Di Susun Oleh :
SEPTYA FLORENSA
(2017.C.09a.0910)
Pembimbing Akademik
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan
di Ruang VK UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S-1 Keperawatan. Selain itu,
Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun
kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan Keperawatan
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan
Keperawatan ini.
4. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan
Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa
yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, Juni 2020
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran
dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi
serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang
teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai
pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin
dari rahim (Rohani, 2011).
Solusio Plasenta atau pelepasan prematur plasenta, ablasio plasenta, atau
perdarahan aksidental didefinisikan sebagai pelepasan plasenta dari tempat implantasi
normal sebelum kelahiran janin.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 angka kematian ibu
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 359/100.000 kelahiran
(Kemenkes RI, 2014). Penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia sejak tahun 2010
sampai dengan tahun 2013 adalah perdarahan dan keguguran. Berdasarkan data dari
Direktorat Kesehatan Ibu, perdarahan menduduki posisi pertama penyebab kematian
ibu yaitu pada tahun 2010 dari 5 (perdarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, abortus
dan lain-lain).
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui
vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung
internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali
perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah
mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Yang paling utama dalam asuhan keperawatan pada periode pascapartum dini
ialah membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
Pendekatan perawatan ibu pasca melahirkan telah berubah dari model perawatan
orang sakit menjadi suatu perawatan yang berorientasi pada kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka diperoleh
rumusan masalah “Asuhan Keperawatan Pada Ny. N dengan Solusio Plasenta Di
Ruang VK UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya ?’’.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan dengan solusio plasenta.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tentang konsep dasar teori solusio plasenta.
b. Menggambarkan pengkajian keperawatan maternitas pada Ny.N dengan
Solusio Plasenta.
c. Menggambarkan diagnosa keperawatan maternitas pada Ny.N dengan
Solusio Plasenta.
d. Menggambarkan rencana keperawatan maternitas pada Ny.N dengan
Solusio Plasenta.
e. Menggambarkan tindakan keperawatan maternitas pada Ny. N dengan
Solusio Plasenta.
f. Menggambarkan evaluasi keperawatan maternitas pada Ny. N dengan
Solusio Plasenta.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Menambah pengentahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Solusio Plasenta
1.4.2 Praktis
1. Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan ilmu pengetahuan terbaru khususnya dalam bidang
keperawatan serta dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Solusio Plasenta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Solusio Plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. (Rukiyah &
Yulianti, 2014).
Solusio Plasenta ialah terlepasnya Plasenta dari tempat implantasinya sebelum
janin keluar. (F.Gary Cunningham,2012).
Solusio Plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. (Rukiyah &
Yulianti, 2010).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung
dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh
janin itu sendiri selama kehidupan intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup
tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta. Plasenta terbentuk pada kira-kira
minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian konseptus yang menempel pada
endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada endometrium sampai janin lahir. Fungsi
plasenta sendiri sangat banyak, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan
bahan nutrisi untuk tumbuh kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat
sekresi hasil metabolisme, sebagai barrier, sebagai sumber hormonal kehamilan.
Plasenta juga bekerja sebagai penghalang guna menghindarkan mikroorganisme
penyakit mencapai fetus. Kebanyakan obat-obatan juga dapat menembus plasenta
seperti morfin, barbiturat dan anestesi umum yang diberikan kepada seorang ibu
sewaktu melahirkan, dapat menekan pernafasan bayi yang baru lahir.
Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, berbentuk bundar
atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm.
Beratnya rata-rata 500 gram. Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk
melakukan implantasi. Permukaan fetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya
keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-
pembuluh darah. Permukaan maternal yang menghadap dinding rahim, berwarna
merah dan terbagi-bagi oleh celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu.
Oleh sekat ini, plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon. Pada penampang sebuah
plasenta,yang masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa plasenta terdiri dari
dua bagian yaitu bagian yang dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk
oleh jaringan ibu. Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut piring penutup
(membrana chorii), yang dibentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh darah janin,
chorion dan villi. Bagian yang terbentuk dari jaringan ibu disebut piring desidua atau
piring basal yang terdiri dari desidua compacta dan sebagian dari desidua spongiosa,
yang kelak ikut lepas dengan plasenta. Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin
tumbuh dengan baik.
Salah satu fungsi plasenta adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu
sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh dan
berkembangnya janin di dalam rahim, berupa penyaluran zat asam, asam amino,
vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan karbondioksida dan sampah
metabolisme janin ke peredaran darah ibu.
2.1.3 Etiologi
Solusio Plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, walaupun beberapa
keadaan tertentu dapat menyertai seperti: umur ibu yang tua (>35 tahun), karena
kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas; penyakit hipertensi menahun, karena
peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada; trauma
abdomen, seperti terjatuh telengkup, tendangan anak yang sedang digendong. Karena
pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gamelli; tali pusat yang pendek,
karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar sehingga
terlepasnya plasenta karena tarikan tali pusat (Rukiyah & Yulianti, 2010).
2.1.4 Klasifikasi
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian.
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam.
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik :
- Perdarahan dengan rasa sakit.
- Perut terasa tegang.
- Gerak janin kurang.
- Palpasi bagian janin sulit diraba.
- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
- Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.
c. Penyulit pada ibu.
2.1.5 Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak
jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan
tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan
darah yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah
besar, sehingga sebagian akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari
vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot-otot uterus. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan berbercak
biru atau ungu.
Hal ini dsebut uterus couvelaire (perut terasa sangat tegang dan nyeri)
akibatnya kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka
banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar
fibrinogen. Dan terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan
darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
WOC SOLUSIO PLASENTA Faktor imunologi serta penyakit lainnya seperti Hipertensi, infeksi, dan pendarahan
Terjadinya pendarahan
Solusio
Plasenta
Terjadi gangguan Terjadinya pendarahan Perubahan fisiologis : Perubahan Masuknya nutrisi Otot uterus menegang
Suplai O2 ke janin Pembesaran uterus fisiologis :
Pembesaran uterus
Darah masuk ke selapuyt Nutrisi tidak dapat diabsorpsi
Otot tidak mampu berkontraksi
Ketidakseimbangan ketuban
Menekan vesika
suplai O2 dan CO2 Menekan vesika
urinaria Perubahan
Darah keluar melalui vagina urinaria hormonal&metabolisme
Produksi energi di sel-sel
Terjadinya edema paru
reseptor nyeri otot berkurang
MK: Resiko pendarahan Ginjal merespon untuk Mual, muntah, kembung,
Dispnea sekresi anoreksia
MK: kelemahan
1. Nyeri akut
Oliguria
Asupan nutrisi tidak
MK: Gangguan Pola
adekuat
Napas MK:
MK: Risiko
1. Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan Elektrolit MK: Defisit nutrisi
2.1.6 Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejalanya bervariasi sesuai derajat pemisahan. Pada derajat rendah,
frekuensi denyut jantung janin masih normal. Peningkatan derajat pemisahan akan
menurunkan frekuensi denyut jantung janin. Pergerakan janin juga akan menurun
atau hilang sama seklai selama 12 jam, sebelum tanda dan gejala abrupsio muncul.
Pada beberapa wanita, pergerakan janin justru meningkat pada abrupsio yang luas
dan perdarahan yang hebat. Apabila seksio sesaria dapat dilakukan dengan segera,
kemungkinan bayi dapat hidup. Apabila sebaliknya, maka gerakan janin akan
terhenti.
Gejela dan tanda abrupsio yang lain adalah pembesaran uterine (hanya terjadi
pada perdarahan tersembunyi) dan syok. Tingkat keparahan syok bergantung pada
keparahan abrupsio. Jangan sekali-kali berpikir bahwa jumlah kehilangan darah pada
ibu dari yang terlihat saja, sebab ada perdarahan yang tersembunyi. Pembesaran
uterus pada perdarahan yang tersembunyi dapat diketahui dengan menandai tinggi
fundus uteri pada abdomen setiap 15 menit untuk mengetahui peningkatannya.
2.1.7 Komplikasi
1. Komplikasi pada ibu.
Perdarahan yang dapat menimbulkan variasi turunnya tekanan darah sampai
keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok,
kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
2. Gangguan pembekuan darah.
Masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah
intravaskuler dan disertai hemolisis, tejadinya penurunan fibrinogen sehingga
hipofibrigen dapat mengganggu pembekuan darah.
3. Oliguria.
Menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urin makin berkurang.
4. Perdarahan postpartum
Pada solusio plasenta sedang sampai berat tejadi infiltrasi darah ke otot rahim,
sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia
uteri; kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
5. Sementara komplikasi yang terjadi pada janin antara lain
Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun di belakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah
janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tegantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya di
fundus uteri.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
Urin: protein (-) dan reduksi (-); Albumin (+) pada pemeriksaan sedimen
terdapat silider dan leukosit; darah: hemoglobin (Hb) anemia, pemeriksaan
golongan darah, kalau bisa cross match tets.
2. Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plasenta lahir, maka kita harus
memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung dibagian
plasenta yang terlepas (kater) dan terdapat koagulan atau darah dibelakang
plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
3. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG)
Akan dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam jika adanya komplikasi perdarahan.
2. Pemberian cairan melalui intravena.
3. Pemberian transfusi darah jika ibu mengalami pendarahan yang hebat.
4. Jika kondisi ibu tidak stabil lakukan sectio caesaria.
Septya Florensa
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik dibuktikan dengan Pasien
tampak lemas, Pasien tampak meringis, Kesadaran pasien composmenthis,
Hasil TTV: TD: 120/70 mmhg, RR : 21x/menit , S : 36,5oC, N : 82x/menit
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan Pasien
tampak lemas, Pasien tampak meringis, Kesadaran pasien composmenthis,
Hasil TTV: TD: 120/70 mmhg, RR : 21x/menit , S : 36,5oC, N : 82x/menit
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.N
Ruang : VK Puskesmas Pahandut
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui skala
dengan agen pencedara keperawatan selama 1x2 2. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
fisik pertemuan diharapkan nyeri 3. Jelaskan penyebab dan 2. Agar klien mengetahui
klien dapat teratasi dengan pemicu terjadinya nyeri teknik relaksasi
kriteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian 3. Agar klien mengtahui
1. Skala nyeri menurun analgetik penyebab terjadinya nyeri
menjadi skala 0 4. Untuk membantu
2. Tanda-tanda vital normal mengurangi nyeri
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk mengetahui tingkat
berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 aktivitas klien aktivitas klien
kelemahan pertemuan diharapkan 2. Libatkan keluarga dalam 2. Agar klien merasa terbantu
kelemahan klien dapat aktivitas dalam melakukan aktivitas
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan keluarga 3. Agar pasien selalu
1. Klien dapat melakukan memberi penguatan mendapatkan penguatan positif
aktivitas secara mandiri positif atas partisipasi dalam melakukan aktivitas
2. Kelemahan yang dalam aktivitas 4. Untuk membantu pasien
dirasakan tidak ada 4. Kolaborasi dengan dalam memonitor program
tetapis okupasi dan aktivitas
monitor program
aktivitas, jika perlu