Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41

ISSN 2086 – 8480

ANALISIS KUALITAS RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DI TAMBAK


KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT

QUALITY ANALISYS OF SEAWEED Gracilaria verrucosa IN KARAWANG DISTRICT


PONDS, WEST JAVA
Waluyo1, Aef Permadi2, Norma Aprilia Fanni3, Angky Soedrijanto3
1. Staf Pengajar Departemen Teknologi Kelautan, Politeknik KP Karawang
2. Staf Pengajar Departemen Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik KP Karawang
3. Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan
Jl. Veteran no. 53A Lamongan Phone/Fax. 0322_324706
*E-mail : waluyo_uyo@yahoo.com

ABSTRAK
Rumput laut adalah salah satu komoditas perikanan yang perlu mendapatkan perhatian khusus terkait
kualitas rumput laut untuk mendapatkan agar-agar berkualitas tinggi. Gracilaria verrucosa
merupakan jenis rumput laut yang paling utama sebagai sumber penghasil agar (agarofit) yang
sebagian besar dimanfaatkan baik dikonsumsi secara langsung maupun untuk kebutuhan industri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas rumput laut yang meliputi kandungan rendeman
agar, kadar air, kadar abu, serat kasar, Clean Anhydrous Weed (CAW), pengotor, viskositas, gel
streght, derajat putih serta kadar sulfat rumput laut yang dibudidaya di tambak Kabupaten Karawang,
Jawa Barat, dengan pendekatan analisis diskriptif berdasarkan hasil uji kimia di laboratorium.
Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2017, dengan mengambil sample rumput laut dan
kualitas air tambak sebanyak 15 stasiun secara acak. Berdasarkan hasil analisis kualitas agar-agar
Gracilaria verrucosa di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa secara umum kualitas cukup baik.
Kadar sulfat hanya mencapai 4.82% yang artinya bahwa zat pengotor dalam kandungan agar-agar
relative rendah, yaitu di bawah 6%. Akan tetapi terdapat beberapa parameter yang kualitasnya cukup
tinggi yaitu viskositas dan gel strenght. Viskositas agar mencapai 201.6 cps dan kekuatan gel strenght
356.76 g/cm2.
Kata kunci : agar, Gracilaria verrucosa, kualitas rumput laut, Kabupaten Karawang

PENDAHULUAN Kebutuhan rumput laut sebagai


bahan baku industri nasional setiap tahun
Rumput laut spesies Gracilaria
terus meningkat seiring dengan kebutuhan
verrucosa merupakan salah satu rumput
dan inovasi produk makanan berbasis
laut jenis alga merah genus Gracilariaceae
rumput laut (McHugh 2003). Secara
(Rhodophyta) yang cukup melimpah secara
alamiah, rumput laut jenis Gracilaria
alamiah di laut tropis maupun subtropis.
verrucosa memiliki habitat asli di laut,
Gracilaria verrucosa merupakan jenis
akan tetapi rumput laut jenis ini bersifat
rumput laut utama sebagai sumber
euryhaline, artinya bahwa rumput laut
penghasil agar (agarofit) yang sebagian
Gracilaria verrucosa dapat tumbuh pada
besar dimanfaatkan baik dikonsumsi secara
kisaran salinitas yang sangat luas, yaitu
langsung maupun untuk kebutuhan industri
kisaran antara 5.2-38.1‰. Dengan
(Pelegrin and Murano 2005). Di Indonesia
demikian rumput laut ini memiliki potensi
Gracilaria verrucosa merupakan salah satu
dan peluang untuk dibudidayakan di
jenis rumput laut yang banyak
perairan tambak dengan karakteristik
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
perairan bersifat payau. Budidaya rumput
kesehatan contohnya untuk kosmetik dan
obat-obatan (Glicksman 1982). laut Gracilaria verrucosa di tambak relatif
lebih mudah dan tidak memerlukan biaya
sarana produksi yang lebih tinggi

32
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

(Anggadiredja 1998). Wilayah pesisir lokasi penelitian dapat dilihat pada


Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Gambar 1.
Karawang merupakan salah satu daerah Data
pusat budidaya rumput laut Gracilaria
verrucosa. Selain sebagai pusat produksi Data primer perairan tambak yang
budidaya rumput laut Gracilaria diambil secara insitu adalah suhu air
verrucosa, wilayah ini juga sebagai pusat tambak, salinitas, pH, oksigen terlarut,
pengepul hasil budidaya rumput laut dari kedalaman, dan kecerahan air tambak.
beberapa daerah lain seperti dari Data suhu dan oksigen terlarut diukur
Kabupaten Bekasi, Subang dan Indramayu. menggunakan alat DO meter, salinitas
Hasil produksi rumput laut kering menggunakan refraktometer, pH
selanjutnya dijual ke PT. Agarindo, menggunakan pH meter, kedalaman diukur
Tangerang. Selama ini, para pembudidaya dengan papan skala, dan kecerahan air
mengontrol kualitas rumput laut kering diukur dengan secchi disk.
Gracilaria verrucosa yang sudah siap Data kualitas air meliuti nitrat, fosfat,
dijual dengan mengetahui kadar airnya dan amoniak yang diambil menggunakan
saja, yaitu 14-16%. botol sample, kemudian dianalisis di
Tujuan dari penelitian ini adalah Laboratorium Balai Layanan Usaha
untuk mengetahui kualitas rumput laut Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
yang dibudidaya di tambak Kecamatan Karawang. Analisis kualitas rumput laut
Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa dilakukan di Laboratorium Preservasi dan
Barat. Manfaat penelitian ini adalah Pengolahan Hasil Perikanan, Departemen
diharapkan dapat sebagai bahan Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
rekomendasi dalam perbaikan dan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
pengelolaan budidaya rumput laut baik Pertanian Bogor (IPB). Parameter kualitas
secara langsung kepada pembudidaya air tambak disajikan pada Tabel 1.
rumput laut maupun stakeholders terkait. Analisis Data
Analisis data dilakukan adalah untuk
II. METODOLOGI mengetahui kualitas rumput laut, meliputi
Waktu dan Lokasi Penelitian kandungan rendeman agar, kadar air, kadar
abu, serat kasar, Clean Anhydrous Weed
Penelitian dilaksanakan pada Bulan (CAW), pengotor, viskositas, gel streght,
September 2017 di tambak Kecamatan derajat putih serta kadar sulfat rumput laut.
Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat. Pengambilan data primer dilakukan
dengan mengambil data kualitas air
tambak di 15 titik stasiun secara acak. Peta

33
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Tambak Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air yang diambil


No Parameter Satuan Alat Metode
o
1 Suhu perairan C Thermometer Analisis insitu
2 Salinitas ‰ Refraktometer Analisis insitu
3 pH pH meter Analisis insitu
4 DO mg/l DO meter Analisis insitu
5 Kecerahan m Secchi disk Analisis insitu
6 Nitrat (NO3-N) mg/l Botol sample Spektrofotometri
7 Fosfat (PO4-P) mg/l Botol sample Spektrofotometri
8 Aminia (NH3) mg/l Botol sample Spektrofotometri
9 Kedalaman m Papan skala Analsisis insitu

Analisis Rendemen Agar Keterangan:


Untuk mengetahui konsentrasi Wa : berat agar kering (g)
rendemen agar dari sample rumput laut, Wr : berat rumput laut kering
maka dilakukan ekstraksi rumput laut dan bentuk tepung (g)
dihitung berdasarkan perbandingan antara Kadar Air
berat kering agar hasil ekstraksi dengan
berat rumput laut kering dalam bentuk Analisis kadar air bertujuan untuk
tepung setelah proses pengolahan. mengetahui jumlah molekul air baik yang
Rendeman agar dihitung dengan tidak terikat (free water) dan terikat yang
menggunakan rumus sebagai berikut terkandung dalam suatu produk. Prinsip
(Yousefi et al. 2013): dari analisis kadar air adalah molekul air
dihilangkan melalui pemanasan dengan
Rendemen = oven vakum pada suhu berkisar antara 95-
100 oC dengan tekanan udara tidak lebih

34
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

dari 100 mmHg selama 5 jam. Penentuan Clean Anhydrous Weed (CAW)
berat air dihitung secara gravimetri Clean anhydrous weed (CAW)
berdasarkan selisih berat sampel sebelum merupakan perbandingan berat bersih dan
dan sesudah sampel dikeringkan. Kadar air kotor yang diukur pada saat melakukan
dinyatakan dalam persentase. pencucian rumput laut sebelum diekstraksi
Metode analisis kadar air dilakukan untuk menghasilkan agar. Pengukuran
berdasarkan SNI 2690:2015. Kadar air CAW dilakukan berdasarkan metode
dihitung dengan menggunakan rumus : Marine Colloid Modification. Metode
analisis CAW dapat diukur dengan rumus
Kadar air = (SNI 2690:2015):
Keterangan : CAW =
A : berat cawan kosong (g)
B : berat cawan + sampel awal (g) Pengotor (Impurities)
C : berat cawan + sampel kering (g)
Sampel rumput laut sebanyak 250 g
Kadar abu ditimbang. Rumput laut dipisahkan dari
Kadar abu adalah jumlah residu segala jenis kotoran (rumput laut jenis lain,
anorganik yang dihasilkan dari plastik, kerang, garam, pasir, dan benda
pengabuan/pemijaran suatu produk. asing lainnya). Kotoran yang sudah
Analisis kadar abu dilakukan dengan terkumpul kemudian ditimbang.
menggunakan metode SNI 2354.1:2010. Perhitungan impurities yaitu (SNI
Prinsip dasar analisis kadar abu adalah 2690:2015):
sampel diabukan pada suhu 550 oC dalam
tungku pengabuan (furnace) selama 8 jam Kadar Impuritas =
atau sampai mendapatkan abu berwarna
putih. Penetapan berat abu dihitung secara
gravimetri. Kadar abu agar dihitung Ekstraksi Agar
dengan rumus : Proses ekstraksi agar-agar diawali
dengan pencucian rumput laut kering
Kadar abu = sebanyak 100 g, rumput laut yang sudah
Keterangan : bersih kemudian direndam dengan asam
asetat 3% selama 3 menit. Rumput laut
A : berat cawan porselin kosong (g) kemudian dicuci hingga pH menjadi netral.
B : berat cawan dengan abu (g) Ekstraksi agar-agar dilakukan selama 2
Serat kasar jam pada suhu 80 ºC sambil diaduk.
Jumlah air yang digunakan adalah 16 kali
Analisis serat kasar rumput laut berat rumput laut kering. Rumput laut
bertujuan untuk mengetahui tingkat gel kemudian disaring menggunakan kain
yang terbentuk. Tinggi rendahnya serat sring 150 mesh dan filtratnya ditambahkan
kasar sangat berpengaruh pada gel, yang KCl 2% dari jumlah filtrat sambil diaduk
menunjukkan bahwa serat yang tinggi akan 15 menit. Agar-agar kemudian dijendalkan
menghasilkan gel yang tinggi juga. Metode pada suhu ruang selama 12 jam dan
analisis kandungan serat kasar dilakukan dilanjutkan dengan pembekuan selama 24
dengan metode gravimetri. Serat kasar jam. Agar-agar yang sudah beku kemudian
dapat dihitung dengan rumus : di thawing dan dikeringkan menggunakan
Serat Kasar = sinar matahari untuk kemudian menjadi
agar-agar kering.

35
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

Viskositas Kadar sulfat


Mengukur viskositas berdasarkan Kadar sulfat dalam agar diukur untuk
metode yang dikembangkan dalam Marine melihat kualiatas agar yang dihasilkan
Colloids Inc 1977. Viskositas adalah setelah diekstraksi. Prinsip pengukuran
ukuran gaya yang diperlukan untuk kadar sulfat adalah ion sulfat yang bereaksi
menggeser suatu cairan pada satuan dengan barium klorida dalam suasana
kecepatan yang dinyatakan dalam mPa.S asam akan membentuk suspensi barium
dan diukur pada suhu tertentu atau tahanan sulfat, dengan reaksi : SO42- + BaCl2→
dari suatu cairan untuk mengalir dengan BaSO4 + 2CI. Berat BaSO4 yang diperoleh
satuan poise (1 poise = 100 centipoise/cP). ekivalen dengan kadar SO4 dalam sampel
Viskositas sampel diukur dengan agar yang dianalisa. Pengukuran kadar
menggunakan alat viskometer. Viskositas sulfat dilakukan dengan metode
merupakan perbandingan antara tekanan gravimetri. Kadar sulfat dapat dihitung
geser suatu cairan. Suspensi koloid dalam dengan rumus (Sukomulyo 1989):
larutan dapat meningkat dengan cara
mengentalkan cairan sehingga terjadi Kadar sulfat =
absorsi dan pengembangan koloid
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Glicksman 1982). Viskositas dipengaruhi
oleh jenis rumput laut penghasil agar Kualitas Rumput Laut
dalam kondisi selama proses panen. Pada penelitian ini untuk mengetahui
Kekuatan gel kualitas dari rumput laut menggunakan
beberapa parameter, yaitu rendemen agar,
Kekuatan gel adalah gaya yang
kadar air, kadar abu, serat kasar, Clean
dibutuhkan untuk memecah permukaan gel
Anhydrous Weed (CAW) serta pengotor.
dalam waktu tertentu dibagi jarak yang
Kualitas rumput laut tidak hanya
ditempuh dari agar. Pengukuran kekuatan
dipengaruhi oleh teknik budidaya, tetapi
gel pada agar dilakukan dengan metode
juga dipengaruhi oleh umur tanam dan
KCl-Gel Strength menggunakaan alat
kualitas perairan (Mc Hugh 2003). Hasil
texture analyzer. Prinsipnya besar gaya
analisis laboratorium terhadap parameter
yang dibutuhkan sampai permukaan gel
kualitas rumput laut Gracilaria verrucosa
pecah (McHugh 2003).
yang ada di Kecamatan Tirtajaya,
Derajat putih Kabupaten Karawang ditampilkan pada
Derajat putih adalah tingkat Tabel 2.
keputihan atau bahan dalam hal ini sampel Rumput laut dikatakan bermutu jika
agar. Analisis warna dilakukan dengan rendemen agarnya tinggi. Hasil analisis
menggunakan alat Whitenessmeter. menunjukkan bahwa rendemen agar yang
Prinsipnya sinar dari sumber sinar dibudidaya di tambak Kecamatan Tirtajaya
direfleksikan dari permukaan sampel dan rata-rata sebesar 46%. Menurut FAO
bertemu di fokus photodioda melalui lenga (1987) tinggi rendahnya rendemen agar
dan filter ke sumber arus listrik. Sampel dipengaruhi oleh spesies rumput laut,
yang lebih putih, cahaya yang terefleksi iklim, dan usia panen. Berdasarkan BSN
akan lebih banyak sehingga arus listrik (1998) rumput laut Gracilaria verrucosa
yang dibutuhkan menjadi semakin besar dikatakan bermutu jika kandungan
dan mengakibatkan nilai yang tertera rendemen agarnya lebih dari 25 %. Agar
dimonitor menjadi tinggi. merupakan polisakarida yang terakumulasi
dalam dinding sel rumput laut penghasil

36
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

agar yang dipengaruhi oleh musim Kandungan mineral tersebut dapat


(Armisen and Galatas 2000). dipengaruhi oleh keadaan dan juga kondisi
perairan asal dari rumput laut
Kualitas rumput laut menurun, bila
dibudidayakan. Semakin lama rumput laut
kadar abu terlalu tinggi. Kadar abu yang
dibudidayakan maka kandungan abunya
dikatakan baik tidak melebihi dari 40%
dapat semakin meningkat karena mineral
yang telah distandarkan oleh FAO, dan
yang terserap juga akan semakin banyak.
kadar air tidak mempengaruhi kualitas
Menurut Wenno et al. (2012),
rumput laut.Akan tetapi berdasarkan
bertambahnya umur panen cenderung
beberapa penelitian yang telah dilakukan
menyebabkan kadar abu mengalami
oleh Cirik et al. (2010) yang mengkaji
peningkatan. Rumput laut termasuk bahan
tentang kualitas rumput laut Gracilaria
pangan yang mengandung mineral cukup
verrucosa menyatakan bahwa rumput laut
tinggi karena kemampuannya dalam
yang baik mengandung kadar air antara
menyerap mineral yang berasal dari
10.90-11.71%. Marinho et al. (2006) juga
lingkungannya.
menyatakan bahwa kadar air yang baik
untuk rumput laut G. cervicornis sebanyak Konsentrasi serat kasar Gracilaria
14.66%. Begitu juga berdasarkan Ova and verrucosa dari hasil penelitian adalah
Kaykaç (2007) menyatakan kandungan 3.43%, dimana standar serat kasar
kadar air G. verrucosayang baik bervariasi Gracilaria verrucosa yang baik
antara 11.73% (musim panas) dan 10.67% berdasarkan Soegiarto et al. (1978)
(musim gugur). Selain itu, konsentrasi minimal 10.51%. dengan demikian, serat
kadar abu pada Gracilaria verrucosa di kasar rumput laut di kecamatan Tirtajaya
tambak Kecamatan Tirtajaya mencapai relatif rendah. Zat pengotor yang terdapat
44.33 %, dengan demikian kualitas rumput di rumput laut pada lokasi penelitin sebesar
laut berdasarkan kadar abu termasuk 8.44%, dimana syarat yang dipersyaratkan
kategori kualitas relatif kurang baik, adalah <6% (FAO, 1987). Dengan
walaupun nilai kadar bau tidak terlalu jauh demikian, kandungan zat pengotor rumput
berbeda dengan yang distandarkan oleh laut di Kecamatan Tirtajaya relatif tinggi.
FAO (1987). Grafik perbandingan hasil analisis kualitas
rumput laut di Kecamatan Tirtajaya
Kadar abu pada tepung agar yang
dengan standar yang dipersyaratkan
dihasilkan berhubungan dengan kandungan
ditampilkan pada Gambar 2.
mineral yang terkandung dalam rumput
laut yang dijadikan bahan baku.

Tabel 2. Hasil Analisis Data Kualitas Rumput Laut di Kecamatan Tirtajaya


No Parameter Nilai Satuan Standart
1 Rendemen agar 46 % >25% (BSN 1998)
2 Kadar air 11.91 % 10-11% (Cirik et al.
2010; 14% (Marinho et
al. 2006)
3 Kadar abu 44.33 % <40% (FAO 1987)
4 Serat kasar 3.43 % 10.51% (Soegiarto et al.
1978)
5 Clean Anhydrous 79.64 %
Weed
6 Pengotor 8.44 % <6% (FAO, 1987)

37
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

Gambar 2. Perbandingan Kualitas Rumput Laut Hasil Penelitian terhadap Standar Baku
Mutu FAO 1987
Tabel 3. Hasil Analisis Data Kualitas Agar-agar
No Parameter Nilai Satuan Standart
1 Viskositas 201.6 cps
2 Gel strenght 354.76 g/cm2 >600 : Superior
>350 : Mutu 1
>250 : Mutu 2
>150 : Mutu 3
<150 : Mutu 4
3 Derajat putih 5.17 % 30%
4 Kadar sulfat 4.82 % <6%

Kualitas Agar (Glicksman 1983). Rata-rata viskositas


agar yang dihasilkan dalam penelitian ini
Agar merupakan polisakarida yang
berkisar antara 201.6 Cps.
terakumulasi dalam dinding sel rumput
laut penghasil agar atau agarofit, oleh Viskositas merupakan faktor kualitas
karenanya kandungan agar yang terdapat yang penting untuk zat cair dan semi cair
dalam rumput laut di pengaruhi oleh (kental) atau produk murni, dimana hal ini
musim (Armisen dan Galatas 2000). merupakan ukuran dan kontrol untuk
mengetahui kualitas dari produk akhir
Viskositas
(Joslyn 1970). Viskositas agar berpengaruh
Viskositas atau kekentalan terhadap sifat gel terutama titik
didefinisikan sebagai perbandingan antara pembentukan gel dan titik leleh, dimana
tekanan geser suatu cairan. Suspensi koloid viskositas agar yang tinggi menghasilkan
dalam larutan dapat meningkatdengan cara laju pelelehan dan pembentukan gel yang
mengentalkan cairan sehingga terjadi lebih tinggi dibanding agar yang
absorbsi dan pengembangan koloid viskositasnya rendah.

38
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

Hasil penelitian Suryaningrum kandungan kadar sulfat agar-agar


(1988) menyatakan bahwa peningkatan Gracilaria verrucosa, maka kualitas agar
umur panen menurunan viskositas. sangat tinggi, dimana syarat yang
Penurunan viskositas ini dipengaruhi oleh disarankan di Jepang, kadar sulfat harus
kandungan sulfat.Viskositas disebabkan <6%. Dengan demikian ternyata agar-
oleh adanya daya tolak menolak antar grup agarhasil penelitan termasuk bersih dan
sulfat yang bermuatan negatif disepanjang masuk pada level Kelas 1. Hasil analisis
rantai polimernya, sehingga menyebabkan kualitas agar Gracilaria verrucosa di
rantai polimer kaku dan tertarik kencang. Kabupaten Karawang ditampilkan pada
Karena sifat hidrofilik menyebabkan Tabel 3.
molekul tersebut dikelilingi oleh air yang KESIMPULAN
tidak bergerak, hal inilah yang menentukan
nilai viskositas (Guiseley et al. 1980). Berdasarkan hasil analisis kualitas
rumput laut Gracilaria verrucosa yang
Gel Strenght dibudidaya di tambak Kecamatan Tirtajaya
Parameter kualitas dari agar yang menunjukkan bahwa konsentrasi rendemen
tidak kalah pentingnya adalah kekuatan gel agar dan kadar air menunjukkan kualitas
dari agar itu sendiri yang banyak rumput laut relatif cukup bagus, akan
diperlukan dalam berbagai industri seperti tetapi berdasarkan kategori kadar abu, serat
industri makanan, makanan dalam kaleng, kasar dan zat pengotor menunjukkan
dan keperluan bioteknologi pada kultur bahwa kualitas rumput laut di Kecamatan
mikroorganisme. Kekuatan gel yang Tirtajaya relatif kurang bagus, hal ini
dihasilkan dalam penelitian ini rata-rata ditunjukkan bahwa hasil analisis dari
354.76 g/cm2. Nilai kekuatan gel tertinggi parameter tersebut berada di bawah standar
yang didapatkan pada kedua metode yang dipersyaratkan.
penanaman yaitu pada kombinasi
Berdasarkan hasil analisis kualitas
perlakuan bobot bibit 50 g dan umur panen agar-agarGracilaria verrucosa
60 hari. menunjukkan bahwa secara umum kualitas
Derajat Putih dan Kadar Sulfat agar-agar cukup tinggi. Hal ini berdasarkan
tingkat viskositas agar mencapai 201.6 cps
Berdasarkan hasil analisis kualitas
dan kekuatan gel strenght 356.76 g/cm2.
agar-agar Gracilaria verrucosa
Apabila kualitas agar-agarhasil penelitian
menunjukkan bahwa secara umum kualitas
dibandingkan dengan standar kualitas agar-
agar-agar cukup tinggi. Hal ini berdasarkan
agar di Jepang, maka kualitas agar-
tingkat viskositas agar mencapai 201.6 cps
agarhasil penelitian berada pada level
dan kekuatan gel strenght 356.76 g/cm2.
Kualitas 1. Adapun berdasarkan standar
Apabila kualitas agar-agarhasil penelitian
agar-agar di Jepang, Gel Strenght Kualitas
dibandingkan dengan standar kualitas agar-
Superior >600 g/cm2, Kualitas 1 >350
agar di Jepang, maka kualitas agar-
g/cm2, Kualitas 2 >250 g/cm2, Kualitas 3
agarhasil penelitian berada pada level
>150 g/cm2 dan kualitas 4 <150 g/cm2.
Kualitas 1. Adapun berdasarkan standar
Kadar sulfat hanya mencapai 4.82%.
agar-agar di Jepang, Gel Strenght Kualitas
Kadar sulfat menunjukkan zat pengotor
Superior >600 g/cm2, Kualitas 1 >350
dalam kandungan agar-agar. Berdasarkan
g/cm2, Kualitas 2 >250 g/cm2, Kualitas 3
kandungan kadar sulfat agar-
>150 g/cm2 dan kualitas 4 <150 g/cm2.
agarGracilaria verrucosa, maka kualitas
Kadar sulfat hanya mencapai 4.82%.
agar sangat tinggi, dimana syarat yang
Kadar sulfat menunjukkan zat pengotor
disarankan di Jepang, kadar sulfat harus
dalam kandungan agar-agar. Berdasarkan
<6%. Dengan demikian ternyata agar-

39
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

agarhasil penelitan termasuk bersih dan Joslyn MA. 1970. Ash content ashing
masuk pada level Kelas 1. procedures. Dalam MA
Joslyn.Methods in Food Analysis.
2nd edition. Academic Press. New
DAFTAR PUSTAKA
York: San Fransisco
Anggadiredja J. 1998. Seaweed Diversity
Marinho-Soriano E, Fonseca PC, Carneiro
on the Warambadi Seashore of
MAA and Moreira W S C. 2006.
Sumba Island and list utilization.
Seasonal variation in the chemical
Master Degree Thesis University
composition of two tropical
Indonesia
seaweeds. Biores. Technol., 97,
Armisén R, Galatas F. 2000. Agar. Di 2402–2406.
dalam Phillips GO, Williams PA
McHugh DJ. 2003. A Guide to The
(eds). Handbook of Hydrocolloids.
Seaweed Industry FAO Fisheries
England: Woodhead Publishing
Technical Paper 441. Canberra
Limited.
(AU) : University of New South
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. Wales and Australian Defence
Standar Nasional Indonesia Force Academy Canberra Australia.
2690:2015. Rumput Laut Kering
Bagian 1: Spesifikasi. Jakarta (ID) :
Badan Standardisasi Nasional. Ova-Kaykac G. 2007. Seasonal variation
of taste active components in some
[BSN] Badan Standardisasi Nasional.
seaweeds (Cystoseira barbata, Ulva
Standar Nasional Indonesia
rigida and Gracilaria verrucosa).
2354.1:2010. Penentuan Kadar
MSc. thesis. Çanakkale: Onsekiz
Abu dan Abu Tak Larut dalam
Mart University
Asam. Jakarta (ID) : Badan
Standardisasi Nasional. Palegrin YF, Murano E. 2005. Agars from
three species of Gracilaria
[BSN] Badan Standardisasi Nasional
(Rhodophyta) from Yucatan
(BSN). 1998. Standar Nasional
Peninsula. J Bioresources
Indonesia Rumput Laut Kering,
Technology, 96(2005): 295-302.pp.
SNI No.2690.01 : 1998, Jakarta.
Soegiarto A, Sulistijo, Atmadja WS,
Cirik Ş, Cetin Z, Ak I, Cirik S, Goksan T.
Mubarak H. 1978. Rumput Laut
2010. Greenhouse Cultivation of
(Alga): Manfaat, Potensi, dan
Gracilaria verrucosa (Hudson)
Usaha Budidayanya. Jakarta: LIPI.
Papenfuss and Determination of
Chemical Composition. Turk. J. Sukomulyo S. 1989. Mempelajari cara
Fish. Aquat. Sci. 10: 559-564 ekstraksi dengan praperlakuan
asam dalam pembuatan agar-agar
Glicksman M. 1982. Food Hydrocolloids.
dari Gelidium sp. [skripsi]. Bogor
Vol. I. CRC Press, Inc. Boca Raton.
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Florida. 219
Suryaningrum TD. 1988. Kajian Sifat-sifat
Guiseley KB, Stanley NF, White House
Mutu Rumput Laut Budidaya
PA. 1980. Carrageenan. Dalam
Eucheuma cottonii dan Eucheuma
Davids RL (ed). Handbook of
spinosum. Tesis. Fakultas
Water Soluable Gums and Resins.
Pascasarjana IPB. Bogor
NY Toronto, Lindon: Mc Graw
Hill Book Company.

40
Jurnal Grouper, April 2019 Vol 10 (1) : 32-41
ISSN 2086 – 8480

Wenno MR, Johanna L, Thenu dan


Cynthia GCL. 2012. Karakteristik
Kappa Karaginan dari
Kappaphycus alvarezii pada
Berbagai Umur Panen. JPB
Perikanan Vol. 7 No. 1 hal: 61–68
Yousefi MK, Islami HR, Filizadeh Y.
2013. Effect of extraction process
on agar properties of Gracilaria
corticata (Rhodophyta) collected
from the Persian Gulf. Phycologia
52(5) : 1-7.

41

Anda mungkin juga menyukai