57
5. Ryski Meilia Novarina, sawitri. (2015). “ Profil pasien erisipelas dan selulitis”.
Surabaya.
6. Andravita F Mitaart, Herry E.J. pandaleke. (2014). “Selulitis dengan ulkus vankosum”.
Jurnal biomedik (JBM), vol 6 nomor 1, hlm 60-64.

12

Anda mungkin juga menyukai